Telkomtelstra Luncurkan Produk Private Cloud

Perusahaan patungan antara Telkom Indonesia dan Telstra Corporation Limited, Telkomtelstra hari ini resmi meluncurkan layanan infrastruktur data center terbaru yang diberi nama Private Cloud. Produk terbaru ini akan melengkapi produk Managed Cloud Service yang sudah dimiliki Telkomtelstra sebelumnya.

Private Cloud yang akan ditawarkan Telkomtelstra ini didesain untuk membantu perusahaan atau organisasi di Indonesia untuk mengakomodir dari segi teknologi, sehingga mereka [perusahaan dan organisasi] bisa lebih fokus pada meningkatkan produktivitas, efisiensi dan inovasi bisnis.

Menanggapi peluncuran produk barunya Presiden Direktur Telkomtelstra Erik Meijer menyampaikan kebanggaannya karena Telkomtelstra telah berhasil menyediakan layanan Private Cloud. Telkomtelstra akan memanfaatkan kapabilitas jaringan yang luas dari Telkom termasuk infrastrukturnya dan juga keahlian teknologi Telstra untuk melayani organisasi atau perusahaan lokal dengan menawarkan Managed Clod.

“Telkomtelstra akan menggunakan kapabilitas network yang sangat luas milik Telkom termasuk dengan infrastruktur domestiknya dan keahlian teknologi Telstra, untuk melayani organisasi lokal dengan penawaran Managed Cloud, yang bertujuan untuk membantu mereka lebih fokus pada bisnis mereka sendiri dan melakukan apa yang mereka harus lakukan dengan lebih baik,” terang Erik.

Strategi Telkomtelstra meluncurkan produk Private Cloud juga didasarkan pada perkembangan permintaan perusahaan lokal akan teknologi cloud. Erik menerangkan organisasi dan perusahaan di Indonesia perlu mengetahui bagaimana teknologi private cloud tidak hanya bisa membantu mereka mengamankan aplikasi dan data bisnis penting mereka namun juga bisa menurunkan biaya layanan dari managed service.

“Kami menyediakan layanan cloud dengan infrastruktur pusat data di dalam negeri, yang bertujuan untuk memenuhi regulasi pemerintah tentang penyimpanan dan integritas data di Indonesia,” lanjut Erik.

Produk baru ini diklaim bisa menjadi salah satu solusi yang bisa meminimalkan risiko di dalam operasi IT organisasi yang tentunya membutuhkan pengamanan khusus, tata kelola, manajemen dan alat untuk memastikan visibilitas dan kontrol pada setiap tingkat layanan.

Selain mengumumkan peluncuran produk baru, Telkomtelstra juga mengumumkan akan menghadirkan layanan baru dengan mengkombinasikan aplikasi Private dan Public Cloud berupa solusi Hybrid Cloud yang memungkinkan fleksibilitas lebih besar dari operasi bisnis, pengelolaan infrastruktur dan pengendalian biaya.

Telkomteltra juga akan bermitra dengan provider terkemuka dunia, seperti VCE, untuk menyediakan platform pengelolaan end-to-end.

“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi bisnis di Indonesia untuk mentransformasi diri mereka secara digital dan makin memudahkan mereka untuk bersaing di pasar global,” tutup Erik.

XL Axiata Angkat Yessie D. Yosetya sebagai Direktur Independen Baru

PT XL Axiata Tbk (XL) baru saja melangsungkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Luar Biasa. Dalam rapat tersebut XL secara resemi telah mengangkat Yessie D. Yosetya, yang kini menjabat posisi Chief Service Management Officer, sebagai Direktur Independen untuk masa jabatan sampai 2019. Selain itu pada sesi paparan publik juga disebutkan bahwa XL menunjukkan capaian positif sepanjang 2015 silam.

Presiden Direktur XL Dian Siswarini menanggapi pengangkatan Direktur Independen baru ini mengatakan, “Pengangkatan Ibu Yessie sebagai Direktur Independen sudah sangat tepat. Beliau memiliki semua persyaratan untuk menjabat sebagai seorang Direktur. Selain juga [memiliki] dedikasi yang tinggi terhadap XL. Secara profesional, beliau juga telah menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang mampu secara cakap membawa organisasi dalam menghadapi tantangan industri telekomunikasi dan digital yang tidak ringan.”

Yessie menggantikan posisi Ongki Kurniawan yang kini telah menjadi Direktur penuh. Perbedaan Direktur dan Direktur Independen, menurut Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), adalah posisi Direktur Independen tidak memiliki hak suara dalam voting.

Selain itu, Dian memaparkan sejauh mana pencapaian bisnis XL sepanjang 2015. Dari paparan tersebut, bisnis XL dinilai memperlihatkan hal yang positif. Hal ini ditandai dengan ARPU pelanggan yang terus meningkat dan pertumbuhan trafik data yang signifikan, lebih dari 35% pada kuartal ke empat tahun 2015.

Dari semua data yang dipaparkan pihak XL menunjukkan kontribusi signifikan dari layanan data terhadap pertumbuhan pendapatan data. Hal inilah yang coba terus ditingkatkan XL di tahun ini.

Selain itu dalam keterangan pers yang kami terima XL juga berkomitmen untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas jaringan mereka. Pada tahun 2015 tercatat XL telah memiliki 58.879 BTS, atau naik 13% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu dari sisi pengelolaan keuangan, XL menjalankan serangkaian program inisiatif “Balance Sheet Management”. Program ini mencakup percepatan pelunasan dan konversi hutang ke mata uang Rupiah senilai $590 juta. Langkah ini merupakan bagian dari upaya XL untuk melunasi semua portofolio hutang dalam US Dollar yang tidak disertai fasilitas lindung nilai.

XL juga telah mengumumkan rencana untuk melakukan penerbitan saham baru (rights issue) guna menggalang dana yang akan digunakan untuk membayar kembali pinjaman dari pemegang saham sebesar $500 juta.

Aplikasi Xtimo Dikembangkan untuk Pantau Pekerja di Lapangan

Aplikasi mobile yang terintergrasi dengan sistem pusat adalah solusi terbaik dalam meningkatkan mobilitas tim, terlebih mereka yang berada di lapangan. Setidaknya konsep inilah yang coba dipakai oleh PT Niagaprima Paramitra (NPP) dalam meningkatkan efisiensi kinerja pegawai lapangannya melalui aplikasi yang mereka kembangkan sendiri, Xtimo.

Seperti diberitakan InfoKomputer, Direktur NPP Surya Wibaya Isjwara mengungkapkan bahwa pengembangan aplikasi monitor agen lapangan dikembangkan berdasarkan niat untuk membantu perusahaan menaikkan penghasilan dan memantau pergerakan agen penjualan melalui solusi mobile. Dengan keyakinan bahwa kebutuhan monitoring secara real time akan semakin dibutuhkan maka lahirlah aplikasi Xtimo.

General Manager GOIJO (Tim NPP untuk pengembangan aplikasi mobile ) Jovan Tamrin juga menjelaskan aplikasi ini lahir dari pain point yang sering dirasakan perusahaan yang mempekerjakan banyak orang di lapangan.

“Selama ini, kita berasumsi bahwa kita mengetahui aktivitas para agen ini. Kita percaya mereka mengerjakan tugas mereka di lapangan. Tapi, bagaimana cara memvalidasinya?” tukas Jovan.

Xtimo inilah yang selanjutnya menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Xtimo sendiri dijelaskan memiliki tiga buah fitur utama, yakni penugasan, pelaporan tugas dan pemantauan. Untuk sistemnya sendiri di buat dua jenis antarmuka. Yang pertama untuk manajer atau supervisor yang bisa diakses melalui online dashboard sedangkan agen menggunakan aplikasi berbasis Android.

Melalui online dashboard para manajer atau supervisor dapat memberikan penugasan kepada agen-agen di lapangan untuk mengunungi lokasi-lokasi tertentu, termasuk dengan apa yang harus mereka lakukan. Kemudian para agen di lapangan harus melakukan check in ketika akan mulai bertugas atau sampai di lokasi, kemudian check out setelah selesai melakukan tugas.

Untuk pelaporan, para agen juga bisa menambahkan bukti foto, jika dalam kondisi tidak ada sinyal semua data bisa di simpan dalam posisi offline terleih dahulu. Seluruh laporan akan terintegrasi dengan dashboard online yang dikelola oleh manajer atau supervisor sehingga bisa digunakan untuk menilai kecakapan kerja agen-agen di lapangan.

“Para agen lapangan sering kali enggan mengerjakan paperwork. Begitu kembali ke kantor, mereka masih harus mengisi laporan. Dengan Xtimo, laporan bisa dikirimkan langsung saat itu juga dari tempat mereka bertugas,” ujar Jovan.

Surya juga menambahkan:

“Kami membuat aplikasi ini sesimpel mungkin. Agen cukup check in, mulai kerja, selesai, dan check out. Perusahaan pun jadi bisa menghitung pembayaran bagi agen-agen ini berdasarkan time sheet atau jam kerja efektif mereka.”

Aplikasi Xtimo sendiri sejatinya sudah dikembangkan pihak NPP sejak 2014 dan baru di awal tahun inilah resmi dipasarkan dengan sistem berlangganan per jumlah pengguna.

Solusi T-Bike Telkomsel Bermitra dengan Sejumlah Brand Sepeda Motor Kenamaan

Setelah Telkomsel berhasil menghadirkan T-Bike, salah satu solusi M2M (machine to machine) beberapa waktu lalu, kini Telkomsel berniat menjajal solusinya di beberapa brand sepeda motor seperti Honda, Suzuki, Yamaha, dan dari pabrikan Eropa seperti Vespa, Aprillia, BMW, MV Agusta dan lainnya. T-Bike sendiri dikenal sebagai sebuah layanan yang dilengkapi dengan beberapa fitur unggulan seperti Find My Bike, Tracking, Engine On/Off, dan juga Geo Fence.

Find My Bike, salah satu fitur yang ada dalam layanan T-BIKE ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian lokasi sepeda motor, sedangkan fitur tracking dirancang untuk memungkinkan melacak lokasi kendaraan lengkap dengan alamat dan titik koordinat.

Dua fitur unggulan lainnya yakni Engine On/Off dan Geo Fence didesain untuk memberikan keamanan ekstra. Geo Fence misalnya, bekerja untuk memberikan peringatan batas aman kecepatan maksimum pada saat berkendara.

Vice President M2M Business Telkomsel Jaka Susanta mengatakan:

“Telkomsel menawarkan inovasi teknologi T-Bike yang hadir sebagai solusi digital terbaik untuk berkendara sepeda motor. Dengan penggunaan aplikasi T-Bike di 17 brand sepeda motor ini, kami ingin menunjukkan bahwa T-Bike dapat dengan mudah dan nyaman digunakan di semua jenis dan brand sepeda motor.”

Selain beberapa fitur unggulan di atas, T-Bike juga diklaim memiliki kelebihan dari segi pemasangannya yang cepat. Bahkan atas performanya ini T-Bike diganjar beberapa penghargaan dari beberapa lembaga seperti, MURI, Motor Plus, dan Forwot (Forum Wartawan Otomotif).

Jaka menambahkan, saat ini layanan T-Bike telah digunakan oleh sejumlah perusahaan untuk mendukung operasional pekerjaan mereka, seperti, KFC, Berrybenka, Wingstop, Carl’s Jr., Bakmi GM, Domino Pizza, Hoka-Hoka Bento, McDonald’s dan beberapa partner reseller sepeda motor seperti RTX dan Bintang Motor.

Pihak Telkomsel sendiri berharap dengan penggunaan layanan T-Bike ini dapat mendorong perilaku berkendara yang baik di seluruh kalangan masyarakat dan juga mendukung upaya peningkatan ketertiban berkendara dengan adanya fitur khusus bagi pengendara dan pemantau yang saling terintegrasi.

Lebih jauh Jaka menjelaskan bahwa sebenarnya T-Bike merupakan kelanjutan dari road map layanan T-Drive yang telah terlebih dahulu diperkenalkan Telkomsel untuk moda transportasi kendaraan roda empat, yang beroperasi dengan menggunakan Telkomsel Driving Analytics berupa OBD (On Board Diagnostic Device) GPS Tracking yang dapat dengan mudah di instalasi pada kendaraan.

Sementara itu seperti dikutip dari Selular.id, Jaka mengungkapkan optimisme Telkomsel di pasar M2M ini. Meski saat ini belum begitu ramai, dengan potensi teknologi internet of things yang terus berkembang solusi M2M bakal menjadi solusi yang dicari perusahaan-perusahaan.

“Kurang lebih selama setahun terakhir, kami telah berhasil menggaet 135 lebih perusahaan untuk menggunakan solusi M2M yang telah Telkomsel ciptakan. Dari 135 perusahaan tersebut, setidaknya ada sekitar 100 ribu pelanggan yang menggunakan layanan M2M kami,” terang Jaka.

Jaka juga menambahkan Telkomsel memasang target 500.000 pelanggan di akhir tahun ini.

Delapan Perusahaan Nasional Jalin Kemitraan Strategis Suguhkan Layanan Komputasi Awan

Teknologi komputasi awan semakin marak setelah kemampuan kolaborasinya dengan beberapa teknologi seperti big data menyajikan beberapa manfaat bagi perusahaan. Adopsinya diperkirakan akan semakin tinggi, termasuk di Indonesia. Tampaknya kesempatan ini tak disia-siakan beberapa perusahaan Indonesia. Baru-baru ini delapan perusahaan dikabarkan telah menjalin sinergi untuk menyediakan layanan komputasi awan.

Delapan perusahaan tersebut adalah Multipolar Technology, Sisindokom Lintasbuana, Mastersystem Infotama, Logicalis Metrodata Indonesia, Expert Data Voice Solution, Kayreach System, Sinergy Informasi Pratama, dan Revo Solusindo. Delapan perusahaan tersebut telah sepakat menjalin kemitraan strategis untuk menyediakan solusi layanan komputasi awan secara end to end sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kerja sama delapan perusahaan tersebut mendapat dukungan dari Cisco System Indonesia dan Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) selaku penyedia layanan komputasi awan. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama di Hotel Pullman, MH Thamrin, Jakarta Kamis (25/2) kemarin.

Sebagai salah satu pihak yang turut dalam kerja sama ini Direktur Utama Sisindokom Lintasbuana Tikno Ongkoadi mengatakan kerja sama strategis ini bisa memberikan dampak positif bagi Sisindokom dalam meningkatkan penetrasi penjualan dengan memberikan penawaran solusi komputasi awan secara end to end kepada pelanggan mereka.

Menurut Tikno, kerja sama ini juga membuka sumber pendapatan baru dan memberikan fokus baru bisnis Sisindokom ke sektor virtualisasi dan pasar komputasi awan.

Salah satu kelebihan layanan komputasi awan adalah fleksibilitas dalam mengatur kebutuhan kapasitas virtual server yang dapat disesuaikan dengan kondisi bisnis perusahaan. Dengan kata lain ketika load bisnis sedang meningkat perusahaan bisa dengan mudah melakukan scale up kapasitas server. Demikan pula ketika kondisi bisnis sedang normal, kapasitas virtual server bisa disesuaikan.

Schneider Tawarkan Solusi Pusat Data Prefabrikasi Modular untuk Sambut Tren IoT

Jumat kemarin (19/2), Schneider Electric Indonesia memperkenalkan solusi pusat data terintegrasi untuk menjawab tren Internet of Thing (IoT) yang terus tumbuh. Di samping itu, Schneider juga menghadirkan dukungan berupa data center infrastructure management (DCIM) yang memungkinkan pelanggan memonitor kebutuhan dan aktivitas pusat data dari jauh.

Laju pertumbuhan teknologi yang sudah tidak terbendung lagi telah berhasil mendorong berbagi tren baru naik ke permukaan, di antaranya adalah IoT dan Big Data. Kedua fenomena tersebut memiliki potensi untuk merubah berbagai aspek bermasyarakat dalam pendekatan terhadap teknologi, mulai dari gaya hidup hingga perputaran roda ekonomi. Inovasi yang naik ke permukaan saat ini adalah teknologi wearable devices, smart home sampai smart city.

Berdasarkan data dari perusahaan analis Gartner sendiri pada tahun 2020 akan ada lebih dari 26 miliar perangkat yang saling terhubung, termasuk wearable technology, peralatan elektronik di rumah dan banyak lagi.

Business Vice President Schneider Electric divisi IT untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei Astri R Dharmawan mengatakan, “Besarnya koneksi jaringan dan jumlah perangkat elektronik yang saling terhubung menciptakan permintaan yang lebih tinggi untuk kapasitas data center [pusat data]. Namun, hal ini menimbulkan tantangan khusus bagi data center, terutama di bidang infrastruktur, keamanan, kapasitas data, manajemen storage, server dan jaringan data center.”

Prefabrikasi Data Center

Berangkat dari alasan tersebut, Schneider coba menawarkan solusi pusat data prefabrikasi modular yang dinilai dapat menghemat waktu dalam membangun pusat data. Sistem ini juga diklaim Schenider dapat diandalkan di berbagai kondisi karena dirakit dan melalui berbagai tahap uji di pabrik untuk kondisi yang berbeda. Tren yang berkembang terkait pusat data prefabrikasi modular ini dan dilirik oleh perusahan adalah Micro Data Center yang terdiri dari 1 hingga 10 rak server.

Pasar yang dibidik sebagai pengguna Micro Data Center sendiri adalah perusahaan dengan skala besar. Beberapa di antaranya yaitu industri perbankan dan retail, pabrik otomotif, industri migas, pemerintahan dan militer, sampai ke perusahaan telekomunikasi.

Dusebutkan Enteprise Sales Director APC by Schneider Electric Yana Haikal, untuk solusi ini Schneider memiliki empat pilihan produk yang diunggulkan. Keempat produk itu adalah SmartBunker SX untuk ruang IT tradisional, SmartBunker CX yang dioptimasi untuk lingkungan perkantoran, SmartBunker FX, dan SmartShelter dengan multi-rack dan diklaim tangguh di berbagai kondisi.

Micro Data Center Schneider

Disamping itu, Schneider juga memperkenalkan solusi untuk Data Center Lifecyle Service dalam bentuk perangkat lunak DCIM bernama StruxureWare. Menurut Schneider, DCIM tersebut akan memungkinkan pelanggan melakukan monitoring perangkat di dalam pusat data dari ancaman seperti panas berlebih, kebocoran air, kelembaban, hingga menghitung estimasi kebutuhan listik dan penambahan server.

“Melalui berbagai solusi inovatif data center yang kami tawarkan, kami akan terus berkomitmen untuk membantu meningkatkan daya saing pelanggan kami di tengah pertumbuhan IoT, khususnya dalam berdaptasi dengan perubahan teknologi yang sangat dinamis,” pungkas Astri.

Bidik Perbankan dan Retail, Datacomm Perkenalkan Dua Solusi Baru Berbasis Cloud

Datacomm Cloud Business, unit bisnis PT Datacomm Diangraha, kemarin (19/2) memperkenalkan dua solusi berbasis cloud barunya yaitu Cloudciti Backup-as-a-Services (BaaS) dan Cloudciti Enterprise Mobility Management-as-a-Services (CEMM) di Graha Datacomm, Jakarta. Langkah ini diambil sebagai upaya menghadapi tren cloud dan BringYour Own Device (BYOD) yang terus tumbuh. Potensi pasar yang dilirik adalah industri perbankan dan retail dengan migas dan healthcare yang ikut dipertimbangkan.

Kehadiran dua solusi baru berbasis cloud dari Datacomm yang diperkenalkan kemarin tak lepas dari kerja sama strategis yang terjalin dengan Citrix XenMobile (Citrix) dan Acronis Indonesia (Acronis). Citrix memberikan dukungan untuk solusi CEMM. Sedangkan Acronis memberikan dukungan untuk solusi BaaS dari Datacomm

Managing Director Datacomm Cloud Business Sutedjo Tjahjadi menyampaikan, “Apa yang kami lakukan bertiga ini (Datacomm, Acronis, dan Citrix) secara spesifik ada di ranah enterprise mobility yang menawarkan hal-hal baru pada pasar. Kami tahu bahwa enterprise mobility saat ini tidak bisa dihindari lagi, [terutama] seiring dengan perusahaan dan organisasi yang menerapkan kebijakan BYOD dan teknologi mobility.”

“Hari ini kami memperkenalkan solusi CEMM dan BaaS. Kedua solusi berbasis cloud ini akan memberikan manfaat kelincahan, kemudahan pengelolaan, keandalan, serta jaminan keamanan untuk pelanggan,” tambah Sutedjo.

Sutedjo juga menyebutkan bahwa kedua solusi baru dari Datacomm ini sangat berpotensi untuk digunakan dalam industri perbankan dan retail. Di sisi perbankan, solusi Datacomm ini dinilai dapat memberikan keamanan data yang dibutuhkan. Sedangkan di sisi retail, dinilai dapat membantu dalam pengelolaan inventori, meningkatkan pengalaman berbelanja, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Selain perbankan dan retail, industri migas (minyak bumi dan gas) dan healthcare juga menjadi pertimbangan pasar yang potensial.

CEMM dan BaaS

CEMM yang didukung oleh teknologi Citrix XenMobile didefinisikan oleh Datacomm sebagai solusi cloud Enterprise Mobility Management (EMM) multi-platform (Android, iOS, Windows phone) yang akan memberikan bisnis mobile device management (MDM), mobile application management (MAM), standar keamanan, dan kemampuan self-service bagi pengguna.

Secara sederhana, CEMM akan menjadi wadah dari aplikasi yang digunakan oleh perusahaan secara internal. Datacomm menjamin bahwa segala transaksi data dalam CEMM tidak dapat dibawa keluar oleh pengguna akhir. Selain itu pihak perusahaan juga diberikan keluasaan untuk mengatur policy. CEMM sendiri sudah tersedia dalam dua layanan, yakni by Feature dan by Delivery Model.

Country Manager Citrix System Inc. Indonesia Hans Utomo menyampaikan, “Bersama Datacomm, Citrix menyediakan sebuah solusi sehingga bisnis dapat memanfaatkan kekuatan cloud untuk mengelola dan melindungi perangkat mobile, aplikasi dan data, serta memberikan kebebasan untuk merasakan bekerja. […] Pengguna akan menikmati akses-tunggal kepada seluruh perangkat mobile, web, dan aplikasi mereka [lewan CEMM].”

Lain CEMM lain lagi BaaS yang didukung oleh teknologi Acronis. BaaS didefinisikan Datacomm sebagai solusi pemulihan bencana untuk semua data, setiap saat, dan dimana saja. Solusi ini memberdayakan solusi Cloudciti Infrastucture-as-a-Service yang dimiliki Datacomm dan bekerja menggunakan Cloudciti secure software-defined storage dengan desain tier-3 yang diklaim telah memenuhi standar SSAE 16.

Datacomm menjanjikan solusi BaaS ini akan dapat melakukan backup dan pemulihan disk, partisi, server, dan data ke dalam Cloudciti storage. Fitur smart backup yang tersedia juga diklaim dapat mengurangi konsumsi network dan biaya storage.

Terkait dengan harga, Datacomm membuka harga mulai dari Rp 500 ribu per bulan untuk layanan BaaS dengan kuota kapasitas penyimpanan 100 GB. Biaya tambahan akan dikenakan sebesar Rp 5000 per GB yang dibutuhkan.

Country Manager Acronis Indonesia Rudi Rangkuti mengatakan, “ Keberhasilan kerja sama antara Acronis dan Datacomm memperlihatkan […] komitmen kami untuk memimpin industri di wilayah ini. Kami bangga dapat bekerja sama dengan Datacomm dan mendukung mereka dalam membangun bisnis backup datanya dan produk keamanan data lainnya yang didukung oleh teknologi yang dikembangkan oleh Acronis.”

Sebelumnya, Datacomm juga telah terlibat sebagai inisiator Gerakan Indonesia Smart Nation bersama Indosat dan Citiasia Inc. untuk bersama-sama bersinergi membangun daerah percontohan Smart Region (Smart City) di Indonesia.

Oracle Indonesia Perkenalkan Erwin Sukiato Sebagai Country Managing Director Baru

Sejak November 2015 silam, Erwin Sukiato telah didapuk sebagai Country Managing Director untuk Oracle Indonesia. Di posisinya yang baru ini, Erwin akan bertanggung jawab untuk memimpin operasional Oracle di Indonesia, termasuk dalam pengembangan bisnis jangka panjang secara lokal. Salah satu rencananya adalah turut berkontribusi dalam transformasi digital perusahaan-perusahaan Indonesia ke cloud melalui solusi-solusi yang dimiliki Oracle.

Erwin bukanlah orang baru di industri digital yang bermain untuk pasar korporasi. Sebelum berkarir bersama Oracle Indonesia, Erwin sempat bergabung dengan IBM sebagai ASEAN Business Unit Executive untuk Channel Business, Country Manager di SAS Indonesia, dan terakhir mencicipi karier di VeriFone Indonesia sebagai General Manager.

Dengan posisi sebagai Country Managing Director Oracle Indonesia, Erwin akan memimpin visi Oracle untuk transformasi digital ke arah cloud bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

“Data saat ini dibutuhkan [oleh perusahaan-perusahaan] untuk mendukung transformasi digital yang lebih mengarah pada pendekatan ke pelanggan. […] Untuk menunjang itu, Oracle memiliki platform teknologi-teknologi untuk mendukung [transformasi] digital ini. […] Salah satunya yang sedang kita lakukan adalah [melalui] platform cloud,” ujar Erwin dalam acara Oracle Media Roundtable di Jakarta (27/1).

Sebelumnya, Oracle sendiri telah mengumumkan peluncuran beberapa layanan baru yang fokus pada komputasi awan di acara Oracle Open World 2015. Beberapa di antaranya adalah Oracle Customer Experience Cloud, Oracle Commerce Cloud, dan lain sebagainya. Menurut Erwin, secara bertahap solusi-solusi cloud tersebut akan mulai dibawa untuk dipasarkan dan dimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Erwin sendiri optimis terhadap peran Oracle Indonesia untuk berkontribusi dalam transformasi digitial ke arah cloud bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Ini tak lepas dari keyakinan Erwin terhadap layanan yang disediakan Oracle dari hulu ke hilir, mulai dari Data as a Service, Insfrastructure as a Service, Platform as a Service, dan Software as a Service.

Erwin juga tak memungkiri dengan target pasar yang dibidik oleh Oracle saat ini lebih ke arah perusahaan besar. Namun, diungkap juga bahwa tak menutup kemungkinan Oracle akan membidik segmentasi pasar perusahaan yang kecil bila ekosistem cloud di Indonesia sudah jauh lebih matang dari saat ini.

Netika Indonesia Gandeng Qunie Consulting Untuk Perkuat Layanan dan Konsultasi Berbasis Teknologi

Masyarakat Ekonomi Kreatif (MEA) memulai persaingan industri antar negara menjadi lebih kompetitif. Ini mendorong para pemain industri untuk kembali memetakan strategi jangka panjang berdasarkan tantangan yang akan dihadapi. Apalagi di Indonesia, negara sejuta potensi dengan tantangan beragam, mulai dari SDM hingga logistik. Celah tersebut coba dimaksimalkan oleh perusahaan konsultasi Netika Indonesia yang menjalin kerja sama dengan dengan perusahaan konsultasi asal Jepang Qunie Consultant.

Netika Indonesia (Netika) adalah perusahaan konsultasi yang memiliki portofolio di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pelebaran layanan dalam pengaplikasian teknologi informasi, desain sistem produksi, penjualan, hingga finansial. Sementara Qunie Consultant yang berdiri tahun 2009 adalah bagian dari NTT Data Group yang memiliki portofolio dalam layanan untuk area manajemen perusahaan hingga basis teknologi.

Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk bantu meningkatkan produktivitas perusahaan-perusahaan di Indonesia yang didukung oleh strategi dan proses bisnis hingga layanan berbasis teknologi.

Deputy President Director Netika Indonesia Christian H. Siboro mengatakan, “Tantangan bisnis sekarang ini sudah semakin kompleks. […] Kolaborasi yang solid dengan teknologi yang terintegrasi amatlah dibutuhkan untuk memastikan kepuasan konsumen dari berbagai Industri. Ini adalah alasan utama kami bekerja sama dengan Qunie.”

Ditambahkan IT Solution Department Head Netika Indonesia Arnold P. Siboro, “Negara berkembang sebenarnya tidak perlu membangun dari nol [infrastruktur atau layanan berbasis teknologi], karena bisa mempelajari dari negara yang sudah maju. […] Melalui kerja sama dengan Jepang, kami menggabungkan know how, teknologi dari Jepang, dengan passion untuk maju dari Indonesia.”

Kerja sama antara Netika dan Qunie ini menyoroti bergam area. Beberapa di antaranya adalah SDM, Logistik, Rantai Pasokan, Manajemen Finansial, Product Lifecycle Management, Internet of Things, hingga ke tren yang sedang berkembang di perusahaan besar yaitu Big Data.

Sebelumnya, Netika sendiri telah memiliki beberapa produk berbasis teknologi, diantaranya yaitu Netis HR, Intramart, dan Biz Integral. Netis HR adalah perangkat lunak berbasis cloud yang membantu pengelolaan SDM perusahaan. Intramart adalah Integrated Framework untuk membangun sistem IT perusahaan. Sedangkan Biz Integral adalah Intramart-bases ERP.

Kerja sama antara Netika dan Qunie sebenarnya telah dimulai sejak 2014, namun baru ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman pada 2015 ini. Tahun ini kerja sama tersebut baru mulai diimplementasikan.

Tanggal 27 Januari 2016, Netika dan Qunie akan mengadakan seminar perdananya sebagai peresmian keja sama dan peluncuran layanan-layanan berbasis teknologi seperti Manajemen Siklus Produk, Perencanaan Penjualan & Operasional, Manajemen Biaya Produksi, Inovasi Logistik, dan Analisa Big Data.

F5 Networks: Hati-hati, Malware Perbankan Sasar Indonesia

Perusahaan keamanan jaringan F5 Networks baru-baru ini mendeteksi sebuah varian terbaru malware yang menargetkan institusi perbankan di Indonesia. Malware tersebut merupakan varian terbaru dari Tinba banking Trojan (juga dikenal sebagai Tinybanker, Zusy, atau HμNT€R$) yang sudah lebih dulu dikenal sebagai malware yang menyerang institusi keuangan. Varian terbaru ini dinamakan Tinbapore.

Tinbapore tidak menyerang secara langsung institusi keuangan. Tinbapore bekerja dengan menginfeksi korban dan selanjutnya melakukan manipulasi ketika korban melakukan transaksi perbankan melalui internet.

Manager Field System Engineer F5 Networks Andre Iswanto mengungkapkan bahwa Tinbapore ini merupaan malware tebesar yang berhasil dideteksi oleh Security Operation Center (SOC) global F5 Networks dan diklasifikasikan sebagai sebuah aktivitas kriminal yang sangat berbahaya dengan level Severity One atau kritis.

“Baik institusi dan juga pengguna layanan perbankan melalui internet harus lebih berhati-hati dan lebih menaruh perhatian pada jenis malware ini, karena sifatnya yang mengeksploitasi kelengahan pengguna dalam hal keamanan berinternet,” ungkap Andre.

Cara kerja Tinbapore serupa namun tidak sama dengan phishing. Phishing seperti kita ketahui bekerja dengan mengalihkan pengguna ke sebuah situs baru, sedangkan Tinbapore mampu secara langsung memodifikasi tampilan situs.

Tak hanya itu Tinbapore juga mampu menambahkan fitur-fitur baru yang serupa dengan layanan yang sah untuk mengelabui pengguna. Selanjutnya Tinbapore akan mencuri data pengguna, mengubah data seperti nomor rekening tujuan transfer di dalam sistem tanpa harus mengubah tampilan data di layar.

Cara kerja malware Tinbapore

Yang membuat varian terbaru ini lebih berbahaya dari varian lainnya adalah kemampuannya untuk mampu aktif kembali walaupun Command & Control (C&C) server malware tersebut telah ditutup.

Andre menjelaskan:

“Cara kerja Malware ini sederhana namun fatal akibatnya. Contohnya, ketika pengguna ingin mentransfer sejumlah uang ke suatu rekening tujuan, maka malware ini dapat mengubah nomor rekening tujuan dan memodifikasi tampilan di layar sehingga tampak tidak ada yang berubah. Pada akhirnya, pengguna akan menjalankan proses transfer uang tanpa curiga dan uang pun masuk ke rekening penjahat.”

Penyebaran malware Tinbapore ini dilakukan melalui e-mail spam dan tautan yang mengarahkan pengguna menuju situs berbahaya. Ketika pengguna mengunjungi situs tersebut malware Tinbapore akan mulai menginjeksi sistem dan peramban milik pengguna. Malware yang telah disuntikan tersebut hanya akan aktif jika pengguna mengakses layanan Internet banking.

Andre menjelaskan tidak banyak yang bisa dilakukan oleh pengguna untuk menanggulangi risiko ini. Yang terpenting adalah para pengguna harus mulai peduli para keamanan berinternet dengan membekali diri mereka dengan pengetahuan tentang keamanan. Di sisi lain ancaman malware ini menjadi pekerjaan rumah serius bagi institusi perbankan untuk semakin meningkatkan sistem keamanan mereka untuk melindungi para nasabahnya.