Startup Edtech Schoters: Pandemi Percepat Akselerasi, Pasar Makin Matang

Salah satu sektor startup yang mengalami pertumbuhan saat pandemi adalah platform edtech. Bukan hanya di Indonesia, namun secara global platform yang menggabungkan edukasi, teknologi dan bisnis mampu menarik perhatian target pengguna hingga investor.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial mengundang Founder & CEO Schoters Radyum Ikono, untuk berbagi suka duka dan harapan sebagai penggiat startup yang menyasar sektor edtech di Indonesia saat ini dan ke depannya.

Pandemi percepat akselerasi

Saat Schoters baru didirikan sekitar tahun 2018, banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari edukasi hingga pemasaran dan cara tepat untuk memperkenalkan produk dan layanan yang dihadirkan kepada target pengguna.

Schoters adalah platform yang membantu siswa lulusan SMA/K dan profesional yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Impian sang pendiri adalah, agar lebih banyak lagi siswa Indonesia yang merasakan pengalaman berharga saat melanjutkan studi di luar negeri.

“Ketika pandemi bulan Maret 2020 lalu secara langsung memaksa banyak pengguna untuk mengadopsi kegiatan belajar-mengajar secara online. Termasuk di dalamnya produk dan layanan yang ditawarkan oleh Schoters.”

Terkait dengan makin banyaknya platform serupa yang mulai muncul ke permukaan, ternyata tidak menjadi kendala bagi platform seperti Schoters untuk terus tumbuh. Hal tersebut menurut Radyum justru menjadi tanda yang positif, meskipun persaingan harus lebih sengit lagi.

“Saya melihat dengan makin banyaknya platform baru yang bermunculan bisa menjadi pertanda bahwa pasar sudah mulai matang dan teknologi yang kami tawarkan ternyata memang sangat relevan saat ini. Ke depannya kami melihat akan menjadi signal yang baik bagi platform edtech untuk terus tumbuh, untuk bisa menciptakan ekosistem yang lebih baik lagi.”

Radyum menambahkan, makin banyaknya pemain serupa yang mencoba menyasar sektor edutech juga bisa memberikan ruang lebih dan kesempatan kepada para investor untuk memberikan investasi. Karena pada akhirnya, meskipun sifatnya tidak recurring seperti layanan e-commerce, namun dengan strategi yang tepat dan penggunaan yang sangat relevan saat ini, bisa menjadikan platform edtech menarik untuk dijajaki.

Edukasi, teknologi, dan bisnis

Sebagai lulusan terbaik DSLaunchpad tahun 2020, Schoters merasakan benar pentingnya menciptakan relasi yang baik antara pemain startup edtech lainnya. Sebagai startup yang bukan hanya berupaya untuk mencari profit, platform seperti Schoters juga memiliki misi sosial, untuk bisa mempermudah proses belajar dan edukasi kepada masyarakat luas secara online.

Jika dulunya proses ini hanya terbatas kepada offline saja, namun startup seperti Ruangguru telah membuktikan bahwa edukasi disandingkan dengan teknologi dan bisnis bisa tetap tumbuh dan berjalan dengan baik.

“Tentunya saya memberikan apresiasi kepada Belva Syah Devara pendiri Ruangguru. Karena dengan platform yang mereka tawarkan mampu menjadikan startup edtech lebih mainstream dan diterima dengan baik oleh pasar. Kesuksesan mereka yang kemudian menjadi inspirasi saya untuk mendirikan Schoters,”kata Radyum

Impian Radyum untuk Schoters adalah, agar bisa menjadi platform end-to-end yang kemudian bisa membantu siswa untuk mewujudkan impian mereka studi di luar negeri. Hal tersebut tentunya akan dihadirkan oleh Schoters melalui berbagai produk dan pilihan layanan hingga teknologi yang memudahkan semua proses.

“Sepanjang 1 sampai 2 tahun terakhir saya melihat perkembangan startup edtech makin baik di Indonesia. mengikuti apa yang sudah terjadi di negara lain, saya melihat ke depannya platform edtech makin pesat pertumbuhannya di Indonesia,” kata Radyum.

Application Information Will Show Up Here

Program Akselerasi Startup DSLaunchpad 2.0 Berakhir, Hasilkan 3 Lulusan Terbaik

Seluruh rangkaian program akselerasi startup DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) telah selesai dilaksanakan. Program ini merupakan upaya untuk membantu dan mendukung startup lokal dalam mengakselerasi skala bisnis mereka, sekaligus memfasilitasi para founders untuk mempelajari prinsip-prinsip yang dibutuhkan dalam membangun startup.

Pendaftaran peserta untuk program akselerasi ini dibuka pada tanggal 5 Oktober 2020 dan ditutup pada tanggal 18 Oktober 2020. Namun karena tingginya antusiasme pada founders, DailySocial.id dan AWS selaku penyelenggara sempat memperpanjang periode registrasi hingga tanggal 23 Oktober 2020. Selama pendaftaran dibuka, sebanyak 736 founders telah mendaftarkan diri untuk mengikuti DSLaunchpad 2.0.

118 Peserta Terpilih Lewat Proses Kurasi

Lewat tahapan proses kurasi yang tidak mudah, DailySocial.id dan AWS berhasil memilih peserta yang berhak mengikuti rangkaian program akselerasi. Proses kurasi ini awalnya direncanakan untuk memilih 100 peserta saja. Namun dengan banyaknya ide brilian startup yang didaftarkan, penyelenggara memutuskan untuk memfasilitasi semua ide terbaik, sehingga kuotanya ditingkatkan menjadi 118 peserta terpilih.

Para peserta terpilih ini berhak mengikuti rangkaian program akselerasi yang meliputi webinar dan mentoring 1-on-1 secara online via Zoom, serta mengerjakan berbagai tugas menggunakan platform DSLaunch. Lewat platform ini, penyelenggara memberikan berbagai tugas mingguan yang harus dikerjakan dan dikirimkan oleh peserta setiap akhir pekan. Para peserta juga perlu menyampaikan update terkait progress ide startup yang mereka kembangkan. Rangkaian program ini dilaksanakan selama empat pekan pada tanggal 2 – 29 November 2020.

Rangkaian Program Akselerasi Startup DSLaunchpad 2.0

Dalam rangkaian program ini juga diselenggarakan webinar serta mentoring secara 1-on-1 yang disampaikan oleh para experts, dengan pembahasan mengenai Idea Validation oleh Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners) dan Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures), Business Model oleh Edy Sulistyo (CEO of Go-Play) dan Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), Product Development & Prototyping oleh Ivan Arie (Co-Founder & CEO, TaniHub) dan Agung Bezharie (Co-Founder & CEO, Warung Pintar), serta Marketing yang disampaikan oleh Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo) dan Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia). Sesi webinar dan mentoring yang diselenggarakan ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan wawasan para peserta mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendirikan, membangun, dan mengembangkan startup berdasarkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh para mentor. Para peserta juga dapat bertanya dan berkonsultasi secara langsung mengenai kendala yang mereka hadapi saat mengembangkan startup kepada para mentor.

Pemilihan 10 Peserta Terbaik untuk Babak Demo Day

Selama rangkaian program dilaksanakan, DailySocial.id bersama AWS juga memilih 10 peserta terbaik berdasarkan beberapa penilaian, antara lain keaktifan peserta ketika mengikuti webinar dan mentoring, serta kesungguhan dalam meng-update progress dan mengerjakan tugas yang diberikan lewat platform DSLaunch. Para peserta terbaik ini berhak melakukan pitching dalam babak Demo Day yang diselenggarakan secara online pada tanggal 9 Desember 2020.

Dalam babak Demo Day ini, para peserta mempresentasikan pitch deck startupnya kepada para juri yang terdiri dari Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO & Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS), dengan kriteria penilaian antara lain: Problem are tried to figure out, The technology is used, Business model, UI/UX, dan The pitch presentation untuk menentukan lulusan terbaik alias Best Graduate DSLaunchpad 2.0.

3 Lulusan Terbaik DSLaunchpad 2.0

Setelah melewati proses penjurian yang ketat, terpilihlah 3 lulusan terbaik program DSLaunchpad 2.0 berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Best Graduate I diraih oleh Schoters, Best Graduate II diraih oleh Scrapiro, dan Best Graduate III diraih oleh Tebengan Indonesia. Ketiga startup lulusan terbaik ini berhak mendapatkan hadiah utama berupa uang tunai senilai total Rp 100 juta, dengan pembagian Rp 50 juta untuk Best Graduate I, Rp 30 juta untuk Best Graduate II, dan Rp 20 juta untuk Best Graduate III.

Kolaborasi DailySocial.id dan AWS dalam menyelenggarakan program DSLaunchpad 2.0 dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendorong kemajuan ekosistem startup dan bisnis teknologi di Indonesia. Bukan hanya sekedar mencari pemenang, melainkan untuk memfasilitasi para founder startup dalam memahami proses membangun dan mengembangkan bisnisnya dengan langkah yang tepat. Melaksanakan program akselerasi startup secara online juga menjadi sebuah tantangan. Namun dengan didukung oleh konsep dan platform yang tepat, program ini justru dapat menjangkau peserta lebih luas ke seluruh Indonesia.

DailySocial.id dan AWS mengucapkan terima kasih kepada seluruh founders yang telah terlibat dan berpartisipasi dalam program akselerasi startup DSLaunchpad 2.0 ini. Semoga rangkaian program yang telah dilaksanakan dan berbagai benefit yang telah diberikan kepada peserta dapat bermanfaat, terutama untuk pengembangan dan kemajuan startup yang dijalankan. Sampai jumpa dalam program DSLaunchpad batch selanjutnya.

Inilah 3 Lulusan Terbaik Program DSLaunchpad 2.0

Babak Demo Day DSLaunchpad 2.0 telah selesai dilaksanakan. Dalam fase terakhir program akselerasi startup yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) ini, terpilihlah 3 startup dengan predikat Best Graduate alias lulusan terbaik program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Ketiga startup lulusan terbaik ini berhak menerima hadiah utama berupa uang tunai senilai total Rp 100 juta, dengan pembagian Rp 50 juta untuk Best Graduate I, Rp 30 juta untuk Best Graduate II, dan Rp 20 juta untuk Best Graduate III.

Dalam babak Demo Day yang diselenggarakan secara online pada hari Rabu, 9 Desember 2020 pukul 13.00 – 15.00 WIB, 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0 yang sebelumnya telah terpilih melakukan pitching di hadapan para juri yang terdiri dari Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS).

Kriteria penilaian yang dijadikan acuan untuk memilih lulusan terbaik dalam babak Demo Day ini antara lain sebagai berikut: Problem are tried to figure out, The technology is used, Business model, UI/UX, dan The pitch presentation. Lewat proses penilaian yang tidak mudah, para juri akhirnya memilih 3 startup yang berhak menyandang predikat Best Graduate, hasilnya adalah sebagai berikut.

Best Graduate I – Schoters

Startup ini bergerak di bidang pendidikan yang model bisnisnya fokus untuk membantu penggunanya untuk mempersiapkan studi S1, S2, dan S3 ke luar negeri. Mulai dari persiapan bahasa, mencari kampus dan beasiswa, hingga pengurusan visa dan administrasi dokumen lainnya. Pada saat pitching di babak Demo Day DSLaunchpad 2.0, Radyum Ikono selaku Co-Founder dan CEO menyampaikan bahwa saat ini Schoters juga telah memiliki lebih dari 300 ribu pengguna, serta telah membantu para penggunanya untuk diterima di lebih dari 100 universitas di 26 negara. Dengan predikat Best Graduate I, Schoters berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 50 juta.

Best Graduate II – Scrapiro

Startup asal Jakarta ini menyediakan layanan untuk menghubungkan antara pemilik sampah dengan pengumpul sampah yang ada di sekitarnya, untuk mempermudah transaksi daur ulang sampah. Dalam mengembangkan aplikasi, mereka juga menggunakan sistem geolokasi dan live chat bot, serta memanfaatkan WhatsApp sebagai sarana komunikasi untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan layanannya. Dengan menjadi Best Graduate II, Scrapiro berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 30 juta.

Best Graduate III – Tebengan Indonesia

Startup ini bergerak di bidang transportasi, dengan menjelaskan dirinya sebagai marketplace jual beli kursi kosong untuk perjalanan antar kota. Tebengan Indonesia adalah aplikasi ridesharing yang menemukan pengemudi dan penumpang di lingkungan yang sama yang pergi ke arah yang sama untuk mengatur perjalanan tebengan bersama. Dengan predikat Best Graduate III, Tebengan Indonesia berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 20 juta.

DailySocial.id dan AWS selaku penyelenggara mengucapkan selamat kepada para lulusan terbaik program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Semoga hadiah dan penghargaan yang diterima dapat menjadi pendorong untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas startup yang dimiliki agar dapat memberikan layanan yang lebih baik bagi para pengguna dan masyarakat secara umum. DailySocial.id dan AWS juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh founders yang telah berpartisipasi dalam program ini. Mulai dari 736 founders yang telah mendaftar, 118 startup yang berhasil menjadi peserta terpilih untuk mengikuti rangkaian program utama, hingga 10 peserta terbaik yang berhak melakukan pitching di babak Demo Day.

Semoga rangkaian program DSLaunchpad 2.0 yang telah diselenggarakan oleh DailySocial.id dan AWS dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan manfaat yang baik bagi perkembangan startup para peserta ke depannya. Sampai jumpa dalam program DSLaunchpad batch selanjutnya!

DSLaunchpad 2.0: Membuka Ruang Akselerasi dan Kolaborasi Startup Indonesia

Program akselerasi DSLaunchpad 2.0 kini telah memasuki rangkaian akhir. Selama kurang lebih satu bulan, para peserta memanfaatkan kesempatan untuk mengakselerasi ide dan inovasi yang mereka miliki bersama para experts. Program akselerasi ini juga tidak hanya membuka kesempatan bagi startup yang berada di Jabodetabek, tetapi juga seluruh Indonesia karena diadakan secara online. Melalui program akselerasi ini, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dengan berbagai mentor di berbagai topik mulai dari idea validation, business model, prototyping, dan juga marketing.

Bantu Startup Akselerasi dari Berbagai Topik Mentoring

Pada minggu pertama, para peserta mendapatkan materi fundamental yaitu idea validation. Melalui topik ini, peserta DSLaunchpad 2.0 belajar untuk mengidentifikasi masalah dan pain points yang ingin diselesaikan oleh startupnya.  Salah satu hal penting yang di-highlight oleh para mentor di topik ini adalah eksekusi. Tanpa eksekusi, ide yang dimiliki oleh para founder akan menjadi sia-sia. “Gak cukup kita cuma punya ide doang, tapi terlepas dari ide itu yang perlu kita lakukan pertama kali dengan segera itu adalah action-nya. Percuma kita punya ide banyak, ide bagus kalau tidak dilakukan.” ujar Michael Andrianus, founder Koalabora, saat mengutip ucapan para mentor.

Menurut founder Panggilin, Fido Tria Brahma, materi ini juga tidak hanya mengajarkan mereka hal baru, namun juga mengingatkan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh startup, salah satunya melakukan iterasi terus menerus untuk mengembangkan produknya. “Inti dari startup itu adalah iterasi terus menerus, test terus-menerus, walaupun sudah jadi, kita harus melakukan itu terus menerus.” tambah Fido kepada DailySocial.

dslaunchpad
Empat topik mentoring selama program akselerasi DSLaunchpad 2.0

Berkaitan dengan materi idea validation, peserta juga diberikan pemahaman terkait model bisnis yang tepat di minggu kedua.  Pada topik ini peserta diajak untuk mengerti bagaimana startup dapat mengoperasikan dan menghasilkan value dan revenue pada bisnisnya. Selanjutnya, pada minggu ketiga para peserta belajar terkait pembuatan prototipe yang dapat membantu mereka menguji dan mendemonstrasikan produk dengan efisien di tahap awal pengembangan startupnya.

Di minggu terakhir, peserta diajak untuk memiliki pemahaman perencanaan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan brand dan karakteristik konsumennya. Salah satu peserta, Tommy Hartono (Founder Scrapiro), mengungkapkan topik marketing sangat membantu startupnya yang kekurangan anggota tim dengan latar belakang marketing. Selain itu, topik ini juga membantu mereka untuk mengerti kebutuhan market dalam mengembangkan produk startupnya. “Kita harus tau what markets need, market demand-nya itu apa,  jangan sampai kita bikin produk yang sebenarnya market tidak butuh.” ujar Tommy.

Buka Kesempatan Berjejaring dan Tukar Wawasan Seluas-luasnya

Melalui program akselerasi yang diadakan secara online, DSLaunchpad 2.0 membuka kesempatan luas bagi seluruh startup di Indonesia untuk mengembangkan startupnya. Salah satu startup yang merasakan manfaat ini adalah startup asal Bali, Omni Hotelier. Menurut Wahyu Cahyadi, Co-Founder Omni Hotelier, kesempatan ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan seputar startup serta sharing dengan sesama pelaku startup di Jabodetabek. “Setelah ikut DSLaunchpad, benar-benar berbeda (terkait) yang selama ini aku ekspektasikan mengenai startup itu seperti apa, ternyata investor seperti ini, kalau melakukan market validation seperti ini harusnya.” tambah Wahyu.

Program akselerasi ini juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk melakukan networking dengan sesama peserta dan mentor. Networking ini diharapkan dapat membuka ruang kolaborasi baru serta menjadi momen untuk saling bertukar wawasan bagi tiap peserta. Tidak berhenti sampai situ, 118 peserta terpilih di DSLaunchpad 2.0 juga telah mendapatkan kredit dari AWS yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan layanan yang dibutuhkan untuk mengakselerasi startupnya selama ataupun sesudah program ini berlangsung.

Menurut pengakuan salah satu peserta, Ahmad Alimuddin (Founder Teman Pasar) program akselerasi seperti DSLaunchpad 2.0 ini juga membuka peluang untuk memperbanyak startup baru yang tumbuh dan berkembang, khususnya dari para pemuda untuk semakin memperkaya ekosistem startup di Indonesia. “Kita berharap tentunya semakin banyak anak-anak muda lain yang dirangkul oleh DailySocial.id untuk membangun startup mereka, karena bagaimanapun Indonesia saat ini sedang tumbuh, dan rata-rata banyak founder startup yang butuh mentorship seperti ini.” ujar Ahmad Alimuddin, Founder Teman Pasar kepada DailySocial.

DSLaunchpad 2.0: Kesempatan Emas Belajar dari Para Experts!

Selama kurang lebih satu bulan, para peserta DSLaunchpad 2.0 telah melewati berbagai rangkaian mentoring secara intensif bersama para experts. Topik yang menjadi pembahasan juga beragam, mulai dari idea validation, business model, prototyping, hingga marketing. Bersama para mentor, peserta diajak untuk mengakselerasi pertumbuhan startupnya sekaligus menimba ilmu dari pengetahuan dan pengalaman para mentor.

Didukung Latar Belakang Mentor yang Variatif

Pada rangkaian mentoring di DSLaunchpad 2.0, peserta mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan belajar dari masing-masing mentor melalui webinar. Sebanyak delapan sesi webinar diadakan untuk membekali para peserta dalam mengembangkan startupnya. Selain para peserta, DSLaunchpad 2.0 juga memberikan kesempatan kepada seluruh pendaftar untuk dapat menyaksikan sesi webinar ini melalui kanal youtube DailySocialTV.

Sesi mentoring DSLaunchpad 2.0 tidak hanya menyajikan topik yang beragam, tetapi juga menghadirkan variasi mentor yang siap memberikan insight kepada para peserta. Adapun mentor-mentor yang berpartisipasi dalam program akselerasi ini adalah Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners), Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures), Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia), Ivan Arie (Co-Founder & CEO, TaniHub), dan Agung Bezharie (Co-Founder & CEO, Warung Pintar).

dslaunchpad
Para mentor yang membantu peserta mengakselerasi startupnya di DSLaunchpad 2.0

Bagi para peserta, variasi ini tentunya mendatangkan banyak keuntungan. Menurut Founder Koalabora, Michael Andrianus, sebagai peserta ia merasa keragaman latar belakang para mentor membuat peserta tidak hanya dapat menggali insight dari perspektif pelaku startup, tetapi juga dapat mengetahui sudut pandang investor dalam melihat suatu startup. Sebagai peserta yang telah mengikuti program DSLaunchpad untuk kedua kalinya, Ia mengungkapkan hal ini membantu peserta untuk mendapatkan kesempatan lebih banyak menggali best practices dari para mentor. “Kalo di DSLaunchpad kedua, kita bisa mendapat kesempatan untuk belajar bersama banyak mentor, jadi anggapannya ilmunya juga lebih luas.” ujar Michael kepada DailySocial.

Bagi startup early-stage, kesempatan mengikut program akselerasi ini menjadi kesempatan mereka untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Hal ini juga diakui oleh Founder Teman Pasar, Ahmad Alimuddin. Menurutnya, meski pendanaan adalah hal yang penting bagi startup, namun kesempatan mengikuti program akselerasi ini lebih Ia lihat sebagai kesempatan untuk belajar dari para mentor yang ada. “Setiap startup pasti butuh pendanaan, tidak bisa dipungkiri, tapi kita belum menaruh pendanaan itu yang paling utama, bagi kita yang paling utama (saat ini) itu kita butuh mentor” tambahnya.

Sesi One-On-One Bantu Peserta Memperdalam Pemahaman

Selain melalui webinar, para peserta terpilih di tiap sesinya juga diberikan kesempatan untuk mengikuti sesi one-on-one dengan para mentor. Sesi ini dianggap dapat memperdalam pemahaman peserta terkait startupnya. Selain itu, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berjejaring dan berinteraksi secara langsung dengan para mentor pada sesi ini.

“One-on-One luar bisa banget walau cuma 10 menit, bisa networking, pitching, dan sebenarnya kita ada follow-up session setelah itu” ujar Radyum Ikono, CEO Schoters.

Tiap minggunya, peserta juga dibekali tugas dan progress update untuk membantu para mentor dan tim program akselerasi memantau sejauh mana perkembangan dan pemahaman peserta terkait materi yang diberikan melalui platform DSLaunch. Harapannya, peserta dapat terus mengembangkan startupnya dengan lebih baik selama program akselerasi.

Selanjutnya, program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) kini akan memasuki tahapan akhir yaitu Demo Day. Sebanyak 10 peserta terbaik akan mempresentasikan startupnya di hadapan para juri pada tanggal 9 Desember 2020.

Ada lima juri yang akan menilai para peserta pada Demo Day yaitu Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS). Pada babak ini, tiga startup terbaik akan mendapatkan hadiah uang tunai senilai total 100 juta rupiah. Kegiatan Demo Day ini juga terbuka untuk umum dan dapat disaksikan secara live di kanal YouTube DailySocial TV.

Pentingnya Memahami Tujuan dan Strategi Marketing untuk Startup

Upaya pemasaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap startup, terutama bagi startup yang masih berada di tahap awal. Selain membantu menciptakan awareness terkait produknya, kegiatan pemasaran juga dapat membantu startup tahap awal melakukan validasi ide dan model bisnis, serta menguji prototipe produk yang telah dibuat.

Hal tersebut membuat topik marketing juga tidak ketinggalan untuk menjadi pembahasan dalam kegiatan mentoring pada program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Untuk membantu para peserta lebih memahami strategi dan eksekusi marketing startupnya, turut hadir sebagai mentor Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia) dan Shinta Nurfauzia (Co-CEO and Co-Founder of Lemonilo), untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya pada rangkaian terakhir sesi mentoring pada program akselerasi ini.

Mengerti Makna dan Tujuan dari Upaya Marketing yang Ingin Dilakukan

Secara pengertian, ada banyak sekali pengertian marketing yang bisa kita temukan di buku, internet, maupun sumber lainnya. Namun, menurut Johnny Widodo, dari berbagai versi pengertian marketing, secara kesimpulan ada beberapa hal yang dilakukan oleh marketing dalam perannya mendukung perkembangan bisnis.

Yang pertama, marketing dilakukan untuk mencari dan mengerti unfulfilled needs dan desire para konsumen. “Marketing has to think how it can help to profitably translate that consumer needs into revenue or even profit.” ujar Johnny. Kedua, marketing merupakan upaya untuk membangun hubungan dengan konsumen. Terakhir, untuk membangun hubungan tersebut, marketing dapat dilakukan dengan menciptakan pesan yang dapat mendorong konsumen untuk mengambil satu action.

Setelah itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh startup untuk memulai upaya pemasarannya adalah dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Johnny, ada dua objektif utama dalam upaya marketing, yang pertama adalah membangun brand lalu yang kedua adalah mendukung growth dari bisnis yang dimiliki. Senada dengan Johnny, dalam presentasinya, Shinta Nurfauzia mengungkapkan secara umum ada beberapa marketing objectives yang biasa digunakan, yaitu:

  • Melakukan promosi produk baru
  • Membangun brand awareness
  • Meningkatkan penjualan
  • Membidik market dan konsumen baru
  • Menjaga hubungan dengan konsumen lama
  • Meningkatkan brand loyalty;

Selain marketing objectives yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi pilihan lainnya dalam menentukan tujuan pemasaran, tergantung kebutuhan brand masing-masing. “Pertanyaan pertama kalau kita mau melakukan marketing, apa dulu nih tujuannya, harus jelas, karena tujuan yang berbeda maka cara dan usahanya bisa berbeda pula.” jelas Shinta.

Membangun Strategi dan Eksekusi Marketing di Tahap Awal

Dalam membangun suatu brand, strategi marketing dapat difokuskan untuk memenuhi berbagai marketing funnel yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk mengonversi konsumen potensial mulai dari tahap awareness hingga advocacy, dimana konsumen akan menjadi sosok brand evangelist untuk startup. “Bagaimana sebenarnya kalau kita lihat dari awareness orang yang pernah dengar brand kita sampai dia mengconsider untuk memakai, sampai dia coba, sampai dia beli lagi, sampai dia akhirnya bilang I’m just gonna use that brand.” tambah Johnny. Selain itu, dari dua sesi yang berbeda, ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi dan eksekusi marketing di tahap awal menurut kedua mentor, yaitu bagaimana startup dapat memilih channel marketing yang tepat dan memulai upaya pemasaran secara organik lewat peran digital marketing.

a. Memilih Chanel Marketing yang Tepat

Untuk membuat strategi marketing yang tepat, startup juga perlu mengandalkan data dan insight. Peran kedua hal tersebut disini sangat penting untuk membantu startup dalam membangun strategi di awal, serta mengevaluasi strategi tersebut di akhir kampanye. Termasuk dalam menentukan channel marketing apa yang akan digunakan untuk menjangkau konsumen.

Bagi startup di tahap awal, mengetahui channel marketing yang tepat tentunya dapat membantu mereka menghemat tenaga dan biaya dalam melakukan kegiatan marketing. Salah satu caranya dengan mengetahui siapa target konsumen utama kita, lalu memilih channel apa yang efektif untuk menjangkau mereka. “Kalau budget kita tidak banyak, sebenarnya akan sangat membantu jika kita tahu dulu low-hanging fruit consumen kita siapa atau main target market kita siapa, kemudian kita fokuskan energy dan juga cost untuk marketing ke satu target itu.” tambah Shinta.

b. Memulai dari Upaya Organik lewat Digital Marketing

Dalam sesinya, Shinta menyarankan kepada para pelaku startup tahap awal untuk memulai upaya marketing secara organik, salah satunya melalui digital marketing. “Always start with organic channel, always start with organic digital marketing.” ujarnya. Saat ditanya kapan seharusnya startup mulai melakukan upaya berbayar dalam strategi marketing, Shinta menjawab salah satu indikatornya adalah saat kurva perkembangan saat melakukan upaya organik mulai stagnan. “At one point growthnya stagnan curve-nya, disitulah dibutuhkan paid marketing.” ucapnya.

Pada akhirnya, tujuan dan strategi marketing yang diterapkan oleh masing-masing startup harus kembali disesuaikan dengan kebutuhan brand dan juga karakteristik konsumen. Selain itu, startup juga harus terus menganalisis data yang dimiliki untuk dapat dijadikan bahan menyusun strategi marketing berikutnya. Dengan penyusunan strategi yang tepat, startup dapat menjangkau konsumennya dengan lebih efektif dan efisien.

Prototyping, Cara Startup Mengembangkan Produk dengan Lebih Efisien

Selain melakukan validasi ide bisnis dan pembuatan business model yang tepat bagi startupnya, seorang founder juga perlu memikirkan bagaimana produk maupun layanannya bisa diuji kepada pengguna di awal pengembangannya. Salah satu cara melakukannya adalah dengan membuat prototipe dari platformnya. Melalui prototipe, startup dapat menguji dan mendemonstrasikan produknya dengan lebih cepat, simpel, dan efisien. Dengan begitu, startup dapat mengukur apa yang berjalan baik dan bergerak cepat untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki berdasarkan feedback pengguna.

Prototyping ini juga menjadi topik lanjutan dalam mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Pada topik ini, Ivan Arie (Co-Founder & CEO of Tanihub), Agung Bezharie Co-Founder & CEO of Warung Pintar, Mehr Vaswani (Startup Business Development Associate of AWS), dan Andrew Wangsanata (Solution Architect of AWS) hadir untuk berbagi pengalaman dan insight terkait prototyping kepada para peserta.

Kurangi Risiko dan Percepat Inovasi lewat Prototyping

Tujuan utama dari membuat prototipe bagi startup adalah mengurangi risiko produk yang dibuat di awal tidak cocok dengan kebutuhan dan keinginan pengguna saat produk dalam versi yang lebih lengkap diluncurkan. Melakukan prototyping juga membantu startup mempercepat inovasi dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan produknya.

Prototipe dapat dibuat dengan simpel namun tetap representatif dengan fitur dan bentuk yang minimalis. Menurut Andrew Wangsanata, startup dapat membuat prototipe yang simpel sebelum membuat platform yang lebih kompleks agar dapat melakukan banyak iterasi. “Kita selalu mau simple prototype sebelum yang kompleks, jadi kita bisa mulai kecil, kita bisa gagal dengan cepat, kita bisa iterasi dengan lebih banyak.” ujarnya.

Selain itu, Andrew juga menambahkan bahwa dengan membuat prototipe, startup dapat melakukan pengembangan produk yang bagus dengan lebih efisien. “Sebenarnya kalau kita prototyping, itu akan membuat produk yang lebih bagus, harga yang  lebih rendah, dan lebih efisien. Kenapa? Karena waktu kita prototyping, kita mulai dari kecil atau yang simple dan kita iterasi banyak.” tambahnya.

Lewat prototipe, startup juga dapat secara langsung melihat bagaimana pengguna merespon fitur-fitur esensial di versi awal produknya. Berbagai respon, baik positif maupun negatif, harus diperhatikan oleh founder. Hal ini berguna untuk benar-benar memvalidasi bagaimana produk yang dihadirkan dapat diterima dengan baik oleh calon pengguna ketika secara resmi diluncurkan. Tidak hanya itu, adanya prototipe juga memberikan kesempatan startup untuk membangun reputasi di kalangan pengguna.

The point of prototype is to validate certain ideas, jadi ideas apa sih yang mau di-validate. Mau gak sih orang untuk spend their time disini, mau gak sih orang menggunakan tools ini untuk membantu bisnisnya, atau misalnya (calon pengguna) mau gak sih orang pake tools ini untuk bisa connect ke supplier atau consumernya.” jelas Agung Bezharie.

Pentingnya Mindset Agile dan Open-Minded dalam Prototyping

Guna mendukung proses prototyping yang cepat, startup juga memerlukan mindset dan framework yang mendukung, salah satunya dengan menerapkan sistem kerja yang agile. Melalui Agile ways of working, tim dapat bekerja dengan lebih cepat untuk menyelesaikan bagian-bagian kecil, serta saling terintegrasi dengan tim lain untuk mewujudkan pengembangan produk yang lebih cepat. Teknik kerja yang erat dikaitkan dengan sistem ini juga dikenal sebagai design sprint. “How you build software quickly and fast and instead of building everything upfront, you break it into smaller pieces.” ujar Mehr Vaswani saat menjelaskan tentang cara kerja yang agile.

Mindset lainnya yang juga wajib dimiliki oleh para founder adalah keterbukaan pemikiran terkait pengembangan produk. Seorang founder bisa saja memiliki ide untuk membuat aplikasi dengan kompleksitas fiturnya, akan tetapi bila hal tersebut tidak dibutuhkan oleh pengguna maka solusinya akan sia-sia dan tidak maksimal. Menurut Ivan Arie, dalam fase ini startup harus terbuka dengan pilihan berbagai opsi channel pengembangan produknya. “Keterbukaan dan open-minded dari tim co-founder itu penting banget untuk menentukan channel apa yang mau dipakai pertama kali.” jelas Ivan Arie.

Hal ini juga berkaitan dengan pemilihan bentuk prototipe yang akan digunakan. Anda bisa membuat prototipe dalam bentuk sebuah landing page, aplikasi sederhana, slide presentasi, atau bahkan dengan video penjelasan mengenai fitur yang dimiliki produk Anda. “There is no one best or only channel that is right.” ujar Ivan.

Bila menemukan kegagalan dalam proses prototyping, founder juga harus terus siap dan fokus pada perbaikan yang bisa dilakukan berdasarkan feedback dari konsumen yang didapatkan. “Kegagalan itu adalah bagian dari inovasi, kita gak bisa berinovasi tanpa kegagalan pastinya kita akan mengalami kegagalan yang besar. Yang kita mau kita bisa mengontrol bagaimana kegagalan itu terjadi.” tambah Andrew Wangsanata.

Proses prototyping ini tentunya bukan perjalanan yang mudah dan cukup dilakukan sekali saja. Feedback yang didapatkan dari konsumen, harus menjadi dorongan untuk melakukan iterasi secara terus menerus. Hal ini penting untuk dilakukan agar saat diluncurkan, platform yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan kemauan pengguna. “Prototype itu gak cuma terjadi sekali, it’s a constant process that you have to do over and over again inside your startup.” tutup Agung Bezharie.

Inilah 10 Peserta Terbaik DSLaunchpad 2.0

Rangkaian acara webinar dan mentoring program DSLaunchpad 2.0 telah selesai dilaksanakan. Sebanyak 118 peserta terpilih telah mengikuti 8 sesi webinar yang diselenggarakan secara online. Materi yang disampaikan meliputi Idea Validation, Business Model, Product Development & Prototyping, serta Marketing. Topik tersebut disampaikan oleh para experts yang menjadi mentor dalam ajang DSLaunchpad 2.0. Selain webinar, para peserta juga berkesempatan berdiskusi dan berkonsultasi secara langsung kepada para mentor dalam sesi mentoring 1-on-1 yang diadakan pada waktu berbeda.

Program akselerasi startup DSLaunchpad 2.0 yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) kini siap memasuki tahap selanjutnya, yaitu babak Demo Day yang akan berlangsung pada tanggal 9 Desember 2020. Selama rangkaian webinar dan mentoring berlangsung, DailySocial.id bersama AWS juga memilih 10 peserta dengan perkembangan paling baik untuk melakukan pitching pada babak Demo Day tersebut. Pemilihan 10 peserta terbaik ini dilakukan berdasarkan beberapa penilaian, antara lain keaktifan peserta ketika mengikuti webinar dan mentoring, serta kesungguhan peserta dalam meng-update progress dan mengerjakan tugas yang diberikan lewat platform DSLaunch.

Berdasarkan aspek-aspek penilaian tersebut, DailySocial.id dan AWS telah memilih 10 peserta terbaik yang berhak mengikuti babak Demo Day. Berikut adalah daftar 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0.

  1. Keeppack
  2. Koalabora
  3. Mantab
  4. Omni Hotelier
  5. Panggilin
  6. Schoters
  7. Scrapiro
  8. Tebengan Indonesia
  9. Teman Pasar
  10. Wiseree

DailySocial.id dan AWS mengucapkan selamat kepada 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0. Para peserta akan menyiapkan pitch deck terbaik untuk dipresentasikan dalam babak Demo Day yang akan dilaksanakan secara online pada tanggal 9 Desember 2020, serta dapat disaksikan secara live di channel YouTube DailySocial TV dan terbuka untuk umum. Para mentor yang juga menjadi juri dalam babak Demo Day ini antara lain Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS).

Dengan terpilih menjadi 10 terbaik, kesempatan para peserta akan semakin besar untuk menjadi 3 lulusan terbaik yang berhak mendapatkan hadiah utama berupa uang tunai senilai total 100 juta rupiah. Beberapa kriteria penilaian yang akan dijadikan acuan oleh para juri untuk memilih lulusan terbaik dalam babak Demo Day nanti adalah sebagai berikut:

  • Problem are tried to figure out
  • The technology is used
  • Business model
  • UI/UX
  • The pitch presentation

Sekali lagi selamat kepada para peserta yang terpilih. Semoga para peserta dapat melakukan pitching dengan baik, memenuhi berbagai kriteria penilaian yang telah ditentukan, serta mampu memukau para juri, penyelenggara, dan para peserta lain dalam babak Demo Day nanti. Langkah untuk mewujudkan mimpi dan mengakselerasi startup lewat program DSLaunchpad 2.0 semakin mantap.

Menentukan Business Model yang Tepat di Awal Perjalanan Startup

Memiliki ide bisnis yang tervalidasi dengan baik memang dapat menjadi bekal yang bagi suatu startup untuk menjalankan bisnisnya. Akan tetapi, ide bisnis tersebut akan menjadi sia-sia bila tidak dieksekusi dengan business model yang tepat. Business model merupakan aspek yang menjelaskan bagaimana startup dapat mengoperasikan dan menghasilkan value dan revenue pada bisnisnya.

Menyusun business model yang tepat di awal perjalanan startup bukan lah hal yang mudah.  Founder tidak hanya perlu memikirkan bagaimana solusinya sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi juga harus memikirkan bagaimana solusi tersebut juga dapat menghasilkan pemasukan untuk keberlangsungan dan pengembangan bisnisnya. Demi mencapai hal tersebut, founder harus terus bereksperimen untuk menemukan komposisi business model yang tepat bagi startupnya.

Untuk itu, penyusunan business model ini menjadi topik dalam kegiatan mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang berkolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS). Melalui topik ini, para peserta mendapatkan kesempatan untuk mempelajari pembuatan business model yang tepat bagi bisnisnya bersama Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), dan Steve Patuwo (Business Development Manager of AWS).

Menyusun dan Memvisualisasikan Business Model Canvas (BMC)

Dalam membuat sebuah business model, kerangka umum yang cukup banyak digunakan oleh startup adalah business model canvas (BMC). Melalui kanvas ini, startup dapat menyusun, memvisualisasikan, serta menjelaskan elemen-elemen bisnis yang saling memiliki keterkaitan.

Founder dapat menggunakan BMC untuk mengembangkan ide atau membuat sebuah business model baru. Menyusun business model canvas dengan baik juga dapat memperlihatkan kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan kekurangan yang perlu diperbaiki dari sebuah bisnis. “Business model itu menunjukkan kemampuan kalian (startup) berelasi dengan customer dan juga bagaimana Anda mendatangkan revenue untuk bisnis Anda.” jelas Markus Liman Rahardja.

Ada sembilan elemen yang perlu dicantumkan dalam BMC, yaitu: Key Activities, Key Partners, Key Resources, Channels, Value Proposition, Customer Segments, Customer Relationships,  Revenue Streams, dan Cost Structure. “This structure enables you to basically set out what elements needed to operationalize your business, elemen-elemen ini yang penting untuk diperhatikan sebelum Anda mengeksekusi your startup.” ujar Steve Patuwo terkait penggunaan BMC.

business model startup
Business Model Canvas (strategyzer)

Business Model juga Harus Divalidasi

Di awal perjalanan bisnisnya, bukan hanya ide bisnis yang harus divalidasi oleh para startup, melainkan juga business model yang mereka usung. Pada awalnya, founder mungkin perlu sedikit melakukan eksperimen untuk berhasil menemukan formula yang tepat terkait ide dan business model startupnya. “Business model itu sebetulnya harus divalidasi juga, gak bisa kita asal asumsi karena just because competitor doing it, berarti artinya kita bisa doing it, belum tentu juga.” terang Edy Sulistyo.

Pada proses validasi ini, penting bagi startup untuk dapat melibatkan pengguna secara langsung. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh user ketika mereka menggunakan produk yang dimiliki.

“Bagaimana kita mau get our hands dirty, trying to understand from the customer directly, trying to understand apa yang benar-benar mereka butuhkan atau problem apa yang mereka punya instead of apa yang kita pikirkan mereka punya problem.” tambah Edy Sulistyo.

Terkait validasi ide dan model bisnis ini, Edy menjabarkan bahwa salah satu indikator yang dapat dilihat apabila problem yang disasar benar-benar ada dan dirasakan pengguna adalah adanya pengguna yang mau membayar untuk produk ataupun jasa yang disediakan oleh startup kita. “If the customer is actually willing to pay, then we know there is a real problem.” ujarnya.

Menerka Business Model yang Baik untuk Startup

Saat ditanya terkait seperti apa business model yang dikatakan baik untuk suatu startup, Steve Patuwo mengatakan bahwa apabila business model tersebut selaras dengan apa yang ingin dicapai oleh para founder melalui startupnya. “The one that is true to your heart, what you really want to solve, what you passionate about.” jelas Steve.

Menurut Edy, tidak ada sebuah business model yang benar dan salah, namun apakah business model tersebut tepat atau tidak untuk startup kita. Baginya, business model terbaik adalah yang memberikan keuntungan bagi setiap pihak yang terlibat. “There is no such thing as right or wrong business model, tapi sebetulnya yang jelas business model yang baik pastinya customer berasa happy, dari bisnis kita merasa customer willing to pay, and the same time secara market juga growing, I think that is the best Business Model, everybody win-win.” tutup Edy.

Dari sudut pandang investor, Markus menilai business model yang baik juga bisa dilihat dari profitabilitasnya. Hal ini juga bisa menjadi indikator apakah suatu startup dapat dikatakan gagal atau tidak, bukan dari apakah startup tersebut dapat menghadirkan produk atau tidak. “Buat saya startup yang fail itu bukan berarti startup yang tidak berhasil menciptakan produk, tapi startup yang tidak bisa menciptakan business model yang baik untuk mencapai profitability. Sehingga perlu dipikirkan masak-masak, sebelum kita mempersiapkan startup kita kepada customer.” ujar Markus.

Membuat business model memang hal yang menantang bagi para founder baru. Namun, bila seorang founder dapat menyusun dan menjelaskan business model yang dimiliki dengan baik, nantinya tidak hanya berguna untuk perkembangan perusahaan, tetapi juga dapat menarik hati para investor saat melihat startup Anda.

Validasi Ide: Sebuah Awal Penting bagi Startup

Melakukan validasi ide merupakan kegiatan fundamental yang penting untuk dilakukan para pelaku startup. Bahkan, dapat dikatakan fase ini merupakan fase krusial dimana founder dapat melihat apakah ide startup yang dimiliki dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak.

Setiap orang bisa membuat ide bisnis. Akan tetapi, tanpa divalidasi dengan baik ide tersebut belum dapat dibuktikan skalabilitasnya. Hal ini juga yang menjadi topik pertama dalam rangkaian mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 bersama Amazon Web Services (AWS). Pada sesi mentoring yang dilakukan sebanyak dua sesi ini, DSLaunchpad 2.0 menghadirkan Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners) dan Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures) sebagai mentor untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait idea validation kepada para peserta.

Dimulai dengan Memastikan Problem Statement

Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh para founder ketika melakukan validasi ide adalah memastikan problem yang ingin diselesaikan oleh ide tersebut. Setelah menentukan problemnya, founders harus dapat mem-breakdown apa yang harus diketahui dan dilakukan untuk merealisasi ide bisnis tersebut. “Pertama (untuk melakukan idea validation) kita tau dulu apa yang mau kita address, isunya apa, dari situ berapa besar marketnya, dan apa yang membuat orang pakai barang kita.” ujar Pandu Sjahrir.

Proses menentukan problem statement dalam validasi ini juga berguna untuk membantu Anda melihat beberapa hal seperti:

  • Apakah ide ini nantinya akan berguna di masyarakat,
  • Apakah ide ini dapat meningkatkan efisiensi pada suatu sistem,
  • Melakukan pembentukan formula produk di awal untuk menemukan perbedaan dengan para kompetitor; serta
  • Sebagai bahan untuk meyakinkan investor terhadap scalability.

At the end of the day, kecuali punya dana sendiri, itu pasti (penting untuk melakukan) validasi dulu karena Anda ingin menggunakan dana pihak ketiga. Dia (pihak ketiga) akan meminta apa yang membuat Anda convince dengan hipotesis (bisnis) Anda, di luar presentasi yang bagus.” tambah Pandu Sjahrir.

Interaksi dengan Konsumen untuk Dapatkan Feedback selama Validasi

Untuk melakukan validasi, tentunya sebagai founder Anda perlu berinteraksi dengan para konsumen maupun calon konsumen. Feedback dari konsumen dalam fase ini dapat menjadi acuan untuk iterasi berikutnya hingga ide tersebut benar-benar dapat menyelesaikan problem yang dimiliki oleh konsumen. Terkait hal ini, Willson Cuaca mengatakan, “Tentukan problemnya, bangun produknya, kemudian coba cocokkan apakah problem itu bisa diselesaikan, ngomong ke banyak orang, dapatkan feedback, cocokkan lagi, bener gak problemnya selesai, jadi banyak trial and error. Tapi problem statement itu harus very clear.

Di satu sisi, selain menyelesaikan masalah yang ada, bertanya ke konsumen juga merupakan hal yang krusial untuk mengetahui apakah produk yang dibuat dapat diterima atau tidak oleh pasar. “Tanya ke user apakah problem yang dimiliki bisa diselesaikan dengan baik. Itu baru ide dan validasi pertama: product-market fit, kita belum bicara tentang monetisasi dan lain-lain.” tambah Willson

Berinteraksi untuk mendapatkan feedback langsung dari pengguna juga dapat menghindarkan Anda dari founder bias, dimana para founder merasa bahwa idenya adalah ide yang terhebat, terbaik, terbaru, dan tidak ada founder lain yang dapat meniru idenya. Untuk itu, dalam proses ini sebaiknya founder juga turut mendengarkan hal-hal buruk terkait idenya, sehingga dapat melakukan iterasi dengan lebih baik. Pandu Sjahrir juga menegaskan bahwa hal ini merupakan kesalahan yang banyak dilakukan oleh para founder. “Kesalahan terbesar banyak founders adalah tidak mau mendengarkan orang dan tidak mau mendengarkan customer.” tegasnya.

Eksekusi sebagai Bagian dari Langkah Awal Memvalidasi Ide

Namun, proses validasi ide tidak berhenti sampai disitu saja. Justru hal yang paling penting dilakukan oleh para founder dalam proses ini adalah mengeksekusi ide tersebut. Dalam pembuatan ide, bisa saja seorang founder memiliki ide yang sama dengan founder lainnya. Namun yang akan membedakan ide tersebut adalah bagaimana ide tersebut dieksekusi dan siapa yang mengeksekusinya.

Menurut Willson Cuaca, langkah pertama dalam proses validasi ini adalah melakukan eksekusi. “Jadi langkah pertama dari semua itu adalah eksekusi ide kamu, jangan merasa ide itu adalah ide terbaik, (lalu) coba validasi.” Hal senada juga diutarakan oleh Pandu Sjahrir, Ia berujar bahwa pada akhirnya percuma memiliki ide yang banyak bila tidak bisa dieksekusi. “At the end of the day, bisa punya ide banyak tapi kalau gak bisa eksekusi kan what for.” ucapnya.

Kekhawatiran yang mungkin muncul ketika melakukan eksekusi adalah hasil yang kurang memuaskan atau tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, dari kekurangan atau kegagalan tersebut masing-masing founder dapat melihat apa yang perlu diperbaiki dan diiterasi dari ide startupnya. “Tidak ada namanya eksekusi 100% baik, tapi yang ada itu adalah eksekusi yang efisien, yang tepat sasaran, pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, problem yang tepat, dan mendapat feedback yang baik dari user. Feedback itu digunakan untuk (selanjutnya) melakukan eksekusi yang baik lagi.” ujar Willson terkait eksekusi kepada para peserta webinar.

Eksekusi adalah hal krusial sebagai bagian dari proses melakukan validasi ide, Willson juga berkata bahwa semakin cepat melakukan eksekusi ide, para founder bisa belajar lebih cepat untuk perbaikan di masa mendatang. “Semakin menunggu, semakin kamu telat dibanding yang lain, dengan semakin cepat mengerjakannya, bukan artinya kamu mendapat first mover advantage saja, tapi kamu bisa belajar dengan lebih cepat dari orang yang mungkin mengeksekusinya besok.” tegasnya.

Dengan melakukan validasi ide, para founder dapat segera mengidentifikasi problem sekaligus menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan problem tersebut. Selain itu, founder juga harus tetap terus memikirkan misi dan mimpi apa yang ingin mereka capai melalui ide bisnis tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga harus dilakukan dengan mengeksekusi ide tersebut. Dengan begitu, para founder dapat terus melakukan iterasi sampai menemukan formula yang tepat dalam penyusunan ide bisnisnya.