SweetEscape Resmikan “Fotto” sebagai Layanan Fotografi untuk Bisnis

SweetEscape, online marketplace jasa fotografer, mengumumkan layanan baru untuk bisnis dijuluki “Fotto”. Strategi ini dipilih dalam rangka menyelamatkan bisnis perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19, permintaan industri perjalanan turun hingga 90%.

Kepada DailySocial, juru bicara SweetEscape menerangkan sejatinya Fotto adalah rebranding dari layanan yang sudah dijalankan perusahaan sejak awal 2019. Waktu itu bernama SweetEscape for Business. Layanan ini bergerak untuk memenuhi kebutuhan fotografi dan videografi bisnis mulai dari foto makanan, properti, katalog fesyen, headshot foto untuk perusahaan, hingga foto produk kemasan.

“Di tahun ini memang sudah direncanakan untuk memperkenalkan nama baru untuk layanan fotografi bisnis dengan nama Fotto. Tujuannya untuk memberikan layanan yang representatif dan menyeluruh bagi market bisnis,” ujarnya, Kamis (30/4).

Dia juga memastikan bahwa kehadiran Fotto tidak bersifat sementara alias semasa pandemi saja. Ke depannya akan lebih banyak inovasi yang siap ditawarkan SweetEscape melalui Fotto. Salah satunya mengembangkan Fotto agar dapat dapat menjawab kebutuhan pasar di Asia Tenggara.

Dalam teknisnya, fotografer professional Fotto akan melakukan sesi foto di lokasi yang telah disepakati bersama dengan tetap memperhatikan protokol keselamatan dari WHO. Hasil foto produk yang sudah di-edit dapat diakses dengan cepat dalam waktu tiga hari kerja melalui aplikasi.

Layanan Fotto itu sendiri telah mengabadikan kebutuhan bisnis untuk beberapa perusahaan besar. Di antaranya Boga Group, GoFood, GrabFood, Zomato, RedDoorz, Alodokter, P&G, BCA, PwC, At Kearney, dan masih banyak lagi.

Diharapkan Fotto dapat membantu kebutuhan pasar selama pandemi, membantu rekan-rekan bisnis yang harus migrasi dari offline ke online melalui konten visual yang menarik.

Konfirmasi layoff

Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong dan Co-Founder & COO Emile Etienne turut memberikan konfirmasi perihal layoff yang dilakukan perusahaan, seperti yang diungkap dalam laporan SEAcosystem. Laporan yang dibuat dan diisi secara sukarela ini mendata ada 47 pegawai SweetEscape Indonesia yang terkena layoff.

Menanggapi itu, Etienne menjelaskan perusahaan terpaksa mengurangi pegawainya di Indonesia dan Filipina karena pandemi. Pendiri perusahaan menunda keputusan tersebut selama mungkin, tetapi dampak pandemi yang begitu kuat membuat mereka harus bertindak cepat.

“Sebagai pendiri, kami memiliki konflik moral terhadap tim kami dan pemegang saham kami. Untuk kebaikan perusahaan yang lebih besar, kami harus bergerak cepat mengurangi biaya untuk menyimpan dana tunai untuk memastikan landasan pacu selama 18 bulan demi mengantisipasi resesi global,” tuturnya.

Sebelum mengambil layoff, perusahaan sudah memotong semua pengeluaran yang tidak penting, seperti membatalkan berbagai langganan, perjalanan, biaya hosting, dan banyak lagi. “Pilihan terakhir kami adalah mengurangi jumlah pegawai. Sangat sulit harus melepaskan mereka dan memastikan Anda membantu mereka setelah pergi.”

Soong menambahkan, tidak hanya melakukan strategi bertahan saja. Perusahaan harus putar otak untuk meneruskan bisnis baru. Dalam waktu dua minggu setelah layoff, akhirnya perusahaan merilis Fotto.

“Di Fotto, kami membantu para pemain offline ke online, seperti puluhan ribu toko F&B yang terpaksa tutup untuk hadir secara online. Juga, membantu perusahaan dan brand menciptakan konten visual yang lebih baik dan menarik untuk bisnis mereka,” katanya.

Dia juga memastikan ke depannya perusahaan akan terus memberikan layanan fotografi perjalanan dan bisnis terbaik melalui jaringan lebih dari 10 ribu fotografer di seluruh dunia ketika industri mulai membaik.

Application Information Will Show Up Here

Tantangan dan Potensi Bisnis Marketplace Fotografer Profesional

Minggu lalu, SweetEscape, platform marketplace yang menghubungkan konsumen dengan fotografer profesional, mengumumkan perolehan pendanaan seri A hampir 85 miliar Rupiah. Hian Goh selaku perwakilan dari Openspace Ventures, investor yang memimpin pendanaan, mengatakan keyakinannya mengenai pangsa pasar yang terus meningkat. Saat ini dianggap terjadi pergeseran kebiasaan yang signifikan di kalangan konsumen terkait kebutuhan mengabadikan momen spesial, baik saat berlibur, mengadakan perayaan, atau mengabadikan capaian.

Menurut data yang dirilis We Are Social per Januari 2018 lalu, ada lebih dari 150 juta pengguna aktif media sosial–setara dengan 54% dari total populasi. YouTube (88%), Facebook (81%), dan Instagram (80%) menjadi kanal yang paling laris digunakan. Kaitannya dengan tren yang disebutkan Goh, platform media sosial yang disebutkan erat kaitannya dengan kebutuhan konten visual, berupa foto atau video. Media sosial juga telah menjadi “galeri digital” yang digunakan untuk mengarsipkan banyak momen yang dianggap spesial oleh masyarakat.

Tak hanya SweetEscape, startup lokal lain yang turut hadir memfasilitasi kebutuhan fotografi berkualitas adalah Frame a Trip. Kedua startup sama-sama efektif beroperasi sejak tahun 2017, dengan pendekatan bisnis yang unik. Alih-alih melakukan fundraising untuk melakukan penetrasi pasar seluas-luasnya, mereka memilih menggunakan “gaya bisnis konvensional”.

Kepada DailySocial, Co-founder & CEO Frame a Trip Endra Marsudi bercerita, “Frame A Trip sejak berdiri hingga saat ini masih memilih opsi bootstrapping dan belum menggunakan kapital dari luar. Oleh karenanya, pendekatan operasional dituntut untuk jadi bisnis konvensional yang mengutamakan profit (EBITDA) positif setiap bulannya agar runway-nya bisa panjang dalam bersaing di pasar. Strategi yang diterapkan juga dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan penjualan dibanding menyebarkan awareness semata.”

Endra Marsudi
Co-Founder & CEO Frame a Trip Endra Marsudi / Frame a Trip

Kendati demikian, startup yang memiliki brand dengan warna khas biru muda tersebut mengaku telah menjangkau lebih dari 300 kota dan mengakomodasi lebih dari 700 fotografer profesional terkurasi. Endra menyebutkan, rata-rata kenaikan penjualan per bulan mencapai 30% dan sudah bisa EBITDA positif sejak Q4 2018.

“SweetEscape adalah gabungan antara marketplace dan platform. Di marketplace murni, konsumen dan pembeli berkomunikasi secara langsung. Kami lebih cocok disebut jaringan pasar. Kami memperkerjakan fotografer sembari membangun komunitas untuk berkolaborasi serta mengembangkan bisnis mereka melalui teknologi,” ujar Co-Founder & COO SweetEscape Emile Etienne mendefinisikan bisnisnya.

Dua startup, satu tipe layanan dan target pasar, dengan pendekatan bisnis berbeda.

Dituntut go global sejak lahir

Salah satu permasalahan orang ketika bepergian ke destinasi wisata atau luar negeri adalah menemukan fotografer yang tepat dan terjangkau. Opsinya mereka bisa membawa dari kota asal yang sudah diketahui kualitasnya, tapi harus menanggung akomodasi, atau mencari secara mandiri di sekitar lokasi agar lebih hemat. Yang terakhir ini prosesnya tidak mudah, harus bertanya dan bernegosiasi. Frame A Trip dan SweetEscape melihat kondisi itu sebagai sebuah peluang.

Layanan mereka memungkinkan orang menemukan fotografer profesional di lokasi yang diinginkan dengan jaminan kualitas hasil jepretan. Cara kerjanya, platform merekrut para juru foto untuk bekerja secara freelance berdasarkan permintaan. Mereka melakukan seleksi berdasarkan track record studio foto dan/atau portofolio hasil karyanya. Pun para fotografer bisa mendaftarkan secara mandiri untuk selanjutnya diseleksi tim internal. Dari sisi konsumen, mereka hanya perlu memasukkan informasi sesuai kebutuhan, seperti destinasi dan layanan fotografi yang dibutuhkan.

“Kami tidak menggunakan mekanisme bagi hasil, melainkan membeli jasa kerja fotografer profesional sesuai rate yang mereka tawarkan dengan satuan per jam. Lalu kami akan mengambil keuntungan dari selisih harga jual (publish rate) ke konsumen dan harga beli jasa ke fotografer,” ujar Endra menjelaskan mekanisme kerja sama dengan mitranya.

Mekanisme serupa juga dimiliki SweetEscape. Fotografer akan dibayar per sesi menyesuaikan harga tawar yang diberikan, biasanya bergantung kota dan jenis layanan mengenai nominal harganya. Mereka juga menyediakan dasbor web dan aplikasi khusus untuk fotografer, untuk berkomunikasi dengan tim operasional, calon konsumen, juga mengatur ketersediaan.

Tantangan layanan tersebut adalah harus memiliki cakupan seluas-luasnya ketika debut di pasar. Sebagai contoh Frame A Trip, di awal kemunculannya mereka langsung tersedia di 45 tujuan wisata dunia. Perekrutan mitra untuk ketersediaan memang jadi hal yang benar-benar dipersiapkan sebelum dirilis ke publik. Namun demikian hadir di pasar global bukan tanpa masalah.

Endra mengatakan, isu paling krusial adalah proses kurasi fotografer berkualitas dan profesional. Frame A Trip menghadirkan 5 juri untuk menyetujui calon mitra yang ingin bergabung di platformnya, 3 berasal dari internal dan 2 dari eksternal.

Sementara Emile punya cerita tersendiri terkait ekspansi layanan, “Dalam banyak hal, kami menghadapi tantangan yang sama seperti Airbnb di masa awal. Karena kami meluncurkan vertikal fotografi liburan, kami harus segera go-global. Memiliki ribuan fotografer lokal di ratusan kota menjadi bagian terbesar dari unique selling proposition kami.”

“Seandainya kami membangun model seperti Uber, kami akan hadir ke kota demi kota tanpa terlebih dulu memiliki fotografer. Tapi karena kami go-global terlebih dulu, tantangannya adalah meningkatkan jaringan fotografer profesional dengan cepat. Tidak hanya di Indonesia, tapi di ratusan kota di seluruh dunia. Sehingga turut membawa serta berbagai tantangan yang harus dipikirkan seperti bahasa, budaya, harga, zona waktu, dukungan pelanggan dan lainnya,” lanjut Emile.

Emile Etienne
(kiri) Co-Founder & COO SweetEscape Emile Etienne / SweetEscape

Sejauh ini tidak ada permasalahan terkait regulasi, misalnya perpajakan atau sejenisnya.

Pangsa marketplace juru foto profesional

Sejak 2,5 tahun beroperasi, Frame A Trip menangkap demografi konsumen yang kerap menggunakan layanannya. Segmentasi pasar terbesarnya adalah generasi milenial, didominasi gender perempuan dan berstatus “baru berkeluarga dengan anak satu (masih kecil)”.

Demografi pengguna layanan Frame a Trip
Demografi pengguna layanan Frame a Trip

“Milenial” jadi kata kunci penting dalam kaitannya dengan potensi pasar. Endra memaparkan berdasarkan data BPS, kurang lebih 33% dari populasi Indonesia ada di kalangan tersebut. Mereka merupakan early adopter teknologi, sebagian native adopter sehingga relatif cepat merespons konsep baru seperti layanan sewa fotografer profesional. Di satu sisi, terdapat kultur social media savvy dan social climber yang peduli akan jumlah “likes” sebagai “social currency”.

“Pola tersebut turut mengubah travel journey menjadi momen mikro, yakni dreaming > planning > booking > experiencing > sharing. Dari sini dapat terlihat generasi milenial saat jalan-jalan tidak hanya mementingkan proses experiencing jalan-jalannya saja tapi juga sudah lebih mewajibkan sharing ke sosial media serta mencari inspirasi jalan-jalan (dreaming) dari sosial media,” ujar Endra.

Pasalnya zaman sekarang kamera ponsel sudah semakin canggih, pun kamera profesional harganya juga banyak yang terjangkau. Emile memiliki jawaban yang cukup logis mengenai ancaman disrupsi tersebut.

“Banyak dari kita yang memiliki dapur indah dan masih memesan makanan. Banyak klien kami yang memiliki kamera profesional, tapi lebih suka memesan jasa di SweetEscape. Dengan menggunakan seorang fotografer, konsumen dapat menikmati momen tersebut, apakah liburan, pesta ulang tahun, pernikahan , kelulusan dan lain-lain. Kami mengurus proses pasca produksi, termasuk menyortir hasil jepretan terbaik dan menyuntingnya. Kamera smartphone akan terus menjadi lebih baik dan memainkan peran penting dalam kehidupan kita, tetapi itu tidak akan menggantikan kebutuhan fotografer.”

Mengabadikan momen penting secara profesional

Mengutip apa yang diketik Emile kepada kami mengenai cita-cita besar yang ingin diraih bersama SweetEscape, “When I think of getting an ojek in Jakarta, I think Gojek. Today, when I think of getting a taxi in NYC I think UBER. In 5 years when people think photography they think SweetEscape.”

Kebutuhan fotografi memang tidak terbatas saat momen liburan saja. SweetEscape sudah memulai dengan memberikan beragam jasa fotografi di luar liburan. Sementara Frame a Trip juga segera meluncurkan variasi layanan serupa.

“Frame A Trip akan menawarkan jasa mengabadikan life moments. Diharapkan dengan produk baru tersebut konsumen akan menggunakan jasa Frame A Trip tidak hanya dengan alasan liburan, tapi juga dengan tujuan ingin mengabadikan momen terbaik keseharian (arisan, acara keluarga, hangout, dst) dan/atau siklus hidup (baby born, birthday, graduation, wedding, dst). Akan di-launch dalam waktu dekat,” terang Endra.

Terkait persaingan bisnis, baik Emile maupun Endra meyakini, inovasi akan memainkan peran penting untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen.

“Kami melihat pesaing dengan model bisnis yang sama sebagai faktor penyeimbang. Dengan adanya pesaing maka kita akan terus berinovasi dan bekerja cerdas agar bisa lebih unggul di pasar. Terkait dengan hal ini, maka kami memang lebih fokus menawarkan value yang lebih banyak untuk konsumen dibanding para pesaing yang ada, yakni: better rate, more photos, easy booking worldwide, freedom to choose the photographer, dan giving more in editing,” ungkap Endra.

“Kami fokus pada kebutuhan klien, fotografer dan peningkatan layanan. Selama 6 bulan terakhir kami telah belajar banyak tentang apa yang dituntut pasar dan dalam beberapa bulan mendatang kami akan meluncurkan solusi untuk kebutuhan acara-acara dan bisnis. Nilai unik kami adalah pemesanan yang mudah dalam waktu kurang dari 2 menit, mengobrol dengan fotografer dalam 24 jam untuk merencanakan pemotretan, terjangkau, tersedia di banyak tempat, dan (proses penyampaian) foto yang cepat dalam 48 jam,” pungkas Emile.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

SweetEscape Raises 84.8 Billion Rupiah Series A Funding

A digital platform connecting consumers with professional photographers, SweetEscape, today (7/02) announced a new Series A round. It’s worth up to $6 million or equivalent with 84.8 billion Rupiah. The funding led by Openspace Ventures and Jungle Ventures, also involved in this round Burda Principal Investments and the previous investors.

In the mid-2018, the startup founded by David Soong and Emile Etienne has secured $1 million seed funding led by East Ventures, participated also Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The following funding is to be allocated for AI technology development in order to improve the platform’s capability. In addition, for operational expansion throughout Asia, SweetEscape plans to double up talents by 2019. Currently, the company has more than 100 employees distributed in Jakarta, Singapore, and Manila.

SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape
SweetEscape founder and team in Jakarta headquarter / SweetEscape

SweetEscape’s Co-Founder and CEO, David Soong said, AI technology optimation is highly required to improve post-production process. The hype of technology capability supposed to help photographic image processing.

Based in Jakarta, SweetEscape was founded in 2017. The previous founder, Emile, was also the Co-Founder & COO of Bridestory. Currently, they’ve reached more than 500 cities in over 100 countries.

In Indonesia, SweetEscape has a direct competitor named Frame a Trip, with a similar business model and target market. Founded by some experts in the business and entertainment industry, including Dian Sastro Wardoyo, Frame a Trip is targeting to cover more than 500 cities this year.

Emile as the Co-Founder & COO added, in order to scale up the business, SweetEscape will expand the photography services for all cases. Not only a trip or tour but also for a birthday party, baby shower, graduation, and many more.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SweetEscape Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 84,8 Miliar Rupiah

Platform digital yang mempertemukan konsumen dengan fotografer profesional, SweetEscape, hari ini (02/7) mengumumkan telah mendapatkan putaran pendanaan baru dalam seri A. Nilainya mencapai $6 juta atau setara 84,8 miliar Rupiah. Pendanaan dipimpin oleh Openspace Ventures dan Jungle Ventures dengan keterlibatan Burda Principal Investments dan investor sebelumnya.

Pertengahan tahun 2018 lalu, startup yang didirikan oleh David Soong dan Emile Etienne tersebut telah membukukan pendanaan awal senilai $1 juta yang dipimpin East Ventures dengan partisipasi Beenext, SkyStar Capital, dan GDP Venture.

Modal tambahan ini akan dialokasikan untuk pengembangan teknologi AI guna meningkatkan kapabilitas platform. Selain itu untuk kebutuhan ekspansi operasional ke seluruh wilayah Asia, SweetEscape berniat merekrut lebih banyak pegawai hingga dua kali lipat di tahun 2019. Saat ini perusahaan telah memiliki lebih dari 100 karyawan yang tersebar di Jakarta, Singapura dan Manila.

SweetEscape
Founder dan tim SweetEscape di kantor pusat di Jakarta / SweetEscape

Co-Founder & CEO SweetEscape David Soong mengatakan, optimasi teknologi AI sangat diperlukan untuk meningkatkan proses pasca produksi. Kapabilitas teknologi yang tengah menjadi tren di industri tersebut diyakini bisa membantu dalam pengolahan gambar hasil fotografi.

Berbasis pusat di Jakarta, SweetEscape didirikan pada tahun 2017. Sebelumnya salah satu pendirinya, Emile, adalah Co-Founder & COO Bridestory. Saat ini mereka telah menjangkau lebih dari 500 kota di lebih dari 100 negara.

Dari Indonesia, SweetEscape bersaing langsung dengan Frame a Trip, juga memiliki model bisnis dan cakupan pasar yang hampir serupa. Didirikan oleh beberapa pesohor dalam dunia bisnis dan hiburan, termasuk selebriti Dian Sastro Wardoyo, Frame A Trip juga targetkan bisa mencakup lebih dari 500 kota tahun ini.

Emile selaku Co-Founder & COO turut menambahkan, untuk meningkatkan bisnis SweetEscape akan terus memperluas menghadirkan layanan fotografi untuk berbagai kebutuhan. Tidak hanya perjalanan atau wisata, namun akan memfasilitasi acara ulang tahun, baby shower, wisuda dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

SweetEscape’s Plans After Receiving Seed Funding

SweetEscape, an on-demand photography service, is ready to execute some plans after receiving seed funding of US$1 million (approx. IDR 14 billion) led by East Ventures. Some other investors are Beenext, SkyStar Capital, and GDP Venture.

The money will be used for Asia’s market expansion. After the Philippines, SweetEscape might expand to Thailand and South Korea in the near future. The company is ready to hire a local team and work together with local brands to expand SweetEscape.

Local teams in each country are responsible to provide relevant recommendation and suggestion for its clients. They’re also expected to educate SweetEscape’s new markets about its features.

The funding was finalized last year, but being recently announced by SweetEscape. In fact, the announcement came after SweetEscape’s expansion to enter Philippines market.

David Soong, SweetEscape’s CEO, about this issue, said, “This announcement is a decision of SweetEscape’s internal team and other related investors. Moreover, we saw the Philippines and Asian market are growing and intriguing for more development.”

“Our goal is to become a global company. When it started, SweetEscape only had clients from Indonesia. As of now, 45% of our clients are overseas, mostly coming from Asia and the US. Basically, professional photographers are the global market’s need.”

Soong continued, other than expansion, SweetEscape will use the fund to develop new technology for its clients. The company is preparing for a system that can edit photos automatically in high resolution within less than 24 hours.

“As our goal to provide the best for clients, we’ll certainly keep developing in terms of technology.”

Emile Etienne, SweetEscapes’ Founder and COO, added, to maintain the good quality photo shooting and editing quickly is a challenge for the company. Therefore, the right technology is going to be a solution, not only for clients but also for photographers.

“Our team has built the easiest booking app for photography and will continue to invest in IT for the seamless experience to our clients and photographers,” he said.

Founded two years ago, SweetEscape claims to have 2000 photographers distributed in 100 countries. SweetEscape’s clients is said to reach over thousands of people worldwide.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rencana SweetEscape Pasca Meraih Pendanaan Awal

SweetEscape, layanan pencari jasa fotografer siap melancarkan sejumlah rencana pasca memperoleh pendanaan tahap awal sebesar US$1 juta (sekitar Rp14 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan tersebut juga melibatkan sejumlah investor lainnya, termasuk Beenext, SkyStar Capital, dan GDP Venture.

Dana tersebut akan difokuskan untuk ekspansi di pasar Asia. Setelah Filipina, SweetEscape kemungkinan akan merambah ke Thailand dan Korea Selatan dalam waktu dekat. Perusahaan siap merekrut tim lokal dan bekerja sama dengan brand setempat untuk mengembangkan bisnis SweetEscape.

Tim lokal di masing-masing negara dipercaya dapat memberikan masukan dan saran yang relevan bagi para klien di masing-masing negara. Mereka juga diharapkan dapat mengedukasi pasar baru mengenai SweetEscape dan kemudahan yang ditawarkan.

Pendanaan tersebut sebenarnya sudah rampung pada tahun lalu, namun baru diumumkan ke publik oleh SweetEscape baru-baru ini. Bahkan pengumuman ini datang setelah pemberitahuan ekspansi perdana SweetEscape memasuki pasar Filipina.

CEO SweetEscape David Soong beralasan, “Pengumuman ini merupakan keputusan internal tim SweetEscape dan para investor terkait, ditambah kami melihat Filipina dan market Asia semakin besar dan menarik untuk dikembangkan lagi,” ujarnya kepada DailySocial.

“Gol kita adalah menjadi perusahaan berskala global. Saat baru dimulai, SweetEscape baru memiliki klien dari Indonesia saja, dan sekarang 45% klien kami dari luar Indonesia, kebanyakan dari Asia dan Amerika Serikat. Sebab pada dasarnya, fotografer profesional juga kebutuhan pasar global.”

Selain ekspansi, sambung David, SweetEscape juga akan memanfaatkan dana tersebut untuk membangun teknologi baru buat para kliennya. Perusahaan sedang mempersiapkan sebuah sistem yang dapat mengedit foto secara otomatis dengan kualitas tinggi dalam waktu kurang dari 24 jam.

“Karena tujuan kami adalah memberikan yang terbaik untuk klien, tentunya dari segi teknologi akan kami terus kembangkan.”

Founder dan COO SweetEscape Emile Etienne menambahkan, menjaga kualitas pemotretan dan mengedit foto berkualitas tinggi dengan cepat adalah tantangan tersendiri bagi perusahaan. Oleh karena itu, kehadiran teknologi yang tepat tentunya akan jadi solusi tidak hanya bagi klien, namun juga untuk para fotografer.

“Tim kami telah membangun aplikasi pemesanan foto yang paling mudah digunakan dan kami akan terus berinvestasi dalam TI untuk membuat seluruh pengalaman mulus bagi klien kami dan fotografer kami,” ujar Emile.

Dua tahun SweetEscape berdiri, mengklaim telah memiliki 2 ribu fotografer tersebar di lebih dari 100 negara. Tanpa dirinci, klien SweetEscape mencapai lebih dari puluhan ribu orang dari seluruh dunia.

Application Information Will Show Up Here

Bridestory Raih Pendanaan Seri A dari Rocket Internet Group

Marketplace pernikahan online Indonesia Bridestory baru saja menerima pendanaan Seri A dari Rocket Internet Group dalam jumlah yang tidak disebutkan. Selain Rocket Internet Group, beberapa investor lama juga turut terlibat dalam pendanaan ini, yaitu Sovereign’s Capital, East Ventures, dan Fenox VC. Dua investor baru, yaitu Skystar Capital dan Lippo Digital Ventures, ikut dalam putaran pendanaan kali ini.

Continue reading Bridestory Raih Pendanaan Seri A dari Rocket Internet Group