Brainly Luncurkan Fitur “Live Answer” untuk Tingkatkan Keterlibatan Pengguna

Tingginya perkembangan pengguna harus disikapi dengan bijak oleh para startup. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengeksplorasi dan menginovasi fitur-fitur yang ada untuk membuat pengguna semakin ‘lengket’ dengan produk dan layanan yang diberikan. Brainly, sebuah startup yang menyediakan solusi belajar siswa dengan konsep tanya jawab mencoba menjawab tantangan meningkatnya pengguna mereka dengan fitur baru, yakni fitur Live Answer. Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna berinteraksi secara langsung. Dengan hadirnya fitur ini Brainly berharap bisa semakin meningkatkan minat berinteraksi para pengguna karena dengan konsep utama tanya-jawab interaksi merupakan hal penting dalam sistem Brainly.

Market Manager Brainly Dimas Mukhlas kepada Dailysocial mengungkapkan bahwa saat ini Brainly memiliki kunjungan lebih dari 10 juta pengguna setiap bulannya dengan jumlah pertanyaan yang masuk ke database mencapai 15.000 pertanyaan tiap harinya. Meski demikian Brainly masih mendapat tantangan untuk membuat bagaimana mayoritas pengguna Brainly menjadi lebih aktif dan terlibat proses belajar-mengajar (tanya-jawab) yang ada. Atas dasar itulah fitur Live Answer ini dimunculkan.

Fitur Live Answer dari Brainly / Brainly

Sesuai degan namanya fitur Live Answer ini memungkinkan para pengguna Brainly untuk berinteraksi secara langsung, seperti proses tanya-jawab dan interaksi lain seperti memberikan ucapan terima kasih, berkomentar, dan lainnya. Harapannya dengan fitur baru ini pengguna bisa terbantu untuk proses belajar mata pelajaran yang membutuhkan langkah-langkah detil seperti Fisika, Matematika, atau Kimia.

Brainly yang belum lama ini mendapatkan pendanaan Seri B hampir sebesar $15 juta sebelumnya telah mencoba fitur ini selama tiga bulan. Selama tiga bulan tersebut tim analis Brainly menemukan bahwa dengan ada Live Answer ini pengguna menjadi lebih aktif, terutama ketika pengguna melihat ada seseorang yang sedang menjawab, pengguna yang sebelumnya hanya melihat dan menunggu menjadi tertarik untuk terlibat dalam diskusi.

Kelebihan yang ditemukan tim Brainly lainnya adalah pengguna menjadi lebih sering mengakses Brainly dan lebih terikat dengan aplikasi mobile, terutama saat mereka melihat dan memantau pertanyaan terjawab secara langsung. Menurut pihak Brainly dengan adanya fitur Live Answer ini bisa memberikan kesan yang lebih mendalam daripada mendapatkan jawaban yang tanpa melihat proses langsung.

Hal ini mungkin disebabkan karena pengguna (yang membuat pertanyaan) dapat berinteraksi dengan pengguna lain (yang juga menunggu jawaban untuk pertanyaan yang sama) sekaligus menanyakan detil tambahan atau jawaban lanjutan mengenai jawaban yang ada. Semacam mengedepankan keterlibatan pengguna satu dengan yang lain secara langsung.

Application Information Will Show Up Here

Indosat Ooredoo Business Hadirkan Layanan Smart Presence di Bali

Indosat Ooredoo Business hari ini menjalin kerja sama dengan Bima Sakti Sanjaya untuk menghadirkan layanan digital “Smart Presence” untuk sekolah menengah dan kejuruan di Bali dan sekitarnya. Dengan layanan digital ini diharapkan pihak sekolah, siswa, dan juga orang tua dapat berinteraksi menggunakan perangkan dan media digital. Acara penandatanganan ini dilakukan di Denpasar pada acara “Launching Smart Presence for School, Solusi ICT untuk Sekolah Menuju Smart Citizen”.

Dengan layanan dari Indosat Ooredoo Business sekolah-sekolah akan mendapatkan aplikasi untuk mencatat absensi atau kehadiran siswa secara otomatis dengan modul pendeteksi wajah, server cloud untuk menyimpan data absensi, SMS gateway untuk memberikan laporan kehadiran siswa kepada arang tua, dan termasuk aplikasi kehadiran yang dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat komputer.

Tidak hanya itu, Indosat Ooredoo juga dikabarkan akan mengkaji paket layanan ‘Smart Presence’ ini dengan bundling gadget, baik smartphone atau tablet, dan paket prabayar dari Indosat Ooreddo Business sehingga siswa dapat berkomunikasi ke sesama murid, guru, dan orang tua yang tergabung dalam komunitas Bimasakti secara cuma-cuma.

“Dengan ‘Digital Presence’ yang dilengkapi oleh gawai dan paket prabayar dari Indosat Ooredoo, kami berharap layanan ini dapat memberikan manfaat serta dampak positif pada dunia pendidikan, dan menjadi solusi peningkatan kualitas pendidikan dan metode belajar yang lebih efektif dan modern serta dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah area Bali. Tentunya akan meningkatkan komunikasi yang efektif antara sekolah, siswa dan orang tua murid, sehingga memudahkan dalam mengevaluasi dan meningkatkan kualitas belajar para siswa, “ ujar Division Head Key Account Regional Indosat Ooredoo Businees Rizkant.

Sementara itu Direktur Utama PT. Bima Sakti Sanjaya Ir. Ida Bagus Surya Sanjaya mengungkapkan dengan memajukan aplikasi pendidikan ini ditujukan agar siswa memiliki bekal kemampuan untuk mengenal, berinteraksi, dan memahami dunia teknologi informasi dan komunikasi yang baik sehingga pemanfaatan aplikasi ini pun diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh semua pihak.

Lebih jauh Rizkant menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan langkah awal bersama untuk membangun Smart Citizen atau Smart Society guna mempersiapkan masyarakat dan generasi muda dalam menghadapi program Smart City yang tengah digalakkan pemerintah.

Startup Edukasi AIMSIS Mencoba Berikan Solusi untuk Ringankan Pekerjaan Administratif Guru

Pendidikan menjadi salah satu sektor yang banyak diincar oleh penggiat startup. Banyak solusi-solusi berbasis teknologi yang mulai bermunculan, mulai dari menghubungkan guru dengan siswanya, kelas digital, atau membantu menghubungkan orang tua dengan pihak sekolah. Dari banyak startup yang sudah ada yang terbaru adalah AIMSIS. Startup yang memberikan solusi untuk meringankan tugas pada pendidik dalam mengerjakan tugas administrasi, media komunikasi, dan media pengawasan mulai dari daftar presensi hingga daftar nilai murid.

Ide awal AIMSIS berangkat dari Christophorus Bema Indrajid, salah seorang pendiri AIMSIS yang merupakan anak seorang guru. Bema melihat guru-guru sekarang masih dibebani dengan kegiatan-kegiatan administratif yang menyita banyak waktu. AIMSIS dengan teknologi yang dibawanya berusaha memecahkan masalah tersebut.

Bema kepada DailySocial menjelaskan bahwa AIMSIS merupakan startup edukasi dengan bentuk Software-as-a-Services, yang artinya semua solusi AIMSIS tersedia di infrastruktur cloud. Beberapa fitur yang ada tedapat di AIMSIS ini antara lain fitur untuk berbagi informasi dengan orang tua, fitur generate rapor, daftar presensi, tugas, dan fitur-fitur lainnya.

“AIMSIS dirancang untuk memfokuskan usaha dan perhatian murid serta guru di dalam kelas. Dengan melakukan otomatisasi pada hal-hal repetitif, kita dapat menciptakan waktu sekolah yang lebih substansial untuk setiap murid di Indonesia,” jelas Bema.

AIMSIS yang sudah diinisiasi sejak Februari tahun 2013 ini sudah mendapatkan dua kali investasi, sayangnya jumlah nominal dan informasi pendanaannya tidak untuk dipublikasikan.

Ide dan konsep AIMSIS memang tidak benar-benar baru. Di Indonesia sendiri sudah banyak startup sejenis, sebut saja 7Pagi, Kelase, Bulletinboard, dan beberapa startup sejenis lainnya. Artinya untuk bisa bertahan AIMSIS perlu sesuatu yang berbeda atau yang diunggulkan dari layanannya.

Menjawab hal ini Bema menjelaskan bahwa layanan AIMSIS sangat fleksibel. AIMSIS didesain untuk bisa disesuaikan dengan keperluan masing-masing sekolah dan memungkinkan untuk update jika ada perubahan kurikulum atau lainnya.

“AIMSIS dibuat tailor-made sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Dengan sistem yang mudah digunakan, AIMSIS akan sangat membantu meringankan tugas administratif guru,” terang Bema.

Mengarungi tahun 2016 ini AIMSIS masih terus berusaha agar bisa mendapatkan banyak pengguna. Salah satu caranya dengan mencoba menawarkan AIMSIS ke beberapa sekolah pilihan.

Ruangguru Umumkan Pergantian CEO dan Pembaruan Situs

Startup teknologi edukasi Ruangguru hari ini mengumumkan perubahan kepemimpinan perusahaan. Posisi CEO yang sebelumnya dipegang Iman Usman kini diganti oleh Adamas Belva Syah Devara. Keduanya adalah Co-Founder Ruangguru. Perubahan ini dilakukan setelah Belva, yang sebelumnya studi di Amerika Serikat, kembali ke tanah air dan setelah melihat potensi serta peluang yang dimiliki oleh masing-masing. Iman sendiri saat ini menjabat sebagai Chief Product Officer (CPO).

“Manajemen sepakat dengan semakin intensif kerja sama strategis dengan berbagai pihak dan variatifnya produk Ruangguru.com saat ini, dibutuhkan C-level yang secara khusus mengkomandoi pengembangan dan iterasi produk, maupun kerjasama dengan mitra strategis. Dengan latar belakang dan kapasitas Iman, manajemen merasa Iman akan jauh lebih tepat untuk mengkomandoi kedua hal ini dan saya mengambil alih kepemimpinan perusahaan,” kata Belva kepada DailySocial.

Belva sebelumnya bekerja sebagai konsultan di McKinsey Indonesia dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Stanford Graduate School of Business (MBA) dan Harvard Kennedy School (MPA). Sementara Iman Usman sebelumnya aktif berkecimpung di sektor pembangunan dan non-profit di Indonesia dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana di bidang Perencanaan Pendidikan di Columbia University.

“Penekanan pada kualitas produk tercermin pada perubahan manajemen. Kami ingin membangun pendidikan yang lebih baik, yang menawarkan pengajaran dan konten berkualitas, yang memungkinkan komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik antara guru, orangtua, dan murid,” ujar Belva.

Pembaruan fitur dan peluncuran aplikasi mobile di iOS

Selain mengumumkan perubahan kepemimpinan, Ruangguru juga menyampaikan inovasi terbaru terkait dengan aplikasi mobile dan fitur-fitur lainnya. Diantaranya adalah fitur pencarian guru privat, fitur pesan instan dan rating serta review terhadap performa guru setelah proses beljar dilakukan. Inovasi lain yang juga diluncurkan oleh Ruangguru adalah aplikasi mobile platform iOS, sebelumnya Ruangguru telah merilis aplikasi mobile platform Android dalam versi Beta dan telah diunduh oleh lebih dari 20 ribu pengguna.

“Ruangguru mengintegrasikan berbagai layanan yang sebelumnya terpisah menjadi satu, sehingga pengguna bisa memperoleh berbagai benefit hanya dengan melakukan sekali pendaftaran dan sign-in. Aplikasi mobile untuk on-demand tutoring yang sebelumnya hanya tersedia untuk Android, kini juga tersedia bagi pengguna iOS,” kata Belva.

Target satu juta pengguna akhir tahun 2016

Saat ini Ruangguru mengklaim telah memiliki sekitar 45 ribu guru privat yang telah terdaftar di Ruangguru. Sementara untuk jumlah pengguna dipastikan mengalami peningkatan yang cukup besar, meskipun enggan disebutkan oleh Ruangguru berapa jumlah pengguna aktif hingga saat ini.

Namun demikian diharapkan pada akhir tahun 2016 ini Ruangguru bisa mendapatkan satu juta pengguna aktif di Indonesia. Sementara itu Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, dan Medan masih merupakan kota-kota besar dengan jumlah pengguna terbanyak saat ini.

“Kami yakin dengan semakin eratnya kemitraan kami dengan pihak pemerintah, kami dapat masuk ke kota-kota lain secara lebih intensif,” kata Belva Davara.

Pengukur keberhasilan les privat online

Sebagai layanan les privat berbasis teknologi, Ruangguru senantiasa menghadirkan kemudahan layanan yang sarat dengan informasi dan pelajaran yang dibutuhkan oleh pengguna. Saat ini Ruangguru mencatat pelajaran matematika, fisika dan kimia yang paling banyak diakses oleh pengguna, membuktikan bahwa masih kurangnya informasi serta pembelajaran yang dibutuhkan oleh para siswa terhadap tiga mata pelajaran tersebut.

Menjawab hal tersebut Ruangguru menerapkan sistem rating dan review kepada para pengajar yang nantinya diberikan kepada pengguna usai proses belajar dilakukan, hal ini diklaim merupakan pengukuran keberhasilan proses pembelajaran yang cukup efektif.

“Untuk keberhasilan dan kesuksesan online tutoring menggunakan aplikasi mobile Ruangguru, dapat terlihat dari rating dan review yang diberikan oleh murid, saat mengakhiri proses belajar dengan guru yang menjawab soal kirimannya. Guru tidak akan mengakhiri online tutoring hingga murid menyatakan mengerti dan selesai belajar,” kata Belva.

Masih mengedepankan pelajaran dan konten yang dibutuhkan oleh pelajar SD, SMP, SMA, Ruangguru berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik dari sisi pengajar hingga materi yang diberikan.

“Sejumlah produk dan layanan baru untuk memperkaya konten yang ada, serta menguatkan dampak Ruangguru di sektor formal akan dirilis pada kuartal 3 dan 4 tahun ini. Saat ini kami belum bisa memberikan penjelasan mendetail,” tutup Belva.

Application Information Will Show Up Here

Educa Studio Meluncurkan Aplikasi Pendidikan Anak Dunia Marbel

Educa Studio, developer game asal Salatiga, kembali merilis aplikasi terbaru yang bernama Dunia Marbel. Aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh di Google Play ini merupakan aplikasi yang menampilkan daftar ratusan aplikasi pendidikan untuk anak. Aplikasi ini dibuat untuk memudahkan pengguna mengakses berbagai macam list hanya dalam satu aplikasi.

Aplikasi yang dimiliki oleh Educa Studio saat ini cukup banyak, ada sekitar 250 aplikasi dan permainan. Aplikasi-aplikasi tersebut terbagi menjadi beberapa kategori seperti  aplikasi belajar dan pendidikan, buku cerita anak, buku kisah nabi, aplikasi belajar muslim, game anak, lagu anak interaktif, dan permainan untuk Ibu.

Menurut CEO Educa Studio Andi Taru, pembuatan aplikasi ini berdasarkan masukan dari banyak pengguna produk Educa Studio. “User membutuhkan sebuah perangkat yang ringkas, untuk dapat dengan mudah mengakses ratusan aplikasi pendidikan yang disediakan oleh perusahaan dan jumlahnya akan terus bertambah.”

Pembuatan “agregator” Dunia Marbel ini membutuhkan waktu tiga bulan dan secara resmi dirilis pada 22 Juni 2016 lalu.

User mungkin akan merasa kesulitan memilih aplikasi yang banyak tersebut. Dan berawal dari masukan pengguna produk Educa Studio, kami membuat alat bantu berupa Dunia Marbel. Jadi sebenarnya Dunia Marbel ini layaknya e-katalog dari produk-produk Educa Studio. Diharapkan pengguna dapat melihat aplikasi terbaru, melihat aplikasi sesuai dengan kebutuhan,” kata Andi.

Menambah jumlah pengguna aktif

Selama ini Educa Studio selalu konsisten menghadirkan ragam permainan hingga pendidikan yang berguna untuk anak-anak. Selain aplikasi Dunia Marbel, dalam waktu dekat Educa Studio juga akan segera mengembangkan permainan lainnya khusus untuk anak-anak.

“Saat ini kami sedang mengembangkan game untuk anak dengan nama Marbel & Friends. Berbeda dengan Marbel yang memang fokus pada pembelajaran untuk materi tertentu, walau ada porsi permainannya. Marbel & Friends lebih fokus pada permainan namun memiliki tema dan aktivitas tertentu untuk pengenalan suatu hal pada anak. Misalnya saja: Marbel Supermarket,” kata Andi.

Hingga akhir tahun 2016 ini Educa Studio memiliki ‘goals’ untuk mematangkan proses produksi yang sudah semakin efisien dengan peningkatan kualitas produk. Dengan demikian hal tersebut akan berimbas kepada retensi user yang semakin lebih baik.

“Diharapkan selain mempertahankan pengguna yang aktif Educa Studio bisa mempertahankan active user yang sudah sedemikian besar digabungkan dengan growing user baru sehingga perusahaan terus tumbuh,” tuntas Andi.

Application Information Will Show Up Here

Rumah Banjar Fasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh di Banjarmasin

Berdiri di bawah bendera KamiKamu, Rumah Banjar memfasilitasi pembelajaran interaktif jarak jauh sejak tahun 2013, khususnya di daerah seputaran Banjarmasin, Kalimantan Selatan. DailySocial berkesempatan mewawancarai pendiri Rumah Banjar Nikko P. Putra tentang aktivitas layanan dan kendala yang dihadapinya sebagai startup.

Nikko menjelaskan Rumah Banjar merupakan akronim dari Bahasa Banjar, yakni Ruang Maya Hagan Bahan Balajar, yang berarti Ruang Maya untuk Bahan Belajar. Hal ini sesuai dengan tujuan utamanya, yakni menjadi portal e-learning untuk bahan belajar.

Proses pembelajaran dapat dilakukan melalui situs dan aplikasi mobile untuk platform Android.

Latar belakang dan model bisnis

Kurangnya semangat belajar para siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah, memotivasi Nikko membuat portal Rumah Banjar. Nikko melihat potensi dan kemampuan  tenaga pengajar, baik guru sekolah maupun yang bukan guru, untuk membuat media pembelajaran yang menarik serta interaktif sangat tinggi. Sejauh ini, media yang dapat menampung belum ada.

Alasan itu yang membuat Nikko mendirikan Rumah Banjar agar pelajar dapat belajar dengan menyenangkan lewat karya-karya interaktif yang dibuat oleh para pengajar tanpa terbatas ruang dan waktu.

Rumah Banjar mulai dibangun pada akhir 2012 dan mulai aktif  digunakan pada Mei 2013. Seiring dengan perkembangan startup di Indonesia, Nikko menyadari adanya peluang untuk  memberikan reward kepada pengajar atas karya terbaiknya. Rumah Banjar mencoba menerapkan model bisnis yang menjembatani antara para pengajar dengan pihak ketiga yang ingin mendukung karya interaktif melalui media periklanan.

Rumah Banjar sendiri tidak mengambil fee dari besaran yang diterima para pengajar tersebut. Pendapatan Rumah Banjar diperoleh dari sektor lain, seperti traffic dan undangan pelatihan yang kadang diinisiasi oleh  ekolah atau komunitas pengajar. Pengguna utama, yaitu pelajar (baik murid sekolah, maupun pelajar home schooling), dapat mengakses media pembelajaran tersebut dengan gratis.

Kendala

Kendala di lapangan adalah para pengajar yang tidak semua melek teknologi, entah itu karena tidak memadainya infrastruktur di daerah, maupun dari segi kemampuan teknis. Nikko dan tim harus sering bergerak  secara offline untuk mengajarkan cara perancangan media pembelajaran  interaktif secara mudah dan sedikit memotivasi soal peluang para pengajar menghasilkan pendapatan dari  kreasi mereka.

“Tak jarang pula kami menerima media pembelajaran dari pengajar secara offline, dibandingkan mengunduhnya langsung secara online,” jelas Nikko.

Solusi alternatif yang dihadirkan Nikko adalah memanfaatkan intranet dan melalui DVD portal e-Learning Rumah Banjar yang didistribusikan ke sekolah-sekolah di Banjarmasin. Saat ini, Nikko masih mengelola Rumah Banjar secara swadana (bootstrap) karena belum mendapat pendanaan dari pihak ketiga. Rumah Banjar mencakup seluruh wilayah di Kalsel dan Indonesia lainnya dengan memanfaatkan internet.

“Saat ini promosi offline kami masih dilakukan di wilayah Kalsel. Dan pengajar juga berasal dari Kalsel yang beberapa di antaranya telah  mengikuti pelatihan yang kami selenggarakan,” jelasnya.

Ke depan, Nikko berharap Rumah Banjar dapat memiliki infrastruktur untuk menunjang kinerja yang lebih luas dengan pelayanan yang lebih baik. Nikko dan tim  juga ingin meningkatkan kemampuan para pengajar agar dapat merancang game edukasi mereka sendiri sehingga media pembelajaran  dapat dikreasikan jauh lebih menarik dan menyenangkan.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Guru Privat Gurukite, Mengajar Sambil Beramal

Gurukite adalah sebuah jasa penyedia guru privat berbasis online pertama di Pontianak  yang dibuat  oleh tiga alumni FKIP Matematika Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Randa Reynaldi, Syarifah Wardatul Fitri, dan Muhammad Ridho pada awal 2016, dengan modal awal di bawah Rp 500.000. Kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) yang bertengger di peringkat ke-29 dari 34 provinsi di Indonesia mendorong Randa, Fitri, dan Ridho untuk berkontribusi memajukan pendidikan di Kalimantan Barat.

Randa mengatakan Gurukite lahir didorong banyaknya permintaan akan guru privat untuk mengajar mata pelajaran bagi siswa SD-SMA di Pontianak. Sayangnya, siswa  atau orang tua siswa merasa kesulitan dalam mencari guru privat.

“Berangkat dari kekurangan itu, kami membuat Gurukite,” ujar Randa.

Gurukite ingin memudahkan pencarian guru privat dan memfasilitasi teman-teman yang ingin menjadi guru privat tapi tidak tahu harus mencari lowongan di mana. Ridho menambahkan Gurukite tidak sekedar semata mengajar, tapi juga berkolaborasi dengan beberapa elemen gerakan sosial bidang pendidikan di Kalimantan Barat.

Gurukite menawarkan jasa layanan mengajar layanan privat semua mata pelajaran dari tingkat SD hingga SMA. Selain itu, juga ada guru khusus yang mengajar mata pelajaran informal, seperti menjahit, mengaji, desain grafis, berenang dan fotografi.

“Saat ini sudah 85 guru yang bergabung dengan kami,” terang Fitri.

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial

Selain mengajar, para guru yang tergabung dengan Gurukite juga dapat ikut berkontribusi dalam gerakan sosial. Bentuknya ada dua, bisa dengan bersedekah melalui potongan otomatis 5 persen untuk program sosial yang diadakan oleh komunitas pendidikan di Kalbar atau terjun langsung dengan mengajar di pelosok Kalbar.

Model Bisnis

Sistem pembayaran yang diterapkan Gurukite berkebalikan dari sistem umumnya yg diterapkan oleh lembaga penyedia guru privat. Di Gurukite para siswa membayar langsung uang kursus ke para guru, setelah itu guru yang akan memberi komisinya ke penyedia platform.

“Kita ingin menerapkan sistem kepercayaan dalam berelasi serta juga ingin melatih kejujuran para guru,” ujar Ridho.

Fee yang diterapkan guru yang tersedia saat ini berkisar antara Rp 25.000 – Rp 60.000 untuk satu kali pertemuan. Dari fee tersebut, para guru mendapat 85 persen dari total, sisanya 10 persen untuk biaya administrasi dan 5 persen untuk disumbangkan ke program sosial.

Selain ketersediaan aplikasi mobile dalam waktu dekat, Gurukite dalam rencana pengembangannya akan menghadirkan beberapa fitur tambahan, seperti bank soal, kumpulan media pembelajaran, dan berita-berita seputar pendidikan.

“Saat ini gurukite.com baru bisa diakses melalui halaman browser. Untuk app-nya baru akan di-launching pada bulan Agustus,” tuntas Randa.

EduTech Asal Makassar LeanSkill Sajikan Layanan Pencarian Guru Online

LeanSkill merupakan platform booking kursus di Makassar yang memudahkan peserta mencari dan memilih pengajar yang ahli di bidangnya. Seperti apa platform ini dan bagaimana latar belakang berdirinya? Berikut wawancara DailySocial dengan Founder LeanSkill.com yang juga inisiator berdirinya Startup Makassar, Fajar Assaad.

Latar belakang berdirinya LeanSkill.com

Pertengahan 2013, setelah lulus dari STMIK Dipanegara, Fajar Assaad mulai mendirikan perusahaan creative digital yang telah memiliki portofolio dari beberapa perusahaan multinasional yang berdomisili di Makassar maupun dari luar Makassar. Ketika Fajar mencoba melakukan ekspansi untuk mengembangkan usahanya, ia membuka lowongan kerja untuk tenaga back-end web engineer, online marketing specialist dan creative developer. Namun, hanya enam email yang masuk untuk mendaftar, dan rata-rata tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.

Akhirnya, Fajar mulai membuat startup. Startup pertamanya diberi nama mediacari.com (direktori kota) dan pasarukm.com (marketplace dan news) namun akhirnya tidak berkembang baik karena saat itu belum ada ekosistem startup digital di Makassar. Setelah itu, Fajar lalu menginisiasi berdirinya Komunitas Startup Makassar pada akhir 2014 sehingga mulai bermunculan pelaku startup digital di Kota Makassar dengan beragam produk. Namun rata-rata mereka masih single founder.

Dari situ, Fajar melihat bahwa skill yang dimiliki mahasiswa di Makassar masih di bawah standar. Perlu ada solusi yang dapat mengajarkan keterampilan yang membuat keahlian mereka diserap pasar industri digital. Fajar lalu membuka kelas-kelas programming, desain dan bisnis dengan nama StartupMengajar.com pada April 2015, dengan tujuan membantu para founder startup digital di Makassar mendapat talenta yang kompeten.

Pada tahun 2015, Kementerian Komunikasi dan Informasi RI bersama DailySocial.id menyelenggarakan HUB.ID dan ia lolos sebagai salah satu finalis mewakili Sulawesi Selatan dan diberangkatkan ke Jakarta. Saat di Jakarta, ia mengunjungi dan bertemu dengan beberapa pendiri startup dan VC di sana. Hasilnya, terjadi pergantian brand dari StartupMengajar.com ke LeanSkill.com. hingga saat ini, Fajar Assaad masih merupakan single founder LeanSkill.com.

Visi membangun SDM yang kompeten

LeanSkill merupakan platform booking kursus di Makassar yang memudahkan peserta mencari dan memilih pengajar yang ahli di bidangnya. Pengajar juga dibantu dengan platform LeanSkill.com dalam mengelola kelas kursus online tersebut seperti pembayaran, jadwal mengajar, pemasaran, dan tempat. Saat ini LeanSkill.com masih berbasis website, kelasnya terbagi atas kursus dan worskhop dengan dua mode yaitu offline (tatap muka) dan online (video on demand dan live). Saat ini mereka masih fokus ke offline dan setelah Ramadan 2016 akan mengembangkan fokus ke kursus online.

Guru/ instruktur berasal dari tenaga lokal. Untuk kelas offline saat ini masih fokus di Kota Makassar, meski banyak guru yang minta untuk membuka kelas di luar Makassar, namun Fajar belum menyanggupi. Di lain pihak, permintaan kelas offline sangat banyak yang berasal dari luar Makassar.

LeanSkill mempunyai visi membangun SDM yang berkualitas dan kompeten serta mampu bersaing secara global. Sedang misinya menjadi platform utama dalam berbagi dan pengembangan life skill.

“Bahkan ada yang minta direkam kelas offline dan sedang berlangsung dan mereka siap membayar,” ungkap Fajar.

Berbagai kelas di adakan, mulai dari bahasan akademis hingga bahasan teknis

Fajar menyebutkan, setiap kelas kursus yang dibuat akan memiliki halaman booking yang lengkap dengan detail kursusnya. Halaman ini juga terkoneksi langsung ke Facebook dan hasilnya efektif. Proses pemasaran sebagian besar memang melalui Facebook. Ketika murid telah mendaftar via email, otomatis mereka akan mendapat informasi soal kelas berikutnya.

Beberapa kelas yang telah dilaksanakan, pesertanya bervariasi. Fajar menceritakan, ada murid SD yang tertarik belajar animasi dan murid SMP hingga dokter umum yang mengikuti kursus Android development. Bahkan, ada peserta dari Balikpapan yang sengaja datang ke Makassar untuk belajar Android development. Sementara untuk kelas digital marketing melalui Facebook, Twitter, dan Instagram, peserta sebagian besar berasal dari kalangan pengusaha dan pelaku UMKM di Makassar. Untuk kelas fotografi, craft, dan kelas lainnya yang tersedia di LeanSkill.com juga sudah mempunyai komunitas sendiri.

Komisi per transaksi dijadikan model bisnis

“Model bisnis yang kami terapkan adalah komisi per transaksi,” ujar Fajar. Saat seorang siswa membayar untuk mengikuti sebuah kelas, LeanSkill memotong komisi sebesar 10 persen sebagai fee jasa layanan mereka. Sedang untuk membayar para guru/ instruktur mereka membayar sebesar 50 persen di pertemuan pertama dan sisanya diproses saat kelas hampir berakhir.

Dengan cara seperti itu, para murid tidak perlu khawatir ditipu karena semua pembayaran mereka digaransi 100 persen oleh pihak LeanSkill. Ketika kelas atau beberapa pertemuan terpaksa di-cancel karena para murid berhalangan hadir, maka mereka dapat berdiskusi dengan guru untuk mengulang sesi yang tidak dapat dihadiri sebelumnya atau pihak LeanSkill akan mengembalikan uang untuk pembayaran sesi yang tidak dapat diikuti. Dari sisi guru, LeanSkill membantu pemasaran dan mencarikan mereka lokasi kelas.

Ke depan, LeanSkill akan memperbanyak kelas kursus offline maupun online dan khusus online, mereka akan membuat konten khusus. Selain itu, leanskill.com akan hadir di platform televisi sehingga proses belajar-mengajar bisa dinikmati bersama keluarga melalui media televisi. Interaksi guru-murid akan terjalin melalui Smart TV.

Sukawu Ingin Mudahkan Masyarakat untuk Dapatkan Pendidikan Non-Formal

Platform edukasi menjadi salah satu yang paling banyak dikembangkan startup lokal. Berbagai jenis layanan yang kian terfokus pada suatu hal kian hari kian bertambah. Belum lama ini juga santer muncul di permukaan startup edukasi (edutech) bernama Sukawu. Diinisiasi oleh Dr Teddy Tjandra (Founder dan CEO) seorang lulusan Doctor of Philosophy dari University of Oxford, Sukawu menghadirkan solusi untuk mempermudah masyarakat menemukan layanan kursus dalam pendidikan non-formal untuk berbagai keterampilan.

Startup yang masih berjalan dengan skema bootstrapping ini mencoba mengajak orang-orang untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki oleh tiap individu dengan cara memberikan inspirasi dan akses untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam hal pengembangan diri baik dari segi akademik, karier maupun keterampilan hidup (life skills).

Sejak Sukawu berdiri pada tahun 2015, berbagai fitur telah di rilis sampai saat ini. Salah satu yang menjadi fitur utamanya adalah online marketplace. Online marketplace tersebut memberikan akses kepada pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai beragam pilihan kursus di segala bidang seperti kursus fotografi, media kreatif, seni dan desain, sampai bahasa, musik, memasak dan bahkan kelas vokal.

Selain itu, pengguna dapat melakukan pembelian kursus yang diminatinya secara instan, aman dan terpercaya melalui pembayaran online gateway yang didukung oleh berbagai bank di Indonesia. Di samping itu, Sukawu juga membantu lembaga penyedia kursus untuk dapat mencapai pelajar yang lebih luas dan menjangkau lokasi di seluruh Indonesia serta membangun reputasi dan visibilitas online mereka dengan cara lebih efisien.

Tak hanya itu, Sukawu juga memperluas layanan dengan program Continuous Training Programme (CTP) atau Program Pelatihan Berkelanjutan. Program ini diberikan untuk siswa, guru maupun orang tua melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, workshop dan seminar yang dilakukan di sekolah. Dengan program ini, Sukawu meyakini akan dapat memberikan wawasan dan informasi mengenai bakat, passion, keterampilan dan karakter anak yang melibatkan orang tua dan guru. Program ini diberikan oleh pakar profesional yang ahli di bidangnya seperti psikolog, konselor dan trainer.

“Kami akan terus melakukan inovasi mengembangkan platform Sukawu sebagai satu-satunya marketplace di Indonesia dengan fitur-fitur dan aplikasi mobile yang canggih untuk memudahkan pencarian dan pemesanan program kursus dan pelatihan serta produk dan layanan kami lainnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Kami juga akan meluaskan program serta layanan dengan ekspansi di luar kota Jakarta dalam setahun ke depan,” ujar Teddy Tjandra.

Keyakinan Sukawu terhadap ekosistem edutech di Indonesia

Nama “Sukawu” ini berasal dari dua kata yaitu “Suka” dan “Wujudkan” karena Teddy percaya bahwa setiap orang perlu mengeksplorasi bakat minat sedini mungkin dan mencari apa yang kita sukai untuk mewujudkan impian masing-masing. Semangat tersebut juga yang menjadi keyakinan Sukawu terhadap ekosistem startup edutech di Indonesia.

“Saya rasa ekosistem edutech di Indonesia masih dalam tahap perkembangan awal. Sudah ada beberapa startup yang menyediakan platform yang memfasilitasi metode pembelajaran secara online dengan konten yang tentunya memudahkan murid untuk mengakses informasi dengan mudah di mana pun mereka berada. Akan tetapi, untuk menyikapi era globalisasi yang terus berkembang, masih banyak hal yang harus dikembangkan agar Indonesia terus maju dan siap bersaing dengan negara asing terutama Asia,” ungkap Teddy.

Bagi Sukawu ini adalah saatnya untuk merangkul dan menerapkan teknologi modern di sektor pendidikan Indonesia dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Namun itu akan sia-sia jika tidak didukung oleh infrastruktur jaringan internet yang maksimal di seluruh Indonesia baik di kota kecil maupun kota besar. Sukawu berharap agar teknologi dan internet lebih dapat maksimal agar dapat menunjang pelaksanaan pendidikan secara online maupun offline.

Cozora Sediakan Pengalaman Belajar Online Interaktif

Cozora merupakan sebuah portal “live cast” yang dapat dimanfaatkan untuk menggelar acara secara online. Dibekali dengan kemampuan live audio, live presentation dan live chat, seseorang dapat menyelengarakan acara yang diikuti oleh banyak audience. Dalam beberapa kali percobaan, bahkan Cozora juga berhasil meng-online-kan sebuah acara dengan mode live streaming interaktif.

Untuk berpartisipasi dalam sebuah live cast, peserta diwajibkan memiliki akun Cozora. Platform yang dikembangkan di atas platfrom ASP.NET dan Microsoft Azure ini saat ini masih dalam fase beta, akan tetapi sudah terdapat rangkaian acara rutin yang dapat diikuti oleh penggunanya, untuk berbagai jenis tema bahasan.

Menurut pemaparan Co-founder Cozora Riza Herzego, Cozora diambil dari kata “ozora”, dalam Bahasa Jepang artinya langit.

“Kita sengaja tidak membuat nama yang artinya jelas, karena kami tidak mau menentukan produk kita dari nama kita. Sehingga seandainya produknya berubah, nama tidak harus berubah.” ujar Zego.

Tim Cozora sampai saat ini terdiri dari 3 orang, semua berasal dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia angkatan 2011. Mereka bertiga telah memulai Cozora sejak tahun 2015, namun awal idenya adalah online course. Melihat hasilnya yang kurang baik, akhirnya Zego dan tim melanjutkan riset dan memutuskan untuk pivot ke ide live broadcasting. Cozora launch live session pertama tanggal 1 Januari 2016.

Saat ditanya terkait dengan investasi, Zego menjawab:

“Kita sudah memiliki angel investor, cukup untuk makan sehari-hari.”

Cozora sendiri masih belum bisa menyebutkan kapan versi full akan launch. Sekarang tim Cozora sedang melakukan banyak eksperimen untuk memilih fitur dan use-case baru yang bisa difokuskan di Cozora. Salah satunya sedang menyiapkan fitur video untuk melengkapi experience live session itu sendiri.

“Sebenarnya kami fokus ke masalah. Masalah kami yang ingin kami selesaikan adalah masalah pendidikan. Awalnya kami pikir, dengan membuat video bagus saja kita bisa menggantikan pendidik di kelas, kita bisa langsung mendorong orang untuk belajar. Namun itu ternyata salah. Pendidik itu tidak bisa digantikan, karena pendidik itu yang memberi motivasi, yang membimbing social process of learning dari para murid. Maka dari itu, kami ingin memfasilitasi pendidik untuk berinteraksi dengan murid. Cara yang kita pilih adalah live broadcasting, dengan suara, karena kita melihat itu bisa lebih efektif dan nyaman dibanding hanya menggunakan teks,” ungkap Zego.

Untuk tahun ini, target Cozora bukan angka pengguna, namun kualitas manfaat yang diberikan oleh produk. Zego dan rekan sadar tantangan Cozora ini banyak, mulai dari teknologi live streaming yang dibilang terlalu dini melihat kesiapan infrastruktur internet di Indonesia, sampai fokus Cozora ke arah pendidikan yang mungkin minatnya tidak sebesar bidang entertainment. Cozora masih mengejar product market fit serta mencari model bisnis yang cocok. Karena tim Cozora yakin, hal tersebut yang perlu diraih sebagai amunisi, agar bisa berkembang pesat ke depannya.