Kolega Co-Working Space Ajak Pelaku Bisnis Digital Diskusikan Permasalahan Talenta IT

Pemenuhan talenta di bidang teknologi menjadi salah satu permasalahan yang masih sering dikeluhkan oleh pengusaha saat ini, khususnya yang bergerak di bidang digital. Faktor pendidikan sering dijadikan sebagai ujung dari permasalahan ini.

Menurut riset yang dilakukan A.T. Kearney, sektor pendidikan di Indonesia hanya mampu menghasilkan 278 insinyur teknik informasi dari setiap 1 juta penduduk. Porsi lulusan teknik di Indonesia jauh lebih sedikit jika dibandingkan negara tentang, misalnya Malaysia yang mencetak 1.834 orang insinyur teknologi dan India yang mencetak 1.159 insinyur insinyur teknologi setiap 1 juta orang penduduk.

Sementara itu, beberapa perusahaan mengatakan jumlah talenta teknologi dalam konteks supply sebenarnya banyak. Ini tampak jika dibandingkan antara kebutuhan dengan jumlah program studi teknologi informasi di universitas yang mencapai ratusan. Menurut beberapa perusahaan tadi materi teknologi informasi yang disediakan juga belum memenuhi kebutuhan perusahaan yang ada pada saat ini. Permasalahan utama soal talenta teknologi ini juga dari kesempatan yang tidak merata karena industri yang terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta.

Untuk membicarakan permasalahan tersebut, Kolega Co-Working Space berencana menyelenggarakan sebuah acara diskusi bertajuk “Kolega Dev2 (Develop the Developers): Ada apa dengan talenta IT di Indonesia?”. Di sesi ini akan dihadirkan beberapa pemateri dari startup dan komunitas untuk mengupas sebenarnya seperti apa kebutuhan talenta teknologi yang dibutuhkan industri saat ini. Menjadi sebuah urgensi tersendiri, karena di era millenium seperti saat ini pergerakan inovasi berbasis teknologi mutlak dibutuhkan oleh berbagai lini sektor untuk menghadapi berbagai tantangan dan disrupsi.

Acara Kolega Dev2 akan diselenggarakan Rabu, 28 Februari 2018 mulai pukul 12.00 – 15.00 WIB, bertempat di Kolega Co-working Space X MarkPlus Inc, Kuningan, Jakarta Selatan. Pemateri yang akan hadir di antaranya Aldi Adrian (Head of Investment Mandiri Capital), Natalia Sulistya (Partner Lead for Tech & Infrastructure GO-JEK), Dheta Aisyah (Chief of Business Development Binar Academy), dan Tommy Herdiansyah (Founder Code Margonda).

Kolega Develop the Developers
Kolega Develop the Developers

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, silakan kunjungi laman resminya di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk acara Kolega Dev2

Gaet Stone & Chalk Australia, UnionSpace Resmikan FintechSpace

Operator co-working space UnionSpace meresmikan kehadiran co-working khusus industri fintech, FintechSpace. Dalam kehadirannya, UnionSpace mengundang Stone & Chalk sebagai pakar co-working space khusus fintech asal Australia.

CEO UnionSpace Albert Goh mengatakan kerja sama antara dua penyedia co-working space besar ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi para pelaku fintech di Indonesia dan Australia. Hal ini termasuk meningkatkan kualitas bisnis serta memperluas jangkauan perusahaan ke penjuru Asia Tenggara dan juga Australia.

“UnionSpace merasa perlu memperkuat fondasi fintech dalam negeri. Oleh karena itu kami menggandeng Stone & Chalk Australia untuk mendukung pertumbuhan dan kualitas bisnis fintech,” terang Albert, Jumat (23/2).

Bentuk dukungan yang akan diberikan untuk para penggunanya, sambung Albert, adalah pemberian akses untuk menggunakan co-working space di lokasi UnionSpace dan Stone & Chalk. Selain itu, pengguna juga akan mendapat kesempatan pitching di hadapan para pemain modal ventura atau pemodal lainnya yang sudah tergabung dalam jaringan keduanya.

Untuk para anggota Asosiasi Fintech Indonesia diberikan sejumlah hak istimewa apabila ingin bergabung dalam co-working space tersebut, misalnya potongan harga.

“Hal ini dimaksudkan agar semua anggota dapat membangun network di negara yang dikunjungi, serta mempelajari berbagai hal mengenai kewirausahaan dan fintech demi perkembangan bisnis yang dimiliki.”

Peluncuran ini juga turut dihadiri Menteri Perdagangan Australia The Hon. Niall Mark Blair MLC, Ketua BPP Hipmi Bidang Organisasi Dr Anggawira ST MM, Founding Partner Kejora Venture Andy Zain, dan Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Indonesia M Ajisatria Suleiman.

Andy Zain menuturkan Indonesia butuh jaringan yang terkoneksi dengan para ahli dari berbagai negara. Pasalnya, Indonesia adalah pasar terbesar namun sayangnya belum didukung oleh kualitas talenta yang memadai.

“Ini jadi hub [FintechSpace] untuk belajar tentang fintech. Jadi ketika ada pemain startup dari luar negeri yang ingin ke Indonesia, mereka bisa belajar di sini. Begitupun orang Indonesia yang ingin ekspansi ke luar negeri, mereka bisa bertanya dengan orang-orang di sini.”

CEO Stone Chalk Alex Scandurra menambahkan kerja sama ini tentunya adalah solusi win win baik bagi pemain fintech di Indonesia maupun Australia. Pasalnya kedua negara bisa saling mengedukasi satu sama lain mengenai pasar dan regulasi yang berlaku. Dengan pemahaman yang dikuasai, tentunya akan memudahkan para pemain saat ingin ekspansi.

Sejatinya, FintechSpace bakal berlokasi di seluruh jaringan co-working space UnionSpace, namun terpusat di Satrio Tower (Jakarta). Saat ini, UnionSpace memiliki lima lokasi di Indonesia, yaitu PIK Tower, Metropolitan Tower, dan Telkom Landmark Tower, dan Wisma Barito Pacific.

UnionSpace dalam waktu dekat akan hadir ke luar Jakarta, seperti Bandung, Surabaya, dan Bali. Untuk skala regional, UnionSpace sudah ada di tiga lokasi di Filipina dan satu lokasi di Malaysia. Ke depannya mereka berencana berekspansi ke Thailand dan Vietnam.

EV Hive Umumkan Kemitraan dengan Anak Usaha Pos Indonesia, Hadirkan Co-Working Space

Startup co-working space EV Hive mengumumkan kemitraan dengan anak usaha Pos Indonesia, PT Pos Properti Indonesia, dengan meresmikan lokasi terbaru EV Hive di kantor pusat Pos Indonesia di Pasar Baru, Jakarta.

“Rencana ini [mendirikan coworking space] sudah ada sejak beberapa tahun lalu, tapi baru sekarang terealisasi. Kami mau kembali jadi top of mind buat anak muda saat ingin mengembangkan usahanya,” terang Direktur Utama Pos Properti Handriana Tjatur Setijowati, Rabu (31/1).

CEO dan Co-Founder EV Hive Carlson Lau menambahkan, “Baik Pos Properti maupun EV Hive bersama memiliki visi untuk menciptakan lokasi ini menjadi suatu wadah di mana komunitas dapat berkumpul, berbagi pengalaman dan gagasan, inovasi dan menciptakan bisnis baru bersama.”

Handriana melanjutkan, Pos Indonesia memiliki berbagai jenis aset yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari kantor sampai rumah dinas. Pemilihan aset yang akan direvitalisasi itu akan ditentukan berdasarkan skala prioritasnya, apakah di kota besar, ada pasarnya, dan lain sebagainya.

“Ada yang kami investasi sendiri atau kerja sama dengan pihak ketiga untuk disewa. Salah satu yang sudah kami lakukan adalah menyewakan space untuk Starbucks di gedung Filateli. Ada juga rencana untuk kerja sama buat hotel budget.”

Di lokasi ini akan lebih banyak diperuntukkan untuk pegiat startup yang bergerak di bidang logistik dan e-commerce. Ke depannya akan banyak serangkaian aktivasi dan lokakarya yang dapat menampung hingga 400 orang, ditujukan untuk mengembangkan komunitas EV Hive, termasuk memanfaatkan berbagai jasa Pos Indonesia.

Setelah meresmikan lokasi tersebut, berikutnya Pos Indonesia akan memanfaatkan aset lainnya untuk menjadi co-working space di gedung Filateli, Jakarta. Rencananya lokasi tersebut akan diresmikan pada Maret 2018.

Lokasi kedua tersebut akan difokuskan untuk aktivasi industri kreatif dan mengangkat tema-tema seputar budaya Indonesia. Diharapkan tempat ini menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin mengetahui lebih banyak sejarah Pos Indonesia dan dearah sekitarnya.

Buka lokasi baru

Carlson melanjutkan lokasi terbaru ini menambah kehadiran EV Hive di Indonesia. Hingga kini, EV Hive telah berada di 14 titik di Jakarta dan satu lokasi di Medan.

Sepanjang tahun ini, EV Hive akan membuka 29 lokasi baru dan mulai ekspansi ke luar kota. Menurut Carlson, kota yang akan disasar EV Hive di antaranya Bandung dan Yogyakarta. Pihaknya mengaku akan membangun sendiri co-working space namun juga ada hasil kolaborasi dengan pihak lain.

“EV Hive akan membidik lokasi baru yang memiliki banyak mahasiswa dan startup baru yang bermunculan.”

Menurut data terakhir, EV Hive menampung lebih dari 1.300 anggota dan 11 ribu acara dan workshop yang diselenggarakan para anggota. Beberapa anggota EV Hive di antaranya SquLine, Member.id, HelloBeauty, dan Ride Jakarta.

EV Hive akan memanfaatkan pembukaan lokasi baru dengan pendanaan segar pra-A yang didapat dari Insignia Venture Partners sebesar US$3,5 juta atau sekitar Rp46 miliar pada akhir 2017.

Co-Working Space Greenhouse Resmikan Kehadiran di Indonesia

Co-working space Greenhouse meresmikan kehadirannya dengan meluncurkan kantor perdana berlokasi di Multivision Tower, Kuningan, Jakarta. Diharapkan tempat ini bisa menjadi opsi untuk para pengusaha startup memulai sebuah perusahaan di Indonesia.

Greenhouse berlokasi di penthouse Multivision Tower lantai 25, seluas 1.800 meter persegi dan berkapasitas maksimal 300 orang. Menawarkan desain ramah lingkungan untuk memberi kesan natural dan harmonis agar dapat memancing kreativitas.

Bahan-bahan interior yang dipakai seperti kayu, batu alam, dan banyak tanaman hijau, atap setinggi sembilan meter ini memiliki kafe dan bar dengan pemandangan 360 derajat kota Jakarta.

“Kami ingin memberikan lingkungan hijau yang menstimulasi pengguna. Kami memahami bahwa orang-orang kreatif memiliki kebutuhan dan persyaratan yang berbeda dan itulah yang ingin kami berikan di Greenhouse. Sebagian besar dinding kaca ini diharapkan dapat membangun komunitas dan kolaborasi, bukan persaingan,” ungkap Co-Founder Greenhouse Manish Nathani, Jumat (26/1).

Diferensiasi Greenhouse dengan co-working lainnya

Menurutnya, hal yang membedakan Greenhouse dengan co-working space lainnya adalah sistem dukungan kelas dunia untuk perusahaan luar negeri. Pihaknya menyediakan siap untuk menjawab dan memberi apa yang diperlukan pelanggan, mulai dari memesan taksi, memesan makanan, hingga pengacara terbaik.

Greenhouse telah bermitra dengan para pengacara, akuntan, sekretaris perusahaan, sampai dengan rental mobil dan broker perumahan untuk melayani pengguna. Di samping itu, Greenhouse juga melakukan inisiatif eksklusif “Greenhouse Booster Program” sebagai wadah kolaborasi antara perusahaan di dunia dengan anggota Greenhouse.

Dalam wadah ini anggota akan mendapat keuntungan layanan produk, pengetahuan pasar, pengalaman, dan kekuatan merek perusahaan. Program ini memiliki nilai US$50 ribu untuk produk layanan in-kind yang diberikan ke setiap anggota.

Nantinya, dalam co-working space direncanakan akan diselenggarakan berbagai sesi workshop, seminar, dan acara inkubator startup. Seperti Startup Weekend, Silicon Drinkabout, serta inisiatif sosial seperti acara Fishackathon uang mempunyai pesan mengenai pemanasan global.

“Obyektif kami adalah untuk mengelola acara yang berkualitas dengan tujuan untuk memberi dampak positif terhadap startup dan inovasi ekosistem di Indonesia.”

Greenhouse menyediakan penawaran yang fleksibel untuk keanggotaan dan disesuaikan dengan kebutuhan, bisa harian, bulanan, sampai tahunan. Ada tiga produk utama, yakni hot desk, dedicated desk, dan private office.

Hot desk dirancang untuk para pengguna mobile yang menginginkan layanan dan lokasi terbaik. Sementara dedicated desk dan private office lebih sesuai untuk tim yang ingin bertujuan untuk mengubah dunia.

Manish menargetkan sampai tahun 2019 mendatang, pihaknya dapat membuka empat lokasi baru di Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Greenhouse didukung sejumlah venture capital dan angel investor dari Indonesia dan Singapura sebagai investornya. Salah satu advisor Greenhouse adalah Raam Punjabi, pengusaha sekaligus pemilik perusahaan Multivision Plus.

Avenue8 Coworking Space Offers Concierge Services and Loop.Space Access

The increasing popularity and usage of coworking space by startup and other working class makes service providers trying hard to bring more alternatives. Various model of services and products wrapped, not only for coworking space as a place for work, but more. Today’s coworking space currently offers working space and chance for self-development, from startup ecosystem to entrepreneurial events. Other than those are still trying to present another concept, such as Avenue8.

Located in Menteng, Avenue8 provides working space with five-star hotel (concierge) experience. Although this is not a substantial service for working class in need for coworking space, yet claimed to be the first in Indonesia. This could be a trend or new standard regarding virtual working-space service. The “unusual” service is said to be an attempt in providing privacy and safety for users.

The concierge is one thing that differentiate Avenue8 and other coworking space, all avenue8 users will get special treatment such as; morning coffee, food and vehicle reservation, even restaurant reservation.

Catrin Marcellina, Avenue8’s co-founder, said, “The existence of startup creates Avenue8 as an answer for what Indonesia’s startup needed. Hotel’s concierge plays important role in guest service in daily operations. This system is what we applied to Avenue8 in helping users solve problems and they can fully focus on their work. We want to give the best and a different one from any other coworking spaces.”

Avenue8 is currently a part of Loop.Space, allowing members to access more than 160 coworking spaces in the entire world. Loop.Space is a portal connecting all coworking space in the world to get access in one door. For all traveler workers can use the same ID as in the coworking space registered to access other’s services.

The role of coworking space in building startup ecosystem

Behind the existing coworking space model, there are fundamental things to be optimized, along with business process in development. It’s to build startup ecosystem in Indonesia. Besides facility, accessibility is an important part of coworking space service. This is important since digital startup has an unique business mode that needs optimum information and understanding from its player.

Thus, are the existing ones already match the expectation? Half of them, yes. They can connect startup activist with other players by various components such as investors. With better coverage, it expected to build optimized ecosystem. While one ecosystem stands firm, the coworking players will get the positive impact.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Coworking Space Avenue8 Tawarkan Layanan Concierge dan Akses Loop.Space

Makin meningkatnya popularitas dan penggunaan layanan coworking space oleh startup dan kalangan pekerja lainnya, membuat para penyedia layanan berusaha menyuguhkan berbagai pilihan. Berbagai model pelayanan dan produk dibungkus, sehingga tidak saja menjadikan coworking space hanya sebagai tempat bekerja, tapi lebih dari itu. Rata-rata coworking space yang ada saat ini menawarkan ruang kerja plus kesempatan untuk pengembangan diri, dari ekosistem startup yang disediakan hingga acara-acara seputar kewirausahaan. Di luar itu masih ada yang coba menyajikan konsep lain, salah satunya Avenue8.

Terletak di kawasan Menteng, Avenue8 menyuguhkan ruang kerja dengan level kenyamanan sebanding dengan hotel bintang lima (concierge). Walaupun sebenarnya layanan seperti ini tidak substansial dibutuhkan oleh kalangan pekerja yang membutuhkan coworking space, namun diklaim menjadi yang pertama di Indonesia. Hal ini bisa jadi akan menjadi tren atau standar baru seputar pelayanan ruang kerja virtual tersebut. Fokus pelayanan yang “tidak biasa” ini dikatakan pihak Avenue8 sebagai upaya memberikan opsi privasi dan keamanan lebih bagi para penggunanya.

Pelayanan concierge inilah ingin dijadikan pembeda antara Avenue8 dan coworking space lainnya, para pengguna Avenue8 akan mendapatkan pelayanan khusus, seperti penyeduhan kopi di pagi hari, pemesanan makanan, pemesanan kendaraan jika ingin ke bandara, bahkan reservasi restoran.

Co-founder Avenue8 Catrin Marcellina mengatakan, “Adanya pertumbuhan startup tersebut membuat Avenue8 hadir untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan para startup di Indonesia. Concierge hotel memegang peranan penting pada pelayanan tamu atau customer dalam keseharian sebuah operasional hotel. Sistem inilah yang kami terapkan di dalam Avenue8 dengan tujuan untuk membantu para pengguna mengatasi hal-hal kecil sehingga mereka dapat sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Kami ingin memberikan yang terbaik dan yang berbeda dari coworking space lainnya.”

Avenue8 saat ini juga telah menjadi bagian dari Loop.Space, memungkinkan para anggotanya mengakses lebih dari 160 coworking space di seluruh dunia. Loop.Space sendiri memang menjadi sebuah portal yang menghubungkan coworking space di seluruh dunia untuk memiliki layanan akses di satu pintu. Sehingga bagi para pekerja traveller bisa memanfaatkan ID sama yang sudah dimiliki di coworking space terdaftar untuk mengakses layanan coworking lainnya.

Peran coworking space dalam membangun ekosistem startup

Di balik hingar-bingar model pelayanan coworking space yang ada, sejatinya ada hal fundamental yang dapat dioptimalkan dari situ, sejalan dengan proses bisnis yang coba dikembangkan. Yakni untuk membangun ekosistem startup di Indonesia. Selain fasilitas, aksesibilitas merupakan hal yang penting menjadi bagian dari layanan coworking space, terkait akses dengan sumber daya dan komponen pendukung bisnis lainnya. Hal ini penting, startup digital memiliki mode bisnis yang unik sehingga perlu adanya penyampaian informasi dan pemahaman yang maksimal kepada pemainnya.

Lantas apakah yang ada saat ini sudah sesuai dengan kriteria tersebut? Sebagian sudah memainkan perannya dengan baik. Mampu menghubungkan antara penggiat startup dan pelaku usaha lain dengan berbagai komponen penting seperti investor. Seiring meluasnya cakupan coworking space sangat diharapkan perannya untuk membangun ekosistem dioptimalkan dengan baik. Saat ekosistem tersebut berdiri kokoh, sebenarnya para pemain coworking sendiri yang juga akan mendapatkan dampak positif.

DStour #33: Berbagai Ruangan Kreatif di EV Hive IFC Tower

Selama ini coworking space hanya fokus kepada ruangan kerja dengan kebutuhan pendukung untuk anggotanya. Hal berbeda ditawarkan coworking space EV Hive dengan cabang terbarunya.

Terletak di gedung IFC Tower Jakarta, EV Hive memberikan berbagai ruang kreatif, mulai dari ruangan untuk shooting dan editing video untuk para Youtuber, hingga “Zen Room” atau ruang tenang untuk para anggota yang ingin bekerja lebih fokus.

Berikut adalah liputan DailySocial di coworking space EV Hive IFC Tower Jakarta.

Strategi EV Hive di Tengah Eksplorasi Industri Coworking Space

Menyusul pendanaan pra-seri A senilai 46 miliar rupiah yang diumumkan bulan lalu, EV Hive meresmikan coworking space ketujuhnya di kawasan Sudirman Jakarta. EV Hive Tower begitu julukannya, didesain layaknya tempat yang dimiliki sebelumnya, terdapat ruang kantor, ruang kerja, ruang pertemuan hingga fasilitas relaksasi.

Tujuh tempat di kawasan produktif ibukota menunjukkan keseriusan EV Hive. Menurut CEO EV Hive Coworking Space Carlson Lau, ia melihat bahwa industri coworking saat ini menjadi salah satu tren di generasi muda dan millennials. Salah satu pola yang terbentuk ialah mobile workforce yang berpegang pada komunitas.

Demografi pengguna EV Hive sendiri sangat tersegmentasi berdasarkan layanan yang ada. Sebagai contoh, penggunaan ruang kerja privat kebanyakan digunakan ostartup yang sudah memiliki tim antara 5-10 orang. Sementara ruang kerja bersama kebanyakan didominasi oleh anak muda, pekerja lepas dan tim startup yang baru terbentuk. Sedangkan ruang acara banyak dioptimalkan oleh komunitas atau perusahaan setempat.

Persaingan model coworking space di Indonesia

EV Hive bukan satu-satunya penyedia layanan coworking space. Masih ada pemain lain seperti Rework, Freeware, Spacemob (yang kini diakuisisi WeWork), hingga BLOCK71. Kendari demikian, Carlson Lau menilai bahwa industri ini masih tergolong pendatang baru dan pasar yang bisa dieksplorasi masih sangat besar dengan beragam model yang ditawarkan coworking space di Indonesia.

“Kami yang berkecimpung di industri ini melihat bahwa generasi saat ini sudah sangat berkembang dan bervariasi. Pekerjaan tidak lagi hanya sekedar membutuhkan kantor dengan gaya tradisional saja, jenis lapangan pekerjaan sudah sangat luas. Oleh karena itu, semakin banyak variated industry player yang kami ajak bekerja bersama, semakin luas pula jaringan yang kami bentuk untuk merasakan keuntungan dan keunikan bekerja menggunakan fasilitas coworking space,” ujar Carlson kepada DailySocial.

EV Hive disebutkan memilih memfokuskan pada visi utama yang menargetkan kalangan entrepreneur. Yang dilakukan ialah memahami secara detail apa yang dibutuhkan para pengguna, contohnya sisi fasilitas bekerja dan kesempatan networking.

“Kami memberikan pendekatan pada pengguna dengan mendengar kebutuhan dan keinginan mereka dan berusaha menyediakan berupa kenyamanan dalam fasilitas lingkungan kerja. Servis bisnis bahkan menghadirkan sarana networking antar komunitas yang bertujuan untuk meluaskan jaringan bisnis dan membuka kesempatan baru,” terang Carlson.

Kejelian bermanuver

Model bisnis yang ditawarkan bisnis coworking space yang ada saat ini cukup unik. Tidak lagi secara pragmatis mengejar untung dengan menyewakan layanan fasilitas, lebih dari itu mereka ingin menciptakan sebuah sinergi berkesinambungan dengan para pemain bisnis dan pengembang ekosistem/komunitas, khususnya industri kreatif.

Carlson menjelaskan, “Kami melihat dan mempertimbangkan bahwa masing-masing komunitas mempunyai karakter dan kebutuhan yang unik. Kekuatan kami adalah membentuk konsep yang berbeda-berbeda sesuai dari suatu kelompok target market tersebut. Sebut saja kebutuhan dari komunitas fashion, tech startup dan creative industry. Tentu saja kami tidak akan lengah dan tetap terus beradaptasi dengan berkembang dan meluasnya kebutuhan.”

Industri secara umum tengah dihadapkan pada sebuah pergeseran, yang banyak disokong urgensi dari transformasi digital. Implikasinya juga menyusur langsung pada pekerja secara individu, karena keterbukaan yang diberikan memberikan banyak kesempatan sekaligus keleluasaan untuk dapat bergerak maju di tengah persaingan yang sangat ketat.

“Dalam beberapa tahun yang akan datang, coworking akan menjadi salah satu pemain terbesar di perubahan industri ini. coworking akan memunculkan suatu potensi besar sendiri dalam bisnis, individu maupun komunitas. Dengan perkembangan variasi industri di Indonesia, coworking akan menjadi tujuan utama sebagai wadah modernisasi tempat bekerja, juga untuk membentuk suatu kolaborasi dalam bentuk strong business partnership,” tutup Carlson.

EV Hive Raih Pendanaan Pra-Seri A Senilai 46 Miliar Rupiah

Operator co-working space EV Hive hari ini mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai $3,5 juta atau sekitar 46 miliar rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh Insignia Venture Partners dengan partisipasi dari Intudo Ventures, Pandu Sjahrir dan jaringan angel investor. Beberapa investor EV Hive sebelumnya seperti East Ventures, SMDV dan Sinar Mas Land juga turut berpartisipasi dalam putaran kali ini.

Dengan bertambahnya jaringan investor, EV Hive berharap dapat mempercepat rencana pertumbuhan bisnisnya, khususnya untuk memfasilitasi pengusaha dalam memperluas cakupan bisnisnya secara global. Saat ini EV Hive telah mengoperasikan co-working space di 7 wilayah sekitar Jakarta. EV Hive juga tengah merampungkan pembangunan co-working space di 9 lokasi lainnya.

[Baca juga: Rencana-Rencana EV HIVE dengan Manajemen Baru]

“Kami percaya dalam kekuatan jaringan komunitas dan peran teknologi sebagai enabler kolaborasi yang terbuka dalam ekonomi bersama saat ini. Dengan dana tambahan, kami terus menjalankan misi utama kami, yaitu untuk mendukung perjalanan pengusaha dengan rencana untuk membangun layanan bersama seperti co-living, co-warehousing dan vertikal lainnya yang dibutuhkan oleh komunitas kami,” sambut CEO EV Hive Carlson Lau.

Sementara itu Yinglan Tan selaku Founding Managing Partner dan CEO Insignia Venture Partners berpendapat, “Ide bagus merupakan hal yang baik namun eksekusi adalah kunci di ruang teknologi. Kepemimpinan dan tim EV Hive telah membuktikan diri sebagai satu-satunya operator co-working space yang dapat dengan cepat mengembangkan formula keberhasilan mereka di beberapa lokasi utama sambil tetap menjaga jaringan masyarakat dan secara efektif meningkatkan produktivitas anggota. Mereka telah membangun network effect yang sangat menarik, mulai dari tim, kepemimpinan, perusahaan, penasihat dan investor.”

Debut perdana Intudo Ventures

Pendanaan ini menjadi investasi perdana Intudo Ventures di Indonesia. Pemodal ventura yang didirikan oleh Eddy Chan dan Patrick Yip ini baru didirikan pada tahun ini. Namun para pendirinya sendiri telah berpengalaman berinvestasi di perusahaan ternama seperti SpaceX, Palantir, hingga Fortinet. Di Indonesia Intudo Ventures akan berfokus di tahapan investasi seri A.

“Intudo Ventures adalah investor modal ventura yang sangat selektif yang hanya mendukung beberapa pengusaha di Indonesia setiap tahun dan menawarkan dukungan penuh dan perhatian manajemen kepada kami. Tim EV Hive telah membuktikan diri untuk dapat terus menawarkan inovasi baik dalam ruang dan layanan untuk mendukung perjalanan pengusaha. Kami senang bisa bekerja sama dengan tim saat mereka dengan cepat menumbuhkan jejak mereka di seluruh wilayah,” sambut Co-Founder & Managing Partner Intudo Ventures Patrick Yip.

Ngalup Coworking Space Sediakan Tempat Bekerja Bagi Startup dan Freelancer di Malang

Industri kreatif digital di Indonesia dalam beberapa tahun belakang mengalami kemajuan yang lumayan pesat. Indikatornya bisa ditengok dari mulai banyaknya pekerja kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia. Baik itu para pekerja remote untuk pengembang aplikasi, desain, grafis, penulis atau lainnya. Kondisi ini diikuti dengan mulai banyaknya bisnis coworking space.

Menyediakan tempat bekerja lengkap dengan fasilitas yang mendukung untuk para pekerja remote, internet dan kopi. Bisnis coworking space cepat merambah ke kota-kota besar, salah satunya Malang. Di sini Ngalup hadir menyediakan tempat berkolaborasi untuk arek-arek Malang, khususnya di dunia digital.

Ngalup seperti layaknya co-working space hadir dengan desain tempat yang nyaman lengkap dengan fasilitas ruang kerja dan internet. Mencoba menghadirkan suasana cozy dan homey bagi para pengguna di dalamnya.

Ngalup sendiri merupakan bahasa khas Malang atau bahasa walikan yang berarti pulang. Dengan pemilihan kata ini diharapkan setiap pengguna atau pengunjung tidak hanya menganggap Ngalup sebagai coworking space tetapi tempat yang nyaman untuk pulang, atau dengan kata lain sebagai rumah bagi para pelaku usaha kreatif.

Malang sendiri merupakan salah satu kota besar yang berada di Jawa Timur. Di sana terdapat banyak universitas, termasuk Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan Politeknik Negeri Malang. Artinya di Malang, selain pengusaha dan pekerja kreatif, juga banyak mahasiswa atau akademisi. Mereka-mereka inilah yang menjadi target pasar Ngalup.

Andina Paramitha, yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional dan event di Ngalup, kepada DailySocial bercerita sejak Gerakan Nasional 1000 Startup Digital diselenggarakan pada pertengahan 2016 silam ekosistem startup di Malang mulai tumbuh.

Tak hanya itu, berbagai komunitas, akademisi, hingga pemerintahan memberikan dampak positif bagi industri startup di Malang. Komunitas-komunitas tersebut yang mendorong roda operasional di Ngalup.

Selain ruang kerja, Ngalup juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas lain seperti event hall yang bisa dimanfaatkan untuk menggelar presentasi atau seminar dan juga ruang rapat yang bisa digunakan untuk berkoordinasi dan berkolaborasi bersama.

Dari data internal Ngalup, kurang lebih ada 50 komunitas dan startup yang rutin mengadakan kegiatan tempat tersebut. Beberapa di antaranya ada Yukbisnis, Masyarakat Tanpa Riba, Hipwee, IMA, Akademi Berbagai, AIESEC, 1000 Startup Digital, Pahlawan Digital, Gapura Digital, dan FB Dev Circle.