Supertor Usung Konsep Pertemukan Pengguna dan Para Mentor

Bisnis digital membawa sejumlah kesempatan ide bisnis baru untuk direalisasikan. Dari sekian banyak ide konsep “penghubung” menjadi paling sering dijumpai. Menghubungkan penjual dan pembeli, murid dengan guru, pelanggan dengan pengguna jasa dan lainnya. Konsep ini juga yang dibawa oleh Supertor. Sebuah bisnis yang baru dirintis ini mengusung konsep menghubungkan penggunanya dengan para mentor untuk berbagai keperluan. Mulai dari tentang kegiatan perkuliahan, programming, dan permasalahan-permasalahan lain.

Saat ini Supertor masih dalam tahap beta, masih ada beberapa fitur yang tengah dimatangkan dan mungkin akan ada beberapa fitur tambahan ke depannya. Sejauh ini Supertor memiliki beberapa fitur untuk menyelaraskan dengan konsep yang diusung. Yakni komunikasi langsung dengan mentor dengan media yang bisa disesuaikan, apakah itu online atau ketemuan langsung.

Supertor juga memungkinkan pengguna mengunggah pertanyaan mereka untuk bisa dijawab oleh mentor atau pengguna lain. Pengguna yang jawabannya mendapatkan approve dari pengguna lain maka akan mendapat reward berupa saldo Supertor yang nantinya bisa digunakan sebagai pembayaran konsultasi lain di Supertor.

“Untuk tahap beta ini persyaratan untuk menjadi mentor tidak terlalu rumit, cukup dengan melengkapi aplikasi pendaftaran di Supertor, dan mencantumkan CV atau profil Linkedin-nya, sudah dapat menjadi mentor di Supertor,” terang CEO Supertor Moch Lutfi Fauzi.

Diakui Lutfi, saat ini Supertor yang masih dalam tahap beta masih belum memiliki banyak mentor dan pengguna. Mentor dan pengguna yang terdaftar masih seputar teman-teman komunitas dan alumni dari YLI (Young Leaders for Indonesia). Untuk itu Lutfi menepatkan menambah jumlah mentor dan pengguna menjadi salah satu targetnya di tahun ini bersama dengan peningkatan kualitas layanan dan fitur-fitur yang ada.

Lutfi juga menjelaskan saat ini ada beberapa kategori yang diincar untuk bisa menjadi mentor di Supertor. Yang pertama adalah Diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri, founder startup yang sudah established, dan expert yang biasa mengadakan workshop dan seminar secara offline.

“Fokus kami dalam 3 bulan ke depan adalah mengajak orang-orang pintar untuk bergabung menjadi mentor atau expert di Supertor, dengan kategori (financial management, business and marketing, leadership, web and mobile development, education consultant), dengan target 1000 mentor. Selain itu, menyempurnakan fitur dan layanan yang ada di Supertor,” jelas Lutfi.

Dari segi konsep, apa yang diusung Supertor tidak jauh berbeda dengan RuangGuru dan KelasKita. Keduanya sama-sama menjembatani masyarakat yang ingin mendapatkan akses informasi. Hanya saja Supertor cakupannya sedikit lebih luas, tidak hanya soal pendidikan tetapi juga bidang lain dan banyak keahlian di dalamnya. Salah satu tantangan Supertor adalah mendapatkan mentor yang berkualitas dan kompeten.

Siapkan Monetisasi, Portal Belajar CodeSaya Hadirkan Layanan Premium

Setelah hadir dalam versi gratis, layanan belajar online khusus materi pemrograman CodeSaya mengumumkan varian versi premium untuk layanannya. Ini adalah langkah monetisasi CodeSaya setelah sebelumnya mencoba berakselerasi kencang untuk akuisisi pengguna dalam mode gratis. Rencananya produk premium CodeSaya akan mulai dirilis pada tanggal 6 April 2017 nanti.

Kendati untuk pembelajaran di CodeSaya masih akan tetap disajikan gratis, layanan premium diperuntukkan bagi pengguna yang ingin mendapatkan fitur lebih. Fitur-fitur yang akan dihadirkan dalam versi premium tersebut di antaranya: (1) Intip Code, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna melihat baris pemrograman dari pengguna lain untuk bahan belajar dan membandingkan, (2) Riwayat Code, digunakan untuk melihat baris pemrograman yang pernah disimpan atau dibuat, (3) Ulang Progress, untuk mengulangi proses belajar pada suatu bab di materi.

Selain itu bagi pengguna premium akan dibubuhkan badge khusus pada profilnya. Di laman CodeSaya pun akan dihilangkan semua baris iklan yang biasa muncul pada versi gratis. Pembaruan juga memungkinkan pengguna untuk memilih tema Code Editor untuk memudahkan pembacaan baris code sesuai dengan bahasa pemrograman yang dipelajari.

Mekanisme pembayaran yang dilayani jika pengguna ingin melakukan pembaruan akunnya ke premium saat ini baru tersedia melalui mekanisme transfer bank. Terkait dengan pembiayaannya, CodeSaya mengenakan tarif flat per tahun Rp100.000.

CodeSaya merupakan sebuah portal belajar pemrograman yang dikembangkan Ganis Zulfa Santoso. Beberapa materi belajar pemrograman yang diakomodasi di dalam sistem seperti pemrograman Python, JavaScript, PHP hingga Git.

“Saat ini sekurangnya sudah ada 31 ribu pengguna terdaftar di CodeSaya,” ujar Ganis.

Setiap materi yang ada dibahas secara mendalam, mulai dari bahasan fundamental sampai dengan yang level lanjut. Menariknya, model belajar yang diusung CodeSaya ialah model praktik, pengguna dapat langsung mencoba menuliskan kode dan mengikuti contoh serta instruksi yang ada dalam modul. CodeSaya juga menggunakan sistem gaming, sehingga pengguna yang mengerjakan soal sampai dengan jumlah tertentu akan mendapatkan lencana. Coder terbaik juga dirilis secara Mingguan.

“Salah satu yang menjadi pertimbangan kami meluncurkan versi premium karena untuk membuka kelas baru dibutuhkan resource tambahan untuk simulasi code dari user-nya yang membutuhkan biaya tambahan juga,” lanjut Ganis.

Ruangguru Luncurkan Platform Pembelajaran RuangVideo

Melengkapi layanan yang telah dimiliki, platform edukasi Ruangguru meluncurkan sebuah platform video pembelajaran bernama RuangVideo. Dengan konsep video pengajaran seperti yang dimiliki Quipper, saat ini RuangVideo sudah dilengkapi lebih dari 1500 video pembelajaran. Pembaruan aplikasi mobile di Android dan iOS juga sudah bisa menikmati layanan ini.

Layanan video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk berlangganan bulanan ini menekankan pada kualitas konten dengan melakukan sortir ketat guru pengajar yang masuk dalam video. Latar belakang pendidikan si pengajar tersebut menjadi salah satu pertimbangan utama Ruangguru dalam memilih tutor yang terekam di video. Untuk memudahkan pemahaman, animasi sebagai alat peraga turut disematkan.

Dengan menyusun kurikulum berdasarkan silabus dan standar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, RuangVideo meyakini dapat menjadi sumber belajar komprehensif bagi para siswa, sebagai suplemen pembelajaran di luar kelas.

Tampilan fitur RuangVideo di aplikasi Ruangguru / Ruangguru
Tampilan fitur RuangVideo di aplikasi Ruangguru / Ruangguru

“Kami menyadari bahwa siswa-siswi masih membutuhkan tambahan belajar di luar sekolah. RuangVideo menyediakan konten yang bisa di akses kapan saja dan di mana saja. Lebih dari itu, harapan kami RuangVideo dapat dijangkau oleh siswa dari semua kalangan sebagai alternatif dari tambahan belajar konvensional yang harganya kian mahal,” ujar Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara dalam rilis yang kami terima.

Selain RuangVideo, sebelumnya Ruangguru juga menyediakan telah layanan belajar lainnya, yaitu jasa pencarian guru privat yang bernama RuangLes, jasa konsultasi belajar privat online yang bernama RuangLesOnline, fasilitas tryout ujian yang bernama RuangUji, dan ribuan latihan soal yang dikemas dalam bentuk game petualangan yang bernama RuangLatihan.

Saat ini, Ruangguru pun tengah melakukan kerja sama dengan 16 pemerintah provinsi dan 200 pemerintah kota/kabupaten di seluruh Indonesia dalam menggunakan sistem tata kelola pembelajaran (learning management system).

Diluncurkan sejak bulan April 2014, startup yang digawangi oleh Belva Devera dan Iman Usman ini didukung East Ventures dan Venturra Capital. Belum lama ini Ruangguru juga terpilih menjadi bagian dari Launchpad Accelerator yang diinisiasi oleh Google. Manuvernya saat ini telah mampu merangkul lebih dari 80.000 guru privat untuk tergabung dalam jaringan les online yang disediakan sebagai basis layanan dari portal Ruangguru.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Hadirkan Smart School, Penerapan Teknologi Pendidikan Berbasis Data

Tidak ingin sekedar dikenal sebagai platform tutoring antara siswa dan guru privat, Ruangguru kembali menghadirkan inovasi terbaru dan kali ini melibatkan pemerintah daerah. Smart School, sebuah konsep belajar online yang dilancarkan Ruangguru, memberikan fasilitas lebih kepada siswa SMA dan SMK memanfaatkan teknologi. Provinsi Sumatera Selatan menjadi pilot project untuk Smart School dan diklaim mendapat sambutan baik dari pemerintah, sekolah, guru dan siswa.

“Dari awal kami memang melihat bahwa salah satu tantangan pendidikan di Indonesia adalah minimnya ketersediaan data. Tidak cuma sebatas data statistik jumlah siswa, guru, maupun sekolah, tetapi juga data pencapaian dan perkembangan capaian siswa dan kualitas guru, kata CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara.

Smart School merupakan penerapan teknologi pendidikan yang berbasiskan data yang merangkul semua stakeholder pendidikan, mulai dari guru, siswa, sekolah, pemerintah, dan orang tua murid. Melalui sistem ini siswa dan guru yang telah terdaftar dalam Smart School dapat mengikuti program ujian pemetaan kemampuan, yang berupa Tryout UN, UTS, UAS bagi siswa dan Tryout Uji Kompetensi Guru bagi guru.

“Setelah mengerjakan tryout tersebut, guru dan siswa tidak hanya mendapatkan hasil nilai keseluruhan, tetapi juga analisis kemampuan berdasarkan manajemen waktu dan ketepatan pengerjaan topik-topik, sehingga mempermudah perencanaan pemantapan materi ke depannya,” kata Co-Founder & CPO Ruangguru Iman Usman.

Hasil ujian siswa dan guru ini nantinya juga akan dimonitor oleh sekolah dan aparatur pemerintah terkait melalui dasbor pemerintah. Sementara untuk orang tua siswa melalui Aplikasi Ruangguru – Orang Tua.

“Kami berharap inisiatif Smart School ini dapat menjadi masa depan pengembangan pendidikan di Indonesia yang lebih berbasiskan data, sehingga setiap kebijakan yang diambil memiliki dasar yang kuat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan riil di lapangan. Selain itu, ini juga menjadi bukti bahwa sektor swasta juga memiliki peranan penting di bidang pendidikan, khususnya pada penerapan teknologi. Ruangguru dapat menjadi katalisator untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Belva.

Rencana Ruangguru di tahun 2017

Selama ini Ruangguru telah menghadirkan sebuah platform terpadu yang bisa dimanfaatkan oleh siswa, guru privat sekaligus orang tua siswa untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa sekolah di Indonesia. Langkah terbaru yang diambil oleh Ruangguru tentunya diharapkan bisa merangkul lebih banyak lagi siswa di tanah air, sekaligus peningkatan kualitas para guru, dengan memanfaatkan teknologi terkini dalam hal penerapan Sistem Manajemen Belajar online.

Meskipun masih terbilang baru proyek yang dilancarkan oleh Ruangguru, jika diterapkan dengan benar dan konsisten, bisa membantu siswa SMA dan SMK melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan secara konvensional dengan mengadopsi teknologi. Hal ini ternyata senada dengan rencana dari Ruangguru untuk tahun 2017, yaitu untuk menciptakan ekosistem teknologi pendidikan yang mendukung kebutuhan semua stakeholder yang terlibat.

“Dalam waktu dekat, akan hadir produk terbaru dari Ruangguru.com yang dapat melengkapi kebutuhan murid dan guru akan konten pendidikan yang menarik sebagai sarana pendukung pembelajaran. Selain itu, kami juga terus meningkatkan kepuasan konsumen dalam menggunakan produk dan layanan Ruangguru, baik pada situs atau pun aplikasi mobile,” pungkas Belva.

Application Information Will Show Up Here

Catatan Startup Teknologi Pendidikan Indonesia Tahun 2016

Banyak permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini coba diakselerasi penyelesaiannya dengan teknologi. Mulai permasalahan yang ada di sekolah (keterbatasan kelas, sumber daya ajar), di pendidik (kompetensi, persebaran), hingga yang ada pada siswa (meningkatkan ketertarikan belajar, memastikan kompetensi lulusan). Produk teknologi pendidikan (edtech) yang ada saat ini dan memiliki kesempatan implementasi yang besar pada umumnya mengacu pada penyelesaian masalah tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa pendekatan teknologi pendidikan merupakan langkah yang tepat. Masifnya persebaran konektivitas internet dan penetrasi perangkat pintar membawa sebuah paradigma baru digital society. Didukung dengan angka yang besar di jumlah sekolah, sebaran murid hingga anggaran tahunan untuk sektor pendidikan. Menjadi masalah krusial, karena berbagai pihak (termasuk pemerintah) mulai memahami bahwa optimalisasi pendidikan akan membawa bangsa di tingkat yang lebih maju.

Potensi edtech untuk terlibat dalam transformasi pendidikan modern

Di Indonesia belum ada riset komprehensif yang berhasil kami temukan, namun di Amerika Serikat sudah ada data (WCET Distance Education Enrollment Report of 2016) pada tahun 2016 sebanyak 28% dari mahasiswa telah memanfaatkan pembelajaran online minimal satu kali dalam masa belajar. Beberapa institusi mulai melegalkan dan mengukuhkan skema kelas maya yang dapat diikuti tanpa batasan tempat.

Spesifik di edtech sendiri, diperkirakan pada tahun 2020 mendatang nilainya mencapai $252 miliar secara global. Hal ini terbukti bahwa pada tiga tahun ke belakang investasi di sektor edtech sudah mencapai $55 miliar, dengan keterlibatan lebih dari 450 startup di seluruh dunia. Jika berbicara anggaran pendidikan secara umum, contohnya di APBN Indonesia tahun 2016, dana pendidikan yang dikucurkan mencapai Rp 419,2 triliun.

Namun demikian layanan atau produk yang disuguhkan edtech juga perlu mempertimbangkan permasalahan dasar yang ada di lapangan. Di Indonesia sendiri di tempat yang berbeda akan menghadapkan pada masalah yang berbeda. Namun secara garis besar edtech akan mendapatkan dukungan beberapa poin berikut mampu dirangkum pada visinya:

  • Memfasilitasi masyarakat dalam dinamika sosial yang terjadi atas dampak internet
  • Mampu bersinergi dengan bisnis, pemerintah dan lingkungan akademik
  • Memberikan efisiensi dalam akses dan sumber daya pengajaran
  • Membawa komponen pendidikan pada cara modern dalam penyampaian materi
  • Dan memberikan dorongan untuk perubahan di sekolah

Sejauh mana edtech hadir dan bermanuver di Indonesia

Kategori startup edtech (dari Global Edtech Startups) terdiri dari 5 bagian, yakni produk kurikulum, kebutuhan kelas, operasional sekolah, kebutuhan kampus dan produk pendidikan lainya. Di Indonesia semua kategori tersebut sudah terisi oleh startup-startup dalam negeri, beberpa di antaranya:

  • Produk Kurikulum: Bahaso, CodeSaya, Educa Studio, KelasKita, MejaKita, SekolahCoding, Zenius.
  • Kebutuhan Kelas: Cozora, HomeWork Hero, UtakAtikOtak.
  • Operasional Sekolah: 7Pagi, AIMSIS, Kelase, PesonaEdu, Quintal.
  • Kebutuhan Kampus dan Luar Kelas: Asdos, HarukaEdu, SemuaGuru, SquLine, Sukawu.
  • Produk Pendidikan Lainnya: BangsaCerdas, BulletinBoard, LeanSkill, GuruKite, RuangGuru.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Kategori tersebut dilihat dari proses bisnis juga masih terbagi ke dalam dua kelompok, yakni Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C). Singkatnya B2B mencoba memenuhi berbagai kebutuhan yang menjangkau institusi pendidikan, sedangkan B2C berhubungan langsung dengan pelajar di dunia maya. Desain kebutuhan pengajaran model gamifikasi, personalized learning, dan skill training menjadi yang banyak diminati oleh pengguna. Sedangkan layanan manajemen & administrasi dan analisis pendidikan menjadi yang terfavorit di kalangan institusi.

Berbicara tentang seberapa jauh, maka kita coba melihat tentang apa saja yang berhasil dicapai oleh startup edtech Indonesia. Dimulai dari penyedia layanan pendidikan berbasis media sosial Kelase, data terakhir menunjukkan total pengguna melebihi 102 ribu dengan keterlibatan 3 ribu kelas di dalamnya. Sebelumnya startup yang digawangi Winatswan Gora dkk ini juga telah mendapatkan dukungan funding dari Microsoft dalam bentuk Affordable Access Initiative.

Startup lain juga mulai mendapatkan kepercayaan lebih, baik dari pengguna maupun investor. Tahun ini Squline mengumumkan pendanaan Pre-Series A dari Prasetia Dwidharma, yang akan didedikasikan untuk perluasan fitur dan pemasaran produk. Pemain lama RuangGuru juga memperkenalkan aplikasi baru untuk orang tua murid. Hingga BangsaCerdas yang tengah mempersiapkan skema Online-to-Offline (O2O) untuk pemasaran produk di tahun mendatang. Banyak hal yang dilakukan sebagai langkah perluasan dan pendalaman pasar teknologi di Indonesia.

Peluang bertumbuhnya edtech di Indonesia tahun mendatang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahun depan edtech masih akan memiliki posisi yang sangat cerah, dengan porsi pasar yang sangat besar. Namun tantangannya adalah bagaimana mampu membuat sinergi bersama berbagai komponen pendidikan lain, dan membuat layanan atau produk yang disuguhkan efektif untuk pangsa pasar Indonesia.

Beberapa catatan di atas kami coba rangkum dalam infografik berikut ini:

Infographic - EdTech in Indonesia Edited

Pencapaian dan Target Layanan Kursus Bahasa Asing SquLine

Lama tidak terdengar kabarnya, layanan kursus bahasa asing online SquLine berencana untuk bergerak lebih banyak di tahun 2017 setelah menerima pendanaan pada April 2016 silam. Rencananya, di kuartal kedua 2017 nanti SquLine akan meluncurkan aplikasi mobile, berharap bisa menambah satu bahasa asing tiap tahun, dan bekerja sama dengan lembaga bahasa asing yang ada di Indonesia. Hari ini SquLine meresmikan kerja sama mereka dengan Aki no Sora untuk menghadirkan kursus bahasa Jepang.

Bertempat di D.Lab SMDV, Jakarta, hari ini (20/12) SquLine mengumumkan kerja sama mereka dengan Institut Kebudayaan dan Bahasa Jepang Aki no Sora. Lewat kerja sama ini, SquLine melengkapi layanan kursus bahasa asing mereka sebelumnya yang sebelumnya mengakomodasi bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.

CEO SquLine Tomy Yunus mengatakan, “Besarnya minat dan antusiasme dari murid-murid kami di Indonesia mendorong kami untuk terus melebarkan langkah […] dengan meluncurkan program kursus online bahasa Jepang sebagai tambahan dari kursus online […] yang sudah berjalan selama ini. […] Kami berkolaborasi dengan Aki no Sora yang memiliki tenaga pengajar profesional bahasa Jepang sehingga akan dapat memberikan layanan belajar […] yang berkualitas kepada pengguna SquLine.”

Perubahaan yang terjadi dan beberapa pencapaian SquLine sejak awal beroperasi

SquLine adalah startup yang bergerak di sektor teknologi yang didirikan pada tahun 2013 oleh Tomy Yunus Tjen dan Yohan Limerta dengan layanan kursus yang saat itu hanya fokus pada bahasa Mandarin. Seperti kebanyakan startup lainnya, di awal operasionalnya, SquLine juga kerap menemui banyak kendala. Tommy menceritakan bahwa di tiga bulan pertama mereka beroperasi, SquLine hanya mampu merengkuh tiga puluh pengguna saja.

Keadaan tersebut mendorong Tomy untuk melakukan riset kecil melalui Google Search dan menemukan bahwa bahasa Mandarin, pasar yang mereka bidik, tidak memiliki pangsa pasar yang besar. Menurut Tomy, 90 persen pencarian untuk kursus bahasa asing adalah untuk bahasa Inggris dan 10 persen sisanya terbagi pada bahasa Jepang, Korea, dan Mandarin yang memiliki porsi paling besar.

Dari hasil riset inilah SquLine memutuskan untuk meluncurkan kursus bahasa Inggris di awal tahun 2015 yang pada akhirnya menjadi titik balik mereka. Puncaknya, di April 2016 SquLine berhasil mengamankan pendanaan Pre-Seri A.

“Ini jadi titik balik SquLine, karena dari tahun 2014-2015 kami mengalami growth lebih dari 150 persen [dari sisi revenue dan pengguna]. Di tahun 2015 juga kami masuk ke GEPI Incubator dan bertemu dengan mentor yang sangat support SquLine sehingga kami dibimbing menjalankan startup dengan benar. Akhirnya [SquLine] mendapatkan pendanaan di awal tahun 2016,” ujar Tomy.

Kondisi internet Indonesia yang kian membaik pun menjadi salah satu pendorong SquLine menjadi lebih mature di tahun 2016 ini. Tomy pun mengklaim bahwa kini SquLine berhasil merangkul puluhan ribu pengguna terdaftar dengan lebih dari 1000 di antaranya adalah pengguna berbayar dari negara-negara seperti Indonesia, Amerika Serikat, Filipina, China, Jepang, dan Korea Selatan.

SquLine juga telah berhasil menjalin kerja sama eksklusif dengan enam lembaga pendidikan bahasa asing dengan Aki no Sora sebagai lembaga yang paling baru digandeng.

Rencana dan target SquLine di 2017

Di tengah-tengah geliat startup teknologi yang kian memanas, sektor pendidikan sebenarnya menjadi salah satu sektor yang paling tenang saat ini. Belum banyak pergerakan yang terjadi bila dibandingkan dengan sektor lainnya seperti e-commerce, on-demand services, fintech, atau properti yang dikabarkan akan kembali naik di 2017 nanti.

Namun, menurut Tomy, ini merupakan hal yang wajar dan bila berkaca pada Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Tomy juga optimis bahwa dalam 5-7 tahun ke depan sektor pendidikan akan mulai menunjukkan geliatnya. Agar tidak ketinggalan, Tomy pun berjanji untuk tetap berjuang di jalan pendidikan ini.

Sebagai langkah awal, Tomy mengungkapkan bahwa di tahun 2017 SquLine menargetkan untuk meluncurkan aplikasi mobile berbasis Android. Hal ini demi memudahkan pengguna dan pengajar untuk saling terhubung ketika harus bertatap muka secara online yang saat ini masih menumpang melalui platform seperti Skype, Google Hangouts, hingga LINE. Target lainnya yang ingin dicapai adalah untuk bisa menambahkan satu kursus bahasa asing baru di SquLine setiap tahunnya.

Namun, yang menarik adalah target jangka panjang dari SquLine. Tomy mengungkap bahwa mulai dari 2017 ia ingin membuka kemungkinan agar SquLine bisa masuk ke sekolah-sekolah, perusahaan-perusahaan besar.

“Di 2017 ini kami ada beberapa strategi di tim untuk masuk ke sekolah-sekolah atau perusahaan-perusahaan besar. Itu yang akan menjadi fokus. […] Goal-nya untuk sekolah agar bisa menjadi pengganti guru asing yang didatangkan dari luar negeri. Di awal, mungkin masuknya menjadi ekstrakulikuler dulu. Jadi, [di 2017] kami akan coba approach institusi-institusi pendidikan yang ada di Indonesia,” tandas Tomy.

Pasca Startup Weekend South Tangerang, Learnly Ingin Hadirkan Laporan Digital Siswa untuk Orang Tua dan Guru

Hal menarik yang didapatkan dari kegiatan Startup Weekend South Tangerang 2016 adalah munculnya usaha baru yang mencoba untuk men-disrupt dunia pendidikan di Indonesia. Learnly keluar sebagai juara pertama di ajang Startup Weekend South Tangerang 2016 dengan platform edukasi report card digital. Didirkan oleh Priscilla Mannuel sebagai Founder dan Team Leader, Learnly ingin mengimplementasikan sistem terpadu yang selama ini masih kurang dimanfaatkan di tanah air.

“Saat ini teknologi telah memudahkan semua orang untuk menciptakan beragam inovasi, dengan alasan itulah kemudian saya dan tim tertarik untuk mengembangkan buku rapor anak murid secara digital khusus untuk guru dan orang tua murid,” kata Priscilla kepada DailySocial.

Dari pantauan dan survei yang telah dilakukan oleh Priscilla dan tim selama ini banyak guru yang melakukan komunikasi langsung dengan orang tua murid melalui Whatsapp atau chat message lainnya. Nantinya Learnly akan berusaha menjembatani komunikasi tersebut dengan memberikan platform yang terpadu khusus untuk orang tua.

Platform Learning Management System

ll22

Cara kerja Learnly sepenuhnya mengedepankan teknologi dengan memanfaatkan info-graphic untuk penjabaran secara menyeluruh terkait dengan kemajuan dan kemampuan dari murid kepada orang tua. Platform ini jauh berbeda dengan startup lain yang mencoba bermain di sektor edukasi dengan mengedepankan layanan tutoring dan lainnya.

“Kami memiliki infographic yang nantinya akan berfungsi sebagai buku rapor dan dikemas dengan warna-warni dan desain yang menarik, diharapkan rapor digital tersebut bisa membantu orang tua memahami dengan mudah kemajuan yang dialami oleh sang anak hanya dalam waktu 5 menit,” kata Priscilla.

Ditambahkan Priscilla, hal ini jauh lebih mudah dicerna dan dipahami, dibandingkan dengan melihat rangkaian angka yang menjabarkan perkembangan edukasi dari sang anak. Semua infographic tersebut selanjutnya akan dirangkum secara khusus oleh Learnly.

“Kami juga melihat selama ini sekolah mengandalkan anak murid yang menceritakan kepada orang tua mereka terkait dengan pendidikan dan pengajaran yang telah diterima di sekolah, namun faktanya anak murid sendiri tidak memiliki kapabilitas yang baik untuk menyampaikan perihal tersebut, mereka juga kerap menyembunyikan adanya pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, Learnly akan mengatasi kendala ini dengan menciptakan komunikasi langsung antara orang tua dan guru,” kata Priscilla.

Nantinya teknologi Learnly bisa digunakan di platform aplikasi mobile untuk orang tua sementara untuk guru akan disematkan dalam desktop, yang bisa digunakan untuk mendokumentasikan semua nilai dari murid atau informasi penting dari sekolah kepada orang tua murid.

“Platform khusus untuk guru nantinya bisa dimanfaatkan untuk mendokumentasikan nilai murid sama dengan learning management system lainnya. Secara otomatis aplikasi nantinya akan melakukan transformasi dalam bentuk digital berupa buku rapor secara real time dan buku komunikasi,” kata Priscilla.

Di aplikasi juga akan disebutkan berapa banyak pekerjaan rumah yang diberikan dan kemungkinan tidak dikerjakan oleh anak murid. Semua terangkum dalam buku raport dalam aplikasi mobile.

Validasi dan uji coba produk

Para pemenang kegiatan Startup Weekend South Tangerang 2016

Salah satu alasan mengapa Priscilla dan tim akhirnya tertarik untuk mengikuti Startup Weekend South Tangerang adalah memvalidasikan ide dan melakukan uji coba langsung kepada para mentor. Dalam kegiatan tersebut, Priscilla dan tim banyak menerima pujian untuk Learnly, namun juga banyak mendapatkan kriitkan cukup keras dari beberapa mentor terkait produk yang dimiliki.

“Kami melihat feedback yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Startup Weekend bisa menambah rasa percaya diri kami dan tentunya menentukan seperti apa nantinya Learnly akan diarahkan. Melihat potensi yang ada kami cukup bangga ketika salah satu mentor menantang kami untuk menanyakan kapan produk akan diluncurkan,” kata Priscilla.

Saat ini Priscilla masih melanjutkan pendidkan Master Data Science dan menyelesaikan full-stack developer program di Amerika Serikat, sehingga rencana untuk meluncurkan Learnly bakal tertunda untuk sementara waktu. Uusai kelulusan, Priscilla dan tim akan segera meluncurkan platform yang diklaim bisa ‘mengganggu’ sistem pendidikan di Indonesia dengan menawarkan Learnly ke sekolah-sekolah.

“Saya adalah technopreneur. Dengan produk yang kami miliki dan melibatkan data analytics serta monetisasi yang ada, kami cukup yakin Learnly memiliki potensi yang cerah,” kata Priscilla.

Didukung Microsoft, Kelase Bantu Kolaborasi dengan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan untuk Pembelajaran Guru Sertifikasi

Januari silam Microsoft berkomitmen untuk memberikan dana bantuan sebesar $1 miliar untuk penyediaan sumber daya cloud selama tiga tahun ke depan bagi 70.000 organisasi nirlaba di seluruh dunia. Di Indonesia salah satu organisasi nirlaba yang akan menerima bantuan tersebut adalah Kelase, sebuah startup yang berfokus pada pendidikan di Indonesia. Salah satu program terbaru dari Kelase adalah membantu Ditjen Guru dan Tenaga Pendidikan (GTK) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyediakan tempat belajar untuk persiapan sertifikasi para guru di Indonesia.

Kelase sejauh ini disebutkan menjadi salah satu startup yang fokus pada penyediaan layanan online untuk kolaborasi, pembelajaran, dan pertukaran ilmu di sektor pendidikan. Sejauh ini Kelase sudah mendapatkan sekitar 75.223 pengguna dengan 2.740 kelas terdaftar. Perjuangan Kelase inilah yang nantinya akan didukung teknologi cloud dari Microsoft.

Disampaikan Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia Ruben Hattari, program donasi dari Microsoft ini akan membantu mereka dalam menjalankan misi untuk membuat perubahan yang lebih baik. Sejalan dengan misi Microsoft untuk memberdayakan orang-orang dan organisasi sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain. Salah satu organisasi yang masuk kategori Microsoft ini adalah Kelase.

Program donasi US$ 1 miliar dari Microsoft ini memungkinkan organisasi nirlaba mendapatkan kemudahan akses ke Microsoft Azure dan pusat data, Enterprise Mobility untuk perangkat dan manajemen data, CRM daring, dan program Office 365 Nonprofit. Program-program tersebut dapat  membantu organisasi nirlaba di dunia dalam memberdayakan masyarakat melalui program inisiatif yang mereka miliki.

Sementara itu Chief Operating Officer Kelase Winastwan Gora menjelaskan, “Kelase menjadi wadah bagi tenaga-tenaga pendidik di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapabilitas mereka dalam proses belajar-mengajar. Melalui program donasi dana yang diadakan oleh Microsoft, Kelase mendapatkan kesempatan untuk melakukan transisi ke Azure Cloud dan integrasi dengan Office 365 yang dapat membantu kami untuk menyediakan layanan yang lebih mudah diakses.”

Program teranyar Kelase yang bekerja sama dengan Ditjen GTK di Kemeterian pendidikan menjadi salah satu program yang akan didukung dengan teknologi Microsoft. Harapannya dengan platform dari Kelase dan dukungan teknologi dari Microsoft dapat membantu para guru yang akan mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) untuk melakukan persiapan sebelum mereka menyelesaikan ujian tulis sertifikasi.

Wujud kerja sama Kelase dengan Ditjen GTK ini berupa sebuah platform online sertifikasi.id bagi lebih dari 60.000 guru peserta sertifikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu Kelase juga mengembangkan teknologi miliknya hingga menjangkau ke Papua. Tak kurang dari 400 siswa SMAN 1 Yapen 1 telah mendaftarkan diri di platform Kelase yang nantinya juga akan diintegrasikan dengan Office 365 seperti OneDrive dan Outlook.

Application Information Will Show Up Here

Permudah Orangtua Monitor Aktivitas Belajar, Ruangguru Luncurkan Aplikasi “Orangtua”

Startup penyedia layanan jasa dan konten pendidikan berbasis teknologi Ruangguru hari ini mengumumkan peluncuran aplikasi Orangtua untuk platform Android yang masih dalam versi Beta. Aplikasi ini nantinya bisa digunakan untuk orang tua memonitor aktivitas belajar antara murid dengan guru melalui aplikasi. Ruangguru mengklaim aplikasi ini bisa mempermudah orangtua melihat kegiatan setiap saat hanya melalui aplikasi.

“Aplikasi Ruangguru – Orangtua dibuat khusus untuk para orang tua guna memonitor kegiatan privat anaknya, mengisi rating dan feedback untuk guru privat anaknya, memesan guru privat untuk datang ke rumah, serta membeli token aplikasi Ruangguru yang digunakan anaknya,” kata Co-Founder & CPO Ruangguru Iman Usman kepada DailySocial.

Dilengkapi dengan notifikasi hingga laporan terkini dalam aplikasi

Tampilan aplikasi Orangtua
Tampilan aplikasi Orangtua

Pada saat menggunakan aplikasi Ruangguru – Orangtua, pengguna (orangtua) diminta melengkapi data diri guna mempermudah pelayanan dari Ruangguru.com. Integrasi akun antara aplikasi Ruangguru – Orangtua dengan akun Ruangguru milik anak, dilakukan dengan parental code yang dimiliki sang anak. Parental code dapat dilihat di bawah foto profil anak di dasbor akun Ruangguru. Apabila anak tidak memiliki akun Ruangguru, maka orangtua dapat membuatkan akunnya terlebih dahulu, melalui aplikasi Ruangguru – Orangtua.

“Jika akun anak sudah ditambahkan, maka data anak terkait kegiatan privat Ruangguru dapat diakses orangtua, seperti jadwal privat anak, nama dan foto guru privat anak, perencanaan belajar privat anak, serta dokumen evaluasi belajar privat anak yang diberikan guru,” kata Iman.

Melalui aplikasi proses pemesanan guru privat bisa dilakukan dengan fitur pesan instan yang terhubung dengan web Ruangguru (untuk saat ini pencarian guru privat atau marketplace belum terdapat di aplikasi tersebut). Aplikasi Ruangguru Orangtua juga dilengkapi dengan notifikasi berupa email kepada orang tua, misalnya pada saat menambahkan akun anak, memesan guru privat, menantikan pembayaran guru privat/token belajar aplikasi Ruangguru.

“Untuk monitor kegiatan privat anak dan memberikan rating dan feedback guru, dilakukan melalui aplikasi Ruangguru – Orangtua. Hal tersebut tentu saja mempermudah orang tua, karena semua data terekam di aplikasi Ruangguru – Orangtua,” kata Iman.

Strategi monetisasi

Menjadi hal yang menarik untuk dicermati apakah nantinya aplikasi ini bisa menjadi monetisasi yang cukup ampuh untuk Ruangguru dengan melakukan pendekatan kepada orangtua. Layanan tambahan yang akan dikenakan biaya ini diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk mendapatkan pendapatan.

Target dari Ruangguru sendiri dengan diluncurkannya aplikasi ini adalah mendapatkan 1 juta pengguna (murid) hingga akhir tahun 2016.

“Tidak dipungkiri, penggunaan layanan atau produk teknologi pendidikan pada anak-anak (murid) melibatkan para orangtua sebagai pengambil keputusan dalam hal pembelanjaan. Hal ini juga mematahkan kekhawatiran para orangtua terhadap penggunaan layanan teknologi pada anak-anak mereka. Misalnya saja, pada aplikasi Ruangguru – Orangtua, pengguna (orang tua) dapat melihat sisa token belajar aplikasi Ruangguru yang dipakai anak mereka. Sehingga, pada saat dilihat token tersebut 0 (habis), orangtua dapat langsung melakukan pembelian,” kata Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edukasi BangsaCerdas Persiapkan Peluncuran Skema O2O Tahun Depan

Platform edukasi lokal BangsaCerdas saat ini sedang mempersiapkan program pendidikan baru berskema Online to Offline (O2O) untuk menjaring pelajar untuk dilatih menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan siap bersaing di dunia kerja. Rencananya, usia anak yang akan disasar 18-25 tahun.

Kepada DailySocial, Jupiter Zhuo, Co-Founder BangsaCerdas, menjelaskan nantinya program tersebut berbentuk sebuah bootcamp dengan lama ajar selama dua bulan. Siswa akan dilatih oleh tenaga pengajar BangsaCerdas yang berkompeten di bidangnya.

“Dalam program itu, nanti kami akan latih siswa meningkatkan skill agar mereka bisa bersaing di dunia kerja. Saat ini, fokus pendidikan yang sedang diminati adalah programming dan design. Itu salah satu bidang pendidikan yang dinilai “seksi” di Indonesia,” terangnya, (15/9).

[Baca juga: BangsaCerdas Tambah Daftar Portal yang Sediakan Materi Pembelajaran Online dan Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Untuk dapat mengikuti program ini, siswa bisa membayar dari kocek sendiri atau mendapatkan beasiswa dari BangsaCerdas. Adapun pendaftarannya, lanjutnya, akan dibuka pada Oktober 2016 setelah BangsaCerdas meluncurkan perubahan situs versi terbaru.

Dia berharap program ini dapat menjadi salah satu jalan akselerasi untuk mengisi kekosongan kebutuhan talenta dalam jumlah banyak. Pemerintah saat ini memiliki program untuk menciptakan 1000 startup di Indonesia, artinya, industri butuh talenta yang cukup banyak untuk turut andil dalam program nasional tersebut.

“Kami ingin fokus memberikan materi pelajaran yang lebih dapat diaplikasikan ke dunia kerja. Selama ini belum banyak edutech yang bisa memberikan itu.”

Luncurkan aplikasi

Baru-baru ini, BangsaCerdas juga sudah meluncurkan aplikasi BangsaCerdas untuk Android. Untuk versi iOS, rencananya akan diumumkan sebulan mendatang. Menurut Jupiter, untuk membuat suasana belajar semakin menyenangkan dan tidak membosankan, pihaknya memiliki berbagai fitur yang akan terus dikembangkan. Fitur tersebut termasuk chat online, diskusi, gamification, update materi tiap hari, materi standar kurikulum, video, dan lainnya.

“Video yang kami tampilkan tidak dikenakan biaya apapun. Kurikulum kami dapat diaplikasi di dunia kerja. Juga, materi yang kami berikan berdasarkan kurikulum yang sudah disusun secara rinci, sehingga teman-teman bisa belajar lewat handphone, desktop, maupun tablet.”

Jupiter mengungkapkan, aplikasi ini memiliki perbedaan fitur dibandingkan dengan versi desktopnya. Dari hasil pantauan tim, pengguna BangsaCerdas lebih banyak yang mengakses lewat desktop, daripada smartphone. Hal ini menunjukkan bahwa ada segmentasi tujuan, pengguna yang mengakses lewat smartphone cenderung lebih menggunakannya untuk menonton video materi ajar, sementara dari desktop lebih banyak fitur yang bisa diakses.

Terhitung, pengguna BangsaCerdas sejak diluncurkan delapan bulan lalu, kini sudah menyentuh angka sekitar 5.000 orang.

Application Information Will Show Up Here