Canon Ivy Rec Adalah Kamera Super Mungil Seukuran Flash Disk

Sebuah startup atau perusahaan baru umumnya memanfaatkan platform crowdfunding macam Indiegogo atau Kickstarter guna merealisasikan ide produknya. Namun sesekali ada pula perusahaan besar yang mengambil jalur serupa guna mengukur seberapa besar ketertarikan konsumen akan suatu produk baru yang biasanya berada di luar cakupan zona nyaman sang perusahaan.

Itulah yang hendak dilancarkan Canon dalam waktu dekat. Lewat Indiegogo, mereka memperkenalkan sebuah kamera unik bernama Ivy Rec. Unik karena bentuk dan dimensinya tidak jauh berbeda dari sebuah flash disk, dan bagian atasnya dilengkapi semacam karabiner untuk mengaitkan kamera pada beragam objek.

Sejauh ini Canon belum membeberkan detailnya secara merinci, kecuali beberapa elemen pentingnya: kamera mungil ini dibekali sensor CMOS berukuran 1/3 inci dengan sensor 13 megapixel yang mampu merekam video 1080p 60 fps. Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air hingga kedalaman 1 meter selama 30 menit.

Canon Ivy Rec

Bluetooth dan Wi-Fi turut tersedia, sehingga pengguna dapat memindah hasil foto dan videonya secara wireless, atau memanfaatkan ponselnya sebagai viewfinder. Yang cukup unik, lubang karabiner di atas lensanya juga merangkap fungsi sebagai viewfinder optik. Di bagian bawahnya juga terdapat lubang tripod standar.

Di samping sebuah tombol shutter, Ivy Rec hanya mengemas satu kenop untuk menyala-matikan perangkat sekaligus mengganti mode pemotretan atau perekamannya. Sisanya mungkin baru bisa diatur lewat aplikasi pendampingnya di smartphone.

Sayangnya informasi mengenai Canon Ivy Rec baru sebatas itu. Canon bahkan belum mengungkap kapan kampanye crowdfunding-nya bakal dimulai, dan berapa kira-kira harganya. Semestinya tidak akan terlalu mahal, dan konsumen juga bisa mendapatkan potongan harga sebesar 30% apabila memesan selama masa early bird kampanyenya.

Sumber: DPReview.

Adaptor Keyboard dan Mouse Gamo G+ Siap Bantu Anda Jadi Raja Game Mobile

Sejujurnya saya tak pernah membenci game mobile. Sebaliknya, saya sangat mengapresisasinya karena mereka-lah yang membuat video game jadi mudah diakses dan kian merakyat. Saya hanya kurang suka menikmati permainan di layar kecil. Indra penglihatan ini sudah tidak lagi berada di kondisi prima, ditambah lagi sistem kendali berbasis layar sentuh yang bagi saya kurang intuitif.

Kini memang tersedia banyak aksesori tambahan smartphone yang dirancang untuk membuat gaming di layar kecil jadi lebih nyaman. Beberapa dari mereka sengaja didesain menyerupai gamepad. Pendekatan tersebut cukup fleksibel buat menangani sejumlah genre permainan, tetapi gamer hardcore mungkin punya pendapat berbeda: untuk mereka, keyboard dan mouse masih merupakan periferal kontrol paling akurat dan responsif.

Itu alasannya mengapa tim GamoHub tidak mencoba menawarkan suatu aksesori berdesain ‘inovatif’. Mereka malah menyodorkan solusi berupa opsi konektivitas yang memungkinkan kita untuk menyambungkan keyboard dan mouse favorit ke smartphone tempat Anda bermain. Sambungan itu dihadirkan melalui perangkat bernama Gamo G+ yang mereka presentasikan via Kickstarter.

Gamo G+ merupakan adaptor Bluetooth untuk keyboard dan mouse agar bisa dihubungkan ke perangkat berbasis iOS maupun Android. GamoHub menjanjikan koneksi Bluetooth bebas lag, memungkinkan kita mengakses permainan-permainan shooter, real-time strategy dan role-playing secara leluasa. Gamo G+ diklaim mendukung hampir semua game mobile (misalnya Fortnite, Creative Destruction, Rules of Survival, PUBG Mobile, Hearthstone), dan Anda dibebaskan buat mengonfigurasi shortcut hingga kombinasi beberapa tombol.

Adaptor ini mengusung tipe sambungan Bluetooth versi 4.0. Ia bekerja secara universal, tanpa membutuhkan root atau sistem emulasi, jadi kemenangan Anda di game tetap terhitung legal. Dengannya, Anda dapat memasangkan beragam jenis papan ketik – baik full-size maupun varian one-hand – serta mouse. Meski begitu, GamoHub menyarankan agar Anda menggunakan jenis berkabel/wired agar pengalaman bermainnya optimal.

Gamo G+ Game Adapter ialah aksesori berukuran kecil. Dimensinya hanya 94x31x16-milimeter dan mempunyai bobot 41,5-gram. Ia kompatibel dengan perangkat ber-OS Android 4.4 dan iOS 10, atau versi lebih baru. Mengulik lebih jauh, sepertinya Gamo G+ belum siap menopang smartphone-smartphone yang mengusung system-on-chip MediaTek.

Dengan kemampuannya ini, tentu saja Gamo G+ tak hanya siap menunjang kegiatan bermain, namun juga bisa membantu Anda bekerja layaknya membawa laptop.

GamoHub sudah mulai menawarkan produk tersebut melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding tersebut, produsen menjajakannya seharga mulai dari US$ 40 (harga retail-nya adalah US$ 60). Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.

Canon Siap Luncurkan Action Cam Mungil ‘Clippable’ Ivy Rec

Produk-produk fotografi dari Fujifilm dan Sony saat ini memang tengah naik daun di kalangan pengguna, namun data terbaru menunjukkan bahwa Canon-lah yang menempati urutan pertama daftar penjualan kamera DSLR dan mirrorless pada tahun 2018 di kawasan Jepang, dibuntuti Nikon dan Olympus. Tapi meski jadi pemimpin pasar, perusahaan imaging asal Tokyo itu tidak berhenti bereksperimen.

Setelah sempat memperkenalkan printer kamera instan Ivy Mini di bulan April 2018, Canon meluncurkan lagi sepasang kamera instan dengan printer build-in bernama Ivy Cliq dan Ivy Cliq Plus. Namun Ivy sendiri sepertinya bukanlah sub-brand yang dikhususkan pada produk instant camera semata. Buktinya, Canon baru-baru ini diketahui tengah menggodok kamera action mini spesialis kegiatan outdoor di bawah nama Ivy.

Melalui situs Indie Gogo, Canon memperkenalkan Ivy Rec, kamera portable yang siap jadi rekan ketika Anda pergi bertualang. Buat sekarang, hanya ada sedikit informasi terkait Ivy Rec yang telah produsen ungkap. Dari pengamatan saya, kamera ini memiliki wujud mirip thumb drive, dilengkapi dengan clip di bagian atas – sehingga kita dapat mudah menggantungnya. Modul lensa diposisikan di tengah, dilindungi bezel dari benturan.

Canon Ivy Rec 2

Ivy Rec tidak mempunyai layar, tetapi di sinilah aspek teruniknya. Bagian clip/gantungan kamera ini juga berfungsi sebagai viewfinder analog. Menurut Canon, absennya display LCD akan mengurangi kecemasan kita soal peluang layar tersebut rusak. Alternatifnya, Anda bisa mengakses live preview dari aplikasi mobile di smartphone. Ketika Ivy Rec tersambung ke ponsel pintar via Bluetooth, Anda dapat dengan mudah menyimpan, memindahkan serta men-share foto dan video.

Dari beberapa gambar di situs Indie Gogo, saya melihat adanya dial di sisi belakang untuk mengubah mode pemakaian (foto, video, multi dan buat mengakses fungsi wireless). Canon Ivy Rec kabarnya mempunyai struktur tubuh yang tahan benturan, kedap air (tercemplung maksimal sedalam 1-meter selama setengah jam), serta berbobot ringan (produsen belum menginformasikan berat perangkat ini secara spesifik).

Dalam mengabadikan momen, Ivy Rec mengandalkan sensor CMOS 13-megapixel 1/3-inci. Kamera action ini mampu merekam video di resolusi full-HD hingga 60-frame per detik. Canon juga sempat menekankan bagaimana Ivy Rec sangat ideal untuk pengambilan gambar di luar ruangan.

Canon berencana untuk memulai kampanye crowdfunding Ivy Rec di Indie Gogo dalam waktu dekat, tetapi waktu spesifiknya belum diketahui. Itu berarti, belum dapat dipastikan pula harga serta kapan produk ini akan tersedia.

MiniBook Ialah ‘Mobile Workstation’ Mungil Berdesain Convertible

Banyak orang masih membayangkan workstation sebagai alat komputasi berukuran besar untuk kebutuhan teknis atau ilmiah. Pandangan ini pelan-pelan berubah setelah versi mobile-nya bermunculan. Teknologi memungkinkan produsen memampatkan hardware-hardware berkinerja tinggi di perangkat berukuran mungil, termasuk laptop-laptop berdesain ultra-thin.

Sejak ide itu diajukan, rancangan dan penyajian mobile workstation tidak banyak berubah – kecuali pada tingkat ketipisan produk. Namun sebuah perusahaan asal Shenzhen bernama Chuwi mencoba sesuatu yang berbeda. Mereka mengajukan sebuah pertanyaan: bagaimana seandainya workstation tak cuma berukuran kecil, tapi juga dapat digunakan layaknya notebook convertible? Inilah dasar dari penggarapan MiniBook.

Sederhananya, MiniBook adalah mobile workstation berukuran saku (volumenya kurang lebih hanya seperempat laptop tradisional), sehingga memudahkan kita menyimpan dan membawa-bawanya. Aspek terunik dari desain MiniBook sendiri ialah kehadiran sepasang engsel putar 360 derajat, yang memungkinkan perangkat digunakan secara terbalik atau dalam mode tablet berkat dukungan layar sentuh.

“Lewat riset, kami menyadari bahwa perangkat ultra-mobile personal computer yang banyak tersedia di pasar masih menyimpan kekurangan,” tulis Chuwi di laman Indie Gogo, “hal inilah yang menginspirasi kami untuk mengembangkan MiniBook. Tujuannya adalah buat mengoptimalkan pengalaman penggunaan para user.”

MiniBook menyajikan layar sentuh seluas 8-inci dengan dimensi 20,1×12,8×1,9-sentimeter. Saat mengangkat layarnya, Anda disuguhkan keyboard berdesain padat dipadu tombol abjad lengkap. Desainer Chuwi tetap memerhatikan jarak antar tuts sehingga kegiatan mengetik tetap nyaman, sembari menawarkan opsi layout Inggris atau Jepang. Bagian display-nya mengusung rasio 16:10 dan menyajikan resolusi 1920x1200p.

MiniBook 2

Bagi saya, yang sedikit mengganjal adalah bagaimana Chuwi memasarkan MiniBook sebagai mobile workstation ketika pada nyatanya ia memiliki susunan hardware sekelas MacBook Air dan Surface Go.

Perangkat diotaki prosesor Intel Core m3-8100Y, juga ditopang chip grafis Intel HD 615, RAM 8GB LPDDR3 dual-channel, penyimpanan seluas 128GB, serta kamera 2Mp untuk kebutuhan teleconference. Selain itu, tersedia slot ekspansi yang memungkinkan kita menambahkan storage SSD M.2 dan kartu TF.

MiniBook 3

MiniBook juga punya aspek konektivitas yang lebih luas dari produk-produk kompetitor, dibekali satu port USB type-C, USB type-A 3.0 dan 2.0 serta microHDMI. Sebagai komparasi di sisi koneksi, keunggulan MacBook Air hanya terletak pada eksistensi Thunderbolt.

MiniBook 4

Rencananya akan didistribusikan mulai bulan September 2019, MiniBook bisa Anda pesan via situs crowdfunding  Indie Gogo seharga mulai US$ 530. Tersedia pula opsi alternatif yang lebih ekonomis lagi, memanfaatkan prosesor Intel Celeron N4100 seharga US$ 430. Perlu Anda ketahui bahwa Chuwi bukanlah pemain baru di ranah pembuatan laptop mini. Mereka pernah memproduksi beberapa tablet berbasis Windows ala Microsoft Surface.

Platform KaryaKarsa dan Upaya Memberdayakan Pekerja Kreatif

Menjadi tempat bagi para penggemar untuk mengapresiasi karya para kreator, demikian platform KaryaKarsa diperkenalkan. Diprakarsai oleh Ario Tamat, orang yang juga berada di balik Ohdio dan Wooz.in, platform tersebut mengusung semangat “berdaya untuk berkarya”. Cita-citanya, membantu para pengembang konten kreatif untuk tetap berkarya dari apresiasi penggemar dalam bentuk tip atau berlangganan.

KaryaKarsa memiliki konsep yang serupa dengan Patreon, yang sudah berhasil membantu 70 ribu kreator terhubung dengan para penggemarnya. Esensi mereka adalah memudahkan penikmat karya berkontribusi dalam bentuk uang sehingga bisa membantu penghasilan kreator yang mereka gemari.

“Ide mengenai KaryaKarsa sendiri sudah berputar-putar dalam kepala sejak 2 tahun lalu, salah satu ide yang menurut saya perlu dicoba untuk industri musik. Titik awalnya memang mencari cara supaya musisi indie bisa mendapatkan pemasukan tambahan yang bukan sponsor endorsement, manggung atau jual merchandise,” jelas Ario.

KaryaKarsa akan memfasilitasi kreativitas di bidang musik, video, audio, ilustrasi, animasi, hingga pakar di bidang tertentu. Ke depannya Ario berharap bisa mendukung sebanyak mungkin karya, yang terpenting konsisten berproduksi dan memiliki basis penggemar.

“Target penggunanya tentunya adalah kreator dengan basis fans, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk kreator yang baru akan membangun basis fans. Kami ingin memberikan cara alternatif untuk kreator untuk menghasilkan uang. Pain points yang ingin kami sasar: kemudahan transaksi yang tidak bergantung pada ‘produksi’ sebuah karya, tapi lebih kepada mendukung hidup yang berkarya. Membentuk sebuah aliran penghasilan yang lebih mudah diprediksi untuk kreator,” jelas Ario.

Kontribusi pendanaan via e-money

KaryaKarsa paham betul teknologi mampu menjadi solusi untuk fondasi inisiatif ini. Platform tersebut memungkinkan kreator untuk membuat akun yang nantinya menjadi jembatan penghubung dengan para penggemarnya. Beberapa fitur yang ditawarkan antara lain keleluasaan mengatur tingkatan pendanaan yang bisa diberikan.

Untuk menjaga interaksi, kreator juga bisa menawarkan konten eksklusif yang hanya bisa diakses melalui KaryaKarsa pada tingkat pendanaan tertentu. Atau bisa menawarkan kegiatan lain seperti jumpa penggemar, mini konser dan interaksi lainnya. Untuk memudahkan proses pendanaan KaryaKarsa memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh e-money, seperti Go-Pay dan Ovo.

“Dengan kontribusi melalui tingkatan-tingkatan pendanaan yang diatur oleh kreator, fans dapat menikmati apa pun yang sudah diatur oleh kreator untuk tiap tingkatan tersebut. Menimbang bahwa interaksi antara fans dan kreator itu rentang, jenis dan dinamikanya luas sekali, kami memilih untuk memfokuskan untuk memudahkan transaksi antara fans dan kreator dulu.”

Masih dalam tahap pengembangan

Untuk membangun KaryaKarsa, Ario dibantu oleh Pandji Pragiwaksono dan Aria Rajasa sebagai advisor. Platformnya sendiri saat ini masih dalam tahap riset dan pengembangan dan terus menanti masukan dan usulan dari banyak pihak.

“Untuk saat ini kami ingin fokus riset data dan membangun sistemnya, untuk dapat meluncur di tahun 2019 dengan beberapa kreator. Kami ingin memastikan dengan benar bahwa konsep ini akan sehat, berkembang dan berkesinambungan,” tutup Ario.

Berbobot Cuma 440g, GPD MicroPC Ialah Komputer Saku Untuk Para Profesional

Di tahun 2016, ketika demam notebook berperforma tinggi sedang ada di puncaknya, produsen bernama GPD mengajukan sebuah ide unik: bagaimana jika konsep laptop dan console handheld dipadukan jadi satu produk yang bisa Anda selipkan dalam kantong? Sejak saat itu, terlahir-lah perangkat-perangkat komputasi berukuran mungil – baik yang diracik sebagai netbook serta gaming PC.

Dan lewat produk terbarunya, sang produsen asal Shenzhen itu mencoba untuk memberi dukungan bagi ranah produktif. Belum lama ini, GPD menyingkap MicroPC, sebuah laptop berlayar 6-inci yang didesain khusus buat para profesional. Dengan wujud yang begitu mungil dan berat hanya 440-gram, GPD yakin MicroPC dapat menjadi solusi perangkat komputasi di berbagai skenario: eksplorasi, penambangan, arkeologi, institusi pendidikan, manufaktur, retail hingga militer.

MicroPC 2

MicroPC punya form factor menyerupai saudara-saudaranya, dengan dimensi 153x113x23.5-milimeter – kurang lebih sebesar dompet. Begitu layar diangkat, Anda segera disuguhkan papan ketik QWERTY minimalis yang turut ditunjang backlight putih. GPD menempatkan touchpad di area kanan atas serta rangkaian tombol mouse di sebelah kiri. MicroPC mengusung layar H-IPS buatan Sharp beresolusi 1290x720p yang diproteksi oleh lapisan Corning Gorilla Glass 4.

MicroPC 1

Salah satu hal menarik dari MicroPC adalah bagaimana GPD berupaya menyajikannya sebagai alternatif dari Microsoft Surface Go. Beberapa aspek menjadi komparasi, dan MicroPC memang unggul di beberapa poin, misalnya harga yang lebih terjangkau, opsi sistem operasi berbeda (ada Windows 10 Pro dan Ubuntu Mate 18.10), dan koneksi nirkabel lebih baru (Bluetooth 4.2 vs. 4.1).

MicroPC 4

Ditakar dari penampilan, Surface Go memang lebih tipis dibandingkan MicroPC, namun hal tersebut dimanfaatkan GPD untuk membubuhkan berbagai port fisik krusial seperti LAN, HDMI, tiga buah USB A, serta RS-232 yang mungkin masih dibutuhkan buat keperluan industri. Lalu produsen juga membekalinya dengan sistem pendingin aktif sehingga hardware dapat bekerja lebih maksimal. Tentu saja, produsen tidak melupakan konektivitas modern. MicroPC turut ditopang Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac dan slot card reader Micro SDXC.

MicroPC 3

Berbicara soal hardware, MicroPC diotaki oleh chip Intel Celeron N4100 berisi empat-core dan empat-thread, juga ditunjang GPU Intel UHD Graphics 600, memori RAM LPDDR4 8GB (Surface Go masih memakai LPDRR3), serta medium penyimpanan berbasis SSD M.2 seluas 128GB.

MicroPC kabarnya sudah masuk dalam tahap produksi, dan GPD punya agenda untuk mulai memasarkannya di bulan Mei 2019 ini. Produk bisa Anda pesan sekarang di situs Indie Gogo, dan selama kampanye crowdfunding masih berlangsung, MicroPC bisa dibeli seharga mulai dari US$ 314 – dengan harga retail US$ 414.

Pintar, Tipis dan Stylish, Smartwatch Hybrid Nowa Superbe Bisa Aktif Hingga 8 Bulan

Berakhirnya demam smartwatch yang ditawarkan oleh produsen-produsen elektronik dibuntuti oleh kelahiran arloji pintar berkonsep hybrid. Dikembangkan baik oleh watchmaker terkemuka hingga startup, smartwatch hybrid pada dasarnya menawarkan satu hal serupa: desain timeless layaknya jam tangan tradisional dipadu dengan konektivitas modern dan sistem notifikasi.

Smartwatch hybrid juga memberikan solusi atas kendala rendahnya daya tahan baterai di model standar. Beberapa varian hybrid menggunakan dua sumber tenaga, fungsinya agar fitur pintar perangkat bisa bekerja serta untuk menopang sistem pergerakan penunjuk waktu quartz. Namun produk Superbe buatan tim Nowa asal Paris punya keunggulan unik di aspek ini: seluruh fungsinya bisa beroperasi penuh selama delapan bulan berbekal sekeping baterai.

Ketika sebagian besar jam tangan hybrid mengusung case bundar, Nowa Superbe menggunakan rancangan ‘cushion‘ minimalis yang sedikit mengotak. Nowa mengklaim perangkat barunya ini sebagai smartwatch tertipis di dunia dengan ketebalan cuma 10mm. Tubuhnya terbuat dari stainless steel 316L dan mempunyai diameter 36mm. Ukuran tersebut memastikannya cukup fleksibel untuk dikenakan baik oleh laki-laki ataupun perempuan. Selain itu, produsen juga menyiapkan pilihan warna case dan tipe strap berbeda.

Melihatnya sekilas, kemungkinan besar Anda tidak akan menyadari bahwa Superbe merupakan smartwatch. Kacanya terbuat dari material mineral plus coating safir, dan strap-nya mudah digonta-ganti berkat pemakaian sistem quick release. Beragam fungsi Superbe dapat diakses dengan satu tombol yang menyamar jadi crown. Di tengah-tengah dial utama, Nowa mencantumkan lingkaran LED mungil sebagai indikator, akan menyala ketika ada panggilan masuk.

Nowa Superbe 1

Layaknya smartwatch, Nowa Superbe dibekali segala kemampuan activity tracking (minus GPS), misalnya menghitung jumlah langkah, jarak tempuh dan pembakaran kalori, plus mampu menakar kualitas tidur. Data-data yang ditangkap serta pencapaian Anda ditampilkan lewat app mobile – tersambung via Bluetooth. Melalui app pula, kita dapat mengatur serta menentukan zona waktu, kemudian ia juga kompatibel ke Apple Health dan Google Fit.

Nowa Superbe 2

Superbe punya daya tahan sekelas jam fashion di 3ATM (tetap aman saat terkena percikan air), dan ia dapat berfungsi jadi remote control buat ber-selfie. Menariknya lagi, sambungan Bluetooth di smartwatch hybrid ini bisa membantu Anda menemukan smartphone. Nowa Superbe ditenagai oleh baterai CR2025. Jika Anda sama sekali tidak menggunakan fitur pintarnya, perangkat bisa aktif hingga dua tahun.

Nowa Superbe 3

Nowa Superbe sudah bisa Anda pesan via Indie Gogo. Harganya sangat kompetitif, dijajakan mulai dari € 110 (kisaran US$ 122) di masa crowdfunding ini. Alternatifnya, Nowa juga punya koleksi smartwatch hybrid Shaper dengan desain bundar berdiameter 40mm.

Nowa Superbe 4

Gunakan E-Ink, Smartphone Kingrow K1 Coba Selamatkan Penglihatan Anda

Bagi banyak orang, performa fotografi merupakan daya tarik utama sebuah smartphone. Setelah itu, konsumen sadar pentingnya kemampuan perangkat dalam menghidangkan konten, dan mereka kian kritis saat menakar kualitas layar – dari mulai resolusi, jenis panel, aspek rasio hingga penampilan notch. Namun semakin canggih layar, biasanya ia kian menyedot baterai dan jarang kita sadari, output-nya juga berdampak buruk bagi mata.

Mengapa tidak sehat bagi penglihatan? Anda mungkin sudah sering mendengar penjelasan (dan rumor) mengenai radiasi yang dihasilkan oleh perangkat bergerak, tetapi emisi sinar biru (baik dari smartphone maupun monitor) ialah bahaya nyata bagi mata kita. Banyak produsen telah mencantumkan fitur filter blue light di produk mereka – membuat tampilannya jadi lebih kuning – namun hal ini dianggap masih belum cukup.

K1 1

Kondisi ini mendorong tim bernama Kingrow untuk meramu K1, yaitu sebuah smartphone berlayar e-ink atau electronic paper. Kingrow K1 memang bukanlah perangkat pertama yang mengusung teknologi ini. YotaPhone dan Hisense menggunakan e-paper sebagai layar sekunder, juga bisa Anda temui pada e-reader seperti Amazon Kindle. Meski begitu produsen berjanji, K1 mampu menghidangkan pengalaman ‘ber-smartphone sejati’.

Kingrow K1 mempunyai tubuh kotak (yang menjadi tren desain smartphone dua tiga tahun silam). Di sana terdapat layar electronic paper beresolusi 1280x720p seluas 5,17-inci yang menampilkan konten dalam warna monokromatis hitam-putih. Kingrow juga mencoba memastikan display tersebut mampu menampilkan teks serta gambar secara tajam dengan memaksimalkan kepadatan pixel-nya – berada di tingkat 283PPI.

K1 3

Untuk sekarang, produsen belum mengungkap detail hardware dari K1 selain menyebutkan penggunaan port USB type-C, ketersediaan slot kartu SIM ganda, serta dukungan baterai 3.100mAh yang menjanjikan waktu standby sampai dua minggu berkat iritnya konsumsi tenaga layar e-ink.

Spesifikasi secara lengkap dan harga kemungkinan akan diungkap begitu kampanye crowdfunding K1 dimulai di Indie Gogo, tapi data dari situs Priceboon mengindikasikan penggunaan hardware kelas entry-level – dibekali chip MediaTek Helio P23, RAM 2GB dan ROM 16GB. Menakar dari aspek ini, kesehatan mata dan harga tampaknya akan jadi nilai jual utama Kingrow K1.

K1 2

Layar e-ink atau electronic paper memiliki karakteristik layaknya kertas. Pada dasarnya ia tidak mengeluarkan cahaya, jadi tidak ada emisi sinar biru, dan dengan begitu tidak ada efek-efek negatif yang disebabkan olehnya seperti rasa lelah berlebihan pada mata hingga insomnia. Pertanyaannya kini adalah, apakah K1 juga dilengkapi sistem backlight buat penggunaan di tempat gelap atau malam hari?

Mamang.id Sediakan Teknologi untuk Pedagang Makanan

Mamang.id (Mamang) dikembangkan dengan membawa semangat membuat online UKM, pedagang keliling dan warung kaki lima di bidang jajanan dan makanan. Digitalisasi yang dilakukan diharapkan bisa membuat mereka “mudah ditemukan” pelanggan dan merapikan catatan penghasilan mereka.

Platform ini dikembangkan oleh Taufik Hajami dan Hadid Mubarak. Keduanya merupakan alumni Politeknik Negeri Bandung yang memiliki misi yang sama, membantu UKM di Indonesia melalui teknologi. Setelah melewati serangkaian survei, lahirlah Mamang.

Mamang mulai terjun ke lapangan dan memberikan pengarahan dan edukasi mengenai manfaat teknologi kepada pelanggan pada bulan Oktober 2018. Hampir setengah tahun berjalan, kini mereka sudah mendapatkan lebih dari 750 pedagang terdaftar yang semuanya berada di kota Bandung.

“Karena respon dari pedagang positif ketika mereka akan dibantu oleh teknologi, hanya saja perlu edukasi untuk sebagian besar pedagang di Indonesia yang masih belum melek teknologi. Saat ini untuk meyakinkan pedagang kami mendatangi lagnsung dan menjelaskan langsung kepada mereka, karena masih cukup sulit jika melalui media digital. Kita juga akan mencoba untuk bekerja sama dengan komunitas-komunitas pedagang dan kuliner yang ada di setiap wilayah di Indonesia,” terang CEO Mamang Taufik Hajami.

Saat ini Mamang memiliki tiga layanan. Yang pertama adalah aplikasi pedagang. di dalamnya terdapat menu untuk memasang foto dagangan, deskripsi, dan juga lokasi berjualan. Di dalam aplikasi ini juga pedagang akan mendapat fitur untuk mengelola menu dan fitur POS (Point of Sales). Lengkap dengan laporan statistik, resep dan lainnya.

Mamang juga menyediakan aplikasi untuk pembeli. Tujuannya memudahkan masyarakat mencari jajanan atau makanan di sekitar pengguna sesuai dengan kategori atau kata kunci. Informasi yang akan didapatkan meliputi informasi jadwal, lokasi, dan menu pedagang dan event.

Layanan ketiga, yang baru saja diluncurkan, adalah layanan crowdfunding. Fitur ini memungkinkan masyarakat terlibat dalam pendanaan UKM di bidang jajanan atau makanan. Di dalamnya pengguna bisa mendanai, mendapatkan laporan penjualan, bagi hasil, dan informasi sejenis.

“Prosesnya kita melibatkan orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun untuk menjadi mentor UMKM, sehingga diharapkan masalah-masalah yang sering muncul dalam usaha bisa dicegah sebelumnya. Mentor ini yang akan membantu UMKM merencanakan pendanaan dan hitungan lainnya, termasuk komposisi bagi hasil. Sehingga setelah kami validasi kami masukkan ke daftar UMKM yang membutuhkan pendanaan, barulah para investor dapat mulai mendanai melalui halaman investor,” terang Taufik.

Selanjutnya, setelah terkumpul, dana akan diserahkan ke mentor dan pelaku usaha menjalankan rencananya. Mamang akan menyediakan aplikasi mencatat setiap aktivitas dan transaksi yang terjadi.

Sebagai layanan yang belum genap berusia satu tahun, Mamang terus berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan layanannya. Salah satunya adalah dengan memperkuat sektor pemasaran. Targetnya tahun ini Mamang menargetkan terbentuk 300 UKM baru.

“Fokus kami saat ini adalah terus meningkatkan jumlah UMKM yang terdaftar dan terdanai melalui layanan crowdfunding dan mencari pendanaan yang akan digunakan untuk biaya marketing,” jelas Taufik.

Application Information Will Show Up Here

Platform Crowdfunding Pedulisehat Fokus Bantu Pembiayaan Pengobatan Penyakit Kritis

Besarnya biaya pengobatan yang kerap menjadi beban saat menderita penyakit kritis, menjadi alasan utama Pedulisehat didirikan. Platform ini mencoba membantu orang yang mengalami kesulitan finansial yang disebabkan penyakit kritis, melalui donasi atau penggalangan dana.

Pedulisehat didirikan CEO Raymond Chen dan didukung para investor yaitu Qingsongchou, Sinar Mas Multiartha, Multiverse Holding Limited, dan Yucn Limited.

Kepada DailySocial, Raymond menyebutkan, Pedulisehat menyediakan platform teknologi penggalangan dana berbasis media sosial (social media crowdfunding platform).

“Secara khusus Pedulisehat menyediakan platform atau wadah bagi para pasien yang kesulitan dalam hal keuangan untuk melakukan pengobatan penyakit serius yang diderita. Mereka dapat membuat penggalangan dana di platform Pedulisehat sehingga memudahkan bagi para calon donatur dan donatur untuk memberikan donasi.”

Pedulisehat dilengkapi dengan pilihan metode donasi (metode pembayaran) yang beragam, seperti Go-Pay, OVO, dan Virtual Account beberapa bank ternama.

“Pedulisehat bukan merupakan platform penggalangan dana dan donasi online yang menerima segala project atau campaign. Kami hanya fokus di kesehatan,” kata Raymond.

Target Pedulisehat tahun ini

Di bulan Maret 2019, Pedulisehat mencatat telah berhasil mencapai hampir 100 kampanye yang selesai penggalangan dananya, meski Raymond tidak menyebutkan total donasi dan jumlah donatur yang berhasil dikumpulkan.

Tahun ini Pedulisehat ingin mengembangkan fungsi teknologi agar tersedia fitur-fitur yang lebih bermanfaat bagi para pengguna. Di sisi lain, Pedulisehat juga ingin meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan banyak mitra yang memiliki nilai dan tujuan yang sama.

“Diharapkan Pedulisehat bisa menjadi platform penggalangan dana dan donasi online kesehatan terbaik dan terpercaya di Indonesia. Pedulisehat memiliki value yang berbeda dengan platform lainnya, yang mana kami menjunjung tinggi bahwa kesehatan adalah fondasi utama bagi manusia untuk hidup. Karena hanya pada saat kita sehat, kita dapat mengejar impian dan harapan lainnya agar bisa terwujud,” tutup Raymond.