Menjelma Jadi Perangkat Bertenaga Cloud, Microsoft Singkap Azure Kinect di MWC 2019

Kehadiran Kinect boleh dikatakan sebagai respons Microsoft terhadap tren pemanfaatan input motion sensing di ranah gaming yang sebelumnya dipopulerkan oleh Wii (via remote dan Nunchuk-nya). Kinect meluncur di era Xbox 360 dan awalnya dibundel dalam paket penjualan Xbox One. Tak semua orang setuju dengan langkah ini, namun dukungan dari sisi konten malah berkurang signifikan begitu Kinect dijual terpisah.

Tanpa konten mencukupi, Microsoft akhirnya memutuskan buat menghentikan produksi Kinect versi konsumen di bulan Oktotober 2017. Meski demikian, sang produsen menekankan bahwa mereka akan terus mengembangkan teknologi di belakang produk ini. Lalu pada bulan Mei 2018, perusahaan mengungkap rencana untuk mengadopsi Kinect ke ranah cloud computing. Dan bersamaan dengan pengumuman HoloLens baru di MWC 2019, Microsoft memamerkan reinkarnasi dari Kinect.

Dalam pameran teknologi di kota Barcelona itu, Microsoft memperkenalkan periferal Azure Kinect versi development kit untuk PC. Hilang sudah wujud balok memanjangnya, Azure Kinect mempunyai ukuran sebesar telapak tangan. Di sana produsen membekalinya bersama kamera RGB 12MP, sebuah kamera depth 1MP (beresolusi 1024x1024p yang juga dikembangkan buat HoloLens 2), serta tujuh buah microphone sehingga memungkinkannya mendengar input suara.

Di presentasinya, Julia White selaku corporate vice president Microsoft Azure menjelaskan bahwa Azure Kinect merupakan perangkat intelligent edge yang tak hanya dapat mendengar dan melihat, tetapi juga bisa memahami tingkah laku manusia, serta keadaan lingkungan danobjek-objek di sana dengan tingkat akurasi sangat tinggi. Versi anyar ini ditenagai oleh teknologi cloud dan dapat dimanfaatkan buat kebutuhan terkait penerapan kecerdasan buatan.

Dengan Azure Kinect, kebutuhan terhadap dukungan hardware berperforma tinggi jadi lebih kecil. Kemudian developer akan jadi lebih mudah mengimplementasikan algoritma artificial intelligence dalam jaringan berskala kecil. Satu unit Azure Kinect bisa bekerja secara mandiri atau dipasangkan ke unit untuk memetakan ruang secara tiga dimensi. Beberapa partner Microsoft yang sudah menggunakannya meliputi Datamesh, Ocuvera serta Ava.

Pada dasarnya, Azure Kinect sendiri merupakan hardware pelengkap untuk headset mixed reality HoloLens 2. Dibanding pendahulunya, versi kedua tersebut lebih canggih di hampir segala hal. Ia lebih nyaman saat dikenakan, punya field of view lebih luas dan lebih baik dalam mengidentifikasi objek di dunia nyata.

Microsoft sudah membuka gerbang pre-order Azure Kinect DK mulai hari ini melalui website resminya. Perangkat dibenderol seharga US$ 400, disediakan terlebih dahulu di kawasan Amerika dan Tiongkok.

Via TechCrunch.

Alibaba Cloud Dirikan “Data Center” Kedua dan Luncurkan Program Akselerasi di Indonesia

Setelah meresmikan kehadirannya bulan Maret 2018, awal tahun 2019 ini Alibaba Cloud kembali menunjukkan keseriusannya mendukung startup, UKM dan korporasi dengan membangun data center kedua di Indonesia. Alasan utama mengapa pada akhirnya Alibaba Cloud mendirikan data center kedua, karena banyaknya permintaan dari pelanggan. Selain itu, inisiatif ini menjadi upaya Alibaba Cloud untuk menambah kapasitas layanan menjadi dua kali lipat.

Hal tersebut ditegaskan oleh General Manager Alibaba Cloud Indonesia dan Singapura Leon Chen saat memberikan presentasi dalam acara tersebut peresmian hari ini (09/1). Sebagai pasar yang menjanjikan, Indonesia merupakan negara yang menjadi fokus Alibaba Cloud.

“Kami sudah terlibat langsung dengan pasar di Indonesia sejak tiga tahun lalu. Bukan hanya mendirikan data center pertama di Indonesia, komitmen Alibaba Cloud juga ditunjukkan dengan kolaborasi dan dukungan kepada pemerintah Indonesia,” kata Leon.

Disinggung di mana lokasi data center kedua Alibaba Cloud, Leon enggan menyebutkan. Demikian juga dengan berapa investasi yang digelontorkan oleh Alibaba untuk mendirikan data center tersebut. Dalam kesempatan yang sama Alibaba Cloud juga mengumumkan kemitraan strategis dengan PT IndoInternet sebagai distributor produk komputasi awan dan teknologi Alibaba Cloud.

Disaster recovery center

Untuk menjamin data dari pelanggan, didirikannya data center kedua di Indonesia diklaim bisa membantu kebutuhan disaster recovery pelanggan. Dengan demikian jika terjadi kendala atau krisis, pelanggan masih bisa mengakses data tersebut dengan dukungan dari data center kedua tersebut.

“Dalam hal ini perusahaan seperti layanan e-commerce hingga enterprise bisa dengan mudah set up disaster recovery center mereka memanfaatkan teknologi Alibaba Cloud agar bisa membantu mereka melewati krisis jika memang terjadi,” kata Leon.

Nantinya kedua data center tersebut memungkinkan pelanggan untuk melakukan mission-critical workload di berbagai zona dan mengganti zona dalam hitungan detik. Secara keseluruhan Alibaba Cloud telah memiliki sekitar 55 availability zone yang tersebar di 19 wilayah di seluruh dunia.

Terkait dengan makin besarnya minat pelanggan untuk big data dan solusi analisis data, Alibaba Cloud juga telah meluncurkan Machine Learning for AI dan akan menghadirkan Elastic Search bulan Januari ini.

“Didukung dengan tim lokal, Alibaba Cloud siap membantu pelanggan dari berbagai kalangan untuk mulai mengadopsi teknologi cloud ke dalam bisnis mereka,” kata Leon.

Program akselerasi Alibaba Cloud

Leon Chen, General Manager of Singapore and Indonesia, Alibaba Cloud
Leon Chen, General Manager of Singapore and Indonesia, Alibaba Cloud

Setelah sebelumnya melancarkan program inkubasi bernama Alibaba Cloud Certified Professional (ACP), Alibaba Cloud mengumumkan telah memberikan sertifikasi kepada 250 tenaga profesional dan telah melatih lebih dari 300 orang di Indonesia.

Selain terus menjalankan program tersebut, Alibaba Cloud juga mengumumkan program akselerasi bernama “Internet Champion Global Accelerator Program”.

Program akselerasi tersebut pertama kali diluncurkan di Indonesia. Untuk memberikan pelatihan dan mentoring kepada startup, Alibaba Cloud menggandeng partner seperti Plug and Play, Unionspace, Gtech, Indonet, Bluepower dan SIS.

Secara khusus Alibaba Cloud membuka program tersebut di Jakarta dengan memberikan gambaran tentang teknologi e-commerce kepada 300 penggiat startup dan perusahaan menggunakan studi kasus “Double 11 Global Shopping Festival Alibaba Group”. Program ini akan berlanjut di Bali pada tanggal 12 Januari mendatang untuk menghubungkan lebih dari 200 profesional hingga mahasiswa.

Disinggung apa yang membedakan program akselerasi Alibaba Cloud dengan program akselerasi yang sudah hadir sebelumnya di Indonesia, Leon menyebutkan program akselerasi yang diinisiasi oleh Alibaba Cloud mendapatkan dukungan penuh dari ekosistem Alibaba Group.

“Karena bisnis beragam di Alibaba Group, nantinya startup yang menjadi peserta program akselerasi akan mendapatkan akses bertemu dengan investor terkait, brand awareness dan terhubung dengan bisnis yang masuk dalam ekosistem di Alibaba. Kesempatan tersebut tentunya sangat baik untuk dimanfaatkan oleh entrepreneur di Indonesia,” kata Leon.

Fitur Dropbox Extensions Resmi Digulirkan

Penantian Anda untuk terhubung ke berkas di Dropbox di platform yang berbeda terwujud hari ini. Karena Dropbox baru saja secara resmi meluncurkan Dropbox Extensions untuk semua pengguna setianya di seluruh dunia. Itu artinya, kini Anda dapat melakukan banyak hal misalnya membuat berkas PDF, menandatangani dokumen, meng-edit foto dan lain sebagainya tanpa harus mengunduh berkas dari Dropbox dan mengunggahnya kembali. Dalam prosesnya, pengguna juga tidak perlu mengunduh aplikasi tambahan.

Lalu prosesnya bagaimana? Selama aplikasi yang Anda pergunakan didukung oleh Dropbox, Anda cukup mengakses akun Dropbox seperti biasa kemudian Anda akan melihat tombol Open With baru yang menawarkan opsi membuka dokumen atau berkas ke layanan pihak ketiga yang didukung. Anda tak perlu khawatir salah membuka file PDF di Vimeo misalnya, sebab opsi akan muncul secara kontekstual, menyesuaikan dengan tipe file-nya.

Apapun aplikasi yang dipilih, setelah diklik, Anda akan dihantarkan ke aplikasi web dan melakukan segala hal sesuai dengan fungsi aplikasi tersebut kemudian mendapatkan hasil modifikasi tersimpan kembali ke Dropbox.

Untuk kloter pertama ini, fitur yang pertama kali diumumkan awal November lalu ini dapat terhubung ke sejumlah aplikasi, antara lain Adobe, DocuSign, HelloSign, Autodesk, Nitro, airSlaste, HelloFax, Pixlr, dan Vimeo.

Sayangnya ekstensi ini baru digulirkan untuk pengguna berbahasa Inggris. Namun Dropbox berjanji akan segera memperluas cakupan fiturnya dan juga menambahkan daftar rekanan untuk meningkatkan dukungannya.

sumber berita Dropbox.

Empat Keuntungan UKM Memanfaatkan Teknologi Komputasi Awan

Makin besarnya penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing) secara global saat ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UKM di Indonesia. Menurut informasi dari Worldwide Semiannual Public Cloud Services Spending Guide yang dipublikasikan International Data Corporation (IDC), belanja dunia untuk layanan public cloud diperkirakan akan mencapai 204 miliar poundsterling pada tahun 2021.

Sementara Tahun 2017, pengeluaran tersebut akan mencapai 98 miliar poundsterling, dengan peningkatan sebesar 25% dari pengeluaran di tahun 2016. Ke depannya sekitar 47% perusahaan berencana untuk memindahkan sistem ERP mereka ke cloud selama lima tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri perusahaan besar hingga startup sudah makin banyak memanfaatkan teknologi komputasi awan. Diperkirakan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN di masa depan.

Salah satu perusahaan raksasa yang mulai fokus mengembangkan teknologi cloud di Indonesia adalah Google, yang baru-baru ini menggelar Cloud Summit dan berencana untuk membangun jaringan serat optik “Indigo”.

Artikel berikut akan mengupas 4 hal positif yang bisa dinikmati oleh pelaku UKM jika mulai menggunakan teknologi komputasi awan.

Menyimpan data paling dasar (backup)

Saat ini data merupakan faktor faktor paling penting dalam bisnis. Selain berfungsi untuk mendapatkan informasi terkini, data juga merupakan source yang paling akurat untuk melihat, mencermati consumer behaviour dalam suatu bisnis. Teknologi komputasi awan bisa menyimpan data paling dasar yang dimiliki oleh bisnis, menjadikan data Anda tersimpan aman.

Perlindungan data

Ketika data sudah disimpan dalam cloud, secara otomatis data tersebut akan dijaga memanfaatkan teknologi yang akan selalu diperbarui agar terhindar dari kegiatan seperti hacking, bocor dan lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk perangkat mobile yang secara otomatis akan terhubung secara real time.

Skalabilitas penyimpanan data

Memanfaatkan cloud artinya memungkinkan data yang ada untuk di integrasi dan mempercepat proses skalabilitas. Gunakan juga tools analytic yang bisa membantu proses tersebut lebih cerdas. Pilih tools yang tepat, sesuai dengan budget untuk membantu bisnis mengolah data tersebut.

Berdaptasi dengan teknologi informasi

Agar sistem bisa bekerja dengan baik manfaatkan semua pendukung bisnis Anda menjadi digital. Mulai dari email untuk bisnis, data perusahaan dan pendukung lainnya. Dengan melakukan proses tersebut, bisnis bisa beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan bisa mengamankan data perusahaan dari “ancaman”.

Biznet Gio Hadirkan Platform Cloud untuk Pengembang Aplikasi “NEO Cloud”

Biznet Gio Nusantara meresmikan peluncuran NEO Cloud, platform komputasi awan berbasis open source di Indonesia. Platform ini menyasar pengembang aplikasi yang bekerja di segmen UKM, startup, hingga korporasi sebagai pengguna.

Sasaran pengguna ini cukup berbeda dengan pengguna Biznet Cloud selama ini yang berasal dari kalangan enterprise.

CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto menuturkan perusahaan meluncurkan platform komputasi awan baru karena banyak persepsi di pasar yang menganggap pemain cloud lokal masih tradisional dan layanannya hanya sekadar server saja. Lalu mereka dianggap tidak fleksibel dan hanya menyediakan metode penagihan per bulan.

Masyarakat juga menganggap pemain cloud lokal tidak bisa diandalkan, terlihat dari pemrosesannya yang lama dan rentan terkena gangguan. Isu terakhir adalah tidak terbuka karena hanya bisa diakses dan diatur dalam satu portal.

“Kita mau buat era baru, NEO Cloud itu kita buat secure by default. Kita tidak berikan akses password untuk masuk ke mesin, melainkan username dan sertifikat kunci. Jadi mesin tidak bisa diakses oleh siapapun yang tidak punya kunci,” terangnya, Rabu (1/11).

NEO Cloud dibangun dengan mengadopsi teknologi open source dari OpenStack dan diklaim sebagai layanan pertama yang menawarkan Multiple Availability Zone dan Multiple Region.

Multiple Regions NEO Cloud dibangun di dua pusat data yang dimiliki Biznet Data Center yang berlokasi di Technovillage (Cimanggis) dan Midplaza (Jakarta). Masing-masing region terdapat tiga Availabilty Zone. Jika terjadi kerusakan dalam salah satu Availability Zone, maka file akan langsung dialihkan ke Availability Zone lainnya.

Fitur dan layanan yang dihadirkan NEO Cloud di antaranya Virtual Compute, Flex Storage, Networks, dan Domain. Virtual Compute adalah layanan utama NEO Cloud, yang merupakan Infrastructure-as-a-Service (IaaS) memberikan kemudahan untuk mengatur kebutuhan skala komputasinya, mulai dari 1-32 core vCPU dengan RAM hingga 64 GB.

Sementara, Flex Storage diperuntukkan untuk penyimpanan dana, mencakup layanan Block Storage dan Object Storage. Block Storage terdiri dari Standard Performance yang memberikan performa kecepatan hingga 10 ribu IOPS dan High Performance dengan kecepatan dari 30 ribu IOPS sampai 10 ribu IOPS.

Untuk Object Storage, NEO Cloud menjamin kompatibilitas dengan standar industri S3 dari Amazon Web Service.

Adapun desain UI/UX dari layanan dibuat ringkas dan nyaman, memudahkan pengguna merancang, menjelajah, dan membangun berbagai topologi infrastruktur dalam waktu singkat.

“Kami ingin membawa nuansa baru bagi industri komputasi awan di Indonesia. Selama ini penyedia layanan komputasi awan lokal kerap dipandang sebelah mata karena fitur yang ditawarkan dianggap masih kalah dengan pemain dari luar negeri.”

Selain diklaim sebagai layanan yang ramah untuk para pengembang aplikasi, NEO Cloud juga dianggap ramah untuk industri fintech. Pasalnya, data center Biznet telah mengantongi sertifikasi standar keamanan informasi Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS).

Industri keuangan di Indonesia cukup ketat. Untuk data center-nya tidak boleh sembarangan, karena harus berlokasi di dalam negeri dan mengantongi sertifikat tersebut.

“Dia [NEO Cloud] itu developer friendly dan fintech friendly. Sebagian besar pemain data center di Indonesia itu tidak developer friendly karena banyak aspek yang kosong. PCI DSS itu agak sulit untuk diperoleh pemain startup fintech, lantaran perlu waktu satu tahun untuk mengurus. Kalau sudah ada yang pegang PCI DSS akan sangat membantu developer fintech,” terang CEO JAS Kapital Indonesia Izak Jenie.

NEO Cloud telah meluncur dalam bentuk beta sejak 1 Oktober 2017 dan telah diuji coba ke lebih dari 1000 pengembang aplikasi. Rencananya, layanan ini akan resmi meluncur secara komersil pada 10 November 2017 mendatang.

Microsoft Rombak Total Tampilan OneDrive, Semua Serba Baru

Aplikasi penyimpanan berbasis cloud, OneDrive bakal mendapatkan penyegaran desain dalam beberapa minggu ke depan. Pembaruan ini mencakup seluruh platform mulai dari web hingga mobile Android dan iOS, demikian isi penguman yang dirilis oleh Microsoft baru-baru ini. Tak hanya memberikan kesan yang lebih rapi, OneDrive versi terbaru juga memudahkan pengguna menemukan apa yang sedang mereka cari, entah itu folder, berkas dokumen, foto atau video.

Sorotan pertama tertuju pada rancangan tatap muka OneDrive yang diklaim dipoles agar secara efisien memanfaatkan ruang di layar perangkat yang digunakan. Tampilan terdepan jauh lebih bersih yang dipermanis dengan kehadiran ikon-ikon baru serta tema yang lebih kohesif untuk perangkat yang berbeda-beda. Mulai sekarang pengguna juga bisa melakukan pratinjau singkat terhadap berkas yang disentuh, sebelum benar-benar dibuka untuk menghindari kesalahan berkas yang dapat memperlambat pekerjaan pengguna.

large (2)

Khusus untuk berkas baru, Microsoft menerapkan ukuran ikon yang berbeda dengan berkas lawas. Perbedaan terletak pada ukuran thumbnail yang dibuat lebih besar dan memuat informasi yang lebih lengkap. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat dengan cepat menemukan berkas baru baik yang dibagikan atau baru disimpan.

Masih soal kemudahan menemukan berkas, Microsoft juga memperkenalkan mode tampilan berupa daftar yang lebih ringkas. Opsi ini disediakan untuk mereka yang merasa kurang nyaman dengan susunan thumbnail berukuran besar. Seperti di Windows Explorer, pengguna juga bisa mengatur jarak antar kolom sesuai dengan keinginan.

large (1)

large

Konsep yang nyaris sama diterapkan ke berkas yang paling sering digunakan (populer) dengan menambahkan ikon trending tepat di sebelah nama berkas. Microsoft juga menjanjikan deretan Recent Documents yang lebih akurat aplikasi OneDrive, Office.com dan aplikasi Office. Memastikan konsistensi dan mudah ditemukan di berbagai platform.

Sumber berita Microsoft.

Jurnal.id Luncurkan Platform Cash Link

Jurnal.id sebagai startup lokal yang menawarkan layanan perangkat lunak akuntansi berbasis komputasi awan, dalam waktu dekat berencana mengeluarkan fitur baru berupa perhitungan dan pembayaran pajak secara online. Kepada media CEO Jurnal.id Daniel Witono mengungkapkan rencana tersebut saat peluncuran fitur Cash Link di Jakarta (04/10).

“Saat ini kami sedang mempersiapkan pilihan tersebut kepada bisnis untuk memudahkan proses perhitungan dan pembayaran pajak. Timeline pastinya belum bisa kami tentukan namun kemungkinan besar adalah tahun depan.”

Saat ini Jurnal.id mengklaim telah berhasil mencatat transaksi lebih dari $1 miliar bagi para penggunanya dan menghubungkan puluhan ribu pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia dengan ratusan mitra akuntan profesional. Para mitra tersebut bertindak membantu dalam hal pembuatan invoice/faktur, pengecekan inventori, perpajakan, pembayaran hingga pembuatan laporan keuangan perusahaan secara real time di mana pun dan kapan pun.

Peluncuran platform Cash Link

Dalam kesempatan tersebut turut hadir COO Jurnal.id Anthony Kosasih yang mengumumkan peluncuran platform Cash Link kepada pengguna Jurnal.id dari kalangan bisnis hingga individu, yang ingin memiliki laporan keuangan. Menggandeng Bank CIMB Niaga, semua pengguna Jurnal.id dan nasabah CIMB Niaga, bisa mendapatkan laporan keuangan secara otomatis dengan fitur Direct Feeds, yang merupakan produk dari Cash Link.

“Melalui platform Cash Link dari Jurnal.id, nantinya kalangan bisnis UMKM yang masih kesulitan untuk membuat laporan keuangan yang teratur dan transparan, bisa memanfaatkan fitur Direct Feeds ini di Jurnal.id,” kata Anthony.

Pembukuan data transaksi dari rekening CIMB Niaga dapat langsung dilakukan oleh Jurnal.id secara berkala. Sistem integrasi ini mewajibkan nasabah CIMB Niaga untuk mengisi dokumen surat kuasa sebagai izin resmi agar Jurnal.id dapat mengakses bank feeds tersebut sesudah melewati proses pengaktifan dari pihak Jurnal.id dan CIMB Niaga.

Selanjutnya pengguna Jurnal.id yang memiliki rekening CIMB Niaga dapat menikmati kemudahan yang sudah diatur secara sistem untuk membukukan transaksi keuangannya yang tercatat di rekening koran ke dalam aplikasi Jurnal secara otomatis dan aman.

“Saat ini kerja sama untuk fitur terbaru ini secara eksklusif baru dilakukan dengan bank CIMB Niaga, namun ke depannya tidak menutup kemungkinan akan dilakukan pula kerja sama dengan bank-bank lainnya,” kata Anthony.

Sementara itu menurut Deputy Chief of Transaction Banking CIMB Niaga Andrew Suhandinata, kerja sama ini merupakan tahap awal. Selanjutnya akan dikembangkan pula fitur-fitur menarik lainnya untuk nasabah bank CIMB Niaga dan pengguna Jurnal.id seperti bayar pajak online dan lainnya.

Platform Cash Link ini secara gratis bisa digunakan oleh pengguna Jurnal.id dan nasabah CIMB Niaga yang ingin memiliki laporan keuangan lengkap secara otomatis.

Application Information Will Show Up Here

Google Segera Luncurkan Aplikasi Pengganti Google Drive Desktop

Google Drive merupakan sebuah layanan yang menyuguhkan interface sederhana, tapi menawarkan kenyamanan untuk membuat backup dan berbagai berkas. Google juga sudah menyediakan aplikasi berbasis desktop untuk digunakan di komputer Windows dan Mac. Aplikasi ini membantu pengguna membuat cadangan berkas dan berbagi antar komputer. Hanya saja, fitur yang ditawarkan terbilang terbatas dan sederhana.

Tetapi rupanya Google tahu keinginan penggunanya dan sekarang telah menghadirkan aplikasi baru yang dinamai Backup and Sync. Menghadirkan fungsionalitas yang lebih untuk pengguna perangkat Windows dan juga Mac.

Backup & Sync

Aplikasi Backup and Sync dipersiapkan untuk menggantikan aplikasi Google Drive dan Google Photos Backup yang sekarang. Secara teknis, apa yang ditawarkan oleh aplikasi Backup and Sync tak jauh berbeda. Google mencoba menggabungkan kedua layanan dalam satu platform sehingga jauh lebih mudah dan terintegrasi. Backup and Sync bekerja sempurna dengan akun yang sedang digunakan dan mengintegrasikan pengaturan default Google Drive masing-masing pengguna di konsol Admin. Aplikasi juga tetap menyediakan fungsi auto-sync dan fitur penandaan untuk folder tertentu yang akan dimonitor oleh aplikasi secara berkala. Setiap ada perubahan, aplikasi akan melakukan diupdate secara instan ke cloud.

Google disebutkan bakal menggulirkan aplikasi baru ini secara bertahap mulai 28 Juni mendatang, dimulai dari pengguna standar dan bergerak perlahan ke pengguna korporat. Layanan Google Drive memberikan 15GB secara cuma-cuma kepada pengguna baru, yang sebenarnya sudah cukup memadai untuk backup harian yang tak begitu intens. Tetapi jika Anda membutuhkan ruang simpan yang lebih lega, Google punya paket seharga $19.99/tahun dengan ruang simpan seluas 100GB, atau jika paket ini dirasa kurang, Anda bisa memilih paket 1TB dengan banderol $99 per tahun.

Sumber berita Googleblog.

Alibaba Cloud Segera Buka Data Center di Indonesia

Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing asal Tiongkok, mulai serius menapaki pasar Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan pengumuman akan dibukanya data center di Jakarta selambat-lambatnya Maret 2018. Perusahaan yang termasuk dalam Alibaba Group ini mencoba menyasar para UKM dengan menyediakan layanan cloud yang diklaim hemat dan berkualitas.

Selain Jakarta, rencananya Alibaba Cloud juga akan membuka data center di Mumbai, India. Pengumuman ini dilakukan pada saat acara Computing Conference yang berlangsung di Shanghai, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

Senior Vice President of Alibaba Group dan President Alibaba Cloud Simon Hiu dalam rilisnya mengatakan dibukanya data center baru di Indonesia dan India diharapkan bisa memperkuat posisi Alibaba Cloud di kawasan Asia dan juga secara global.

“Saya percaya Alibaba Cloud adalah adalah satu-satunya penyedia jasa cloud global dari Asia, memposisikan diri secara unik dengan keuntungan budaya dan kontekstual untuk menyediakan inovasi data intelijen dan kemampuan komputasi kepada pengguna di daerah-daerah tersebut. Membangun data center di Indonesia dan India akan memperkuat posisi kami di area ini dan juga secara global,” ungkap Simon.

Dengan penambahan data center baru ini, Alibaba Cloud secara total mempunyai 17 data center yang tersebar di beberapa negara, seperti Tiongkok, Australia, Jerman, Jepang, Hongkong, Singapura, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.

Indonesia dan India merupakan dua negara dengan potensi startup yang dianggap serupa karena pola dan kebiasaan penggunanya. Masuknya data center Alibaba Cloud di dua negara, dengan ekosistem startup yang berkembang ini, menggambarkan visi perusahaan yang memang menyasar perusahaan teknologi, khususnya startup.

Mengenal PaaS untuk Dunia Perindustrian

Inovasi, dalam spektrum apapun, dibangun oleh salah satu sifat yang merujuk pada fleksibilitas, yakni dinamis. Kita semua tentu sudah tidak asing dengan istilah tersebut, bila dikaitkan pada kemunculan perubahan-perubahan dari perusahaan sekelas Apple, misalnya. Tak hanya inventornya, teknologi pendukung daya cipta pun harus akur terhadap dinamika proses trial-error, atau kemungkinan perkembangan bisnis yang tiba-tiba melonjak.

Pembaruan industri membuat sifat dinamis ini menjadi sebuah urgensi, apalagi sehubungan dengan dibentuknya ekosistem baru untuk melahirkan bibit-bibit inovasi, seperti Digital Foundry. Itulah contoh implementasi revolusi industri jilid keempat dari kacamata proses kreatif. Dari sisi teknis, mari ambil teknologi cloud computing sebagai contohnya.

Cloud computing mempermudah technologist dalam membangun produk dan mendirikan startup. Dari berbagai ‘atmosfer’ komputasi awan, PaaS (Platform as a Service) adalah bentuk teknologi cloud yang dirancang tepat untuk dapat beradaptasi dengan laju perkembangan bisnis teknologi yang pesat dan pengelolaan aplikasi yang dinamis.

PaaS, melalui segala dayanya dalam mengelola aplikasi dan memelihara infrastruktur secara simpel, membuat kolaborasi yang terjadi di Digital Foundry menjadi tidak terdengar mustahil. Terlebih bila Anda sudah berkenalan dengan Predix.

Predix milik General Electric (GE) telah didesain sedemikian rupa untuk menghadirkan infrastruktur berbasis cloud dengan tingkat keamanan yang tinggi, demi mendukung dunia industri dalam merasakan manfaat dari pertumbuhan Industrial Internet yang pesat. GE mengaku bahwa Predix dirancang untuk industri, oleh industri, guna mengolah data di masa depan.

Cara kerja layanan PaaS Predix yang ditujukan untuk konsep Internet of Things (IoT) cukup sederhana. Anda tinggal menghubungkan data dari sebuah mesin yang dihubungkan ke Predix cloud, lalu Anda bisa mengembangkan Industrial Internet services di dalamnya.

Tak perlu lagi pengeluaran besar untuk memesan sistem in-house data analytic, layanan PaaS Predix membantu Anda untuk meninjau operasional mesin, hingga kemudian Anda dapat menguji dan mengaktifkan aplikasi untuk industri dengan lebih mudah dan terintegrasi pada cloud.

Schindler telah merasakan betapa layanan Predix secara efektif bisa diandalkan. Sebagai salah satu perusahaan lift terbesar di dunia, Predix dapat mengoptimalkan konsumsi daya dari lift dan eskalator rilisan mereka. Bahkan, diproyeksikan Predix akan membantu Schindler menganalisa 100 aplikasi di tingkat mesin (dan mengkoreksinya bila perlu) dalam satu waktu.

Ide membuat platform untuk IoT telah tersaji di atas. Cloud computing telah terbukti menjadi opsi tepat agar industri lebih produktif dalam mengembangkan produk dan mengerjakan proyek. Kini, tinggal idenya. Apa ide pengembangan industrimu?

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.