Evercade VS Adalah Console Retro untuk Semua Kalangan Konsumen

Ada banyak cara untuk bisa memainkan deretan video game lawas. Namun bagaimanapun juga, kesan nostalgia yang terbaik baru bisa didapat apabila kita memainkannya menggunakan hardware aslinya, atau setidaknya menggunakan hardware baru yang secara spesifik diciptakan untuk retro gaming.

Kira-kira seperti itulah premis yang ditawarkan Evercade VS, game console baru buatan sebuah perusahaan bernama Blaze Entertainment. Sepintas, konsepnya mungkin terdengar mirip seperti Analogue Nt Mini, akan tetapi cara kerja kedua console benar-benar berbeda. Kalau Nt Mini punya slot untuk ditancapi kaset NES orisinal, VS justru menggunakan jenis kaset proprietary rancangan pengembangnya sendiri.

Alhasil, konsumen yang tidak pernah mencicipi permainan NES pun bisa ikut menikmati produk ini. Anda tidak perlu punya koleksi kaset game lawas untuk bisa menjadi konsumen Evercade VS, sebab semua kaset kompilasinya dapat dibeli langsung dari pengembangnya. Sejauh ini, pengembangnya sudah mengamankan lisensi dari 260 judul game agar dapat mereka kemas menjadi kaset untuk VS.

Bentuk kasetnya kecil dan langsung mengingatkan saya pada kaset GameBoy. VS dapat menampung hingga dua kaset sekaligus, dan tampilan antarmuka software-nya telah dioptimalkan supaya mudah untuk dinavigasikan. VS mengandalkan teknologi emulasi berkualitas tinggi, dan output 1080p yang dikirimkan ke TV via HDMI dipastikan akan selalu “pixel perfect“.

Pada kenyataannya, teknologi emulasinya sudah sangat terbukti karena VS bukanlah console retro pertama besutan Blaze. Sebelumnya, Blaze sudah lebih dulu merilis Evercade Handheld, yang pada dasarnya mengusung konsep retro gaming yang serupa dan dengan jenis kaset yang sama pula, hanya saja dalam kemasan yang portabel. Menurut analisis yang dilakukan Digital Foundry, kualitas emulasi yang ditawarkan Evercade Handheld sangatlah tinggi, dan itu semestinya bisa menjadi jaminan atas kinerja Evercade VS.

Teknologi emulasi dan jenis kaset yang digunakan Evercade VS sama persis dengan yang dipakai Evercade Handheld / Blaze Entertainment

Di bawah kompartemen kaset VS, ada empat colokan USB untuk controller. Selain menggunakan controller bawaannya yang juga kelihatan sangat retro, pengguna juga bisa menyambungkan beragam controller lain yang memang memanfaatkan sambungan USB. Bagi para pemilik Evercade Handheld, mereka bahkan juga bisa menggunakan console handheld tersebut sebagai controller untuk VS dengan bantuan sebuah kabel tambahan.

Rencananya, Evercade VS akan mulai dipasarkan pada bulan November 2021. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $100, sedangkan kasetnya dijual seharga $20 per unit (satu kaset bisa berisikan beberapa judul game lawas sekaligus).

Sumber: The Verge.

Peluncuran Handheld Console Analogue Pocket Ditunda Sampai Tahun Depan

Kabar buruk bagi yang sudah tidak sabar menanti kedatangan Analogue Pocket. Reinkarnasi modern Game Boy itu terpaksa harus ditunda perilisannya sampai tahun depan akibat pandemi. Untungnya, Analogue memanfaatkan waktu ekstra ini untuk menyempurnakan beberapa aspek dari handheld console perdananya tersebut.

Dari segi fisik, Pocket masih kelihatan sama elegannya seperti sebelumnya. Yang diubah hanyalah lokasi tombol Start, Select, dan Home, yang sekarang ditempatkan di tengah ketimbang ujung kanan. Desain aksesori Dock-nya juga sedikit dimodifikasi supaya Pocket bisa berdiri dengan lebih stabil selama ditancapkan.

Beralih ke software, Pocket kini dilengkapi mode standby yang dapat diaktifkan hanya dengan mengklik tombol power-nya yang berwarna hijau muda. Selama perangkat dalam posisi standby, progres permainan otomatis akan disimpan, dan pengguna bisa langsung melanjutkannya sesaat setelah menekan tombol power kembali.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah Original Display Modes. Fitur ini memungkinkan Pocket untuk mengubah tampilan layarnya menjadi sama persis seperti Game Boy, Game Boy Color, dan Game Boy Advance orisinal. Cocok buat yang benar-benar ingin merasakan pengalaman bermain autentik dari puluhan tahun yang lalu.

Tampilan layarnya pun juga dapat dirotasikan sehingga Pocket bisa dipakai untuk bermain game yang memang mengadopsi format vertikal, yang cukup populer di era console Atari Lynx. Bukankah Pocket cuma bisa dipasangi cartridge milik Game Boy, Game Boy Color dan Game Boy Advance? Ya, secara default, tapi Analogue juga akan menawarkan aksesori berupa adaptor untuk cartridge Atari Lynx, Sega Game Gear, dan Neo Geo Pocket Color, masing-masing seharga $30.

Spesifikasi layarnya sendiri tidak disentuh, masih 3,5 inci dengan resolusi 1600 x 1440 pixel, dan Analogue tak lupa melapisinya dengan kaca Gorilla Glass setebal 1,5 mm (kurang lebih tiga kali lebih tebal ketimbang kaca yang sama di mayoritas smartphone. Detail lain yang sebelumnya tidak diungkap adalah, Pocket dibekali baterai berkapasitas 4.300 mAh yang diyakini sanggup bertahan selama 6 – 10 jam pemakaian.

Fitur menarik lainnya mencakup fitur multiplayer hingga empat orang menggunakan kabel yang dijual terpisah seharga $16. Nanoloop, yang pada dasarnya merupakan digital audio workstation (DAW) khusus musik chiptune, tetap tersedia secara cuma-cuma di Pocket seperti pada pengumuman awalnya, akan tetapi Analogue nantinya juga akan menjual kabel sync MIDI maupun analog untuk menyambungkan Pocket ke berbagai hardware di samping laptop dan PC.

Terakhir, dalam rangka semakin memperkaya konten buat Pocket, Analogue memutuskan untuk bermitra dengan GB Studio. GB Studio sederhananya merupakan software untuk membuat game secara sederhana menggunakan mekanisme drag-and-drop. Software ini tersedia di Windows, macOS, maupun Linux, dan nantinya semua hasil kreasi GB Studio bisa dikemas menjadi file berformat .pocket untuk dijalankan via microSD.

Meski harus menunda peluncuran Pocket, Analogue masih cukup percaya diri dan bakal membuka gerbang pre-order Pocket mulai 3 Agustus mendatang meski barangnya baru akan dikirim ke konsumen mulai bulan Mei 2021. Beruntung harganya tidak berubah dan masih $200.

Sumber: Engadget.

Astro City Mini Adalah Versi Mungil dari Mesin Arcade Sega yang Populer di Tahun 90-an

Tren console lawas yang dihidupkan kembali sebagai perangkat berukuran mini terus berlanjut sampai di tahun 2020 ini. Yang diciutkan pun sekarang bukan cuma console mainstream seperti NES dan PlayStation saja, melainkan juga mesin arcade.

Itulah yang dilakukan Sega baru-baru ini. Mereka sedang bersiap untuk meluncurkan Astro City Mini, sebuah miniatur dari mesin arcade retro Astro City yang diluncurkan pertama kali di tahun 1993. Tentunya Sega bukan yang pertama menyusutkan mesin arcade lawas menjadi perangkat untuk konsumsi modern, sebab di tahun 2018 SNK sempat merilis Neo Geo Mini.

Seperti mesin aslinya, Astro City Mini turut mengemas panel display-nya sendiri, meski tentu ukurannya jauh lebih mungil. Sejauh ini belum ada informasi terkait ukuran dan resolusinya, tapi yang pasti ia juga dapat disambungkan ke TV via HDMI jika mau, atau jika seandainya konsumen merasa layar bawaannya terlampau kecil.

Sega Astro City Mini

Kontrolnya sendiri mengandalkan joystick 8 arah plus 6 buah tombol (2 tombol lebih banyak ketimbang Neo Geo Mini). Sega tak lupa membekali Astro City Mini dengan dua colokan USB supaya konsumen dapat menyambungkan joystick tambahan, yang kabarnya bakal dijual secara terpisah. Asupan dayanya sendiri mengandalkan sambungan micro USB, sayang tidak ada info apakah perangkat juga dibekali unit baterai yang rechargeable (jadi bisa portable).

Astro City Mini menawarkan 36 game yang berbeda. Semuanya merupakan judul-judul klasik yang kerap dijumpai di mesin arcade lawas macam Golden Axe atau Virtua Fighter. Daftar lengkapnya belum ada, tapi beberapa yang sudah dikonfirmasi di antaranya adalah Alien Syndrome, Alien Storm, Altered Beast, Columns II, Dark Edge, Tant R, dan Fantasy Zone. Berhubung perangkat ini dimaksudkan untuk konsumsi rumahan, tentu saja ada fitur save state untuk tiap judul.

Sega dilaporkan bakal memasarkan Astro City Mini di Jepang mulai akhir tahun ini. Harganya dipatok 12.800 yen, atau setara dengan Rp 1,7 juta. Belum ada kabar soal ketersediaannya di kancah global, akan tetapi perilisan Sega Genesis Mini untuk pasar global tahun lalu seharusnya bisa menjadi indikasi akan kemungkinannya untuk dijual di negara-negara lain. Baru-baru ini, Sega juga sempat merilis Game Gear Micro yang imut-imut.

Sumber: VGC dan Sega Driven.

Lyra Ialah Handheld Console ala Switch yang Siap Hidangkan Pengalaman Retrogaming

Selain kombinasi game eksklusif dan judul-judul blockbuster populer, satu kekuatan lain dari Switch ialah fleksibilitas. Kita tahu bahwa sebagian besar orang mengakses game-game Switch di mode portable, tetapi tentu saja perangkat berkonsep hybrid ini bisa dinikmati seperti home console standar dari depan televisi. Kemampuan tersebut tidak bisa ditiru oleh produk-produk current-gen kompetitor.

Namun beberapa produsen masih melihat adanya kesempatan untuk bersaing dengan Switch. Salah satunya adalah Creoqode. Perusahaan desain dan teknologi asal London ini mencoba mengedepankan konsep retro dan nostalgia melalui produk bernama Lyra yang mereka ungkap di Kickstarter. Lyra merupakan console handheld yang ‘siap menghadirkan sejarah gaming di genggaman tangan Anda’.

Perangkat ini dirancang agar mampu mengemulasikan segala macam console yang pernah dirilis di era terdahulu. Itu artinya, Lyra mampu menjadi rumah bagi ratusan permainan klasik. Yang menariknya lagi adalah, Lyra punya sedikit kesamaan dengan Switch, yaitu ia dapat dihubungkan ke layar eksternal sehingga mempersilakan Anda untuk menikmati game bersama kawan. Hal ini tercapai berkat tersedianya konektivitas HDMI plus port USB buat menyambungkan controller tambahan.

Lyra mempunyai penampilan memanjang, menyajikan layar TFT selebar 5-inci 800x480p yang diapit oleh rangkaian tombol – directional-pad di kiri dan action button XYAB di kanan. Perangkat dipersenjatai oleh Raspberry Pi CM3L yang menyimpan CPU quad-core ARM Cortex-A53 1,4GHz. Hardware lainnya boleh dikatakan cukup ‘sederhana’. Ada RAM LPDDR2 1GB, penyimpanan berbasis microSD seluas 16GB (bisa Anda tambah lagi), serta ditenagai baterai 3000mAh.

Lyra 2

Selain disiapkan sebagai console handheld retro, Lyra juga bisa bekerja layaknya komputer personal. Dengannya, Anda bisa menjelajahi internet, mengirim email, menonton video, bahkan belajar mengenai coding. Kita hanya tinggal menyambungkan mouse dan keyboard, lalu Lyra berubah jadi PC portable.

Lyra 4

Salah satu aspek paling menarik dari Lyra adalah, Creoqode menyajikannya dalam dua jenis paket. Pertama ialah edisi RTG atau ready-to-go. Dengan memilih varian ini, perangkat bisa langsung digunakan ketika Anda mengeluarkannya dari bungkus. Namun jika Anda menginginkan sedikit tantangan, produsen juga menyediakan bundel DIY (do-it-yourself). Paket ini mempersilakan Anda untuk merakitnya sendiri. Jangan cemas, prosesnya tidak membutuhkan skill teknis khusus, hanya memakan waktu 15 menit.

Lyra 3

Saat ini Creoqode tengah melangsungkan kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Di situs crowdfunding itu, Lyra dijajakan seharga mulai dari £ 150 atau kisaran US$ 187. Jika agenda Creoqode berjalan sesuai rencana, produk rencananya akan didistribusikan pada bulan Desember 2019.

Sega Genesis/Mega Drive Mini Siap Ajak Anda Bernostalgia Bulan September Besok

Terlepas dari kian siapnya dunia menyambut era cloud gaming, permintaan akan home console tradisional tidak serta-merta menyusut. Hingga awal 2019, penjualan PlayStation 4 telah menembus angka 91 juta unit. Dan dalam beberapa tahun terakhir, kita sudah melihat sendiri tingginya minat konsumen terhadap hardware bertema retro yang disediakan resmi baik oleh Nintendo, Sony, hinga Sega.

Pelepasan NES dan SNES Classic Edition disambut gamer dengan sangat antusias, begitu pula PlayStation Mini walaupun penjualannya tidak sebaik harapan sang produsen. Di bulan April tahun lalu, Sega sempat mengumumkan niatan untuk menghidupkan lagi hardware gaming 16-bit klasiknya sebagai bentuk perayaan ulang tahun Genesis (atau Mega Drive) yang ke-30. Namun baru melalui panggung Sega Fest 2019 sang publisher Jepang itu mengungkap agenda peluncurannya secara global.

Mirip pendahulunya, Sega menyediakan dua versi: Genesis Mini yang ditujukan buat wilayah Amerika Serikat (dan global) serta Mega Drive Mini khusus untuk kawasan Jepang. Saya belum bisa memastikan akankah kedua edisi ini mengusung penampilan yang distingtif, tetapi kabarnya memang ada sedikit perbedaan di aspek input kendali. Mega Drive Mini dibekali controller enam-tombol, sedangkan Genesis Mini disertai gamepad tiga-tombol.

 

Genesis Mini 2

Terlepas dari penyusutan volume tubuh, Sega tidak mengubah rancangan unit controller-nya. Wujudnya benar-benar menyerupai versi klasik. Khusus Mega Drive Mini, konsumen bisa memilih bundel dengan satu atau dua controller – tambahannya dapat dibeli terpisah. Perlu diketahui bahwa periferal tersambung ke Mega Drive/Genesis via connector USB dan mereka tidak mendukung gamepad lawas.

Ditakar dari koleksi game, Genesis Mini boleh dikatakan lebih unggul dari NES/SNES Classic Edition serta PlayStation Mini. Ketika kompetitornya hanya menawarkan sekitar 20 permainan, console retro modern Sega ini dilengkapi 40 judul game. Beberapa yang sudah dikonfirmasi meliputi:

  • Altered Beast
  • Dr. Robotnik’s Mean Bean Machine
  • Castlevania Bloodlines
  • Comix Zone
  • Ecco the Dolphin
  • Gunstar Heroes
  • Madou Monogatari Ichi
  • Powerball
  • Puyo Puyo 2
  • Rent-a-Hero
  • Shining Force
  • Sonic The Hedgehog
  • Sonic 2
  • Space Harrier II
  • ToeJam & Earl

Ada kemungkinan bundel game akan sedikit berbeda bergantung dari edisi produk yang dipilih. Sega Genesis/Mega Drive Mini dijadwalkan untuk dilepas pada tanggal 19 September 2019. Genesis Mini dibanderol di US$ 80, lalu Mega Drive Mini dipatok di harga ¥ 6.980 (kira-kira US$ 60) sampai ¥ 8.980 (US$ 80) buat opsi dengan dua controller. Pre-order dapat dilakukan via situs Sega, akan dibuka dalam waktu dekat.

Genesis Mini 1

Via Kotaku, sumber: Sega.

Kurang Laku, PlayStation Classic Dijual Dengan Harga Murah

Nostalgia berkali-kali terbukti menjadi senjata ampuh dalam menggarap dan memasarkan produk. Sedikit contohnya: beberapa permainan remake ternyata memberikan pemasukan besar bagi developer dan mendorong  penerapan strategi baru, lalu kita menyaksikan sendiri bagaimana consoleretro modern’ seperti NES dan SNES Classic Edition diincar para gamer veteran serta kolektor.

Bukan rahasia lagi, penggarapan PlayStation Classic didorong oleh kesuksesan peluncuran versi mini dari NES dan Super Nintendo. Sayangnya di luar dugaan Sony, penjualan PlayStation Classic ternyata tidak sebaik harapan. Umur produk ini belum ada satu bulan, tapi sejumlah retailer raksasa terpaksa menurunkan harganya dengan harapan cara ini dapat membantu mendongkrak kembali minat konsumen.

Silakan cek situs-situs pengecer besar seperti Amazon, GameStop, Best Buy, Walmart, Target dan B&H Photo. Di sana, PlayStation Classic ditawarkan di kisaran US$ 55 sampai 60, hampir separuh dari harga ketika perangkat ini diluncurkan – yaitu US$ 100.

Meski terdengar menggembirakan, sayangnya penurunan harga PlayStation Classic di retailer-retailer raksasa itu belum memengaruhi harga produk di Indonesia. Saat artikel ditulis, versi mini dari console game pertama Sony ini masih dibanderol di Rp 1,8 juta. Belum bisa dipastikan apakah dalam waktu dekat konsumen lokal bisa membelinya secara lebih ekonomis, atau produk akan tetap bertahan di angka tersebut.

Berdasarkan beberapa ulasan, keluhan terbesar pada PlayStation Classic adalah keterbatasan jumlah game dan kurang pasnya pemilihan judul, serta hadirnya masalah-masalah teknis. Seperti NES Classic Edition, PlayStation Classic dibundel bersama 20 game. Namun judul-judul paling legendaris di platform lawas itu – contohnya Gran Turismo, Tomb Raider, Wipeout hingga Crash Bandicoot – malah tidak disertakan. Ini dia daftarnya:

  • Battle Arena Toshinden (PAL)
  • Cool Boarders 2 (PAL)
  • Destruction Derby (PAL)
  • Final Fantasy VII (NTSC)
  • Grand Theft Auto (PAL)
  • Intelligent Qube (NTSC)
  • Jumping Flash! (PAL)
  • Metal Gear Solid (NTSC)
  • Mr. Driller (NTSC)
  • Oddworld: Abe’s Oddysee (PAL)
  • Rayman (NTSC)
  • Resident Evil Director’s Cut (PAL)
  • Revelations: Persona (NTSC)
  • R4 Ridge Racer Type 4 (NTSC)
  • Super Puzzle Fighter II Turbo (NTSC)
  • Syphon Filter (NTSC)
  • Tekken 3 (PAL)
  • Tom Clancy’s Rainbow Six (PAL)
  • Twisted Metal (NTSC)
  • Wild Arms (NTSC)

Dari sisi teknis, game-game 3D di PS Classic tidak di-upscale secara optimal seperti judul-judul 2D berbasis sprite, membuat konten terlihat blur. Dan saat dimainkan di layar besar beresolusi FHD atau 4K, rendahnya poligon serta ujung objek yang jaggy jadi tampak lebih menonjol. Lalu karena sebagian besar game ini merupakan versi PAL Eropa (termasuk permainan bertempo cepat semisal Tekken 3 dan Jumping Flash!), refresh rate terbatas di 50Hz.

Via Polygon & TweakTown.

PC Classic Ialah Gaming PC Retro ala SNES Mini

Dengan terbatasnya pilihan hardware dan ketiadaan fungsi backward compatibility yang ‘terlalu jauh’, bernostalgia menikmati game-game tua kadang hanya bisa dilakukan melalui metode-metode yang kurang legal. Mengetahui tingginya animo di kalangan pengguna, sejumlah produsen meresponsnya melalui perilisan versi modern dari console legendaris mereka.

Penjelmaannya tak asing lagi buat kita. Nintendo belum lama melepas NES dan SNES Classic Edition, lalu gagasan serupa diikuti oleh Sony melalui PlayStation Classic. Dan masih di tahun ini, Sega sempat memamerkan Mega Drive Mini dan menunjuk perusahaan third-party AtGames untuk memproduksinya. Kali ini, satu perusahaan bernama Unit-e mencoba menerapkan pendekatan serupa pada PC.

Seperti SNES Classic atau produk-produk sejenis, perangkat yang Unit-e namai PC Classic ini merupakan versi miniatur dari komputer personal di tahun 80- hingga awal 90-an. PC Classic mempunyai tubuh mungil berwarna beige (putih gading), bertubuh boks menyerupai casing PC lawas, dan jika teliti, Anda dapat melihat bagaimana produsen betul-betul memerhatikan detail  dengan mencantumkan slot floppy disk serta membubuhkan lubang-lubang ventilasi bergaya tua.

Namun tak seperti console PlayStation Classic ataupun NES mini, aspek paling menarik dari PC Classic adalah ‘floppy disk‘ di sana bukan sekadar pemanis penampilan. Bagian tersebut benar-benar bisa bekerja untuk memasukkan ‘kartu game‘.

Perangkat dibekali kurang lebih 30 permainan, dan Unit-e bilang semua software tersebut resmi dan berlisensi. Produsen belum menyingkap daftar game-nya secara lengkap, tapi beberapa yang sudah dikonfirmasi meliputi Doom, Jill of the Jungle, Commander Keen 4 dan Quake II). Saya pribadi mengharapkan kehadiran franchise besar di era DOS, misalnya kreasi-kreasi LucasArts hingga seri Kings Quest, serta game-game action kasual seperti Alley Cat sampai Prehistoric.

PC Classic 2

Untuk konektivitas PC Classic, Unit-e mengombinasikan teknologi modern dan ‘legacy‘. Di sisi depan, Anda akan menemukan sepasang port USB dan tombol power. Lalu di bagian belakangnya, terdapat satu lagi port USB, sebuah HDMI, serta trio port AV. Itu artinya, PC Classic bisa disambungkan ke televisi modern ataupun TV tabung tua buat memaksimalkan efek nostalgia.

Kabarnya, PC Classic akan dibundel bersama unit controller. Meski demikian, Anda tetap dipersilakan untuk menggunakan produk third-party, termasuk keyboard dan mouse. Aksesori bahkan bisa disambungkan ke PC Classic secara wireless karena ia turut dibekali Bluetooth.

Unit-e berencana memulai kampanye penggalangan dana via platform crowdfunding pada akhir bulan November atau awal Desember besok. Produsen mematok harga yang masuk akal buat produk bertema nostalgia ini, yaitu US$ 100.

Via PC Gamer.

Sony Ajak Anda Bernostalgia Dengan Console Retro PlayStation Classic

Telah dibuktikan berkali-kali, nostalgia adalah bumbu terkuat dalam meracik produk. Kami para gamer pendiam di DailySocial akan jadi sangat cerewet ketika mulai berdiskusi soal permainan lawas favorit di SNES, Sega Mega Drive atau PlayStation. Individu-individu seperti kami inilah sasaran empuk saat produsen berencana buat meluncurkan kembali console lawasnya.

Kita sudah menyaksikan bagaimana NES dan SNES Classic Edition menjadi fenomena tak terduga di kalangan penggemar berat Nintendo. Kali ini, rival besarnya yang juga menjadi perusahaan console game terbesar di dunia mengambil langkah serupa. Tepat di tanggal 19 September 2018, Sony Interactive Entertainment resmi memperkenalkan PlayStation Classic, yaitu versi miniatur dari home console pertama mereka.

PlayStation Classic 3

Lewat PS Classic, kita bisa melihat bagaimana Sony betul-betul mencoba membuntuti langkah kesuksesan NES dan SNES ‘mini’; melalui penamaan, perancangan, hingga konten. PlayStation Classic mempunyai wujud yang benar-benar mirip seperti console edisi pertamanya, namun ukurannya telah disusutkan hingga hanya sebesar telapak tangan. Volumenya 80 persen lebih kecil dari edisi orisinalnya, sehingga sangat mungkin bagi kita untuk memasukkannya dalam tas atau kantong.

PlayStation Classic 1

Di bagian luar, Anda bisa menemukan pernak-pernik familier. Ada tombol Power, Open, dan Reset, lalu saya juga melihat dua slot untuk connector controller serta memori. Saya belum mengetahui secara pasti bagian-bagian apa saja yang betul-betul dapat berfungsi (optical disc drive kemungkinan hanyalah pemanis), namun kehadiran mereka menunjukkan bagaimana Sony betul-betul memerhatikan detail.

PlayStation Classic 4

PlayStation Classic 5

Agar bisa dipasangkan ke monitor atau televisi model baru, Sony telah membekalinya dengan standar koneksi modern berupa HDMI. Paket penjualan PlayStation Classic juga disertai dua unit controller berdesain orisinal tanpa stik analog untuk mendukung mode multiplayer split/shared screen. Selanjutnya, Sony menjelaskan bahwa perangkat ini tidak kompatibel dengan Memory Card, dan Anda tidak dapat menambahkan software meskipun tersedia port USB di sana.

PlayStation Classic 6

Sang produsen membundel console retro ini dengan 20 game – jumlah yang sama seperi koleksi permainan dalam SNES Classic Edtion. Sony belum mengumumkan semua judulnya, namun beberapa yang sudah dikonfirmasi meliputi Final Fantasy VII, Jumping Flash!, Ridge Racer Type 4, Tekken 3, dan Wild Arms. Game-game tersebut kabarnya akan menghidangkan resolusi antara 480p hingga 720p.

PlayStation Classic 2

Sony punya rencana untuk membawa PlayStation Classic ke Indonesia, akan mulai dipasarkan di bulan Desember 2018 nanti. Untuk memilikinya, Anda perlu menyiapkan modal sebesar Rp 1,8 juta.

Atari Akhirnya Umumkan Kapan Console Atari VCS Bisa Dipesan

Eksistensi dari perangkat game baru Atari diungkap dua dekade setelah mereka undur diri dari bisnis hardware lewat pengumuman di E3 2017. Dalam pengembangannya, sang produsen mencoba menggabungkan fungsi komputer personal dengan home console, mempelajari kegagalan Ouya dan Steam Machine, serta membebaskan pengguna menginstal software apapun di sana.

Namun kita tahu, pengembangan perangkat ini sedikit lebih lambat dari agenda Atari. Sesi pre-order yang rencananya dimulai pada bulan Desember 2017 ditunda karena produsen butuh waktu lebih banyak buat mematangkan ekosistem dan platform. Lalu di bulan Maret 2018 kemarin, Atari mengubah nama Ataribox menjadi Atari VCS – kependekan dari Video Computer System, nama yang sempat diusung oleh Atari 2600.

Atari VCS 1

Dan baru di minggu kemarin Atari akhirnya mengumumkan kapan console dapat dipesan. Pre-sale akan dilaksanakan secara eksklusif di situs crowdfunding Indie Gogo, dan bagi yang melakukan pemesanan dalam periode ini, mereka akan mendapatkan edisi kolektor dengan panel depan berbahan kayu. Sebagai alternatif dari Atari VCS Collector’s Edition, Anda juga bisa memilih versi dengan desain yang lebih ‘modern’ bertubuh hitam ramping, Atari VCS Onyx.

Sang produsen kembali mengingatkan bahwa Atari VCS bukanlah sekadar perangkat ‘retro-box‘ biasa. Ia merupakan sistem berkonektivitas modern, mengusung teknologi besutan AMD serta Radeon. Atari VCS sanggup menghidangkan konten beresolusi 4K, mendukung fitur HDR, dan dapat menyuguhkan 60-frame rate per detik. Selain itu, perangkat juga dilengkapi koneksi Wi-Fi dual-band, Bluetooth 5.0, serta port USB 3.0.

Atari VCS 2

Kabarnya, Atari VCS mempersilakan kita mengustomisasi pengalaman pemakaian. Selain menangani game, sistem juga dibekali kemampuan menjalankan konten seperti aplikasi, musik dan video. Dan karena pada dasarnya perangkat ini adalah PC dengan sistem operasi Linux, pengguna juga diperkenankan untuk memperluas kapasitas penyimpanannya.

Bahkan jika Anda belum mengisi Atari VCS dengan game dan video, perangkat telah siap digunakan untuk bernostalgia. Atari sudah membundelnya bersama tidak kurang dari 100 permainan, meliputi judul-judul legendaris semisal Asteroids, Centipede, Breakout, Missile Command, Gravitar hingga Yars’ Revenge.

Gerbang pemesanan Atari VCS akan dibuka pada tanggal 30 Mei 2018 di Indie Gogo. Dan selama fase crowdfunding-nya berlangsung (dan selama persediaan masih ada), PC rasa console retro itu dapat Anda miliki cukup dengan mengeluarkan modal US$ 200. Berdasarkan pemberitahuan Atari sebelumnya, produk kemungkinan akan dijual di harga retail antara US$ 250 sampai 300.

Atari memang belum menjelaskan secara detail kemampuan device ini, tapi kabarnya, ia lebih dari sanggup buat menjalankan game-game indie populer seperti Minecraft dan Terraria.

Sumber: GlobeNewsWire.

Sega Mega Drive Mini Adalah Console Retro Pesaing SNES Classic Edition

Segala kecanggihan grafis, teknologi kendali, serta dukungan internet yang disuguhkan console-console current-gen sama sekali tidak menyurutkan rasa sayang gamer veteran pada platform-platform dan permainan-permainan tua. Sebagai buktinya, antusiasme konsumen terhadap NES dan SNES mini sangat tinggi, dan langkah ini mulai diikuti oleh para pemain besar di era keemasan gaming.

Anda mungkin sudah mendengar rencana Atari untuk memasarkan Atari VCS, namun jika menginginkan pendekatan yang lebih tradisional ala Nintendo Classic Edition tapi tak hanya ingin menikmati game-game mereka saja, Sega punya solusinya. Dalam acara Sega Fes 2018 yang dilangsungkan akhir minggu lalu, perusahaan permainan video asal Tokyo itu memperkenalkan Mega Drive Mini.

Sega Mega Drive Mini 1

Mega Drive Mini akan dilepas bertepatan dengan momen ulang tahun console ke-30. Sistem bernama alternatif Sega Genesis itu melakukan debutnya pada tanggal 29 Oktober 1988 di wilayah Jepang. Seperti SNES Classic Edition, Mega Drive Mini adalah versi miniatur dari hardware gaming 16-bit garapan Sega. Perangkat punya penampilan yang khas, mengusung tubuh kotak berwarna hitam dipadu area bundar yang membingkai slot cartridge.

Meski demikian, kita tidak bisa lagi memasang cartridge permainan di sana. Mega Drive Mini kabarnya telah dibundel bersama game-game legendaris sang publisher. Sejauh ini, Sega belum mengungkap daftar judulnya, tetapi kemungkinan besar mereka akan memilihkan permainan-permainan paling ikonis di era 16-bit.

Berdasarkan gambar yang telah dipublikasikan, console tak lupa dibekali slider volume, switch power dan tombol reset. Belum diketahui apakah kita nanti bisa menambahkan lagi permainan dan seperti apa dukungan konektivitas Mega Drive Mini. Yang jelas, console retro itu akan ditemani oleh unit controller Mega Drive. Saya harap periferal kendali tersebut sudah memanfaatkan konektivitas USB dan kompatibel dengan PC ataupun sistem lain.

Dari laporan Polygon, Mega Drive Mini tidak diproduksi langsung oleh Sega. Mereka memberikan tanggung jawab tersebut pada AtGames, yaitu perusahaan Shenzhen yang sudah lama menekuni bisnis retrogaming melalui produk-produk ‘Flashback’. Mega Drive Mini sebetulnya bukanlah console retro Sega pertama kreasi AtGames. Sebelumnya, produsen telah memasarkan Genesis Flashback sampai Genesis Portable Player.

Pertanyaan terbesarnya kini: faktor apa yang akan jadi andalan Sega untuk membuat Mega Drive Mini lebih istimewa dari console Genesis sejenis selain lisensi resmi? Dan bukan cuma AtGames, Retro-Bit juga sudah memperkenalkan Super Retro Trio Plus, yakni console retro yang mampu membaca cartridge tua serta mengoperasikan game-game NES, SNES dan Genesis.

Via Polygon.