Bose Luncurkan Dua TWS Baru dan Tiga Kacamata Audio

Active noise cancellation (ANC) belakangan ini selalu menjadi topik pembahasan utama saat membicarakan tentang true wireless earphone yang duduk di kelas premium. Produk-produk seperti Apple AirPods Pro, Sony WF-1000XM3, maupun Sennheiser Momentum True Wireless 2 semuanya menawarkan fitur ini.

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan, di mana penawaran serupa dari Bose, yang notabene dikenal sebagai pionir teknologi noise cancelling? Well, jawabannya baru datang sekarang dalam wujud Bose QuietComfort Earbuds. Seperti yang sudah bisa diduga dari namanya, TWS ini datang membawa teknologi ANC yang sangat canggih.

Nama “QuietComfort” bisa dibilang melegenda berkat popularitas headphone Bose QuietComfort 35, dan sekarang nampaknya Bose ingin mengulangi kesuksesannya di kategori TWS. Teknologi ANC yang ditawarkan oleh produk ini bukan sembarangan, melainkan yang bisa diatur intensitasnya dengan 11 tingkatan yang berbeda.

Fitur semacam ini memang cukup umum di ranah headphone, tapi masih tergolong langka di sektor TWS. 11 tingkatan itu meliputi yang paling kuat dan yang akan memblokir semua suara di sekitar, sampai yang membiarkan suara dari luar masuk, dan pengguna tinggal menyesuaikannya dengan kebutuhan.

Selain memblokir suara secara aktif, QuietComfort Earbuds juga diyakini menawarkan isolasi suara secara pasif yang efektif berkat eartip silikon berdesain baru. Lalu agar perangkat bisa benar-benar stabil di telinga, Bose turut menyematkan semacam sirip kecil yang lentur.

Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air dengan sertifikasi IPX4. Tanpa harus terkejut, perangkat juga dilengkapi kontrol sentuh di permukaan luarnya. Juga menarik meskipun sepintas terdengar sepele adalah, konten akan di-pause secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga, dan sebaliknya diputar kembali saat perangkat dikenakan.

QuietComfort Earbuds menggunakan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 12 jam daya ekstra (total 18 jam). Seperti halnya AirPods Pro, charging case milik QuietComfort Earbuds juga dapat di-charge secara wireless.

Satu hal yang mungkin agak membuat geleng-geleng kepala adalah harganya. Dengan banderol $280, harganya sudah melampaui AirPods Pro dan nyaris menyamai Momentum True Wireless 2. Kalau itu terkesan terlalu mahal, Bose sudah punya alternatifnya, yakni Bose Sport Earbuds.

Perangkat ini boleh dibilang merupakan penerus dari Bose SoundSport Free yang dirilis tiga tahun silam. Sport Earbuds dihargai $180, dan wujudnya juga sedikit lebih ringkas daripada QuietComfort Earbuds. Satu perbedaan yang paling signifikan adalah, Sport Earbuds tidak punya ANC.

Ya, selisih $100 itu berarti konsumen Sport Earbuds hanya bisa mengandalkan isolasi suara secara pasif saja. Beruntung ia masih mewarisi banyak keunggulan kakaknya, mulai dari desain eartip dan sirip fleksibelnya, sertifikasi ketahanan airnya, sampai kontrol sentuh maupun konektivitasnya.

Sayang baterainya tidak seawet QuietComfort Earbuds. Dalam satu kali charge, Sport Earbuds tahan sampai 5 jam pemakaian, dan charging case-nya cuma bisa mengisi 10 jam daya ekstra (total 15 jam). Well, setidaknya Bose menjanjikan kualitas suara yang lebih baik daripada sebelumnya berkat rancangan akustik baru.

Bose Frames

Dalam kesempatan yang sama, Bose turut memperkenalkan tiga model baru dari seri kacamata audio Bose Frames. Seri perangkat ini pertama kali diperkenalkan dua tahun lalu sebagai produk augmented reality (AR). Namun seperti yang kita tahu, Bose sudah resmi meninggalkan bisnis AR sejak Juni lalu.

Itulah mengapa Bose sama sekali tidak menyinggung soal AR saat mengumumkan trio Frames baru ini. Ketiganya murni disiapkan sebagai kacamata hitam yang kebetulan bisa memutar audio. Ya, tiga kacamata ini memang dilengkapi speaker pada masing-masing tangkai/gagangnya.

Kualitas suara yang terbaik bisa didapat melalui Bose Frames Tempo, model yang tangkainya kelihatan paling gendut. Tidak tanggung-tanggung, Bose menanamkan driver berdiameter 22 mm di tangkai sebelah kiri dan kanannya, sehingga Tempo sanggup memutar audio dalam volume yang cukup keras, bahkan ketika dipakai bersepeda dengan kecepatan 40 km/jam sekalipun.

Berhubung tidak ada bagian dari telinga yang tertutupi, pengguna tetap bisa mendengar semua suara yang ada di sekitarnya. Baterainya diestimasikan cukup untuk pemakaian selama 8 jam, dan pengisiannya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Dibandingkan kacamata hitam biasa, selisih bobotnya diklaim tidak lebih dari 50 gram.

Alternatifnya, ada Bose Frames Tenor dan Frames Soprano yang berdimensi lebih ringkas. Tenor untuk yang suka dengan bingkai mengotak, sedangkan Soprano untuk yang suka bentuk membulat. Keduanya mengemas sepasang driver yang berukuran lebih kecil di angka 16 mm, akan tetapi Bose bilang respon bass-nya malah lebih nendang daripada Tempo.

Satu hal yang mungkin agak menyulitkan adalah, Tenor dan Soprano mengandalkan charger khusus dengan sambungan pogo-pin. Dalam sekali charge, baterainya cukup untuk pemakaian selama 5,5 jam.

Ketiga kacamata audio ini Bose jual seharga $250. Selain untuk mendengarkan musik atau podcast, perangkat juga dapat digunakan untuk menelepon, dan Bose mengklaim mikrofonnya mampu menangkap suara yang jernih selagi mengeliminasi suara angin maupun suara-suara lain yang mengganggu di sekitar.

Sumber: Bose 1, 2 via Digital Trends.

Sennheiser Luncurkan TWS Baru yang Lebih Terjangkau, CX 400BT True Wireless

Tidak seperti Sony atau Audio-Technica yang menawarkan bermacam true wireless earphone di rentang harga yang berbeda, Sennheiser sejauh ini baru merilis dua model saja yang semuanya duduk di kelas premium. Di kisaran harga $300, Sennheiser Momentum True Wireless 2 yang dirilis pada bulan Maret lalu jelas terlalu mahal buat sebagian konsumen.

Kabar baiknya, sang ahli audio asal Jerman punya penawaran baru bagi mereka yang memiliki budget lebih terbatas. TWS bernama lengkap Sennheiser CX 400BT True Wireless ini memang masih jauh dari kata murah, tapi setidaknya banderol $200 bisa dijangkau oleh lebih banyak kalangan.

Dengan selisih harga $100, apa yang membedakan CX 400BT dari Momentum True Wireless 2? Yang paling utama adalah active noise cancelling (ANC). Fitur tersebut absen pada CX 400BT, jadi Anda tidak perlu melirik perangkat ini seandainya fitur ANC benar-benar merupakan prioritas buat Anda.

Perbedaan selanjutnya mungkin tidak terlalu esensial, tapi yang pasti penampilan CX 400BT kalah premium dari kakaknya yang lebih mahal. Bentuknya lebih mengotak, dan charging case-nya tidak dibalut kain seperti milik Momentum True Wireless 2. Terlepas dari itu, CX 400BT tetap dilengkapi dengan panel sentuh pada sisi luar masing-masing earpiece-nya.

Lalu ketika mulai membahas soal jeroannya, di sinilah perbedaan antara CX 400BT dan Momentum True Wireless 2 terhenti, sebab keduanya mengemas unit driver 7 mm yang sama persis, dengan respon frekuensi 5 – 21.000 Hz yang sama pula. Bahkan versi Bluetooth yang dipakai pun sama, yakni versi 5.1.

Jadi kalau dipakai di tempat yang sunyi, mungkin akan sangat sulit membedakan kualitas suara yang dihasilkan masing-masing perangkat. Barulah ketika berada di keramaian, Momentum True Wireless 2 dengan teknologi ANC-nya bisa menyuguhkan pengalaman yang lebih superior daripada CX 400BT yang cuma mengandalkan isolasi suara secara pasif.

Soal baterai, CX 400BT memang belum selevel Momentum True Wireless 2, tapi masih tergolong cukup awet. Satu kali pengisian cukup untuk pemakaian selama 7 jam, dan charging case-nya siap menyuplai sekitar 13 jam daya ekstra (total 20 jam).

Seperti yang saya bilang, Sennheiser akan menjual CX 400BT True Wireless seharga $200. Di Amerika Serikat, pemasarannya akan dimulai pada pertengahan September ini juga. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau putih.

Sumber: Engadget dan Sennheiser.

Samsung Umumkan Galaxy Tab S7, Tab S7+, Galaxy Watch3, dan Galaxy Buds Live

Event Galaxy Unpacked semalam adalah yang pertama yang sepenuhnya diselenggarakan secara virtual, tapi itu tidak Samsung jadikan alasan untuk menahan diri. Selain meluncurkan Galaxy Note20, Note20 Ultra, dan Z Fold2, sang raksasa teknologi Korea Selatan turut memperkenalkan sederet perangkat lainnya, yakni Galaxy Tab S7, Tab S7+, Galaxy Watch3, dan Galaxy Buds Live.

Kita mulai dari yang paling besar dulu, yakni Tab S7 dan S7+. Sesuai namanya, tablet ini hadir dalam dua ukuran layar: Tab S7 dengan layar LCD 11 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel, Tab S7+ dengan layar AMOLED 12,4 inci beresolusi 2800 x 1752 pixel. Keduanya sama-sama menawarkan refresh rate 120 Hz, tapi seperti yang bisa kita lihat, Tab S7 rupanya tidak mengemas panel AMOLED, dan ini berarti cuma Tab S7+ yang dilengkapi sensor sidik jari di balik layar.

Sasis kedua tablet ini sangat ringan dan tipis terlepas dari ukuran layarnya yang besar. Tab S7 memiliki ketebalan 6,3 mm dan bobot 502 gram, sedangkan Tab S7+ dengan tebal 5,7 mm dan berat 575 gram. Tentu saja keduanya juga datang bersama S Pen, dan garis di bawah kamera belakangnya itu adalah lapisan magnet untuk menempelkan sekaligus mengisi ulang sang stylus. Pada Tab S7+, latency S Pen-nya mampu menyamai milik Note20 Ultra, yakni serendah 9 milidetik saja.

Meski layar keduanya berbeda, performanya dipastikan identik. Itu dikarenakan duo tablet ini sama-sama mengusung chipset Snapdragon 865+, dan kalau melihat Tab S6 yang dijual di Indonesia memakai Snapdragon 855, kemungkinan besar Tab S7 dan S7+ juga akan hadir di tanah air membawa chipset buatan Qualcomm tersebut.

Mendampingi prosesornya adalah RAM 6 GB atau 8 GB, dan storage 128 GB atau 256 GB. Ekspansi storage bisa dilakukan via microSD, dan kedua perangkat mendukung kapasitas penyimpanan eksternal hingga 1 TB. Selisih baterai di antara keduanya cukup signifikan: Tab S7 dengan baterai 8.000 mAh, Tab S7+ dengan 10.090 mAh. Keduanya sama-sama mendukung fast charging 45 W.

Kamera di kedua perangkat ini ada tiga macam: kamera utama 13 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan kamera depan 8 megapixel. Sekali lagi kelengkapan milik Tab S6 kembali hadir di sini, mulai dari empat buah speaker racikan AKG, sampai konektor USB-C 3.2 Gen 1. Seperti sebelumnya, konsumen Tab S7 dan S7+ juga dapat membeli aksesori Book Cover Keyboard secara terpisah jika ingin mendapatkan pengalaman menggunakan seperti laptop.

Oh ya, baik Tab S7 maupun S7+ sama-sama mendukung integrasi mendalam dengan ekosistem Windows 10 seperti halnya duo Note20. Kalau perlu, kedua tablet ini malah juga bisa diperlakukan sebagai layar kedua selagi masih membaca input dari S Pen. Kompatibilitas dengan layanan Project xCloud tentu juga menjadi salah satu keunggulan dari kedua tablet ini.

Kedua perangkat ini akan segera Samsung pasarkan dengan harga mulai $650 untuk Tab S7, dan mulai $850 untuk Tab S7+. Aksesori opsional Book Cover Keyboard itu tadi harus ditebus seharga $200 untuk Tab S7, atau $230 untuk Tab S7+.

Galaxy Watch3

Buat yang sudah lama mendambakan perangkat wearable baru dari Samsung, Galaxy Watch3 hadir membawa sederet penyempurnaan dibanding pendahulunya. Yang paling utama, dimensinya lebih ringkas daripada Galaxy Watch orisinal – 14% lebih tipis, 8% lebih kecil, dan 15% lebih ringan – akan tetapi di saat yang sama layarnya justru bertambah besar.

Watch3 hadir dalam dua ukuran: 45 mm dengan layar 1,4 inci, dan 41 mm dengan layar 1,2 inci. Keduanya sama-sama menggunakan panel Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel, serta mengemas rangka yang terbuat dari bahan stainless steel. Khusus varian 45 mm, konsumen juga bisa membeli yang rangkanya terbuat dari titanium.

Secara keseluruhan, desain Watch3 kelihatan klasik dan elegan. Samsung mengaku bekerja sama dengan produsen arloji asal Swiss IWC Schaffhausen selama mengembangkan Watch3. Supaya lebih elegan lagi, semua varian Watch3 secara default hadir dengan strap berbahan kulit ketimbang karet, tapi khusus untuk varian titanium, strap-nya berbahan logam supaya lebih selaras.

Namun berita terbaiknya adalah, bezel memutar yang sempat absen di Watch Active maupun Watch Active 2 kini hadir sebagai standar di seluruh varian Watch3. Sertifikasi IP68 dan ketahanan air hingga 50 meter, tidak ketinggalan juga sertifikasi lolos standar militer MIL-STD-810G, semuanya merupakan jaminan atas ketangguhan fisik perangkat ini.

Bicara soal fisik, bagaimana dengan kemampuannya memonitor kesehatan fisik pengguna? Well, fitur tracking yang Watch3 terbilang sangat lengkap. Bahkan fitur-fitur yang termasuk langka seperti memonitor tekanan darah maupun electrocardiogram (ECG) pun tersedia. Fitur sleep tracking-nya pun juga sudah disempurnakan agar dapat memonitor pola pernafasan sekaligus laju jantung penggunanya.

Untuk menunjang kinerja smartwatch dengan sistem operasi Tizen ini, Samsung telah menyematkan chipset Exynos 9110 dengan prosesor dual-core, lengkap beserta RAM 1 GB dan storage internal 8 GB. Baterainya sendiri punya kapasitas 340 mAh pada varian 45 mm, atau 247 mAh pada varian 41 mm, dan Samsung mengklaim daya tahannya bisa mencapai dua hari dalam sekali charge.

Di Amerika Serikat, Samsung akan segera memasarkan Galaxy Watch3 dengan harga mulai $400 untuk varian 41 mm, atau mulai $430 untuk varian 45 mm. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: Mystic Bronze, Mystic Black, dan Mystic Silver. Namun kalau memilih varian titanium, maka warna yang tersedia hanyalah Mystic Black.

Galaxy Buds Live

Terakhir, saatnya membahas TWS unik bernama Galaxy Buds Live. Bentuknya benar-benar tidak umum, hampir menyerupai kacang merah atau malah sepasang ginjal manusia. Juga bisa menipu ketika dilihat secara sepintas adalah bagian yang menonjol yang bertuliskan “L” dan “R”. Menipu karena bagian ini bukanlah bagian eartip yang dimasukkan ke kanal telinga, melainkan bagian wingtip yang bakal menahan posisi perangkat selama berada di telinga.

Wingtip-nya ini hadir dalam dua ukuran yang berbeda sehingga dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran telinga masing-masing pengguna. Samsung percaya desain seperti ini bakal terasa sangat nyaman karena porsi perangkat yang keluar dari telinga sangatlah minimal. Tentu saja cara terbaik untuk menjajal klaim Samsung ini adalah dengan mengenakan Buds Live ini selagi tidur miring.

Secara keseluruhan, dimensi Buds Live sangatlah mungil. Beratnya tidak lebih dari 5,6 gram, dan charging case-nya pun juga cukup kecil untuk bisa tenggelam dalam kepalan tangan. Juga unik adalah bagaimana fisik perangkat bersertifikasi IPX2 ini dibuat sepenuhnya menggunakan material hasil daur ulang.

Perihal kualitas suara, Samsung lagi-lagi memercayakan keahlian teknisi-teknisi AKG dalam meramu desain akustik yang terbaik buat Buds Live. Perangkat datang membawa driver berdiameter 12 mm, lengkap beserta sepasang ventilasi udara, serta sebuah bass duct untuk semakin memantapkan reproduksi bass-nya.

Tidak seperti Galaxy Buds+, Buds Live telah dilengkapi dengan fitur active noise cancelling (ANC). Fitur ANC-nya pun agak berbeda dari biasanya karena dirancang agar bisa mengeliminasi suara-suara bising di sekitar seperti deruman mesin mobil atau mesin pesawat, tapi di saat yang sama masih membiarkan suara percakapan atau pengumuman terdengar oleh penggunanya.

Terkait input, Buds Live mengunggulkan tiga buah mikrofon dan Voice Pickup Unit. Komponen yang terakhir ini unik karena dirancang untuk mendeteksi ketika rahang pengguna bergerak, sehingga perangkat kemudian bisa mengoptimalkan teknik pengambilan suaranya. Hasil akhirnya menurut Samsung adalah, suara pengguna Buds Live yang sedang berada di tempat ramai akan tetap terdengar jernih oleh lawan bicaranya.

Dalam satu kali pengisian, baterai milik perangkat berharga jual $170 ini diestimasikan bisa bertahan sampai 6 jam pemakaian, atau sampai 21 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Daya penggunaannya bisa diperpanjang lagi menjadi sampai 8 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan, atau sampai 29 jam bersama charging case-nya.

Sumber: Samsung.

OnePlus Buds Adalah Alternatif AirPods dengan Harga Separuhnya

Dua tahun lalu, bersamaan dengan peluncuran OnePlus 6, OnePlus memperkenalkan earphone nirkabel pertamanya, Bullets Wireless. Sekarang, bertepatan dengan perilisan OnePlus Nord, OnePlus menyingkap true wireless earphone perdananya, yaitu OnePlus Buds.

Sama seperti Nord, Buds tidak mengincar segmen flagship dengan banderol yang amat tinggi. Juga sama seperti Nord, ia menawarkan keseimbangan yang pas antara harga dan nuansa premium. Memangnya seberapa terjangkau? $79 saja, separuh harga Apple AirPods yang menjadi inspirasi desainnya.

Meski mengadopsi model bertangkai seperti AirPods, sejumlah bagiannya masih menunjukkan estetika ala seri Bullets. Sayangnya Buds tidak dilengkapi eartip silikon, yang semestinya dapat membantu memantapkan posisinya selama berada di dalam telinga, sekaligus membantu menghadirkan isolasi suara secara pasif.

Topik isolasi suara ini penting mengingat Buds tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC) sama sekali. Memang sulit mencari ANC di rentang harga ini, tapi seharusnya eartip silikon bisa menjadi solusi murah untuk mengurangi masuknya suara dari luar secara cukup signifikan. Beruntung Buds punya sertifikasi IPX4, yang berarti ia tidak akan dibuat kewalahan oleh cipratan air atau keringat.

Kualitas suaranya sendiri ditunjang oleh driver berdiameter 13,4 mm, dan OnePlus tak lupa menambahkan dukungan Dolby Atmos maupun Dirac Audio sebagai pelengkap. Perihal input, tiga buah mikrofon semestinya memungkinkan Buds untuk menangkap suara penggunanya dengan jelas selagi meminimalkan suara-suara dari sekitarnya.

Buds datang membawa konektivitas Bluetooth 5.0, dan latency-nya diklaim cukup minimal di angka 103 milidetik, sehingga video dan audio pun bisa tetap berjalan secara sinkron. Untuk mengoperasikan Buds, pengguna bisa memanfaatkan panel sentuh yang terdapat di sisi luarnya, yang memiliki motif yang sama seperti seri Bullets Wireless.

Dalam posisi baterai terisi penuh, Buds bisa bertahan hingga 7 jam pemakaian. Kalau dipadukan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya bisa mencapai angka 30 jam, yang berarti case-nya ini dapat mengisi ulang Buds sampai sekitar tiga kali.

Dukungan fast charging tentu sudah tersedia. Menyimpan Buds di dalam case-nya selama 10 menit sudah cukup untuk menenagainya memutar musik sampai sekitar 2 jam. Mengisi ulang charging case-nya pun tidak lama, cuma sekitar 80 menit hingga benar-benar penuh kalau kata OnePlus.

Menimbang semua itu, $79 bisa dikatakan cukup murah, dan OnePlus Buds tentu bisa menjadi tandem yang ideal buat Nord. Lalu bagaimana dengan seri flagship OnePlus? Apakah ke depannya bakal ada OnePlus Buds Pro yang dilengkapi ANC, yang dirilis bersamaan dengan OnePlus 8T dan 8T Pro? Mungkin saja.

Sumber: The Verge.

TWS Sony WF-SP800N Resmi Hadir di Indonesia

Bagi konsumen yang sedang mengincar TWS baru di kelas premium, Sony Indonesia baru saja memulai pemasaran perangkat WF-SP800N yang mereka umumkan pertama kali sekitar dua bulan lalu. Dengan banderol resmi Rp 2,6 juta, ia tentu merupakan alternatif yang lebih terjangkau ketimbang TWS flagship Sony, WF-1000XM3.

Selain lebih murah, WF-SP800N juga diposisikan sebagai pendamping kegiatan berolahraga. Itu dikarenakan ia turut dilengkapi semacam penyangga empuk – bisa dilepas jika perlu dan tersedia dalam dua dimensi yang berbeda – yang akan memantapkan posisinya selagi dipasangkan ke telinga. Desain serupa sebenarnya sudah diterapkan oleh pendahulunya, akan tetapi WF-SP800N jauh lebih unggul soal ketahanan air.

Berbekal sertifikasi IP55, keringat maupun cipratan air sama sekali bukan masalah baginya. Usai melangsungkan sesi olahraga berat, pengguna bahkan bisa mencucinya jika mau. Kebetulan topik sanitasi sedang hangat-hangatnya di tengah pandemi, dan fakta bahwa TWS ini bisa dicuci semestinya dapat menjadi nilai jual ekstra.

Sony WF-SP800N

Perihal konektivitas, Sony mengklaim WF-SP800N tidak kalah dari si flagship. Pasalnya, chip Bluetooth 5.0 dan desain antena yang dipakai memang sama persis, yang terbukti mampu menjamin koneksi tetap stabil dalam bermacam kondisi.

Berhubung target pasar perangkat ini adalah mereka yang rajin berolahraga, mode ambient alias mode transparan tentu hadir sebagai standar. Pengguna bisa memilih untuk mengaktifkannya setiap saat, yang berarti suara di sekitar akan selalu terdengar (cocok untuk kegiatan berlari), atau mengaktifkannya secara manual dengan meletakkan ujung jari di sisi luar earphone. Ya, perangkat ini memang dilengkapi panel sentuh pada sisi luarnya.

Sebaliknya, buat yang benar-benar tidak ingin diganggu, semisal ketika sedang berada di dalam gym, perangkat juga dibekali teknologi noise cancelling. Konsumen tak perlu khawatir baterainya bocor akibat noise cancelling, sebab ia diklaim masih bisa beroperasi selama 9 jam nonstop (13 jam kalau noise cancelling-nya dimatikan).

Charging case-nya sendiri siap mengisi ulang perangkat hingga penuh sebanyak satu kali. Jadi total 18 jam dengan noise cancelling, atau 26 jam tanpa noise cancelling. Quick charging turut tersedia; pengisian selama 10 menit sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam pemakaian tanpa noise cancelling.

Kalau ditanya apa perbedaan utama di antara WF-SP800N dan WF-1000XM3, jawaban termudahnya adalah dukungan format audio Hi-Res, yang rupanya absen pada WF-SP800N. Kalau itu yang Anda cari, maka tidak ada pilihan yang lebih tepat daripada WF-1000XM3. Namun kalau itu bukan perkara penting, WF-SP800N tentunya bisa menjadi alternatif untuk menghemat sekitar Rp 900 ribu.

Konsumen yang tertarik sudah bisa melakukan pre-order Sony WF-SP800N seharga Rp 2.599.000 di official store Sony Indonesia, baik online maupun offline, mulai 14 Juli – 2 Agustus 2020.

RHA TrueConnect 2 Tawarkan Baterai yang Lebih Awet dan Suara yang Lebih Baik dari TWS Sebelumnya

RHA Audio memulai debutnya di segmen TWS hampir dua tahun lalu lewat TrueConnect. Sekarang, mereka telah menyempurnakan alternatif AirPods-nya tersebut. Saya bilang alternatif karena wujudnya memang memanjang dan menggantung seperti AirPods.

Dari segi estetika, sulit membedakan antara perangkat bernama RHA TrueConnect 2 ini dengan pendahulunya, sebab keduanya memang cukup identik, baik unit maupun charging case-nya. Satu-satunya perbedaan fisik yang dibawa justru tidak kelihatan secara kasat mata; TrueConnect 2 kini tak hanya tahan cipratan air dan keringat seperti sebelumnya, tapi juga tahan debu dengan sertifikasi IP55 (sebelumnya IPX5).

TrueConnect 2 memanfaatkan kontrol sentuh, jadi jangan tertipu oleh bulatan bertuliskan “RHA” yang kelihatan seperti tombol yang dapat ditekan itu. Secara keseluruhan, perangkat ini bisa kita anggap sebagai AirPods dengan penampilan yang lebih sleek, meski harus diakui charging case-nya kelihatan sangat bongsor jika dibandingkan dengan charging case milik AirPods.

RHA TrueConnect 2

Namun tentu ada hal positif yang bisa diambil dari charging case berukuran besar itu. Di atas kertas, daya tahan baterai TrueConnect 2 terbilang jempolan, sekaligus meningkat jauh dibanding pendahulunya. Dalam sekali pengisian, ia bisa tahan sampai 9 jam penggunaan, sedangkan charging case-nya dapat menyuplai 35 jam daya ekstra (total 44 jam). Fitur quick charging (10 menit untuk daya pemakaian selama 1 jam) tentu juga tersedia.

Selain lebih irit baterai, TrueConnect 2 juga didesain untuk menghasilkan profil suara yang berbeda meski diameter driver-nya sama-sama 6 mm. Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, RHA bilang TrueConnect 2 punya volume yang lebih keras, dan mikrofonnya (sekarang ada dua unit) juga bisa menangkap suara pengguna secara lebih jernih. Terakhir, RHA juga mengaku sudah menyempurnakan kestabilan konektivitas Bluetooth 5.0 pada TrueConnect 2.

RHA saat ini telah memasarkan TrueConnect 2 seharga $150, banderol yang sama persis seperti sebelumnya, dan yang tergolong cukup terjangkau untuk kategori TWS premium. Meski demikian, perlu diingat bahwa perangkat ini sama sekali tidak dibekali active noise cancelling (ANC) dan hanya mengandalkan isolasi suara secara pasif dari eartip silikonnya – yang selalu tersedia dalam berbagai macam ukuran sesuai tradisi RHA.

Sumber: Engadget.

Panasonic Luncurkan Dua True Wireless Earphone Pertamanya

Panasonic resmi terjun ke ranah true wireless earphone lewat dua produk bernama RZ-S500W dan RZ-S300W. Diperkenalkan pertama kali di ajang CES pada bulan Januari lalu, kedua perangkat ini sebenarnya mengemas teknologi sekaligus desain yang serupa dengan produk dari sub-brand Panasonic, Technics EAH-AZ70W.

Di antara keduanya, S500W merupakan model unggulan berkat fitur active noise cancelling (ANC). Bukan sembarang ANC, melainkan yang bersifat hybrid, yang dipercaya mampu mengeliminasi suara pengganggu dari luar sekaligus dari dalam, sehingga isolasi suaranya benar-benar maksimal.

Intensitas noise cancelling-nya pun dapat disesuaikan hingga 50 tingkatan, dan Panasonic tidak lupa membekalinya dengan mode ambient yang berguna di saat pengguna hendak mengecek keadaan di sekitar tanpa perlu melepas earphone dari telinga.

S500W mengemas driver berdiameter 8 mm, dan baterainya diyakini mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian (total 20 jam kalau dipadukan dengan daya sumbangan dari charging case-nya).

Panasonic RZ-S300W / Panasonic
Panasonic RZ-S300W / Panasonic

S300W di sisi lain tidak dilengkapi ANC, akan tetapi dimensinya luar biasa ringkas, dengan diameter tak lebih dari 17 mm. Meski mungil, S300W masih sanggup mengusung driver 6 mm beserta baterai yang mampu bertahan sampai 5 jam pemakaian (total 20 jam jika dipadukan case-nya).

Di luar absennya ANC, S300W mempunyai banyak kemiripan dengan kakaknya yang lebih mahal itu. Mulai dari bodi tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, mikrofon berkualitas premium, kompatibilitas dengan Siri maupun Google Assistant (Alexa menyusul), sampai koneksi yang stabil berkat kemampuannya tersambung ke perangkat secara terpisah antara unit sebelah kiri dan kanan.

Di Amerika Serikat, Panasonic kabarnya bakal memasarkan RZ-S500W seharga $199 dan RZ-S300W seharga $129. Jadwal pemasarannya belum dipastikan, akan tetapi Panasonic sudah mulai menjualnya di dataran Eropa.

Sumber: Engadget.

Skullcandy Luncurkan 4 True Wireless Earphone dengan Integrasi Bluetooth Tracker Tile

Bluetooth tracker macam Tile sangatlah berguna untuk mencegah barang-barang seperti dompet atau kunci mobil hilang tak terlacak. Namun sekecil apapun suatu Bluetooth tracker, true wireless earphone hampir pasti selalu lebih kecil. Jadi daripada menggandengkan keduanya, kenapa tidak langsung mengintegrasikan teknologi tracker-nya ke earphone?

Itulah yang dilakukan Skullcandy. Mereka meluncurkan empat true wireless earphone baru, dan semuanya telah dibekali integrasi teknologi besutan Tile. Sebelum ini, sudah banyak brand teknologi yang mengintegrasikan Tile pada produk buatannya, namun ini merupakan pertama kalinya Tile ditanamkan ke produk sekecil true wireless earphone.

Skullcandy Push Ultra / Skullcandy
Skullcandy Push Ultra / Skullcandy

Memangnya seistimewa apa integrasi Tile di true wireless earphone? Well, yang pasti jauh lebih kapabel daripada fitur find device yang mulai banyak ditawarkan true wireless earphone. Yang paling utama, keempat earphone Skullcandy ini tetap bisa dilacak lokasinya walaupun sedang dalam posisi tidak menyala.

Fitur find device bawaan perangkat lain masih belum secanggih itu. Pada umumnya, perangkat hanya bisa dilacak lokasinya apabila dalam posisi menyala, di luar charging case-nya, dan tidak terlalu jauh dari lokasi pengguna. Integrasi Tile di sisi lain memungkinkan perangkat agar dapat dilacak meski tertinggal jauh sekalipun dengan memanfaatkan jaringan pengguna Tile yang tersebar luas.

Skullcandy Indy Evo / Skullcandy
Skullcandy Indy Evo / Skullcandy

Juga tidak kalah penting adalah fakta bahwa teknologi tracking Tile ini ditanamkan ke setiap unit, yang artinya kita dapat melacak lokasi masing-masing earphone secara terpisah – di aplikasi Tile, pengguna akan melihat dua unit yang berbeda.

Earphone-nya sendiri ditujukan untuk skenario penggunaan yang berbeda. Yang paling mahal, Skullcandy Push Ultra ($100), diprioritaskan untuk konsumen yang selalu aktif berkat ear hook yang fleksibel dan sertifikasi ketahanan air IP67. Baterainya bisa tahan sampai 6 jam penggunaan, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai 34 jam daya ekstra (total 40 jam).

Skullcandy Sesh Evo / Skullcandy
Skullcandy Sesh Evo / Skullcandy

Alternatifnya, ada Skullcandy Indy Fuel ($100) dan Indy Evo ($80) yang mengadopsi desain ala AirPods. Keduanya sama-sama mengusung sertifikasi IP55 dan daya tahan baterai 6 jam (total 30 jam bersama charging case-nya), tapi cuma Indy Fuel yang mendukung wireless charging seperti Push Ultra.

Terakhir, Skullcandy Sesh Evo ($60) menawarkan desain yang paling minimalis sekaligus ringkas, tapi tetap dengan sertifikasi IP55. Baterainya juga tahan sampai 6 jam, tapi ditotal cuma 24 jam bersama charging case-nya. Juga seperti Indy Evo, case-nya tidak mendukung wireless charging.



Sumber: Engadget dan The Verge.

Urbanears Luma dan Alby Ramaikan Segmen True Wireless Earphone Berharga Terjangkau

Cukup terlambat dibanding yang lain, brand audio asal Swedia, Urbanears, akhirnya meluncurkan true wireless earphone pertamanya. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yakni Urbanears Luma dan Urbanears Alby.

Keduanya mengadopsi rancangan ala Apple AirPods dengan bagian tangkai yang memanjang, namun tentu dengan sentuhan desain Skandinavia yang minimalis khas Urbanears selama ini. Luma sebagai model yang lebih superior adalah yang paling mirip bentuknya dengan AirPods, sedangkan Alby sedikit berbeda berkat eartip silikon dalam tiga variasi ukuran.

Baik Luma dan Alby sama-sama tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC), tapi saya menduga Alby justru lebih unggul perihal isolasi suara secara pasif berkat eartip silikonnya tersebut. Sebagai referensi, AirPods Pro yang menawarkan ANC turut dibekali eartip silikon demi semakin menyempurnakan kemampuannya mengeliminasi suara luar.

Urbanears Luma

Lalu apa yang membuat Luma lebih mahal? Yang pertama adalah fitur auto-play dan auto-pause, yang mengandalkan sensor untuk mendeteksi apakah perangkat sedang dipasangkan ke telinga atau dilepas. Kedua, Luma punya mikrofon lebih banyak daripada Alby, sehingga suara yang ditangkap tentu akan terdengar lebih jernih oleh lawan bicara maupun asisten virtual.

Terakhir, baterai Luma lebih awet; 5 jam per charge, dengan case yang mampu mengisi ulang sampai empat kali (total 25 jam). Alby di sisi lain cuma tahan 3 jam per charge, dan case-nya pun hanya mampu menyuplai 12 jam daya ekstra (total 15 jam). Beruntung keduanya sama-sama sudah menggunakan sambungan USB-C.

Urbanears Alby

Selebihnya, Luma dan Alby cukup identik. Keduanya sama-sama tahan terhadap cipratan air dengan sertifikasi IPX4, dan keduanya juga sama-sama mengandalkan kontrol sentuh sekaligus konektivitas Bluetooth 5.0.

Urbanears berencana memasarkan kedua perangkat ini mulai musim panas mendatang dengan harga yang cukup terjangkau. Di Amerika Serikat, Luma dibanderol $99, sedangkan Alby dihargai $69. Keduanya sama-sama ditawarkan dalam empat pilihan warna.

Sumber: SlashGear.

OnePlus Umumkan Earphone Baru, Bullets Wireless Z

OnePlus 8 dan OnePlus 8 Pro sudah resmi diperkenalkan, dan bersamanya datang earphone wireless baru, Bullets Wireless Z. Sepintas ia terdengar seperti penerus Bullets Wireless 2 yang dirilis tahun lalu, tapi kenyataannya tidak sesimpel itu.

Pertama-tama, Bullets Wireless Z dijual jauh lebih murah daripada Bullets Wireless 2; $50 dibanding $100. Pastinya ada banyak perbedaan dengan selisih harga sebesar itu, namun ternyata Bullets Wireless Z tidak sepenuhnya lebih inferior hanya karena harganya lebih terjangkau.

OnePlus Bullets Wireless Z

Dari segi daya tahan baterai, Bullets Wireless Z malah lebih unggul, sanggup beroperasi selama 20 jam nonstop dalam sekali pengisian. Bandingkan dengan Bullets Wireless 2 yang ‘cuma’ 14 jam. Dukungan fast charging tetap dipertahankan; 10 menit pengisian sudah bisa menyuplai daya yang cukup untuk 10 jam pemakaian.

Aspek di mana Bullets Wireless Z harus mengalah adalah kualitas suara. Secara teknis, ia dibekali oleh dynamic driver berdiameter 9,2 mm. Ini berbeda cukup drastis dari Bullets Wireless 2 yang mengemas dynamic driver sekaligus balanced armature driver dengan diameter yang sedikit lebih besar (10 mm).

OnePlus Bullets Wireless Z

Di laman produk Bullets Wireless Z, saya juga tidak menemukan keterangan bahwa perangkat mendukung codec aptX HD meski ia mengemas konektivitas Bluetooth 5.0. Dukungan codec aptX HD merupakan salah satu nilai jual utama Bullets Wireless 2.

Selebihnya, kedua perangkat tergolong mirip. Bentuk dan dimensinya nyaris identik, dan masing-masing earpiece Bullets Wireless Z juga magnetis sehingga bisa ditempelkan (lalu perangkat tinggal dikalungkan) saat sedang tidak digunakan. Sertifikasi IP55 berarti ia tidak keberatan diajak hujan-hujanan.

Sumber: The Verge dan OnePlus.