Jawab Tiga Pertanyaan Ini Sebelum Memutuskan Menjadi Wirausahawan

Bagi sebagian besar orang, ketika akan memutuskan memulai berwirausaha banyak hal yang harus dipertaruhkan. Pekerjaan yang sudah nyaman, penghasilan tetap, waktu bersantai hingga mental. Namun dewasa ini, khususnya di Indonesia, berwirausaha justru menjadi tren positif di kalangan usia produktif. Alih-alih sibuk mengejar capaian besar di korporasi ataupun sebagai pegawai negeri, banyak yang berminat terlibat dalam kewirausahaan, terlebih bagi para fresh graduate.

Nyatanya semangat di awal saja tidak cukup, karena selain strategi dan teknik dalam menjalankan bisnis, mental juga menjadi faktor penting yang harus dimatangkan. Untuk itu sedari awal sebelum memulai pastikan sudah tidak ada lagi keraguan.

Beberapa pertanyaan berikut bisa ditanyakan kepada diri sendiri untuk meyakinkan bahwa memilih menjadi pengusaha, dengan segala risikonya, adalah pilihan yang matang dan sempurna untuk direalisasikan.

Pertanyaan 1: Bagaimana jika saya mencoba lalu gagal?

Terkesan mematikan semangat, namun membawa imajinasi berbunga menuju realitas. Pertanyaan ini harus dijawab untuk memastikan bahwa sejak awal memutuskan untuk menjadi pengusaha sudah tahu risiko yang mungkin akan didapat. Bayangkan jika bisnis yang akan dijalankan gagal, bagaimana dengan modal yang sudah ditanamkan, tekanan sosial atas kegagalan atau carut-marut dari tatanan finansial keluarga.

Dari situ bisnis akan dimulai dengan tidak terlalu ambisius. Dijalankan secara bertahap dengan porsi yang tepat. Dan yang paling penting, selalu ada plan B, C dan seterusnya jika plan A mengalami kegagalan.

Pertanyaan 2: Lalu bagaimana jika saya berhasil?

Untuk mendefinisikan keberhasilan, perlu diketahui dulu ukuran sukses yang dimaksud seperti apa. Apakah sukses itu diukur dari uang yang didapat? Apakah capaian dalam kompetisi? Ataukah memiliki tujuan lain. Dari banyak cerita bisnis sukses, umumnya capaian tersebut memang didasarkan pada materi dan kepuasan pribadi. Siapa yang tidak senang jika perusahaan yang dibangun dari nol mendulang untung. Dan semua pasti senang jika dapat menjadi sosok menginspirasi, bagi para pegawainya maupun orang di sekitarnya karena berhasil membangun bisnis menjadi besar.

Pertanyaan ini membawa pada satu simpulan, bahwa untuk memulai suatu kegiatan wirausaha juga harus memiliki agenda yang kuat. Ini untuk memastikan bahwa di tengah perjalanan tidak goyah, karena apa yang ditargetkan sudah pasti, dan idealnya sudah tersusun roadmap-nya.

Pertanyaan 3: Lantas bagaimana jika saya memutuskan tidak mencoba?

Ini harusnya menjadi pertanyaan yang memiliki justifikasi paling kuat. Taruhan paling besar untuk seorang yang sedang memikirkan untuk memulai berwirausaha. Hal yang paling sederhana untuk menjawab dengan menanyakan kepada diri sendiri dan membandingkan dengan orang lain, misalnya “Jika Zuckerberg waktu itu memilih untuk berkarier sebagai developer di perusahaan besar, lantas apa kabar Facebook hari ini?” atau mungkin seseorang itu adalah kerabat dekat di lingkungan yang sudah sukses menjalankan bisnisnya sendiri.

Memang, tiga pertanyaan tersebut di atas membawa rasa takut ke dalam hati dan pikiran, seakan membuat perjalanan melangkah untuk berwirausaha jadi terasa makin berat. Namun di situlah cara menyeimbangkan antara angan-angan dengan realitas yang mungkin saja dihadapi, baik realitas baik ataupun buruk.

Memutuskan menjadi pengusaha memang seperti “berjudi”, namun dengan strategi dan hitungan yang matang, probabilitas hasil baik akan lebih besar.

Berpikir Selayaknya Startup

Startup digital tidak hanya membudaya di Indonesia, tren yang digadang-gadang berasal dari pusat inovasi di Silicon Valley ini berhasil diadaptasi di berbagai wilayah di seluruh dunia. Perkembangan infrastruktur teknologi, terutama broadband dan perangkat yang menghubungkannya, membuat sebaran semakin signifikan. Tren ini bahkan sudah mampu mengubah pola kehidupan pengguna sehari-hari.

Dari perjalanan bertumbuhnya startup di seluruh dunia tersebut, ada beberapa hal yang dapat dipetakan, menjadi sebuah pola pikir, cara kerja, hingga bagaimana mereka menciptakan kultur dalam lingkungannya. Berikut ini beberapa hal yang berhasil ditangkap baik tentang tech-entreprneur penggerak startup digital di dunia. Poin-poin berikut ini coba kami jabarkan dari sebuah presentasi yang dirilis Loic Le Meur.

Bagaimana memfokuskan pikiran untuk ide-ide cemerlang

“Pada pemikiran atau mindset seorang pemula akan selalu ada banyak kemungkinan, tapi pada pemikiran ahli sebaliknya, hanya ada sedikit kemungkinan,” — Shunryu Suzuki.

Meditasi dan mindfulness menjadi salah satu yang populer di lingkungan Silicon Valley. Sebagai sebuah rutinitas, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sebuah ajang untuk memusatkan dan menyegarkan pikiran untuk melahirkan dan mematangkan ide-ide baru. Ide dan konsep bisnis yang dilansir juga terus difokuskan pada konsumen. Dijabarkan dalam buku The Lean Startup karya Eric Ries, disimpulkan bahwa untuk memaksimalkan potensi bisnis baiknya memfokuskan untuk memberikan keuntungan bagi konsumen. Di luar itu hanya akan menjadi sesuatu yang kurang krusial.

Fokus kepada konsumen akan berdampak pada kualitas produk yang terukur. Apa yang dikembangkan menjadi benar-benar apa yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk menemukan formulanya tak ada cara lain, selalu belajar, entah sampai di manapun level capaian yang sudah didapat.

Memulai debut untuk penyelesaian masalah riil

Airbnb dimulai karena sebuah kegelisahan, kurangnya persediaan kamar hotel saat banyak permintaan di San Francisco. Uber dimulai dari kurangnya ketersediaan taksi di Paris. Ryan Hoover, pengembang Product Hunt, memulai bisnisnya hanya dari sebuah daftar email, guna memberdayakan komunitas kecil bagi orang-orang yang menggemari produk baru. Naval Ravikant dengan Angel List menyediakan email mingguan tentang Angel Investor yang terkurasi. Jamie Siminoff mencoba mewujudkan tiga ide startupnya dalam garasi rumah yang dimiliki, di awal sangat berjuang keras untuk mendapatkan pendanaan awal, namun saat ini telah memiliki 1000 pegawai bersama Ring.

Startup dimulai dari beragam proses, namun ada sebuah kata kunci yang dapat ditarik dari beberapa cerita awal pendirian startup-startup di atas, yakni “menemukan”. Mulai dari menemukan masalah yang belum terselesaikan, menemukan celah, atau menemukan sebuah ide yang bisa diaplikasikan dengan baik bersama kemampuan yang dimiliki. Nyatanya dari beberapa startup di atas idenya cukup sederhana. Angel List contohnya.

Membuat kehidupan menjadi mudah

“Saya hanya ingin lebih banyak mobil listrik di jalan raya,” — Elon Musk.

Sifat generasi millennial (entrepreneur) tidak menginginkan untuk memiliki semua hal, sangat berbanding terbalik dengan era saat kehidupan dipisah-pisahkan dalam kasta. Namun ada kepedulian mendasar yang sangat mempengaruhi mereka, yakni kebanggan ketika berhasil membuat kehidupan menjadi lebih mudah, dengan mencoba memberikan solusi atas isu sosial yang ada di masyarakat. Apa yang mereka lakukan ialah dengan menghadirkan pendekatan baru, atau menyempurnakan pendekatan yang sebelumnya sudah ada.

Mereka tidak peduli tentang persaingan dari menyalin sebuah proses, tapi selalu berusaha membuatnya menjadi lebih baik. Contoh Lyft dan Uber, Instagram Stories dan Snapchat Stories, dan sebagainya. Persaingannya justru bukan pada orisinilitas, tapi bagaimana menciptakan sebuah sistem yang paling nyaman bagi pengguna.

Tren dalam lingkungan pekerjaan

Modal finansial saja tidak cukup. Saat ini para pengusaha di Silicon Valley lebih suka mendekatkan diri pada investor yang memberikan lebih dari sekedar uang. Hal ini turut didopsi banyak startup di dunia. Beberapa startup memilih investor lantaran menginginkan insight yang dimilikinya untuk mengakselerasi proses ekspansi, beberapa di antaranya menginginkan tokoh senior dalam sebuah capital membantu membaiki struktur internal startup, dan sebagainya. Bagaimana mereka bekerja pun juga mengalami banyak penyesuaian.

Digitalisasi membukakan banyak pintu untuk melakukan penyesuaian. Salah satunya tren bekerja secara remote. Banyak founder yang melakukan kepemilikan atau kepemimpinan bisnis secara virtual, dan melegalkan pekerjanya untuk melakukan hal yang sama. Beberapa mengaku dengan virtual workspace terdapat keterbukaan yang lebih berarti, kendati tetap tidak meninggalkan model pertemuan secara langsung. Hal ini berdampak dari sebuah sistem kerja yang dituntut serba cepat.

Bagaimana mereka berhadapan dengan masalah

Gojek dan Uber banyak menerima penolakan di awal mereka berdiri, tapi sampai saat ini tetap terus beroperasi, bahkan membesar. Airbnb diilegalkan di beberapa wilayah, tapi tetap terus beroperasi dan terus melakukan ekspansi. Pengusaha selalu dapat menemukan jalan keluar. Hal ini lantaran apa yang ditawarkan kepada konsumen adalah lebih baik dari sisi efisiensi dan efektivitas. Salah satunya dengan membuat berbagai hal lebih transparan. Contohnya memberikan pengguna kesempatan langsung untuk menilai kinerja dengan rating.

Penanganan masalah yang dilakukan pengusaha dengan pendekatan inovasi. Ketika menemui khasus, sistem yang sudah dibangun tersebut dapat disesuaikan, karena sistem digital lebih bisa dipacu untuk menjadi dinamis.

Kecepatan dalam menggerakan roda bisnis

Media sosial, layanan email, chatting bot dan berbagai fitur lainnya membuat pengusaha dapat memberikan respon cepat kepada pelanggan. Membuat pelanggan nyaman dan percaya, namun memaksa bisnis harus cepat tanggap dalam menyesuaikan berbagai hal. Kecepatan dalam melakukan sebuah perubahan memang sudah menjadi syarat ideal bagi startup. Kecepatan dalam mengendalikan bisnis akan memberikan keuntungan dalam berbagai aspek. Kecepatan membangun produk akan menguatkan kompetisi. Kecepatan menelurkan hasil kerja membangun moral tim dan menghasilkan banyak ketertarikan hingga meningkatkan valuasi. Bisnis yang cepat juga harus selalu peka terhadap momentum.

Untuk itu bagi sebuah bisnis dinamis menentukan waktu akan lebih baik, ketimbang menentukan target output. Jadi pertanyaannya lebih kepada “produk apa yang dapat dibuat dalam waktu sekian hari?”. Sebuah produk digital akan berevolusi seiring penggunaannya.

Flickr sebenarnya bisa menjadi setenar Instagram dengan kapabilitasnya, tapi mereka tidak cukup cepat untuk berubah.

Keterbatasan membukakan jalan

Mengapa banyak starutp yang kini menang dan mendunia, karena di dalamnya menawarkan kebebasan dan keleluasaan. Tidak terpaku pada kebijakan tertentu, tidak ada studi kusus tertentu untuk memulai, tidak kewajiban quality assurance, tidak ada politik, bahkan kadang tidak ada pengeluaran pemasaran. Dari situ pengusaha digital belajar dari pengalaman. Pengusaha gagal lebih cepat, namun melakukan pivot, bukan menyerah untuk menemukan bakal kesuksesan yang baru. Contohnya kegagalan Glitch yang melahirkan Slack.

Semua bisa menjadi pengusaha digital. Berbagai kanal telah dibuka. Dan yang paling menguntungkan, semua pengusaha digital di dunia menekankan pada volunteer collaboration style. Berjuang dan belajar bersama untuk tumbuh dan besar bersama-sama, menciptakan sebuah ekosistem digital yang menyeluruh dengan spesialisasinya masing-masing.

Pengusaha menantang pemain bisnis terkini dengan menemukan kembali model bisnis baru dan secara konsisten terus inovasi yang telah ditemukan.

Sisi Buruk Menjadi Seorang Entrepreneur

Dari permukaan, mungkin memiliki startup dan menjadi seorang entrepreneur nampak sangat menyenangkan, menguntungkan, dan bergengsi. Terlebih jika melihat bagaimana Founder, CEO, dan jajaran manajemen startup lainnya sering menghiasi pemberitaan. Juga kerap dibahas di berbagai media ketika produk yang dibuat menjadi aplikasi favorit banyak orang dan pendapatan mulai mengalir menjadi pundi-pundi perusahaan.

Namun tahukah Anda begitu banyak pengorbanan dan kerugian yang kerap ditemui oleh seorang entrepreneur setiap harinya. Belum lagi dengan kemungkinan startup bisa mengalami kegagalan, kehabisan biaya operasional, berhentinya co-founder secara tiba-tiba, keterlambatan peluncuran produk, dan investor yang memutuskan tidak memberikan dana lanjutan.

Artikel berikut ini akan mengupas sisi lain yang cukup suram di dunia startup. Dibutuhkan keinginan yang besar serta mindset yang benar untuk bisa menjadi seorang entrepreneur, seperti ditulis Pardeep Goyal.

Frustasi

Ketika semua ide, produk, dan proses tidak berjalan dengan sempurna sesuai rencana, rasa frustasi akan menghantui Anda dan bisa mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang kemudian akan diambil.

Siapkan diri Anda untuk bisa menghadapi rasa frustasi setiap saat. Yang perlu diingat adalah rasa frustasi memang tidak bisa dihindari, tetapi paling tidak Anda bisa belajar dari semua kesalahan yang ada.

Kurang percaya diri

Menjadi entrepreneur artinya Anda harus bisa mengambil keputusan untuk keberhasilan usaha Anda sendiri. Seorang entrepreneur bisa jadi memiliki sifat kurang percaya diri terhadap semua keputusan yang harus diambil. Sebagai seorang entrepreneur, Anda tidak bisa secara terus menerus bertanya kepada orang lain atau mentor. Semua keputusan harus sepenuhnya Anda yang memutuskan.

Kebanggaan diri yang berkurang

Ketika kegagalan dalam menciptakan produk terjadi secara terus menerus, Anda pun kemudian mulai mempertanyakan kemampuan Anda. Apakah Anda cukup memiliki kapabilitas yang tinggi sebagai seorang entrepreneur?

Secara perlahan Anda mulai meragukan semua keputusan, ide, dan inovasi yang dilancarkan. Untuk bisa terbebas dari rasa tersebut, dibutuhkan ketegaran dan ketahanan menghadapi semua kesulitan.

Kecanduan bekerja

Menjadi seorang entrepreneur artinya Anda memiliki perusahaan sendiri dan semua keberhasilan ditentukan sejauh mana Anda giat bekerja. Secara perlahan Anda pun mulai menjadi seorang workaholic dan kecanduan bekerja. Kebanyakan dari mereka kemudian mulai beralih kepada alkohol atau rokok untuk mengurangi stres yang kerap melanda.

Kesulitan tidur

Tanggung jawab yang besar membuat Anda kerap melewatkan waktu tidur demi menyelesaikan tenggat waktu, melayani pelanggan, dan meluncurkan produk. Akibatnya Anda pun akan kesulitan menyesuaikan waktu tidur yang benar dan terkadang bekerja di waktu yang tidak “biasa”. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang paling sering dialami oleh entrepreneur.

Hubungan keluarga terganggu

Tanpa disadari Anda pun akan mulai kehilangan waktu bersama dengan keluarga, teman, kekasih, dan orang tua karena begitu banyaknya pekerjaan yang harus Anda selesaikan. Ketika Anda memiliki waktu yang cukup bersama keluarga, sebagian besar topik pembicaraan hanya seputar urusan pekerjaan, kesulitan mendapatkan dana, proses pencarian karyawan yang rumit, atau masalah lainnya.

Kebiasaan makan yang salah

Kesibukan yang menyita waktu Anda terkadang membuat Anda melewatkan waktu istirahat hingga makan. Hal yang paling sering dialami entrepreneur muda yang masing lajang dan belum berkeluarga adalah tidak terlalu memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Mereka memilih untuk melupakan atau sekedar memakan makanan yang mudah dan cepat dikonsumsi.

Cara Terbaik Pemimpin Perempuan Menjadi Mentor atau Role Model

Percaya diri, motivasi tinggi serta kemampuan untuk bertahan, ternyata belum cukup untuk bisa membantu untuk meningkatkan karier dan eksistensi perempuan muda sebagai seorang entrepreneur atau profesional. Diperlukan cara yang lebih fokus dan bersifat repetitif, agar bisa membantu karier para perempuan muda untuk bisa tampil menawarkan kemampuan yang ada.

Artikel berikut ini akan membahas beberapa poin yang ternyata diperlukan untuk Anda profesional perempuan, yang saat ini tengah mencari jalan serta arah yang tepat untuk menjalankan bisnis dan meningkatkan karier.

Di lain pihak, bagi Anda entrepreneur perempuan yang sudah mapan, memiliki posisi yang cukup krusial untuk kemajuan para calon entrepreneur perempuan bisa menjadi role-model atau mentor, seperti yang ditulis oleh Perry Yeatman, seorang entrepreneur perempuan yang juga menjabat sebagai CEO of Perry Yeatman Global Partners.

Role-model

Jika saat ini Anda sebagai entrepreneur perempuan sudah memiliki cukup pengalaman dan terbukti sukses menjalankan bisnis dan mendapatkan penghasilan yang stabil, sudah saatnya untuk memposisikan diri Anda menjadi seorang mentor atau role-model. Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membantu para calon entrepreneur perempuan dengan memberikan arahan, gambaran dan pandangan yang cukup luas terkait mendapatkan karier yang sukses dan bertahan lama.

Dalam hal ini Perry Yeatman dari Global Partners selalu memberikan dukungan berupa rencana serta kemungkinan yang bisa didapatkan oleh para perempuan jika ingin sukses meniti karier, apakah itu seorang ibu muda atau perempuan yang masih single, semua bisa dilakukan untuk bisa mencapai tujuan akhir yaitu menjadi seorang CEO.

Mengklarifikasi ambisi

Hal selanjutnya yang bisa dilakukan oleh Anda selaku mentor atau role-model adalah mengklarifikasi ambisi jangka waktu yang ingin dicapai dan minat yang dipilih. Atur waktu khusus untuk bisa mendengarkan dan mengurai semua keinginan yang ada dan berikan arahan yang tepat dan jelas kepada mereka. Hal yang tidak kalah penting adalah untuk menekankan kepada mereka bahwa semua kegiatan dan negosiasi yang dilakukan harus sepenuhnya memberikan keuntungan yang adil untuk bisnis yang dijalankan dan tentunya apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Coaching, mentoring dan sponsoring

Masing-masing kegiatan ini memiliki peranan penting dan wajib untuk diterapkan kepada calon entrepreneur dan profesional perempuan, namun sebelumnya Anda sebagai mentor atau role-model harus memastikan terlebih dahulu posisi saat ini, apakah Anda saat ini atasan dari mereka, rekan kerja, kenalan dari kerabat dan teman. Dari sini kemudian mulai lakukan pendekatan yang sesuai, berikan dukungan, motivasi dan konsultasi yang tepat untuk mereka. Agar bisa memonitor penting untuk Anda menjadi pendengar yang baik, memperhatikan dan memberikan masukan serta kritikan yang jujur demi kemajuan bisnis dan karier mereka.

Pada dasarnya semua perempuan muda yang tertarik untuk terjun sebagai entreprenur atau berkarier secara profesional bersedia untuk bekerja keras, namun demikian tanpa adanya dukungan dan motivasi, upaya mereka akan menjadi lebih berat dan sulit untuk bergerak maju. Di sinilah peranan Anda sebagai mentor atau role-model bisa membantu dan memuluskan keingin para calon entrepreneur dan profesional perempuan.

5 Hal Yang Memantapkan Pilihan Menjadi Wirausahawan

Menjadi wirausahawan kini menjadi impian banyak pemuda di Indonesia. Ada yang sudah sejak dini memulai, ada pula yang masih terus menunda-nunda untuk memulai. Dari berbagai sumber yang kami himpun, pada dasarnya kewirausahaan banyak diartikan sebagai sebuah “pola pikir”, tentang keterampilan dan ide-ide besar yang dituangkan dalam kegiatan ekonomi.

Berikut ini beberapa pertimbangan yang bisa ditanyakan kepada pribadi masing-masing yang terus berambisi menjadi seorang pengusaha.

(1) Tidak ada waktu yang tepat

Poin pertama ini disimpulkan dari sebuah kalimat super yang pernah diutarakan salah satu pengusaha sukses di Indonesia, Bob Sadino. Dalam kalimatnya ia mengatakan “bisnis yang bagus adalah bisnis yang dikerjakan”. Sedangkan bagi para pemula sering terjebak waktu tunggu. Mereka menganggap untuk memulai usahanya harus menunggu waktu yang tepat. Namun sayangnya tak pernah ada waktu yang benar-benar tepat untuk memulai, kecuali sesegera mungkin. Karena waktu yang tepat akan datang ketika kita telah memulainya.

(2) Tidak harus menguasai semua hal

Setelah pusing memikirkan kapan waktu memulai, biasanya hal berikutnya yang mengganjal adalah seputar ketakutan apakah kita bisa melakukan ini, melakukan itu dan sebagainya. Tentu saja, dalam menjalani sebuah usaha akan banyak hal yang bisa diadaptasi dan ada pula hal yang tidak bisa dilakukan, sehingga harus melibatkan orang lain untuk menyelesaikannya. Hal ini ditakutkan sebagian besar orang, namun sejatinya dari berbagai cerita wirausaha sukses yang pernah ada, selalu saja ada jalan untuk menyelesaikannya.

Pola pikir tentang berbagai informasi ada di luar sana perlu untuk ditanamkan. Apalagi saat ini internet sudah menjadi media informasi luar biasa. Segala sesuatu hanya membutuhkan untuk dipraktikkan di awal, dari situ akan diterima sebuah pelajaran berharga untuk melangkah lebih mantap dengan cara yang benar.

(3) Permasalahan tentang uang

Jelas uang menjadi salah satu bagian terpenting untuk memulai bisnis, untuk permodalan. Keputusan berkaitan dengan uang memang sering kali menjadi salah satu yang dinilai paling berisiko. Memulai usaha membuat seseorang harus bertaruh. Namun keyakinan seorang pengusaha lebih sering ingin selalu memutar uang yang dimiliki sebagai modal untuk menghasilkan uang yang lebih banyak. Poin ini lebih banyak menguji jiwa kewirausahaan seseorang.

(4) Melangkah mundur untuk melompat lebih tinggi

Menurut Co-founder dan COO InternetReputation.com Logan Chierotti, definisi wirausahawan adalah menaklukkan kemunduran. Karena ketika seseorang memulai usahanya dari nol, maka secara tak langsung ia sedang melangkah mundur dari kehidupan yang sudah nyaman ia jalani sebelumnya. Namun kemunduran tersebut bukanlah sebuah kesalahan, dan bukan juga menjadi alasan untuk berhenti. Karena jika semangat berwirausaha menggelora, maka kemunduran ini akan memotivasi diri untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang pernah diperoleh sebelumnya. Melangkah mundur untuk berancang-acang melompat lebih tinggi.

(5) Penghasilan akan mengikuti apa yang dihasilkan

Ketika seseorang berhasil membuat karya dalam bisnisnya dengan baik, maka pelanggan akan memberikan apresiasi sesuai dengan kualitas nilai yang dihasilkan. Yakinkan diri kita untuk senantiasa fokus pada produk atau layanan yang ingin dihadirkan, fokuskan pada kualitas. Karena uang yang akan dibayarkan konsumen akan senantiasa mengikuti pada hasil kinerja tersebut.

Lima Rasa Takut Yang Menghambat Kesuksesan Calon Wirausahawan

Dibutuhkan keberanian besar untuk memulai sesuatu yang baru, mengubah nasib dan gaya hidup. Apakah itu beralih profesi hingga keputusan untuk menjadi seorang pengusaha. Banyak para profesional yang pada akhirnya tetap bekerja sebagai pegawai atau stuck di posisi yang ada, karena kurangnya mental berani yang dimiliki.

Rasa takut yang berkepanjangan bisa menghambat seseorang untuk memulai sesuatu hal yang baru, terutama jika langkah baru yang akan diambil memiliki risiko yang besar serta harus membuat seseorang bertaruh pada sesuatu, seperti keraguan akan prospek dalam waktu ke depan.

Banyak yang harus dipertaruhkan dalam kehidupan yang dijalani saat ini, sehingga rasa takut pun sulit untuk dihindari. Idealnya adalah seorang pengusaha harus memiliki mental yang cukup tebal dan pastinya siap untuk menghadapi semua rasa kekhawatiran yang ada.

Berikut ini adalah 5 rasa takut yang biasanya membayangi para calon pengusaha ketika hendak mulai melakukan inovasi dan perubahan yang besar dalam kehidupan.

Takut dikritik

Ketika mulai menjalankan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan yang cukup besar di kehidupan, kalangan terdekat seperti keluarga, orang tua dan teman adalah orang-orang yang pertama bakal mengkritisi bahkan meragukan keputusan yang diambil. Jika seseorang mampu menyakinkan mereka bahwa keputusan yang diambil adalah benar dan sudah tepat, bisa menjadi langkah awal ketika nanti seseorang tersebut telah memiliki perusahaan sendiri atau mulai membangun usaha, akan lebih terbiasa menghadapi kritikan dan mampu untuk mengendalikannya.

Takut kehilangan penghasilan

Kepentingan untuk bisa bertahan hidup, membayar semua kebutuhan sehari-hari serta penghasilan yang tetap terkadang membuat seseorang merasa enggan untuk memulai usaha baru dari awal. Rasa takut kehilangan uang dan penghasilan merupakan salah satu alasan yang bisa menghambat kemajuan diri. Insting untuk bertahan hidup menyulitkan seseorang untuk maju dan melakukan perubahan yang drastis sebagai wirausahawan. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah keluar dari ‘comfort zone’ dan mulai gali lebih dalam potensi diri agar bisa keluar dari rasa takut yang ada.

Takut gagal

Pernyataan yang satu ini pastinya kerap menghampiri bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan yang baru dan tentunya berbeda dari rutinitas sehari-hari. Kekhawatiran untuk gagal menjalankan usaha, memimpin tim hingga meluncurkan produk tidak bisa dihindari dengan mudah. Yang perlu diingat adalah sudah banyak para pengusaha sukses yang mengalami kegagalan di awal karier dan usaha, namun pada akhirnya banyak juga di antara mereka yang menuai kesuksesan, intinya adalah ketika kegagalan datang pada usaha, coba pelajari, koreksi dan bangun kembali motivasi yang ada.

Takut terlihat kurang cerdas

Terkadang ide yang awalnya terlihat ‘tidak masuk akal’ akan mengundang pertanyaan besar dan tanggapan yang cenderung negatif dari kalangan sekitar. Jika seseorang yakin dengan produk yang dimiliki dan pada akhirnya bisa membuktikan fungsi serta manfaat dari ide yang Anda ciptakan, takut terlihat kurang cerdas di kalangan umum akan dapat teratasi. Semua tentu saja kembali lagi kepada pribadi masing-masing, sejauh mana bisa tampil dengan baik dalam hal melempar ide dan produk kepada publik.

Takut sukses

Tidak semua orang mau mengambil risiko untuk mendapatkan kesuksesan lebih. Karena hal tersebut merupakan proses panjang yang memerlukan dedikasi, kegigihan dan kemampuan yang terbaik. Banyak di antara kita yang hingga kini diajarkan untuk menerima semua hal apa adanya dan tidak usah bermimpi setinggi langit untuk mendapatkan kesuksesan. Hal tersebut bisa menjadi kebiasaan yang pada akhirnya mengurangi motivasi dan kurangnya rasa percaya diri dalam perjalanan karier seseorang.

Pada akhirnya jika seseorang memiliki keyakinan dan tujuan yang jelas, kesuksesan bisa diraih dengan mudah, dan stabilitas serta pertumbuhan usaha akan berjalan dengan alami. Seseorang pun bisa lebih baik menguasai keadaan dan menerima kesuksesan tanpa rasa khawatir.

Pembelajaran Kegigihan Wirausaha Ala Jon Kolko

Menantang peserta didik untuk belajar dan memahami dunia nyata / Shutterstock

Austin Center of Design (AC4D), sebuah lembaga pendidikan non-formal di Texas, menjadi salah satu yang menerapkan model pengajaran yang cukup berani. Jon Kolko mencoba mengajarkan kegigihan berwirausaha (entrepreneurial hustle) yang mensyaratkan siswa menghasilkan profit dari dana pinjaman. Bermodalkan $1000 dari investor AC4D, siswa ditantang untuk dapat menghasilkan sebuah ide bisnis dan keuntungan $1000 darinya. Continue reading Pembelajaran Kegigihan Wirausaha Ala Jon Kolko

Empat Strategi Media Sosial untuk Startup Anda

Media sosial dewasa ini adalah platform yang paling sering dimanfaatkan oleh startup untuk mendapatkan pertumbuhan secara organik. Kekuatan sosial media yang mampu menjangkau khalayak secara mudah dan murah, menjadi “senjata” yang menarik bagi startup dalam usahanya menarik lebih banyak pengguna. Beberapa praktisi membagikan tips-nya tentang bagaimana mengelola media sosial sebagai sarana pemasaran startup yang ampuh.

Senior Associate PRecious Communications Soraya Rosadha yang memiliki pengalaman dalam bidang komunikasi pemasaran, public relations, media sosial, dan manajemen brand mengatakan bahwa mengelola media untuk startup adalah salah satu metode untuk menjaga hubungan baik terhadap publik dan juga mengomunikasikan brand values secara konsisten. Dengan menggunakan media sosial, startup dapat mengembangkan komunitasnya secara organik dan membangun keberlangsungan bisnis jangka panjang.

Ia berpendapat media sosial bagi startup mempunyai fungsi vital. Media sosial bisa menjadi sebagai sarana penelitian untuk memvalidasi produk layanan baru, membangun ketertarikan pasar mengenai produk, dan juga mengikutsertakan pengguna media sosial dalam menghasilkan konten relevan yang akan meningkatkan traffic ke situs Anda.

Dengan berbagai fungsi yang dimilikinya, Soraya membagikan tips yang perlu diperhatikan untuk merencanakan dan mengelola media sosial mereka:

1. Membangun hubungan dengan pasar yang dituju

Saat ini, 33% of 251 juta dari orang Indonesia menggunakan Internet,  namun untuk membangun hubungan dengan khalayak yang tepat, startup disarankan untuk memahami lansekap media sosial.

Sebelum menyusun strategi media sosial, Soraya menyarankan untuk menjawab pertanyaan berikut: “Apakah business objectives dan tujuan media sosial bagi bisnis saya?”, “Siapa targetnya?”, “Di mana mereka berada?”, “Apakah produk atau layanan ini relevan hanya untuk Jakarta? Apakah Makassar dan Surabaya merupakan market yang menjanjikan?”

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menentukan cara mengendalikan strategi media sosial bagi startup Anda.

2. Memilih channel yang tepat

Setelah mendefinisikan business objectives dan target pasar di media sosial, pemilihan channel sangat krusial. Channel yang biasa digunakan target pasar adalah tempat yang tepat untuk mengenalkan startup dan membangun hubungan publik. “Jika produk Anda adalah B2B service, LinkedIn adalah salah satu toolyang tepat. Jika produk Anda adalah e-commerce di industri fashion, Anda dapat mempertimbangkan Instagram dan Pinterest untuk mendorong posts yang menginspirasi para pecinta fashion,” ujar Soraya.

3. Pengelolaan konten dan visual

“Memberikan penjelasan mengenai bagaimana menggunakan website baru Anda atau mengapa pasar membutuhkan produk Anda dengan dua halaman blog sudah tidak lagi diminati pasar Indonesia. Pahami konsep why me why now? Untuk membangun ketertarikan pasar mengenai produk yang Anda miliki, kembangkan konten yang lebih konsumer-sentris yang bersifat mengedukasi dan memberikan insight bagi pasar. Anda dapat menggunakan konten visual, seperti video dan infographics untuk menjelaskan hal kompleks,” lanjut Soraya.

Pendiri dan CEO marketplace fashion Muslim HijUp Diajeng Lestari membongkar rahasianya memiliki lebih dari 125 ribu subscriber dan lebih dari 16 juta views di YouTube, “Pertama, audience biasanya tertarik pada konten yang baik dan menarik. Kami fokus pada hal tersebut, bagaimana membuat konten yang baik dan menarik bagi audience. Kedua, kami fokus pada satu tema utama, yaitu ‘Hijab’. Jadi audience juga dapat dengan mudah memahami konten yang kami kampanyekan.”

Soraya mengingatkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia berada dalam kondisi mobile,  maka waktu yang tepat untuk posting akan sangat menentukan relevansi konten sekaligus mendorong engagement dengan komunitas di media sosial.

4. Tim media sosial dan eksekusi

Pada tahap awal biasanya startup menghadapi tantangan untuk mengelola media sosial. Sangatlah penting untuk menentukan tujuan pemanfaatan media sosial, apakah itu untuk customer service atau lebih banyak berkutat membentuk komunitas online.

Setelah itu Soraya menyarankan untuk menyiapkan  content calendar yang berisi konten-konten relevan bagi komunitas Anda, Ia juga menyarankan untuk menyiapkan daftar pertanyaan dan jawaban yang kemungkinan akan ditanyakan oleh pengguna media sosial.

Co-Founder layanan online dating Setipe Razi Thalib mengatakan bahwa ia menggandakan fungsi media sosial, yakni sebagai  saluran untuk customer service sekaligus wadah mengedukasi dan memotivasi orang untuk mencari pasangan. Kampanye terbaru yang dibuat Setipe adalah “Misi Penyelamatan Jomblo”.

Hal terakhir yang tidak boleh dilupakan dan diabaikan adalah membentuk tim media sosial atau menunjuk orang yang bertanggung jawab. Soraya menyarankan orang tersebut tidak hanya bisa update status tetapi paham esensi media sosial adalah 24/7.

“Sangat penting untuk social media manager selalu me-monitor dan juga mendengarkan apa saja yang diperbincangkan di media sosial yang relevan dengan bisnisnya, sehingga dapat membantu dalam evaluasi penggunaan sosial media ke depannya apakah efektif atau tidak,” ungkap Soraya.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi. Ada perubahan judul dari artikel asli tanpa mengubah maksud dan tujuan artikel. 

Consider These Five Questions Before Appointing Your Co-Founder

The fastest way to be failed in determining the ‘Yin’ for your ‘Yang’ is by doing it in a rush. It takes a deep research and analysis to find out the finest one. This applies not only when you’re searching for a best friend for your life, but also in looking for a suitable Co-Founder for your business. Tom Gimble, LaSalle Network’s CEO, suggested that there are five things that a Founder should consider before appointing his Co-Founder. Continue reading Consider These Five Questions Before Appointing Your Co-Founder

Pertimbangkan Lima Pertanyaan Ini Sebelum Memilih Co-Founder

Ilustrasi Mencari Partner / Shutterstock

Jalan tercepat untuk gagal ketika menjalin sebuah hubungan adalah dengan membuat keputusan yang terlalu cepat dalam menentukan siapa “Yin untuk Yang Anda”. Tentu saja Anda akan menyukai siapapun “yang mengatakan hal benar”, tetapi sama seperti setiap hubungan lain Anda pun harus menggali dan menganalisis kompatibilias saat memilih Co-Founder Anda. Founder dan CEO LaSalle Network Tom Gimble mengemukakan, setidaknya ada lima hal yang harus dipertimbangkan sebelum memilih Co-Founder.

Continue reading Pertimbangkan Lima Pertanyaan Ini Sebelum Memilih Co-Founder