Freeware Space Adakan “Meat Up”, Acara Fokus pada Sesi Networking

Jaringan bisnis penting untuk dimiliki oleh sebuah startup. Melaluinya, berbagai kesempatan dan peluang sangat mungkin didapat. Untuk mendukung startup memperluas jaringannya, Freeware Space selaku pionir co-worksing space di Indonesia akan mengadakan sebuah acara bertajuk “Meat Up”. Agenda “networking” diutamakan dalam acara tersebut.

Ada beberapa hal yang ingin menjadi goal dalam acara ini. Pertama, dengan adanya koneksi yang luas startup dapat saling berbagi info, dapat saling memberi referral, serta dapat bekerja sama di kemudian hari. Kedua, dengan mengikuti acara bertajuk networking, dinilai sebagai salah satu cara untuk mendapatkan koneksi yang luas bagi startup.

[Baca juga: Kumpulan artikel tentang kiat dan manfaat networking bagi startup]

Meat Up adalah sebuah acara yang memiliki visi untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, memfasilitasi berkumpulnya para entrepreneur, investor, dan profesional. Acara ini akan diadakan pada tanggal 9 Agustus 2017, dari jam 19.00 sampai selesai. Tempatnya di Freeware Spaces, yang beralamat di Jl. Bangka XII No. 4, Jakarta Selatan.

Pada Meat Up kali ini, Freeware Spaces berkolaborasi dengan Jenius (Banking Reinvented). Beberapa tamu undangan yang akan hadir dalam acara ini di antaranya David Audy (MNC), Reino Barrack (PROOF), Peterjan Van Nieuwenhuizen (BTPN), Kevin Aluwi (GO-JEK), Sukan Makmuri (Kudo), Rizki Suluh Adi (HappyFresh), Natali Ardianto (Tiket.com), Christian Sutardi (Fabelio), Ashraf Sinclair (500 Startups) dan masih banyak lagi.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan berikut ini: di sini.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari acara Meat Up oleh Freeware Space.

Freeware Spaces Group menghadirkan Coworking Space Premium Freeware Suites

Makin bertambahnya jumlah coworking space saat ini membuktikan bahwa para entrepreneur dan pemilik startup lebih memilih untuk bekerja memanfaatkan fasilitas yang tersedia dengan lokasi strategis ketimbang menyewa ruang kantor atau gedung untuk ruang kerja. Selain tidak direpotkan dengan perawatan bangunan, coworking space juga merupakan tempat ideal untuk memperluas jaringan dan bertemu dengan komunitas yang relevan.

Setelah mendirikan 3 coworking space di kawasan Cilandak, Kemang dan Sudirman, Freeware Spaces kembali menghadirkan cabang terbaru. Kali ini terletak di kawasan bisnis SCBD Jakarta, tepatnya di gedung Equity Tower lantai 18. Berbeda dengan 3 coworking space sebelumnya, segmen kali ini dikemas sebagai Freeware Suites yang lebih premium.

“Kami mencoba untuk bermain dengan konsep lebih segar. Seperti yang telah diketahui sebelumnya Freeware Spaces berawal dari inkubator startup sejak tahun 2012 dengan program Freeware labs dan saat ini mencoba menjadi brand Freeware Suites menargetkan perusahaan yang sudah mapan,” kata CEO dan Founder Freeware Spaces Aryo Ariotedjo.

Tidak ada pilihan sewa harian

Berbeda dengan coworking space lainnya yang menyediakan pilihan waktu penyewaan per hari, di Freeware Suites tidak disediakan pilihan tersebut. Dengan harga yang tergolong premium, harga share desk di Freeware berkisar mulai dari Rp 1 juta per orangnya. Untuk memberikan nuansa kerja yang dinamis, Freeware Suites bersama dengan Fabelio mendesain 4 tema yang berbeda di beberapa ruangan.

“Fokus kami hingga saat ini adalah membantu perusahaan untuk tumbuh dan memiliki komunitas wirausaha yang baik, mentor yang berkualitas dan para alumni dari jaringan. Kami juga mencoba untuk menghadirkan target pasar yang berbeda dari Freeware Labs,” kata Aryo.

Beberapa startup yang sudah memanfaatkan fasilitas Freeware Suites di antaranya adalah Wantedly (Jepang), Wavecell (Singapura), Brodo, eFishery, dan Tripvisto.

DStour #26: Menikmati Desain Modern Coworking Space Rework

Dalam edisi DStour kali ini DailySocial mengunjungi salah satu coworking space yang terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rework. Terletak di lantai dasar Setiabudi Building, Rework memiliki ruangan yang cukup beragam dan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, termasuk coffee corner dan ruangan meditasi untuk pengguna.

Ingin tahu bagaimana isi di dalam Rework Kuningan? Simak liputan DStour selengkapnya berikut ini.

Spacemob Buka Co-Working Space di Jakarta Juli Mendatang

Tujuh bulan lalu, startup co-working space Spacemob yang berbasis di Singapura mengumumkan perolehan pendanaan senilai 74 miliar Rupiah, salah satunya dari Alpha JWC yang berbasis di Indonesia. Bulan Juli mendatang, Spacemob rencananya akan membuka co-working space pertamanya di Jakarta yang bakal berlokasi di Gama Tower, Kuningan.

Spacemob didirikan oleh Turochas ‘T’ Fuad, seseorang berkebangsaan Indonesia yang telah lama menetap dan berbisnis di Singapura. Dalam wawancara terdahulu, Fuad kepada DailySocial mengatakan:

Spacemob didirikan berdasarkan pemahaman tentang kemitraan pengelola hotel dan pemilik properti saat mengelola Travelmob. Saya melihat peluang untuk membawa model seperti ini ke industri co-working. Spacemob lahir dengan premis bahwa ruang adalah “hal terpenting kedua”. Yang utama adalah dukungan dan ekosistem yang disediakan untuk anggota.

Sebagai sebuah co-working space, Spacemob bisa dikatakan unik karena memiliki tim teknis lengkap, dari full stack developer, front end engineer, designer, hingga product manager. Disebutkan tim ini membangun sistem pembayaran untuk pemesanan makanan dan ruangan melalui QR code, membangun sistem administrasi ruang (misalnya untuk mengunci ruangan) secara nirkabel, dan memiliki sistem keanggotaan yang memberikan berbagai benefit.

Spacemob berlokasi di dua tempat di Singapura dan cabangnya di Jakarta menjadi lokasi ketiga.

Jakarta adalah pusat pertumbuhan

Melanjutkan diskusi ini, kami berbincang dengan Head of Marketing Spacemob Daren Goh tentang kenapa memilih Indonesia, khususnya Jakarta, sebagai ekspansi berikutnya.

Menurut Daren, Jakarta adalah tujuan alami bagi banyak perusahaan untuk berekspansi karena memiliki audience terbesar di Asia Tenggara. Ada begitu banyak startup di sini dan Daren tidak heran jika dalam 2 tahun ke depan bakal muncul 10 startup unicorn di sini.

“Itu sebabnya kami ingin menempatkan diri di tengah-tengah pertumbuhan ini dan berpartisipasi di tempat yang bakal menjadi tempat paling menarik berbisnis dekade ini.”

Daren percaya industri co-working bukanlah kategori “winner-takes-all”. Dibutuhkan usaha semua pihak untuk tumbuh bersama. Dengan semakin banyaknya startup menemukan keuntungan co-working space, Daren yakin akan semakin banyak startup yang pindah dari ruang kantor tradisional ke co-working space untuk memenuhi kebutuhan mereka.

“Kami hanya satu dari berbagai opsi yang tersedia dan kami fokus untuk memberikan nilai-nilai [lebih] bagi anggota yang memilih kami.”

Strategi mencapai keuntungan

Kami sempat berbincang dengan beberapa pengelola co-working space soal kesulitan mereka mencari keuntungan dan bagaimana tujuan yang dicapai dengan pembentukan co-working space ini.

Soal ini, Daren mengatakan pihaknya sudah menemukan win-win formula yang tidak hanya bertujuan menjalankan bisnis yang sehat, tetapi juga membantu anggotanya mengurangi biaya sambil memberikan fleksibilitas jika mereka perlu menambah atau mengurangi kebutuhannya.

Selain startup, Daren menyebutkan Spacemob juga bisa digunakan klien korporasi yang membutuhkan kantor privat dan jumlah meja dalam jumlah besar.

“Tujuan kami adalah membantu perusahaan-perusahaan ini pindah ke ruangan baru dalam hitungan minggu atau hari, tidak perlu berinvestasi dalam jumlah besar dan waktu yang lama untuk mengisi kantor. Kami tidak berada di sini sekedar untuk menjual ruangan, kami di sini untuk membangun komunitas inklusif startup, freelancer, dan perusahaan berukuran menengah dan besar,” pungkas Daren.

Rencana-Rencana EV HIVE dengan Manajemen Baru

Budaya penggunaan co-working space sebagai kegiatan profesional berkembang pesat di Indonesia. Di berbagai daerah mulai muncul co-working space sebagai tempat kerja dan sebagai tempat yang membuka kesempatan kolaborasi. Salah satu co-working space yang berkembang di Indonesia adalah EV HIVE. EV HIVE mengumumkan akuisisi terhadap D.Lab yang bertempat di Menteng. Akusisi ini membuat EV HIVE saat ini memiliki 4 lokasi di Indonesia. Tiga yang lainnya bertempat di Jakarta Smart City Kuningan, Maja Kebayoran Baru, dan Breeze BSD.

Selain mengumumkan akuisisi tempat baru EV HIVE juga mengumumkan penunjukkan tim manajemen baru. Carlson Lau (Chief Executive Officer), Jason Lee (Chief Financial Officer) dan Ethan Choi (Chief Strategy Officer) akan memimpin EV HIVE untuk memperluas perusahaan ke wilayah regional.

Saat ini EV HIVE yang bisa disebut sebagai salah satu co-working space yang memiliki visi untuk menghadirkan startup teknologi, entrepreneur, dan bisnis sebuah akses terjangkau ke jaringan workspaces, corporate services, dan komunitas para wiraswasta yang saling mendukung.

Sejalan dengan penunjukan tim manajemen baru, EV HIVE juga meluncurkan layanan “flexi-desk”. Sebuah layanan Flexible co-working dek yang tersedia dengan harga Rp1 juta per bulan untuk akses meja kerja di berbagai lokasi EV HIVE.

Saat ini EV HIVE didukung oleh dua perusahaan modal ventura ternama di Asia Tenggara, yakni East Ventures dan SMDV (Sinar Mas Digital Ventures). Bersama dengan investor EV HIVE saat ini, manajemen baru EV HIVE akan menambahkan investasi sebesar USD 800 ribu (dari kocek sendiri) sebagai bagian dari penggalangan dana pre-Seri A EV HIVE. Pendanaan pre-seri A akan digunakan untuk rencana ekspansi EV HIVE. EV HIVE saat ini juga terbuka untuk kerja sama dengan para pemilik properti lainnya.

“EV HIVE telah memberikan layanan yang luar biasa sebagai platform komunitas East Ventures selama lebih dari satu setengah tahun terakhir. Kami telah berinteraksi dengan lebih dari 10.000 startups, mengadakan lebih dari 120 acara dewi mingguan dan gathering bersama mitra kami. Kami juga bermitra dengan para pemangku kepentingan di industri seperti Amazon Web Services, Facebook, Google, SGInnovate dan komunitas modal ventura,” Co-Founder dan Managing Director East Ventures Willson Cuaca.

Willson menambahkan bahwa saat adalah waktu yang tepat bagi EV HIVE untuk maju ke tahap berikutnya dan mengukuhkan posisinya di bisnis co-working di tanah air.

Senada dengan Wilson, CEO EV HIVE Carlson Lau mengungkapkan pihaknya saat ini menargetkan untuk memiliki 7 lokasi di tahun ini dan membuat EV HIVE menjadi jaringan co-working space terbesar di tanah air.

“Tim kami bekerja keras. Kami menargetkan untuk memiliki 7 lokasi tahun ini untuk EV HIVE, jaringan co-working space terbesar, sehingga para entrepreneur bisa berinteraksi, bertumbuh dan berinovasi di komunitas ini. Dengan biaya Rp. 1 juta untuk flexi-desk dan lokasi baru, kami terus melanjutkan misi kami untuk menghadirkan  entrepreneur di Indonesia akses terjangkau dan terbuka ke lingkungan, layanan dan platform komunitas EV HIVE,” ungkap Carlson.

Pemerintah DKI Jakarta dan EV Hive Hadirkan JSC Hive, Co-working Space untuk Startup Digital

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tampaknya memberikan porsi lebih untuk industri kreatif di sana. Setelah kemarin meluncurkan Jakarta Creative Hub kali ini pemerintah Provinsi DKI Jakarta dikabarkan akan segera menghadirkan co-working space sebagai tempat berkumpul para pelaku kreatif khususnya untuk pengembangan startup digital. Co-working ini merupakan buah dari kesepakatan yang dijalin dengan EV Hive yang nantinya akan diberi nama JSC Hive.

Dalam rilis resmi EV Hive disebutkan bahwa kesepakatan EV Hive dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini juga membuahkan StartupJakarta.id sebagai komunitas resmi startup di Jakarta. Dilansir dari Kompas JSC Hive ini bertempat di Jalan Prof Dr Satrio Nomor 7, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Komunitas startup Jakarta nantinya akan memberikan beberapa keuntungan bagi anggota mereka. Selain acara meetup dan komunitas online yang dibangun untuk menghubungkan satu sama lain komunitas startup Jakarta juga dibuat untuk bisa melakukan pelatihan. Baik yang dilakukan oleh perusahaan IT mapan, startup yang sudah sukses atau profesional di bidangnya.

JSC Hive akan menyediakan ruang acara yang kurang lebih bisa mengakomodasi 150 peserta. Dengan meja kerja dan private office yang bisa digunakan untuk pertemuan atau semacamnya.

“Ini adalah bentuk kolaborasi yang baik antara pemerintah dan warganya. Dengan adanya JSC Hive, kami berharap bahwa pemain startup digital di Jakarta akan dapat tumbuh lebih baik dan berkontribusi untuk kemajuan kota Jakarta. Ini berjalan bersama dengan komitmen pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendukung inisiatif 1000 Digital Startup,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi, Informasi, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta Dian Ekowati.

EV Hive sebagai pihak yang selama ini aktif dalam ekosistem teknologi di Indonesia berharap dengan kerja sama dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa menjadi hubungan yang saling menguntungkan untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia secara umum dan di Jakarta secara khusus.

JSC Hive nantinya akan menyediakan ruang kerja yang layak dan terjangkau bagi para pekerja digital. Kurang lebih akan disediakan lima smart komponen yang akan menjadi konsep utama JSC Hive, yakni Smart Economic Zone, Smart Community, Smart Administration, Smart Workspace, dan Smart Energy. Konsep-konsep ini nantinya diharapkan bisa mempermudah pengusaha startup digital menjalankan usahanya.

Cerita Seputar Bekerja di Co-working Space

Bekerja secara remote belakangan ini menjadi salah satu budaya yang tumbuh di masyarakat, utamanya mereka yang dekat dengan kehidupan digital. Akses internet yang semakin membaik dan tersedianya layanan yang memudahkan kolaborasi jarak jauh memungkinkan banyak pekerjaan bisa dikerjakan langsung tanpa tatap muka. Di sisi lain kondisi ini memunculkan peluang bisnis baru, yakni co-working space. Sebuah usaha menyewakan tempat bekerja yang dikemas dengan cozy, menarik, dan nyaman guna mendukung produktivitas. Permasalahan yang ingin diselesaikan cukup jelas, membantu para pekerja remote untuk mendapatkan suasana kerja berbeda, dengan ruang dan fasilitas yang disediakan.

Ada sebuah anggapan bahwa co-working space hanya sebatas ruangan kerja yang disewakan untuk mereka para freelancer atau pekerja remote, nyatanya co-working space lebih dari itu. Terlepas dari segi bisnis co-working space menyimpan potensi yang besar untuk kesempatan berkolaborasi. Salah satu pengelola co-working space di Semarang, Gatot Hendraputra, bercerita kepada DailySocial bahwa co-working space tidak hanya sekedar ruangan, internet dan meja kerja. Co-working space idealnya bisa dilihat dari sudut pandang yang lebih luas untuk memenuhi unsur “co” pada “co-working space” yang bisa diartikan sebagai community, collaboration atau connectivity. Itu yang coba ditawarkan bisnis co-working space, tidak hanya permasalahan fasilitas.

Co-working space diharapkan menjadi titik temu para freelancer atau pekerja kreatif yang bekerja secara remote untuk bisa memberikan manfaat positif seperti kolaborasi hingga membentuk komunitas untuk bisa saling bertukar pengalaman dan bertukar pikiran satu sama lain.

“Tujuannya tentu saja untuk membantu teman-teman komunitas yang terjun atau yang ingin terjun ke dunia industri kreatif, bisa mengembangkan kemampuannya di bidang yang mereka minati karena kita sadar bahwa salah satu masalah mendasar anak-anak muda di Indonesia adalah capacity building,” terang Gatot menjelaskan salah satu tujuannya merintis Impala di Semarang.

Kesempatan menjalin relasi dan kebutuhan fokus yang tinggi

Bagi pekerja yang bekerja di co-working space selain keuntungan yang didapat seperti fasilitas kerja (ruangan, internet dan kopi), peluang relasi dan kesempatan berkolaborasi mereka yang bekerja di co-working space diharuskan mampu mengelola fokus dan pengendalian diri agar bisa tetap bekerja dan menjaga produktivitasnya.

Beberapa bisnis yang bermarkas di Maliome, co-working space (mereka menyebutnya sebagai Hackerspace)  yang berada di Yogyakarta membagikan beberapa kisah mereka selama bekerja dan berkreasi di Maliome. Iqbal Khan atau yang dikenal sebagai @rasarab di media sosial, salah satu orang yang terlibat di belakang media digital Ngonoo menjelaskan bahwa bekerja di co-working space memungkinkan untuk berinteraksi satu sama lain. Dari situ mungkin banyak ide yang mengalir yang tidak bisa ditemukan dengan hanya sekedar Googling atau bekerja dari rumah. Selain itu Iqbal juga menjelaskan:

“…manfaat pribadi tentu relasi dan temen makin banyak, banyak ilmu yang bisa didapet, banyak masukan yang bisa didapet. Dalam segi bisnis tentu jadi ada kolaborasi satu sama yang lain dalam hal support membantu mengenalkan produk kita yang punya produk, atau jasa kita yang jual jasa. Saling mengiklankan satu sama lain jadi. Kalau saya pribadi sih karena lebih berkegiatan di dunia blogging dan jasa optimasi website. Justru  co-working space itu tempat mencari ide untuk bener bener kerja memang porsinya lebih sering di rumah. mungkin kalau bisa dibagikan 30% di  co-working space dan 70% di rumah.”

Co-working space dan budaya kerja remote atau bahkan budaya kerja startup adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Paradigma yang beranggapan co-working space hanya sebuah tempat “numpang” untuk bekerja harus mulai dihilangkan, co-working space selain menyediakan ruang untuk bekerja juga menyediakan kesempatan untuk berkompul, berkreasi dan berkolaborasi.

Marketplace Penyewaan Ruang Kantor Jangka Pendek FlySpaces Hadir di Jakarta

Kebutuhan akan ruang kantor untuk bisnis rintisan atau ruang kerja untuk para pekerja freelance di Indonesia menumbuhkan peluang bisnis baru. FlySpaces, sebuah marketplace untuk penyewaan ruang kantor dengan jangka waktu pendek yang sudah beroperasi di beberapa negara di Asia kini resmi hadir di Jakarta. Jakarta menjadi kota keenam yang disinggahi FlySpaces yang di beberapa kota-kota besar lain di negara lain sudah membantu beberapa bisnis menengah hingga perusahaan multinasional seperti Uber, Google, dan Nestle dalam menemukan solusi ruang kerja yang fleksibel.

Masuknya FlySpaces ke Indonesia, tepatnya di Jakarta, didasari oleh pasar potensial yang disuguhkan ibukota Indonesia ini. CEO Mario Berta mengungkapkan dengan jumlah pertumbuhan startup yang cukup pesat seperti Go-Jek, Tokopedia, dan lainnya, Jakarta menjadi kota yang layak menjadi tujuan selanjutnya. Sebelumnya FlySpaces sudah hadir di Singapura, Manila, Cebu, Kuala Lumpur, Hongkong, dan Makau.

“Bersama dengan Manila, Jakarta adalah kota yang membuat saya sangat excited, karena Jakarta adalah ibukota dari negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dengan pertumbuhan yang sangat pesat, jumlah UKM yang besar, dan tentu saja ekosistem startup yang sangat vibrant serta perusahaan sekaliber Go-Jek, Tokopedia, BerryBenka, dan lain-lain saya sama sekali tidak meragukan potensi Jakarta,” ungkap Mario.

Jakarta dengan segala potensi bisnis yang ada dan kondisi jalanan yang masih sering tersendat hingga macet menyebabkan bisnis penyewaan kantor dalam jangka waktu pendek menjadi peluang tersendiri. Mario juga menggarisbawahi bahwa untuk mengurangi kemacetan yang ada adalah dengan mendorong lebih banyak perusahaan untuk mendukung mobilitas karyawan dan membiarkan mereka bekerja secara remote atau di luar kantor.

SHadirnya marketplace ruang kerja di Jakarta ini disambut baik Akbar Brojosaputro yang merupakan CEO Conclave, sebuah co-working space yang berada di Jakarta. Menurutnya, kehadiran FlySpaces di Jakarta tidak hanya akan membantu perusahaan multinasional di Asia Tenggara tetapi juga menjembatani daya saing dari bisnis lokal.

“Sebagai pemain lokal di industri penyewaan ruang kerja dan juga co-working, kehadiran sebuah marketplace sekaliber FlySpaces di Jakarta sangat menarik bagi kami. Terutama untuk menghadirkan lebih banyak peluang berkompetisi dan mendapatkan pelanggan yang lebih banyak,” terang Akbar.

Empat Alasan Mengapa Startup Anda Harus Tempati Kantor Baru

Semua perusahaan sukses yang awalnya masih berupa startup, umumnya lahir dari sebuah garasi atau ruangan kecil di rumah yang dijadikan sebagai kantor. Akan tetapi, tidak selamanya Anda harus menempati ruangan kecil tersebut, terlebih bisnis makin kelamaan terus bertumbuh dan butuh banyak orang untuk membantu Anda.

Selain tidak nyaman, Anda akan kerap mendengar suara bising apabila lokasi tempat tinggal tergolong pemukiman padat penduduk. Tentu saja, hal tersebut akan mengganggu bisnis Anda. Oleh karena itu, sudah saatnya pindah ke kantor baru yang lebih luas. Artikel ini akan memberitahu alasan apa saja yang mengharuskan Anda untuk mencari kantor baru. Berikut rangkumannya:

1. Tempat yang baik, menarik minat talenta baru

Meskipun ruang kantor tradisional berkonsep “cublicle” bukan arah Anda, banyak opsi lain yang sangat memungkinkan untuk Anda pilih. Misalnya, meja kerja dengan konsep berbagi, di mana tim Anda setidaknya bisa berkumpul dalam satu tempat. Setelah bisnis menghasilkan traksi dan Anda butuh talenta baru untuk membesarkan tim. Memiliki ruangan kantor di luar rumah, atau di dalam kedai kopi dinilai dapat membawa legitimasi untuk startup Anda.

Asal tahu saja, mencari talenta itu artinya Anda harus rela berkompetisi dengan perusahaan memperebutkan mereka. Maka dari itu, Anda perlu menempatkan diri di posisi mereka, bagaimana kondisinya bila Anda sendiri di wawancara di tempat yang tidak memiliki ruangan meeting ketika bertemu klien atau kedatangan tamu.

Apalagi, jika Anda mencari talenta yang sudah memiliki pengalaman di bidangnya selama bertahun-tahun. Kondisi kantor yang kurang sedap, secara tak langsung akan buat mereka jadi beralih mencari peluang lainnya yang lebih baik.

2. Kantor adalah tempat untuk terhubung dan berkolaborasi

Startup adalah usaha marathon yang membutuhkan semua mentalitas dan komitmen dari pekerjanya untuk tetap bekerja keras demi kemajuan bersama. Punya kantor itu sama halnya Anda dan tim memiliki tempat berkumpul, demi menjaga produktivitas, kerja sama tim, meski terkadang harus bekerja secara remote.

Tidak ada teknologi yang bisa menggeser dari pertemuan tatap muka secara langsung. Sebuah tim yang memiliki jalinan yang kuat butuh satu ruangan bersama untuk saling memotivasi satu sama lain.

Dalam konteks co-workspace, ada energi yang ditimbulkan dari berbagi meja kerja bersama dengan startup lainnya. Selain itu, memberikan kesempatan untuk menemukan kemitraan potensial lainnya agar semakin berinovasi.

3. Co-working space membantu memperluas jaringan

Ketika Anda memutuskan untuk ikut ke co-working space sebagai tempat kerja, ada banyak kegiatan positif yang diadakan oleh komunitasnya seperti workshop, diskusi panel, atau program lainnya yang membantu meningkatkan kapabilitas seorang entrepreneur.

Selain itu, Anda juga akan mendapatkan wawasan baru, akses, dan informasi dari startup lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk bisnis Anda. Menjadi anggota dari komunitas co-working space, memungkinkan Anda untuk ikut terlibat dalam berbagai kegiatan yang bisa membangun kesadaran pengembangans startup di lingkungan.

4. Tempat yang baik = Keseimbangan antara kerja dan rumah

Ketika Anda dan tim memutuskan untuk pindah kantor, ada kesempatan untuk mendorong ekosistem kerja jadi lebih sehat. Di mana, kantor sebagai tempat menghabiskan sebagian hidup dan memiliki fasilitas dapur untuk memasak masakan sehat. Efeknya terjadi peningkatan kualitas hidup.

Meski pengadaan ruang kerja baru jadi salah satu pengeluaran tetap, ada timbal balik yang bakal Anda terima. Timbul kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh tim yang membuat mereka jadi lebih termotivasi untuk bekerja dan membangun startup.

Pemerintah DKI Kembali Tegaskan Berikan Izin Penggunaan Virtual Office

Beberapa bulan lalu tersiar kabar Kementrian Perdagangan (Kemendag) memastikan virtual office dapat digunakan sebagai alamat kontak perusahaan, sebuah aturan yang menjadi angin segar mengingat sebelumnya melalui Surat Edaran Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Jakarta No. 41/SE/Tahun 2015 tanggal 2 November 2015, tentang Surat Keterangan Domisili Badan Usaha yang Berkantor Virtual penggunaan virtual office dilarang.

Kabar tersebut akhirnya kembali ditegaskan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Gubernur yang akrab disapa Ahok menegaskan bahwa para pelaku bisnis diberikan kemudahan dengan diperbolehkan menggunakan alamat virtual office sebagai alamat usaha mereka.

Hal ini disampaikan Dirjen Kemenkumham Bidang Administrasi Hukum Umum (AHU), Freddy Haris dalam acara “Mudahnya Berbisnis di Indonesia”, yang diselenggarakan oleh World Bank, Dirjen AHU dan BPTSP DKI beberapa waktu lalu.

“Menanggapi permasalahan regulasi mengenai izin tempat usaha, Pemprov DKI telah memberi solusi bagi pelaku usaha yakni, memperbolehkan pelaku usaha menggunakan alamat virtual office sebagai alamat tempat usaha. Jadi di balik semua regulasi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah tetap memberi solusi yang terbaik bagi para pelaku usaha” ujar Freddy.

Akan tetapi  dalam menyelenggarakan usaha harus tetap mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan daerah. Seperti tidak boleh berada di zona perumahan atau zona pendidikan. Domisili perusahaan diharuskan berada di zona perkantoran atau komersial.

Terlepas dari kekhawatiran penggunaan virtual office untuk usaha fiktif, UKM dan startup sebenarnya sangat terbantu dengan adanya virtual office ini. Termasuk para pengusaha virtual office itu sendiri.

Beban biaya yang dikeluarkan UKM atau startup untuk menyewa gedung untuk kantor bisa dipangkas dan bisa dialokasikan untuk keperluan lain. Sehingga mereka bisa memberikan fokus lebih untuk meningkatkan produk dan layanan mereka sehingga bisa bersaing dan bertahan di industri.

Regulasi ini juga bisa menjadi satu dari beberapa aturan yang bisa melancarkan jalan pemerintah untuk melahirkan 1000 startup. Karena sebagai sebuah ekosistem bisnis yang belum sepenuhnya matang, startup masih butuh banyak regulasi untuk mendorong pertumbuhannya.