[Review] Huawei Freebuds 4: TWS Open-fit dengan ANC 2.0, Suara Bagus tanpa Gangguan Suara Luar

Huawei merupakan salah satu produsen AIoT yang memperkenalkan teknologi active noise cancelling pada produk True Wireless Stereo-nya di Indonesia. Berselang 2 tahun kemudian, Huawei kembali meluncurkan produk TWS-nya yang memiliki teknologi ANC yang lebih canggih lagi. Produk tersebut adalah penerus dari Huawei Freebuds 3, yaitu Huawei Freebuds 4.

Berbeda dengan Huawei Freebuds 4i yang memiliki desain in-ear, Freebuds 4 masih mengadopsi desain yang sama dengan Freebuds 3, yaitu Open-Fit. Unit review dari Huawei ini juga sudah menghampiri rumah saya semenjak bulan lalu. Dan semenjak itu, saya penasaran ingin mencoba teknologi ANC 2.0 yang dibenamkan pada TWS baru ini. Huawei juga mengatakan bahwa Freebuds 4 sudah dicoba dengan berbagai macam bentuk telinga sehingga ANC-nya lebih efektif dibandingkan seri sebelumnya.

Hal tersebut juga lah yang membuat saya sangat tertarik untuk mencobanya. Saya merupakan salah satu orang yang kurang cocok dengan TWS dengan desain Open-Fit. Hal tersebut tentu saja karena TWS jenis ini mudah tergeser ke bagian luar sehingga suara dari driver tidak sepenuhnya masuk ke rongga telinga serta noise dari luar yang mengganggu suara.

Huawei Freebuds 4 sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 4,1 gram per earbuds, 38 gram case
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀14,3 mm dynamic
Dimensi 41,4 x 16,8 x 18,5 mm (earbud), ⌀58 x 21,2 mm (case)
Kapasitas Baterai 30 mAh (per earbud), 410 mah (case)

Seperti pendahulunya, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan driver besar dengan dimensi 14,3 mm. Driver berukuran besar ini memang cocok untuk melepaskan suara dengan lebih kuat ke rongga telinga pada model Open-fit. Huawei juga menjanjikan latensi rendah, yaitu 150ms pada smartphone EMUI serta 90 ms pada sistem operasi HarmonyOS. Sayangnya, saya sedang tidak memegang perangkat HarmonyOS pada saat pengujian.

Unboxing

Pada paket penjualan dari Huawei Freebuds 4 hanya akan ditemukan sebuah kabel USB-C untuk mengisi daya. Bagi pengguna yang memakai smartphone dengan port USB-C tentunya tidak perlu menggunakan kabel ini dan bisa memakai bawaan dari smartphone-nya.

Desain

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Huawei Freebuds 4 menggunakan model Open ear atau Open fit. Model ini sendiri akan digantung pada celah yang ada di telinga bagian bawah. Oleh karena itu, model Open fit tentu tidak akan masuk rapat ke rongga telinga dan seringkali tergeser ke luar. Dengan begitu, suara dari luar akan masuk ke rongga telinga sehingga suara dari driver kerap terganggu dan tidak penuh dan di sinilah ANC 2.0 dari Huawei berfungsi.

Sama seperti TWS yang beredar di pasaran, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan bahan plastik polikarbonat yang tebal. Saat dipegang, TWS ini memang terasa kokoh sehingga saya tidak terlalu khawatir jika perangkat ini jatuh dari telinga. Charging case-nya pun juga dibuat sangat kokoh oleh Huawei sehingga tidak perlu khawatir untuk menaruhnya pada kantong belakang celana Anda.

Pada setiap earbuds-nya terdapat sebuah speaker, microphone, serta beberapa sensor. Pada bagian batang setiap earbuds-nya terdapat sensor sentuh yang bisa dikonfigurasi fungsinya dari aplikasi AI Life. Sensor tersebut memiliki 3 jenis gesture, yaitu sentuh 1x, sentuh 2x, dan menggeser dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dan pada bagian bawah dari TWS ini terdapat konektor untuk mengisi ulang baterai dari case-nya.

Pada charging case-nya sendiri terdapat sebuah LED pada bagian depannya. Saat case ini terbuka, earpiece-nya akan langsung mencari perangkat bluetooth lainnya untuk melakukan pairing atau langsung terhubung. Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol untuk melakukan pairing dengan perangkat lainnya.

Huawei telah membenamkan driver berukuran besar ke dalam TWS Open-fit ini. Dengan dimensi yang sedikit lebih besar dibandingkan sang pendahulunya, Freebuds 4 pun memiliki driver 14,3 mm. Penggunaan driver yang lebih besar sendiri juga membuat suara pada bagian bass menjadi lebih baik. Hal ini pula lah yang dibutuhkan pada sebuah TWS dengan model ini.

Baterai yang ditanamkan pada kedua buah earpiece ini memiliki kapasitas 30 mAh. Dengan kapasitas ini, Huawei menjanjikan pemakaian hingga 4 jam tanpa ANC dan 2,5 jam dengan ANC. Untuk Charging case-nya sendiri sudah ditanamkan baterai 410 mAh yang membuat total pemakaian bisa mencapai 22 jam atau seharian penuh. Pengisian baterai charging case-nya sendiri menggunakan USB-C yang sudah umum digunakan saat ini.

Untuk orang yang sering berkeringat seperti saya, tidak perlu lagi khawatir TWS-nya akan rusak. Huawei Freebuds 4 sudah memiliki sertifikasi IP4X yang tahan terhadap percikan air. Jadi, perangkat ini juga cocok dijadikan perangkat penghilang kebosanan saat sedang berolah raga sendirian.

Huawei Freebuds 4 menggunakan sebuah aplikasi yang bernama AI Life. Aplikasi ini akan memperlihatkan informasi mengenai Huawei Freebuds 4, seperti sisa baterai. Selain itu, aplikasi ini juga bisa mengubah setting seperti gesture dan mengkonfigurasi ANC yang ada. Tentunya, aplikasi ini juga bisa melakukan upgrade firmware.

Menggunakan selama sebulan

TWS dengan model Open-ear memang tidak cocok untuk orang dengan telinga seperti saya. Setiap kali memasangkannya pada telinga, selalu saja ujung eartips menjauh dari rongga telinga. Hal tersebut tentu saja membuat suara yang dihantarkan dari driver ke telinga berkurang dan menjadi tidak lengkap. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mencoba ANC yang ada pada TWS ini.

Setelah membuka paket penjualannya, saya langsung menghubungkannya ke smartphone yang digunakan. Perangkat ini sudah mendukung codec SBC dan AAC dalam mentransfer suara. Aplikasi AI Life juga langsung mendeteksi perangkat yang satu ini. Setelah itu, sebuah firmware pun juga terdeteksi setelah terhubung dengan aplikasi tersebut, sehingga ada beberapa peningkatan pada Huawei Freebuds 4 yang saya gunakan.

 

Sekarang waktunya memasangkan perangkat ini pada kedua telinga saya. Tentunya saat memasangkan kedua earpiece tersebut, tidak ada yang berbeda dengan TWS Open-fit pada umumnya. Ujung dari earpiece lagi-lagi tidak mencapai rongga telinga sehingga saya cukup jelas mendengar semua suara di sekitar saya.

Kemampuan ANC 2.0 pada TWS ini pun saya uji kebenarannya. Saat menyalakannya, suara yang ada dari luar memang terdengar lebih kecil dibandingkan biasanya. Suara kipas PC yang biasanya cukup terdengar, sekarang terdengar sekitar 30-40%-nya saja. Apalagi suara ketikan dari sebuah keyboard mechanical yang menjadi hampir tidak mengganggu.

Setelah itu, saya langsung mendengarkan sebuah lagu dari aplikasi Spotify. Dengan menggunakan bitrate tertinggi (Vorbis 320 Kbps), saya mencoba pada volume sekitar 80% saja. Ternyata, suara yang ada dari luar menjadi sangat kecil sehingga suara dari lagu yang dimainkan menjadi dominan. Hal ini tentunya menambah kenyamanan pemakainya dalam mendengarkan musik.

Sayangnya, karena terdapat celah antara earpiece dan rongga telinga, membuat saya harus menaikkan volume suara menjadi 90%-100%. Pada tingkat ini, suara dari luar sudah hampir tidak terdengar sama sekali. Selain itu, menaikkan volume dari TWS ini juga diperlukan karena memang suara yang dihasilkan terdengar kurang kuat.

Satu hal yang pasti pada perangkat TWS ini adalah suara vokal yang dihasilkan terdengar jernih. Untuk channel high dan low, akan cukup menyenangkan mereka yang menyukai profil balanced. Untuk saya, TWS memberikan bass yang kurang dominan sehingga harus menyalakan fungsi bass boost pada aplikasi AI Life. Setelah itu, baru TWS ini terasa pas suaranya.

Mendengarkan lagu dengan format FLAC bahkan menjadi lebih enak untuk ukuran TWS Open-fit. Saya bisa mendengar petikan senar gitar dengan cukup jelas pada lagu Tears in Heaven. Tentunya suara dari Eric Clapton sendiri terdengar jelas dan tidak mendominasi. Untuk urusan mendengar musik, TWS ini berhasil memikat hati saya.

Dengan menyalakan ANC-nya, saya juga mencoba menonton film-film yang ada di Netflix. Hasilnya memang cukup menyenangkan. Suara yang ada terasa sangat fokus pada film tersebut dan hampir tidak terdengar suara lain dari luar. Akan tetapi apabila ada orang didekat saya sedang berbicara, tentu saja masih akan terdengar suaranya.

Dengan janji latensi yang rendah, tentu saja saya mencoba TWS ini dengan bermain game. Saya mencoba TWS ini dengan bermain game di PC, yaitu Shadow of the Tomb Raider dan Valorant. Alangkah senangnya pada kedua game ini, delay yang terjadi hampir tidak terasa sama sekali. Suara langkah musuh bisa saya dengar dengan jelas dan tepat.

Terakhir adalah pengujian untuk melakukan panggilan dengan menggunakan Whatsapp Call. Saya pun mencoba di luar ruangan yang memiliki banyak gangguan suara dan angin. Call Noise Cancellation yang ada bisa meredam gangguan dengan cukup baik, walaupun belum mengisolasi suara saya secara utuh.

Janji Huawei untuk daya tahan baterai pada TWS ini ternyata cukup tepat. Tanpa ANC, saya bisa menggunakannya hingga 4 jam. Untuk ANC, TWS ini akan mati dalam waktu sekitar 2,5 jam saja. Untuk mengisi baterai pada earpiece-nya, akan penuh dalam waktu sekitar 30 menit.

Verdict

Membeli sebuah TWS Open-Fit akan terasa sama jika tidak memiliki sebuah Active Noise Cancelling. Hal tersebut disebabkan oleh adanya celah yang cukup besar antara eartips dengan rongga telinga. Hal tersebut akan membuat suara dari luar masuk ke telingga sehingga suara dari TWS akan memudar. Masalah ini pun dipecahkan oleh Huawei dengan mengeluarkan Freebuds 4.

Teknologi Open-fit noise cancellation yang ada pada Huawei Freebuds 4 memang membuatnya berbeda dari TWS lain. Walaupun posisinya tidak pas pada telinga saya, suara yang dihadirkan pun menjadi lebih terdengar karena suara dari luar akan terhalau oleh ANC. Dengan volume penuh, suara luar akan terasa terisolasi dan akan memberikan suara yang bagus.

Daya tahan baterai dari TWS ini juga cukup baik saat tidak menyalakan ANC-nya. Selain itu, IP4x juga menjamin bahwa perangkat ini tidak rusak akibat terkena keringat di telinga. Latensi pada perangkat ini juga cukup kecil yang membuatnya pas untuk bermain game.

Untuk semua fitur yang dihadirkan, Huawei menjual Freebuds 4 dengan harga Rp. 2.199.000. Dengan harga tersebut, konsumen akan mendapatkan sebuah TWS Open-fit yang terasa pas untuk semua telinga berkat ANC 2.0-nya. Huawei menjual TWS ini pada jalur distribusi mereka baik online maupun offline.

Sparks

  • Teknologi ANC yang membuat TWS ini mirip in-ear
  • Kualitas suara yang dihasilkan bagus
  • Desainnya cukup nyaman di telinga
  • Aplikasi AI Life menyediakan fungsi yang cukup lengkap
  • Latensi kecil yang nyaman untuk bermain game

Slacks

  • Suara yang dihasilkan terasa kurang keras
  • Daya tahan baterai, terutama dengan ANC, kurang lama

Headphone Wireless Sony WH-1000XM4 Kini Sudah Tersedia di Indonesia

Hanya seminggu setelah diluncurkan di panggung internasional, Sony WH-1000XM4 kini langsung tersedia secara resmi di tanah air. Sony mematok harga Rp 4.999.000 untuk headphone wireless terbarunya tersebut, lebih terjangkau daripada kurs rupiahnya ($350 = ± Rp 5,2 juta).

Namun yang lebih menarik adalah, banderolnya ini satu juta rupiah lebih murah daripada harga pendahulunya saat diluncurkan di Indonesia dua tahun lalu. Sebagai suksesor, 1000XM4 tentu menawarkan sejumlah pembaruan, meski memang penyempurnaan-penyempurnaannya ini tidak terlihat secara kasat mata.

Peningkatan yang paling terasa adalah seputar kinerja noise cancelling-nya. Prosesor khusus QN1 kembali digunakan, tapi sekarang juga sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain pada 1000XM4. Chip tambahan ini diklaim mampu menganalisa musik dan suara di sekitar pengguna sebanyak 700 kali per detik, dan hasil akhirnya adalah pemblokiran suara yang lebih efektif.

Perwakilan Sony Indonesia bilang, 1000XM4 mampu meredam suara pesawat terbang hingga 15% lebih baik, atau 20% lebih efektif untuk sumber-sumber kebisingan lain yang konsumen jumpai sehari-hari. Singkatnya, 1000XM3 sebenarnya sudah sangat cekatan dalam mengeliminasi suara-suara pengganggu di sekitar, dan 1000XM4 malah lebih jago lagi.

Saat saya tanyakan mengenai kualitas suaranya – apakah identik dengan pendahulunya – pihak Sony Indonesia mengiyakan mengingat unit driver yang terdapat pada kedua perangkat memang sama. Kendati demikian, Sony yakin masih ada sedikit peningkatan yang bakal konsumen rasakan berkat penggantian versi Bluetooth (dari 4.2 menjadi 5.0 pada 1000XM4).

Sayang berhubung acara peluncurannya diselenggarakan secara online, saya tidak punya kesempatan untuk mendengar langsung suara yang dihasilkan headphone ini seperti apa.

Fitur-fitur pintar yang sudah ada sebelumnya kini turut disempurnakan, semisal fitur Adaptive Sound Control. Pada 1000XM4, fitur ini juga bisa mengingat-ingat lokasi yang sering pengguna kunjungi, sehingga saat pengguna datang ke tempat itu lagi di kemudian hari, perangkat bisa langsung mengatur tingkatan kinerja noise cancelling-nya secara otomatis sesuai kebutuhan di tiap lokasi.

Jadi saat berada di stasiun MRT misalnya, karakteristik kinerja noise cancelling-nya akan langsung disesuaikan sehingga dapat memblokir semua suara di sekitar kecuali suara pengumuman. Juga unik adalah fitur baru bernama Speak-to-Chat, yang akan menghentikan jalannya musik secara otomatis ketika pengguna sedang berbicara, sehingga ia bisa berbincang sebentar dengan orang lain tanpa perlu melepaskan headphone.

Tentu saja fitur ini bisa dimatikan jika tidak perlu, atau jika pengguna ternyata hobi bernyanyi sendiri selagi mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Sony WH-1000XM4 memiliki daya tahan baterai hingga 30 jam dalam sekali charge, serta turut mendukung fitur pengisian daya cepat – 10 menit charging cukup untuk pemakaian selama 5 jam.

Melihat pandemi yang tak kunjung berakhir, sebagian dari kita mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Sony harus berusaha menghadirkan 1000XM4 dengan cepat ke tanah air. Toh konsumennya masih harus sebisa mungkin mendekam di kediaman sendiri-sendiri, sehingga sebagian besar mungkin belum membutuhkan headphone dengan fitur noise cancelling sebagai salah satu gadget andalan selagi berada di tempat umum.

Well, Sony justru optimis produk seperti 1000XM4 masih punya tempat di hati konsumen selama pandemi. Mereka pada dasarnya ingin bilang kalau noise cancelling masih sangat relevan meski kita semua sedang bekerja dari rumah. Kalau Anda setiap harinya harus bekerja sambil mendengarkan teriakan dua orang anak seperti saya, Anda semestinya bakal langsung paham dengan maksud Sony.

Bagi yang tertarik, Sony sudah menerima pre-order 1000XM4, dan jika Anda memesannya sebelum 24 Agustus, Anda akan menerima bonus berupa speaker Bluetooth Sony SRS-XB01 senilai Rp 499.000 (selama persediaannya masih ada). Pilihan warnanya sendiri ada dua, yakni hitam atau silver.

Sony WH-1000XM4 Hadirkan Kinerja Noise Cancelling yang Lebih Baik dalam Kemasan yang Identik

Sony punya headphone wireless andalan baru. Perangkat bernama WH-1000XM4 ini merupakan penerus langsung dari WH-1000XM3 yang dirilis dua tahun lalu. Meski selisih umurnya cukup jauh, rupanya desain keduanya cukup identik satu sama lain.

Sony memang sepertinya tidak menerapkan perubahan yang berarti dari segi desain dan ergonomi terhadap 1000XM4, tapi toh desain 1000XM3 sendiri sudah jauh lebih sempurna ketimbang pendahulunya. Penampilannya masih kelihatan premium dan elegan, sedangkan kenyamanannya juga terjamin berkat bantalan telinga dan kepala yang gemuk.

Juga masih dipertahankan sebagai nilai jual utamanya adalah prosesor QN1 yang bertugas mewujudkan segala trik noise cancelling yang diperlukan untuk mengeliminasi suara-suara yang mengganggu di sekitar pengguna. Yang berbeda, pada 1000XM4 prosesor tersebut sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain yang mampu menganalisa musik dan suara di sekitar sebanyak 700 kali setiap detiknya. Hasil akhirnya tentu adalah kinerja noise cancelling yang kian sempurna lagi.

Sony tidak lupa menyempurnakan fitur upscaling yang ditawarkan menggunakan AI hasil kolaborasinya dengan divisi Sony Music, akan tetapi kualitas suara 1000XM4 sendiri semestinya sama seperti yang dihasilkan oleh pendahulunya, sebab driver 40 mm yang digunakan memang identik.

Selain performa fitur noise cancelling yang lebih baik, 1000XM4 juga hadir membawa fitur multi pairing, yang berarti ia dapat disambungkan ke dua perangkat secara bersamaan, semisal smartphone dan laptop. Jadi ketika pengguna sedang mendengarkan musik di laptop lalu ada panggilan telepon yang masuk di smartphone, pengguna bisa langsung menerimanya dan berbicara tanpa perlu menjalani proses pairing ulang.

Fitur baru lainnya yang tidak kalah menarik adalah Speak-to-Chat. Berkat fitur ini, perangkat bisa menyetop jalannya musik secara otomatis ketika mendeteksi pengguna sedang berbicara. Sangat berguna ketika pengguna hendak berbincang-bincang sebentar dengan seseorang tanpa perlu melepas headphone-nya.

30 detik setelah mereka selesai bercakap-cakap, musik akan diputar kembali dengan sendirinya. Speak-to-Chat semestinya bisa diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai kebutuhan, karena saya membayangkan fitur ini bisa jadi menyebalkan bagi pengguna yang hobi bernyanyi sendiri selagi menikmati lagu-lagu favoritnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sony tidak lupa menyempurnakan kualitas lima mikrofon yang tertanam pada 1000XM4 menggunakan teknologi Precise Voice Pickup. Fitur Speak-to-Chat tadi juga tidak akan eksis tanpa pembaruan di sektor mikrofon ini.

Selebihnya, Sony WH-1000XM4 tidak terlalu berbeda dari pendahulunya. Daya tahan baterainya pun sama persis, hingga 30 jam dalam sekali pengisian, dan tetap mendukung fitur quick charging. Di Amerika Serikat, perangkat ini akan segera dipasarkan seharga $350, lagi-lagi sama seperti harga jual pendahulunya saat pertama diluncurkan.

Sumber: The Verge dan Sony.

Panasonic Luncurkan Dua True Wireless Earphone Pertamanya

Panasonic resmi terjun ke ranah true wireless earphone lewat dua produk bernama RZ-S500W dan RZ-S300W. Diperkenalkan pertama kali di ajang CES pada bulan Januari lalu, kedua perangkat ini sebenarnya mengemas teknologi sekaligus desain yang serupa dengan produk dari sub-brand Panasonic, Technics EAH-AZ70W.

Di antara keduanya, S500W merupakan model unggulan berkat fitur active noise cancelling (ANC). Bukan sembarang ANC, melainkan yang bersifat hybrid, yang dipercaya mampu mengeliminasi suara pengganggu dari luar sekaligus dari dalam, sehingga isolasi suaranya benar-benar maksimal.

Intensitas noise cancelling-nya pun dapat disesuaikan hingga 50 tingkatan, dan Panasonic tidak lupa membekalinya dengan mode ambient yang berguna di saat pengguna hendak mengecek keadaan di sekitar tanpa perlu melepas earphone dari telinga.

S500W mengemas driver berdiameter 8 mm, dan baterainya diyakini mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian (total 20 jam kalau dipadukan dengan daya sumbangan dari charging case-nya).

Panasonic RZ-S300W / Panasonic
Panasonic RZ-S300W / Panasonic

S300W di sisi lain tidak dilengkapi ANC, akan tetapi dimensinya luar biasa ringkas, dengan diameter tak lebih dari 17 mm. Meski mungil, S300W masih sanggup mengusung driver 6 mm beserta baterai yang mampu bertahan sampai 5 jam pemakaian (total 20 jam jika dipadukan case-nya).

Di luar absennya ANC, S300W mempunyai banyak kemiripan dengan kakaknya yang lebih mahal itu. Mulai dari bodi tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, mikrofon berkualitas premium, kompatibilitas dengan Siri maupun Google Assistant (Alexa menyusul), sampai koneksi yang stabil berkat kemampuannya tersambung ke perangkat secara terpisah antara unit sebelah kiri dan kanan.

Di Amerika Serikat, Panasonic kabarnya bakal memasarkan RZ-S500W seharga $199 dan RZ-S300W seharga $129. Jadwal pemasarannya belum dipastikan, akan tetapi Panasonic sudah mulai menjualnya di dataran Eropa.

Sumber: Engadget.

Berdesain Elegan, Razer Opus Unggulkan Active Noise Cancelling dan Sertifikasi THX

Jujur saya agak kaget melihat nama Razer terpampang pada perangkat di atas. Pasalnya, sebagian besar produk produsen periferal tersebut biasanya berdesain agak norak dan selalu dihiasi pencahayaan warna-warni alias RGB.

Namun headphone ini tidak demikian. Andai tak ada label Razer di headband-nya, mungkin saya bakal mengiranya sebagai headphone noise cancelling bikinan Sony. Dan kebetulan active noise cancelling (ANC) memang merupakan salah satu keunggulan utama perangkat bernama Razer Opus ini.

Kemampuannya mengeliminasi suara di sekitar pengguna itu diwujudkan oleh total empat buah mikrofon. Seperti halnya mayoritas headphone ANC lain yang ada di pasaran, Razer Opus turut dibekali mode transparan atau ambient, yang bekerja berlawanan dengan fitur noise cancelling, mengamplifikasi suara-suara di sekitar supaya pengguna tak harus melepas headphone saat perlu mendengarkan pengumuman atau ada yang mengajak berbicara.

Razer Opus

Mode transparan ini dapat diaktifkan dengan satu klik tombol pada perangkat. Tidak ada kontrol sentuh pada headphone seberat 260 gram ini, semua pengoperasiannya mengandalkan tombol fisik. Fitur auto-pause dan auto-play akan aktif dengan sendirinya saat pengguna melepas dan mengenakan headphone.

Kinerja audionya ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 40 mm, lengkap dengan dukungan codec AAC maupun aptX, baik via Bluetooth 4.2 atau via kabel audio standar. Sertifikasi audio THX tidak lupa dijadikan suguhan ekstra, apalagi mengingat THX memang sudah diakuisisi Razer sejak 2016.

Dalam sekali pengisian via USB-C, Opus diestimasikan dapat beroperasi sampai 25 jam pemakaian. Kelemahannya sejauh ini cuma satu: ia hanya tersedia di Tiongkok saja, sama seperti true wireless earphone Pikachu yang Razer rilis belum lama ini. Di sana, Opus dijajakan seharga 1.799 yuan (± Rp 3,9 juta).

Sumber: Engadget.

 

AKG N400 Adalah Sepupu Samsung Galaxy Buds+ yang Dibekali Active Noise Cancelling

Samsung Galaxy Buds+ yang diluncurkan bersamaan dengan seri Galaxy S20 dan Z Flip belum lama ini kelihatan begitu sleek. Bukan hanya itu, true wireless earphone tersebut juga menjanjikan kualitas suara yang memuaskan berkat keterlibatan AKG.

Sayang sekali fitur yang dinantikan banyak orang malah absen, yakni active noise cancelling (ANC). Kalau memang ANC yang Anda cari, mungkin Anda bisa menunggu kedatangan true wireless earphone baru besutan AKG berikut ini.

Dibanding Galaxy Buds+, perangkat bernama AKG N400 ini unggul dalam dua hal: noise cancelling dan ketahanan air. AKG N400 tercatat mengusung sertifikasi IPX7, yang berarti menyelam hingga kedalaman 1 meter selama 30 menit bukan masalah baginya. Bandingkan dengan Galaxy Buds+ yang cuma bersertifikasi IPX3.

AKG N400

Kendati demikian, Galaxy Buds+ lebih superior perihal daya tahan baterai. AKG N400 diklaim bisa beroperasi sampai 6 jam (5 jam kalau fitur ANC-nya dinyalakan), dan charging case-nya cuma bisa mengisi penuh satu kali (total 12 jam). Galaxy Buds+ di sisi lain menawarkan daya baterai hingga 11 jam pemakaian, ditambah 11 jam lagi dari charging case-nya (total 22 jam).

Selebihnya, AKG N400 cukup mirip dengan Galaxy Buds+. Kedua perangkat sama-sama mengandalkan panel sentuh kapasitif sebagai metode pengoperasiannya, dan case-nya sama-sama mendukung wireless charging.

AKG N400 sejauh ini baru tersedia di Korea Selatan. Di sana, Samsung menjualnya seharga 230.000 won, hampir satu juta lebih mahal ketimbang Galaxy Buds+ jika dikurskan rupiah (± Rp 3,1 juta).

Sumber: Android Central dan The Verge.

Active Noise Cancelling Tidak Selamanya Harus Menjadi Fitur Premium

Dari sekian banyak true wireless earphone yang diumumkan di ajang CES bulan Januari lalu, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah JLab Go Air. Bagaimana tidak, di saat earphone lain dijual seharga $150 atau bahkan lebih, Go Air dibanderol tidak lebih dari $30.

Pastinya ada yang harus dipangkas agar harganya bisa semurah itu, dan salah satu fitur yang absen dari perangkat tersebut adalah active noise cancelling (ANC). Di titik ini, ANC pada dasarnya bisa dianggap sebagai fitur standar untuk true wireless earphone kelas premium, namun ke depannya itu bisa berubah berkat inovasi terbaru Qualcomm.

Produsen asal AS itu mengumumkan dua chip Bluetooth baru yang didedikasikan untuk true wireless earphone: QCC514x untuk yang kasta premium, dan QCC304x untuk yang kelas entry-level. Keduanya sama-sama mengunggulkan fitur ANC terintegrasi, tidak ketinggalan pula mode transparan yang memungkinkan pengguna untuk mendengar suara dari luar ketika dibutuhkan.

Istimewanya, Qualcomm bilang efisiensi daya kedua chip ini lebih bagus daripada generasi sebelumnya, yang berarti daya tahan baterai perangkat bisa ditingkatkan, bahkan meski noise cancelling terus aktif. Selain ANC terintegrasi, fitur andalan berikutnya adalah TrueWireless Mirroring.

Qualcomm QCC514x dan QCC304x

Fitur ini sejatinya dirancang untuk mewujudkan koneksi yang lebih stabil, serta mewujudkan transisi yang mulus ketika pengguna melepas salah satu unit earpiece. Berkat fitur ini, kedua unit earpiece tak akan muncul sebagai dua perangkat yang terpisah pada daftar perangkat Bluetooth yang terhubung ke smartphone.

Perbedaan utama QCC514x dan QCC304x adalah terkait integrasi voice assistant. Keduanya sama-sama memungkinkan voice assistant untuk dipanggil secara lisan, akan tetapi khusus untuk QCC304x, pengguna harus menekan tombol pada perangkat terlebih dulu sebelum mengucapkan “OK Google” atau “Hey Siri”.

Semoga saja ke depannya semakin banyak true wireless earphone berharga terjangkau yang menggunakan chip Qualcomm QCC304x. Menekan tombol setiap kali hendak memanggil Siri atau Google Assistant semestinya bukan perkara besar, yang lebih penting adalah active noise cancelling tanpa harus membayar terlalu mahal.

Sumber: The Verge dan Qualcomm.

Montblanc Perkenalkan Headphone Wireless dengan Active Noise Cancelling

Sejak 2017, Montblanc telah resmi berkiprah di industri teknologi. Portofolio gadget brand asal Jerman tersebut sejauh ini mencakup dua smartwatch, yakni Summit dan Summit 2. Namun sekarang Montblanc rupanya sudah siap menyasar kategori lain, yaitu headphone.

Produk pertama mereka di ranah ini adalah Montblanc Smart Headphones. Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, penampilannya terkesan mewah dan elegan, pantas untuk mengusung logo bintang khas Montblanc. Konstruksinya banyak mengandalkan bahan logam dan kulit, sedangkan kombinasi warnanya ada tiga macam.

Montblanc Smart Headphones

Tidak kalah penting untuk disoroti adalah fakta bahwa Montblanc mengaku merancang headphone ini bersama seorang ahli audio. Sosok tersebut adalah Alex Rosson, pendiri produsen headphone Audeze yang cukup populer di kalangan audiophile.

Beliau rupanya juga cukup populer di kalangan produsen jam tangan premium yang tertarik untuk terjun ke bisnis headphone, sebab Montblanc bukanlah klien pertamanya. Sebelum ini, Shinola sudah lebih dulu memercayakan keahlian Rosson perihal audio engineering. Dan selama sekitar dua tahun memimpin divisi audio Shinola, Rosson bersama timnya melahirkan beragam produk audio, mulai dari turntable, headphone sampai earphone wireless.

Montblanc Smart Headphones

Label “Smart” pada namanya merujuk pada sejumlah hal. Yang pertama adalah konektivitas wireless dan dukungan Google Assistant – perangkat bahkan dilengkapi tombol khusus untuk memanggil sang asisten pintar tersebut tanpa mengharuskan pengguna membuka ponselnya terlebih dulu.

Yang kedua, seperti halnya headphone wireless lain yang dirilis dalam satu hingga dua tahun terakhir, adalah active noise cancelling (ANC) di samping isolasi pasif yang ditawarkan earcup besarnya. Dalam satu kali pengisian via USB-C, perangkat disebut mampu beroperasi selama 20 jam nonstop.

Nama Montblanc pada dasarnya merupakan jaminan bahwa harganya sudah pasti mahal. Perangkat ini rencananya bakal dijual seharga $600, hampir dua kali lipat headphone ANC dari brandbrand audio kenamaan seperti Bose, Sony maupun Sennheiser.

Sumber: HypeBeast dan Engadget.

Earphone Bluetooth Beoplay E4 Tawarkan Noise Cancelling dan Daya Baterai 20 Jam

Pabrikan audio asal Denmark, Bang & Olufsen, kembali meluncurkan earphone Bluetooth yang cukup istimewa. Didapuk Beoplay E4, sepintas ia kelihatan mirip sekali dengan Beoplay H3 ANC, dengan desain yang ringkas sekaligus elegan, akan tetapi B&O rupanya telah membenahi kinerja sistem noise cancelling-nya.

Beoplay E4 kini mengemas teknologi active noise cancelling (ANC) yang sama dengan Beoplay H9 yang ukurannya berkali lipat lebih besar. Sepasang mikrofon yang ditugaskan untuk memblokir suara luar diyakini sanggup meredam kebisingan hingga 15 desibel.

Beoplay E4

Namun terisolasi dari sekitar tidak selamanya berujung baik, apalagi kalau sampai Anda ketinggalan kereta komuter gara-gara terbawa alunan musik yang demikian merdu. Untuk itulah B&O menerapkan fitur Transparency Mode pada E4: dengan satu gerakan gesture saja, ANC dan musik akan langsung dimatikan sehingga Anda bisa ‘terhubung’ lagi dengan sekitar – gesture yang sama akan kembali mengaktifkan ANC dan lanjut memutar musik.

Sebagai produk Bang & Olufsen, hampir bisa dipastikan E4 memiliki kualitas suara yang memuaskan. Sepasang driver electro-dynamic berukuran 10,8 mm yang terbungkus dalam perpaduan material stainless steel, karet dan polimer menawarkan respon frekuensi 20 – 16.000 Hz, dengan bobot total tidak lebih dari 50 gram.

Beoplay E4

Kedua earpiece-nya turut didampingi oleh sebuah remote control dan balok tipis yang menyimpan baterai 350 mAh. Dalam satu kali charge, pengguna bisa menikmati musik sampai 20 jam nonstop dalam posisi ANC menyala. Yang menarik, E4 ternyata masih tetap bisa digunakan setelah itu, tapi tanpa noise cancelling, sedangkan charging-nya membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam.

Buat yang tertarik, Beoplay E4 saat ini sudah dipasarkan seharga $250 dengan satu pilihan warna saja.

Sumber: Digital Trends dan The Verge.

Blue Satellite Adalah Headphone Bluetooth dengan Headphone Amp Terintegrasi

Anda mungkin kurang begitu mengenal brand audio bernama Blue, tapi mereka yang menggeluti industri rekaman maupun podcasting pastinya sudah tidak asing dengan produsen mikrofon asal Amerika Serikat ini. Baru sekitar tiga tahun yang lalu, Blue melebarkan sayapnya ke ranah headphone, dan tahun ini mereka sudah siap untuk memasarkan headphone Bluetooth perdananya.

Diumumkan pertama kali pada ajang CES 2017, headphone bernama Blue Satellite ini punya desain yang cukup elegan. Blue tampaknya tidak mau setengah-setengah dalam menggarap headphone jenis over-ear ini. Selain teknologi active noise cancelling (ANC), Blue turut membekali Satellite dengan sebuah headphone amp.

Semua tombol pengoperasiannya tertanam di sisi earcup kiri dan kanan / Blue
Semua tombol pengoperasiannya tertanam di sisi earcup kiri dan kanan / Blue

Layaknya portable headphone amp besutan Fiio, V-MODA dan lain sebagainya, fungsi utamanya di sini adalah untuk meningkatkan kualitas suara dengan menyalurkan output daya yang lebih maksimal. Pastinya fitur ini berpengaruh ke ketahanan baterai, namun pengguna bisa mematikannya saat tidak membutuhkan, seperti ketika mendengarkan podcast misalnya.

Teknologi ANC-nya sendiri bukan sembarangan, sebab Blue telah menanamkan driver terpisah untuk fitur ini. Lebih lanjut, pengalaman Blue dalam mengembangkan mikrofon setidaknya bisa menjadi jaminan atas kinerja fitur noise cancelling-nya.

Perangkat dapat dilipat mendatar supaya mudah disimpan dan dibawa-bawa / Blue
Perangkat dapat dilipat mendatar supaya mudah disimpan dan dibawa-bawa / Blue

Pengoperasiannya mengandalkan sederet tombol di sisi earcup kiri dan kanannya. Di kiri, ada tombol untuk Bluetooth, headphone amp dan ANC; sedangkan di kanan ada tombol untuk mengatur volume, playback sekaligus untuk menerima panggilan telepon.

Konektivitas Bluetooth 4.1 yang digunakan punya dampak positif terhadap daya tahan baterai, dimana Satellite diklaim sanggup beroperasi selama 24 jam nonstop. Namun kalau Anda mengaktifkan fitur ANC sekaligus headphone amp-nya, daya tahan baterainya akan turun drastis menjadi sekitar 8 jam saja.

Blue Satellite saat ini sudah dipasarkan seharga $400. Ia tersedia dalam dua pilihan warna: hitam atau putih dengan aksen coklat.

Sumber: Engadget.