Akhir Sebuah Era, Platform Edtech Zenius Dikabarkan Akuisisi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama

Startup edtech Zenius dikabarkan telah mengakuisisi penyedia layanan bimbel (bimbingan belajar) Primagama. Menurut sumber terpercaya, akuisisi ini melibatkan seluruh cabang lembaga kursus. Menurut data di situs Primagama, saat ini perusahaan mengoperasikan lebih dari 250 cabang di berbagai provinsi di Indonesia, melayani 4 juta siswa dengan 3 ribu pegawai. Perluasan cabang dilakukan dengan konsep waralaba.

Kami mencoba menghubungi pihak Zenius, tetapi belum mendapatkan konfirmasi resmi.

Didirikan oleh Sabda PS dan Medy Suharta, Zenius dikenal sebagai salah satu pelopor layanan bimbel online di Indonesia. Mereka memulai debut dengan bimbel offline, selanjutnya mengemas materi dalam piringan DVD, lalu sepenuhnya menjadi layanan online online. Pun demikian Primagama berdiri sejak tahun 1982. Kolaborasi keduanya memungkinkan adanya integrasi model pembelajaran online to offline atau belended learning memanfaatkan infrastruktur dan kapabilitas yang dimiliki.

Sebelumnya, sekitar awal tahun 2010an, Primagama sebenarnya juga sempat mengembangkan layanan online berjuluk “PrimagamaPlus”. Hanya saja karena pasar yang belum siap, layanan tersebut tampak kurang mendapatkan perhatian. Kala itu bimbingan belajar secara langsung (offline) masih menjadi primadona. Sekarang pun mereka juga punya aplikasi untuk penunjang pembelajaran, namun traksi yang didapat kurang maksimal.

Aksi korporasi Zenius dilakukan di tengah goncangan hebat yang dirasakan pebisnis bimbel akibat pandemi. Aturan belajar di rumah membuat kelas-kelas bimbel sepi peminat, apalagi sekarang dimudahkan layanan edtech yang bergerak secara digital.

Di sisi lain, masuknya Zenius ke Primagama berpotensi menghadirkan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik. Apalagi saat aktivitas pembelajaran kembali normal nantinya.

Menurut survei KPAI tahun 2021, 78% siswa/i memang menginginkan pembelajaran kembali ke kelas. Ruang-ruang virtual dirasa kurang efektif. 57% siswa/i merasa kesulitan mengikuti materi pelajaran dan pratikum.

Laju pertumbuhan Zenius

Saat ini Zenius memiliki beberapa produk, yang terlaris adalah bimbel online mereka. Sepanjang tahun ajaran 2019/2020, aplikasi bimbel Zenius diakses lebih dari 20 juta pengguna. Di dalamnya berisi sekitar 100 ribu video pembelajaran dan latihan soal yang bisa diakses secara gratis. Tidak hanya itu, Zenius juga menghadirkan layanan Live Class untuk bimbingan langsung dengan guru-guru terpilih; ada juga simulasi UTBK, dan beberapa produk pembelajaran lain.

Di luar materi pembelajaran formal, ada juga Zenius Land untuk aplikasi pembelajaran anak balita. Sementara ZenPro ditujukan untuk pembelajaran kalangan profesional dengan materi yang lebih umum. Tidak hanya fokus ke siswa, Zenius juga mengembangkan ZenRu untuk platform manajemen pengajaran guru.

Awal tahun 2021, Zenius mendapatkan pendanaan putaran Pra-Seri B yang didukung sejumlah investor, termasuk Alpha JWC Ventures, Openspace Ventures, Northstar, Kinesys, dan BeeNext. Satu tahun sebelumnya mereka membukukan investasi $20 juta pada putaran Seri A. Diperkirakan saat ini Zenius sudah memiliki valuasi di atas $100 juta.

Kompetisi pasar dan proposisi nilai

Sektor edtech di Indonesia cukup berkembang pesat. Dua pemain yang saat ini mendominasi adalah Ruangguru dan Zenius – secara statistik kunjungan situs dan unduhan aplikasi Ruangguru lebih unggul. Selain itu, untuk varian sub-produk yang dimiliki keduanya juga nyaris memiliki kesamaan.

Satu hal yang selalu digaungkan Zenius adalah di sisi materi. Alih-alih mengajak peserta didik hanya menghafal, materi di Zenius mengedepankan pada pemahaman konsep fundamental dan cara berpikir kritis melalui berbagai studi kasus.

Statistik kunjungan situs Zenius dan Ruangguru / Similarweb

Di luar dari Zenius dan Ruangguru, sejumlah edtech juga terus bermanuver. Yang terbaru CoLearn baru saja membukukan pendanaan Seri A senilai 244 miliar Rupiah. Aplikasinya fokus pada pembelajaran matematika dan sains, membantu para siswa menyelesaikan berbagai PR secara mandiri. Di luar itu masih ada Pahamify, Squline, dan lain-lain.

Hadirnya Primagama di jajaran lini bisnis Zenius berpotensi menguatkan proposisi nilai jika benar-benar berhasil membungkus pengalaman belajar hybrid – ini juga bisa menjadi yang pertama di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

CoLearn Obtains Additional Funding Worth of 244 Billion Rupiah

The CoLearn edtech startup received additional funding on its series A round worth of $17 million or equivalent to 244 billion Rupiah. It brings the company’s total fundraising round to $27 million. The series A funding was first announced in April 2021 and was valued at $10 million.

The additional round was led by TNB Aura [previous investor], KTBN Venture, and PT Binus Investama Indonesia. There are also previous investors, including AC Ventures, Leo Capital, January Capital, Alpha Wave Incubation, and Surge.

CoLearn’s Co-founder & CEO, Abhay Saboo has confirmed the news. He said that CoLearn became the first edtech platform to receive investment from Surge and Binus (Binus Group from Binus University).

Based on our data and observation, CoLearn’s current valuation has reached $100 million — therefore, CoLearn has listed as one of the centaur startups.

Abhey is not the sole army, CoLearn was also co-founded by Marc Irawan and Sandeep Devaram. Since the app launched in August 2020, they currently claim to have 3.5 million students.

One of its main features is allowing students to ask for solutions in answering questions of a subject (homework) — an average of 5 million questions are uploaded per month. There is an AI technology embedded in the system to automate the solution discovery process.

CoLearn also provides educational content services packaged in on-demand videos and live online class sessions which will be delivered interactively by experienced tutors. It also has a training program for teachers. The company targets to train up to 200 teachers in the next 2 years, especially in the STEM field.

Pandemic accelerating edtech business

It was revealed in the DSResearch: Edtech Report 2020, that the edtech startup, although not as fast as other landscapes like fintech, are starting to gain investor’s attention; It has been proven with several startups succeeded in obtaining funding, including Ruangguru which valuation already exceed $100 million.

The increasingly mature market share has made some global edtech players put Indonesia on the list of expansion destinations.

Apart from CoLearn and Ruangguru, other edtech platforms that have experienced positive growth and have received funding in the last three years are Zenius, Pahamify, Hacktiv8, Gredu, Arkademi, and HarukaEdu.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CoLearn Kantongi Pendanaan Lanjutan Senilai 244 Miliar Rupiah

Startup edtech CoLearn mendapatkan pendanaan tambahan untuk putaran seri A senilai $17 juta atau setara 244 miliar Rupiah. Perolehan ini membuat total dana yang berhasil dikumpulkan perusahaan dalam putaran tersebut mencapai $27 juta. Pendanaan seri A mereka pertama kali diumumkan pada April 2021 lalu senilai $10 juta.

Putaran tambahan ini dipimpin oleh TNB Aura [investor sebelumnya], KTBN Venture, dan PT Binus Investama Indonesia. Turut terlibat juga jajaran investor sebelumnya termasuk AC Ventures, Leo Capital, January Capital, Alpha Wave Incubation, dan Surge.

Terkait kabar investasi tambahan ini, Co-founder & CEO CoLearn Abhay Saboo telah memberikan konfirmasi. Ditambahkan olehnya, CoLearn menjadi platform edtech pertama yang menerima investasi dari Surge serta diinvestasi oleh Binus (Binus Group dari Binus University).

Dari data yang kami peroleh, saat ini kisaran valuasi CoLearn telah mencapai $100 juta — sehingga CoLearn telah masuk ke jajaran startup centaur.

Selain Abhey, CoLearn turut didirikan oleh Marc Irawan dan Sandeep Devaram. Sejak aplikasi diluncurkan pada Agustus 2020, saat ini mereka mengklaim telah memiliki 3,5 juta siswa.

Salah satu fitur andalan mereka adalah memungkinkan siswa untuk menanyakan solusi dalam menjawab soal di suatu pelajaran (dalam mengerjakan PR) — rata-rata per bulan ada sekitar 5 juta pertanyaan yang diunggah. Dalam sistem disematkan teknologi AI sehingga mengautomasi proses penemuan solusi.

CoLearn juga memiliki layanan konten pendidikan yang di kemas dalam video on-demand dan sesi kelas live online yang dibawakan secara interaktif oleh tutor berpengalaman. Selain itu juga memiliki program pelatihan untuk guru. Targetnya, dalam 2 tahun ke depan mereka ingin bisa melatih 200 guru terutama di bidang STEM.

Pandemi akselerasi edtech

Dalam laporan DSResearch: Edtech Report 2020 terungkap, kendati belum sekencang lanskap lain, misalnya fintech, startup pendidikan juga mulai mendapatkan perhatian pemodal; terbukti beberapa startup berhasil memperoleh pendanaan, satu di antaranya yakni Ruangguru bahkan mencapai valuasi di atas $100 juta.

Pangsa pasar yang makin matang membuat beberapa pemain edtech dari luar negeri turut menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspansi.

Selain CoLearn dan Ruangguru, platform edtech lainnya yang mengalami pertumbuhan positif dan telah mendapatkan pendanaan dalam waktu tiga tahun terakhir adalah Zenius, Pahamify, Hacktiv8, Gredu, Arkademi, dan HarukaEdu.

Application Information Will Show Up Here

Terampil Jembatani Trainer Profesional dan Pengguna dalam Satu Platform

Baru melakukan rebranding bulan Agustus 2021, platform pelatihan online Terampil mengklaim mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Terampil Amrullah Azmy mengungkapkan, startupnya ingin membantu pengguna mendapatkan kelas pelatihan secara terpadu, baik dari sisi materi hingga komunikasi dengan trainer dan pengguna lainnya.

“Pada umumnya platform yang menawarkan teknologi dan layanan serupa dengan Terampil lebih fokus kepada speech, namun di Terampil kami melakukan role play dan memiliki materi yang diperagakan langsung oleh para trainer.”

Terampil menyediakan tujuh kategori pelatihan. Di antaranya adalah Personal Foundation, Business Foundation, Marketing & Branding, Sales, Operation & Technology, Finance & Accounting, dan Human Capital.

Untuk pengguna yang baru mulai memasuki dunia kerja atau profesional muda yang ingin mengetahui aspek apa yang harus dikembangkan untuk peningkatan kriernya dan ingin mengetahui profil diri secara singkat maka dapat mengambil short assessment secara gratis di Terampil. Tercatat saat ini sudah ada sekitar 124 modul di dalam platform.

“Bukan hanya soft skill dan hard skill, Terampil juga menawarkan technical skill untuk pengguna. Sebelumnya kita menetapkan dulu kurikulum yang sudah ada menyesuaikan kebutuhan pasar, namun kita juga menerima permintaan dari pengguna sebelum akhirnya kita meluncurkan kurikulum tersebut,” kata Amrullah.

Strategi monetitasi

Untuk strategi monetisasi, selain memberikan pilihan gratis mengakses video untuk pengguna baru, disediakan pula kuota yang bisa dipilih oleh mereka. Di antaranya adalah paket bronze, silver, dan gold. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp95 ribu hingga Rp495 ribu. Untuk pilihan pembayaran juga menyediakan semua pilihan pembayaran yang tersedia dengan mitra strategis mereka yaitu Midtrans. Tersedia juga pilihan pembayaran menggunakan DANA.

“Sejak awal kita fokus kepada segmen B2C. Namun satu bulan terakhir kami mulai menggarap segmen B2B. Kebanyakan pengguna kita ada di Jabodetabek. Namun Terampil juga sudah tersebar di Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan dan Palembang,” kata Amrullah.

Platform serupa yang menawarkan layanan seperti Terampil di antaranya adalah Rolmo dan ProSpark.

Metode hybrid learning

Selain memiliki trainer yang berasal dari perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia, Terampil juga memiliki trainer dari kalangan umum yang memiliki skill dan pengalaman yang baik. Namun untuk memastikan trainer tersebut masuk dalam kriteria, proses kurasi yang ketat dilakukan oleh tim. Tercatat saat ini ada sekitar 98 trainer yang bergabung.

Untuk memberikan solusi dan layanan yang lebih terpadu, Terampil yang menerapkan metode hybrid learning, menggabungkan antara pembelajaran Intra-Active dan Inter-Active. Metode Intra-Active ini dirancang untuk mendorong pembelajar untuk lebih aktif dalam meningkatkan kapasitas dirinya, sedangkan Inter-Active adalah metode yang memungkinkan untuk berperan secara aktif berinteraksi langsung dengan sesama pengguna lainnya dan trainer di dalam Forum Diskusi dan Live Q&A.

Forum diskusi berbentuk teks ini terdapat di setiap modul pelatihan sehingga diskusi yang terjadi khusus untuk membahas materi pada modul tersebut. Sedangkan Live Q&A adalah layanan yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi langsung dengan trainer secara audio. Tahun 2022 mendatang Terampil juga memiliki rencana untuk meluncurkan fitur serupa dengan aplikasi Club House.

“Sejak rebranding fokus kita lebih kepada pengembangan teknologi. Di kuartal pertama tahun depan fitur ini bisa digunakan oleh pengguna dan trainer kita,” kata Amrullah.

Untuk meningkatkan layanan pelanggan Terampil juga kerap melakukan komunikasi langsung dengan pengguna demi mendapatkan feedback. Dengan demikian bisa memaksimalkan video dan materi lainnya yang sudah menjadi pilihan pengguna hingga saat ini.

Masih menjalankan bisnis secara bootstrap, Terampil belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat. Namun demikian tahun 2022 mendatang rencananya perusahaan akan melakukan kegiatan penggalangan dana di kuartal ketiga.

“Kami ingin Terampil bukan sekadar menjadi platform pelatihan online pilihan utama dari masyarakat, namun lebih dari itu kami ingin menjadi selayaknya seorang guru dan orang tua yang bangga apabila anak didik kami sukses meraih cita-citanya dan mendapatkan masa depan yang cerah. Sedangkan di sisi bisnis, kami bermimpi Terampil menjadi salah satu edutech unicorn yang membanggakan Indonesia,” tutup Amrullah.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri C, Platform Pembelajaran LingoAce Perluas Cakupan Bahasa Yang Ditawarkan

Akhir tahun 2021 ini platform pembelajaran bahasa Mandarin yang berbasis di Singapura LingoAce mendapatkan pendanaan Seri C. Putaran pendanaan sebesar $105 juta ini dipimpin Sequoia Capital India dan diikuti Owl Ventures, Shunwei Capital, dan SWC Global. Secara total LingoAce telah mengumpulkan pendanaan sebesar $180 juta.

Dana segar akan digunakan untuk melanjutkan misi LingoAce, yaitu membuat pembelajaran bahasa baru menjadi sesuatu yang menyenangkan, mendalam dan interaktif bagi anak-anak.

Selain itu, pendanaan juga akan dipakai untuk mengembangkan tim global dengan perekrutan yang signifikan di wilayah Asia Tenggara, Amerika Serikat dan Eropa, untuk memperkuat pengembangan produk dan kurikulum, serta meningkatkan dukungan penjualan dan pemasaran.

“Dana tersebut juga akan digunakan untuk menumbuhkan tim global dengan perekrutan signifikan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, Eropa dan Asia Tenggara, untuk memperkuat kurikulum dan pengembangan produk, dan untuk skala penjualan dan dukungan pemasaran,” kata Founder & CEO LingoAce Hugh Yao.

LingoAce menyediakan platform belajar bahasa Mandarin untuk anak usia 4-15 tahun. Pengguna akan diajarkan oleh tutor native speaker yang tersertifikasi dan sudah lolos seleksi dalam mengajarkan bahasa Mandarin untuk anak dan remaja. Tutor ini berasal dari Singapura dan Tiongkok.

Selain LingoAce, platform pembelajaran bahasa secara online di Asia Tenggara lainnya adalah Cakap, LingoTalk, dan Bahaso.

Pertumbuhan bisnis secara global

Resmi meluncur di Indonesia tahun 2020 lalu, LingoAce mengklaim telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna. Pandemi yang mengakselerasi pertumbuhan platform edtech juga dirasakan oleh platform belajar bahasa Mandarin seperti LingoAce.

“Konten dan platform digital inovatif kami telah menciptakan pengalaman online yang berbeda bagi siswa. 60% siswa kami dirujuk ke LingoAce dari siswa dan orang tua yang sebelumnya telah menggunakan LingoAce,” kata Hugh.

LingoAce mengubah cara anak-anak mempelajari bahasa Mandarin dengan menciptakan pengalaman pendidikan yang menarik dan menyenangkan bagi siswa melalui perangkat yang memudahkan orang tua untuk merencanakan, menjadwalkan dan memonitor pembelajaran anak-anaknya.

Di Indonesia, LingoAce mengadakan kelas one-on-one dan small-group secara langsung dengan kualitas terbaik, guru bersertifikat yang dapat memberikan umpan balik dan interaksi secara real-time untuk memberikan yang efektif, pembelajaran yang efisien.

Saat ini ada dua program bahasa Mandarin di Indonesia. Yang pertama ditujukan untuk pelajar yang baru mulai belajar bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua dan progam kedua untuk yang lebih mahir. Keduanya didasarkan pada materi pembelajaran bahasa Mandarin yang diakui secara global.

Meskipun sejak awal fokus kepada bahasa Mandarin, perusahaan juga berencana mengembangkan bisnis dengan menghadirkan bahasa Inggris dan membuka peluang pelajaran lainnya untuk memenuhi permintaan pendidikan yang berkelanjutan secara global.

“Kami juga telah meluncurkan penawaran bahasa Inggris kami (aplikasi ACE Early Learning) di Indonesia, dengan rencana untuk memperluas ke seluruh wilayah,” kata Hugh.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Language Learning Platform Secures Series B Funding, Advancing the “Artificial Intelligence” Tech Features

After securing the series A+ funding of $3 million or equivalent to IDR42.6 billion in late 2020, Cakap recently received Series B funding worth $10 million (more than IDR140 billion IDR). This funding round was led by the KB-MDI Centauri Fund and Heritas Capital. Participating also the KB Investment and other undisclosed investors.

The company plans to use the fresh money to expand the certified-course offerings, as well as to drive market expansion in providing better access to high-quality education in Indonesia. Cakap aims to improve its learning technology by exploring the machine learning and artificial intelligence application, which allows more personal learning progress for each student through adaptive learning.

“We are proud and excited to be part of the educational transformation in Indonesia, where we combine high-quality learning content, state-of-the-art technology, and professional teachers in our ecosystem to provide the best learning experience for our students,” Cakap’s Co-Founder & CEO, Cakap Tomy. Yunus said.

Cakap has been a profitable company in the last two years, managed to build credibility and gain growth by acquiring 1.5 million students with 500% YoY growth and downloads of more than 1 million applications. The Series B funding round settles the company’s achievements this year, with good growth through profitability and a role in supporting distance learning as a solution to minimize the impact of the pandemic.

Empowering students and teachers

Cakap is one of the largest edtech platforms in Indonesia that develops online learning applications with two-way interaction between students and teachers through video calls and texts. This concept enables two-way learning interactions for life skills learning across Asia Pacific.​

To date, Cakap claims to have led online language courses for the Adult and Children segment in Indonesia. As a technology platform, it is possible for Cakap to offer its subscription services at affordable prices compared to the concept of offline tutoring services. Cakap has empowered more than 1,000 teachers in all regions. Furthermore, the company plans to expand to the new markets and technological advances.

“Therefore, to support our mission of elevating people’s lives, we are consistently studying the unique behavior of students and improving our solutions by developing our machines around AI and machine learning, to deliver localized and personalized learning to accelerate student learning progress.” Tommy said.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pembelajaran Bahasa Cakap Kantongi Pendanaan Seri B, Fokus Kembangkan Fitur Berteknologi “Artificial Intelligence”

Setelah mengantongi pendanaan seri A+ senilai $3 juta atau setara Rp42,6 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, bulan Desember ini Cakap kembali memperoleh pendanaan Seri B senilai $10 juta (lebih dari Rp140 miliar Rupiah). Putaran pendanaan ini dipimpin oleh KB-MDI Centauri Fund dan Heritas Capital. Turut berpartisipasi KB Investment dan invstor lainnya yang tidak diungkapkan lebih lanjut.

Dana segar tersebut nantinya akan digunakan perusahaan untuk memperluas penawaran kursus bersertifikat, serta untuk mendorong ekspansi pasar dalam menyediakan akses yang lebih baik ke pendidikan berkualitas tinggi di Indonesia. Cakap juga ingin meningkatkan teknologi pembelajaran mereka dengan mengeksplorasi penerapan machine learning dan artificial intelligence, yang memungkinkan kemajuan belajar menjadi lebih personal bagi setiap siswa melalui pembelajaran adaptif.

“Kami bangga dan bersemangat untuk menjadi bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia, di mana kami menggabungkan konten pembelajaran berkualitas tinggi, canggih teknologi, dan guru profesional di ekosistem kami untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi kami siswa,” kata Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Tercatat dalam waktu dua tahun terakhir Cakap telah mendapatkan profit, telah berhasil membangun kredibilitas dan memperoleh pertumbuhan dengan mengakuisisi 1,5 Juta siswa, dengan pertumbuhan 500% YoY pada siswa aktif dan unduhan lebih dari 1 juta aplikasi. Putaran pendanaan Seri B ini sekaligus menutup pencapaian perusahaan tahun ini, dengan pertumbuhan yang baik melalui profitabilitas dan peran dalam mendukung pembelajaran jarak jauh sebagai solusi untuk meminimalisir dampak pandemi.

Memberdayakan siswa dan guru

Cakap adalah salah satu platform edtech terbesar di Indonesia yang mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Selama ini Cakap mengklaim telah memimpin kursus bahasa online untuk segmen Dewasa dan Anak-anak di Indonesia. Sebagai platform teknologi memungkinkan Cakap untuk menawarkan layanan berlangganan mereka dengan harga terjangkau dibandingkan dengan konsep layanan bimbingan belajar offline. Cakap juga telah memberdayakan lebih dari 1.000 guru di seluruh daerah. Ke depannya Cakap memiki rencana untuk perluasan pasar baru dan kemajuan teknologi.

“Oleh karena itu, untuk mendukung misi kami dalam mengangkat kehidupan masyarakat, kami secara konsisten mempelajari perilaku unik siswa dan meningkatkan solusi kami dengan mengembangkan mesin kami di sekitar AI dan machine learning, untuk memberikan pembelajaran yang terlokalisasi dan terpersonalisasi dalam mempercepat kemajuan belajar siswa,” kata Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Platformnya, Zenius Ingin Tingkatkan Keterampilan Guru di Era Pembelajaran Digital

Pascapandemi, pendidikan berbasis keterampilan bakal menjadi modal belajar penting untuk siswa, terlebih kondisi pembelajaran saat ini berangsur-angsur dilakukan secara hybrid. Guru yang dianggap sebagai profesi multiperan terus mendapat tuntutan dalam meningkatkan kemampuannya di bidang digital agar tidak kalah dengan kemampuan digital para siswanya.

Semangat inilah inilah yang melatarbelakangi hadirnya Zenius untuk Guru (ZenRu, sebelumnya memakai singkatan ZuG) tepat pada 25 November 2020. Satu tahun berjalan, Zenius melihat perjuangan nyata para guru di komunitas ZenRu yang harus menempuh perjalanan panjang demi bisa mendapatkan sinyal untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan tetap memberikan stabilitas stabilitas para siswa di tengah jadwal pembelajaran tatap muka yang kerap berubah.

“Konten-konten Zenius sendiri selalu mengedepankan keterampilan, sebelum pengetahuan; dan ketika guru memiliki wadah berkreasi dan bertukar pikiran untuk melakukan pengajaran yang menggarisbawahi keterampilan berpikir, bersama-sama, Zenius dan guru-guru dapat ikut ambil bagian dalam pemulihan pendidikan pasca pandemi,” ucap Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda Witdarmono dalam konferensi pers, kemarin (25/11).

Komunitas bagi guru

Saat ini, ZenRu telah menjadi komunitas bagi lebih dari 250 ribu guru di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hampir 200 ribu di antaranya menggunakan platform ZenRu. Dalam perjalanannya, platform ini semakin ditingkatkan fiturnya, salah satunya terintegrasi dengan Google Classroom lewat akses Learning Management System (LMS). Dalam LMS ini, guru bisa membuat kelas, memberikan latihan soal untuk para siswa dan melakukan penilaian.

Fitur tersebut sangat membantu para guru dalam memantau pembelajaran para siswa dan mengerjakan tugas-tugas administratif, sehingga mereka memiliki waktu lebih untuk fokus pada perkembangan siswa mereka. Sementara itu, dalam aplikasi dan situs ZenRu berisi pustaka konten pembelajaran Zenius dan membagikan konten pembelajaran.

Unsur komunitas tak lepas dari semangat ZenRu agar para guru dapat saling berbagi dan bertukar pikiran di platform media sosial. Amanda menuturkan, pihaknya rutin menyelenggarakan workshop, baik yang diselenggarakan secara mandiri maupun bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di Indonesia. Melalui kegiatan ini, para guru yang tergabung bisa mendapatkan berbagai hal positif yang bisa membantu mereka untuk menjalani aktivitas pembelajaran di kelas.

Ketua Biro Pengembangan Profesi PGRI Aceh Juanda mengatakan, “Guru merupakan salah satu elemen terpenting dalam proses pembangunan pendidikan di Indonesia, karena peran dan keberadaannya dapat menjadi penentu keberhasilan pendidikan di masa mendatang. Dengan membuka diri terhadap perubahan dan kemajuan teknologi, guru akan mampu memberikan pembelajaran terbaik bagi para siswa. Kami berharap kolaborasi-kolaborasi dengan platform edukasi teknologi seperti Zenius akan mampu untuk mempercepat pemulihan pendidikan pasca pandemi.”

Secara angka, ZenRu telah mengadakan 37 workshop yang setara dengan 1.184 jam pelajaran yang diikuti oleh 85.110 guru dan menjangkau 75.595 sekolah di seluruh Indonesia. Kemudian, memiliki total 174.564 kelas yang dibuat oleh para guru, rata-rata sebanyak 300 kelas yang dibuat oleh para guru dalam satu harinya, dengan rata-rata 10 siswa di tiap kelasnya; serta, memiliki lebih dari 140 ribu kontan materi video pembelajaran yang lengkap.

Amanda melanjutkan, pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan secara beragam oleh banyak sekolah yang masing-masing memiliki skemanya. Lantas kondisi tersebut tidak membuat ZenRu tidak bisa masuk mengambil perannya dalam pendidikan. ZenRu akan terus meluncurkan fitur lainnya yang didapat dari masukan para guru. Salah satunya yang sedang dipersiapkan adalah materi pelajaran dalam bahasa daerah dan lebih banyak animasi.

“Fitur berikutnya akan memenuhi kebutuhan tersebut, harapannya ZenRu dapat dipersonalisasi lebih jauh, sehingga dapat mendukung pembelajaran di kelas dan bisa menemani guru dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Semoga bisa reach 4 juta guru agar mereka bisa mengajar lebih bermakna mulai dari mana saja,” tutup Amanda.

ZenRu adalah salah satu produk Zenius yang menyasar khusus para guru. Produk utama dari Zenius adalah Zenius app, platform belajar online berbasis aplikasi yang memuat lebih dari 100 ribu video pembelajaran dan ratusan ribu latihan soal untuk jenjang SD-SMA. Sepanjang tahun lalu 2020, Zenius telah diakses oleh lebih dari 20 juta pengguna dari pedesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia.

Perusahaan baru-baru ini merilis ZeniusLand, platform belajar yang dirancang khusus untuk mengembangkan kemampuan fundamental dan cara berpikir kritis siswa sekolah dasar usia 7-12 tahun. Bentuknya melalui permainan edukatif yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif maupun emosional anak dengan mempelajari Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris melalui metode gamifikasi.

Momentum edtech

Berbagai pemain edtech di Asia Tenggara terus memanfaatkan situasi Covid-19 sebagai momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan produk dan bisnisnya ke depan. Khusus di Indonesia, kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah baru dibuka secara bertahap.

Dalam kesempatan terpisah, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkap tentang bagaimana pandemi telah mengakselerasi adopsi digital dan mendorong investasi di sektor digital Indonesia. Healthtech dan edtech merupakan dua dari sekian sektor digital yang memainkan peran signifikan sejak pandemi pertama kali berlangsung.

Dampak ini turut tercermin dari meningkatnya layanan dari portofolio East Ventures, yakni Ruangguru dengan kenaikan jumlah pengguna hingga 50%. Selain itu, Willson menyoroti bagaimana pandemi mendongkrak iklim investasi di Indonesia dari sebelumnya $3,4 juta di 2020 menjadi $4,9 juta di kuartal ketiga 2021.

“Peningkatan ini teridentifikasi karena perilaku konsumen berubah menjadi perilaku berbasis digital atau online. Semua investor menjadi lebih agresif dan optimistis karena akselerasi digital terjadi sebelum hal lain,” kata Willson.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edtech Doyobi Fokus Hadirkan Kurikulum STEM di Sekolah

Besarnya peranan pengajaran berbasis Science, Technology, Engineering dan Math (STEM) untuk anak menjadi salah satu alasan mengapa platform seperti Doyobi hadir. Didirikan pada tahun 2020 di Singapura, secara khusus platform ini memberdayakan para guru melalui penerapan metode pembelajaran berbasis STEM. Perusahaan di bulan Oktober ini telah menerima pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin Monk’s Hill Ventures.

Melalui platform coding tanpa perlu dasar kemampuan pemrograman, pendidik Doyobi mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Selain di negara-negara Asia, sejumlah sekolah di negara-negara benua Afrika juga telah mengadopsi kurikulum Doyobi.

Kepada DailySocial, CEO Doyobi John Tan menyebutkan, “Kami percaya guru merupakan bagian penting untuk mengubah pengalaman anak-anak di dalam kelas. Doyobi berfokus pada pemberdayaan guru dan memberikan dukungan dalam meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM dan keterampilan abad ke-21.”

Belajar secara langsung


Memberikan materi dari kelas 1 hingga kelas 12 (SD hingga SMA), perusahaan ingin memosisikan guru sebagai pelatih, mentor atau pemandu dari siswa saat belajar di kelas.

“Untuk itu tim Doyobi memberikan pelatihan kepada para guru agar bisa tampil lebih percaya diri saat proses belajar secara langsung dilakukan. Dengan demikian fungsi mereka bukan hanya sebagai guru namun juga pemandu siswa,” kata John.

Beberapa sekolah yang saat ini sudah menjadi mitra Doyobi adalah Leap Surabaya, Codercadamy, HighScope Indonesia, Mutiara Harapan Islamic School, dan Stella Gracia School. Strategi monetisasi yang diterapkan adalah pengenaan biaya ke sekolah. Sejak diluncurkan, lingkungan pembelajaran virtual Doyobi telah digunakan oleh hampir 2 ribu guru di lebih dari 10 negara. Indonesia dan Filipina adalah dua pasar terbesar Doyobi.

Didukung semangat pemerintah yang mulai melihat pentingnya pengembangan wawasan dan skill STEM, Doyobi berharap dalam beberapa waktu ke depan akan lebih banyak lagi mitra di Indonesia yang bergabung.

“Ke depannya jika memungkinkan Doyobi bisa menjalin kerja sama strategis dengan pemerintah Indonesia dengan memberikan kurikulum STEM di sekolah. Kami melihat Mentri Pendidikan Indonesia, yang memiliki latar belakang teknologi, bisa mendukung program dan kurikulum dari kami,” kata John.

Pendanaan Pra-Seri A

Bulan Oktober ini Doyobi telah berhasil menyelesaikan putaran pendanaan Pra-Seri A senilai $2,8 juta (Rp39 miliar) yang dipimpin Monk’s Hill Ventures. Investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran ini adalah Tresmonos Capital, Novus Paradigm Capital, dan XA Network.

Turut terlibat dalam putaran kali ini adalah angel investor terkemuka Singapura, seperti Quek Siu Rui (CEO Carousell), Oswald Yeo dan Seah Ying Cong (Co-Founder Glints), dan Reuben Lai (Head of Grab Financial Group).

Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk meluncurkan kursus dan pelatihan kelompok yang bertujuan meningkatkan keterampilan guru. Inisiatif ini ditujukan untuk mengembangkan sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu guru mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis STEM secara efektif. Juga menjadi fokus adalah keterampilan terkini, seperti berpikir kritis dan kreatif di kelas.

Doyobi juga akan menggunakan dana tersebut untuk mendukung komunitas Teachers as Humans, sebuah komunitas online bagi para guru untuk saling mendukung dan mendapatkan peluang untuk mengembangkan diri secara profesional.

“Pendekatan yang dilakukan John dan timnya dalam menggabungkan metode pembelajaran berbasis STEM dengan keterampilan abad ke-21 yang disampaikan melalui lingkungan pembelajaran virtual akan mendorong sistem pendidikan ke depannya,” kata Co-Founder dan Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong.

Di Indonesia sendiri platform pembelajaran sains, yang kebanyakan berhubungan dengan pembelajaran ilmu pemrograman, dilakukan secara informal. Sementara platform STEM untuk anak sekolah biasanya tercakup di platform edtech secara umum.

“Tujuan kami adalah bagaimana Doyobi bisa merangkul lebih banyak anak untuk belajar edukasi dan skill baru untuk mendukung karier mereka di masa depan,” tutup John.