Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid Jadi Direktur Digital Business Telkom Group

Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid segera diangkat menjadi Direktur Digital Business Telkom Group dalam RUPS yang digelar siang ini. Menurut sejumlah sumber media, Fajrin, yang saat ini menjabat President Bukalapak, akan menggantikan Faizal R. Djoemadi sebagai Direktur Digital Business.

Fajrin, yang tahun ini berusia 34 tahun, adalah Direktur “milenial” yang sudah dibocorkan Menteri BUMN Erick Thohir sejak beberapa hari yang lalu.

Berlabuhnya Fajrin ke Telkom Group bakal menjadi tanda end of an era di Bukalapak. Bukalapak menjadi startup unicorn pertama Indonesia yang tidak lagi memiliki satupun co-founder di jajaran manajemen.

Sebelumnya salah satu marketplace terbesar di Indonesia ini sudah ditinggalkan dua orang co-founder, Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono, yang telah mengundurkan diri dari perusahaan tahun ini dan secara bersama membangun perusahaan modal ventura Init-6.

Fajrin, menurut sumber yang kami terima, menjadi kandidat terpilih di antara empat penggiat startup yang disebut mengikuti fit and proper test. Ia memiliki latar belakang pendidikan teknologi informasi dan pernah bekerja di konsultan bisnis ternama BCG. Tampaknya profilnya pas dengan DNA Telkom untuk tetap relevan mengarungi industri digital ke depannya.

Telkom Group saat ini memiliki berbagai unit digital, termasuk bisnis marketplace Blanja (sebagai hasil kemitraan dengan eBay) dan platform pembayaran digital LinkAja. Berlabuhnya Fajrin di Telkom Group diharapkan bisa mendorong implementasi ide-ide inovasi segar yang lebih baik.

Cerita Startup Lokal Memperoleh 1000 Pengguna Pertamanya

Aplikasi-aplikasi konsumer yang dibangun startup dan telah dikenal masyarakat pasti sudah melalui berbagai proses panjang sejak pertama kali dirintis. Bagaimana kisah mereka mendapatkan 1000 konsumen pertama menjadi kisah menarik untuk disimak karena strategi mereka bisa saja masih relevan dan dapat direplikasi startup lainnya.

Menurut Lenny Rachitsky, pada dasarnya ada tujuh strategi yang dipakai startup untuk meraup 1000 pengguna pertama. Mereka adalah: 1. Masuk ke ranah online; 2. Masuk ke offline; 3. Mengundang teman sendiri; 4. Menciptakan FOMO; 5. Perbesar basis influencer; 6. Diliput media; dan 7. Bangun komunitas.

Temuan yang paling menarik adalah kebanyakan strategi populer adalah mendatangi langsung lokasi konsumen, entah online, offline, atau melalui teman. Perlu dicatat, strategi untuk mendapat 1000 pengguna akan sangat berbeda dari 10 ribu pengguna berikutnya. Ada perbedaan strategi yang perlu dilakukan.

Artikel itu menyebutkan beragam strategi awal aplikasi yang kini sudah mendunia, seperti Tinder, Uber, Snapchat, Etsy, Pinterest, Dropbox, TikTok, Netflix, Facebook, dan masih banyak lagi.

Kami pun mencoba menanyakan hal serupa  untuk startup lokal tersohor di Indonesia (minimal berstatus centaur) yang produknya sudah dikenal banyak orang.

Bukalapak

Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak
Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak

Sebagai Co-Founder Bukalapak, Fajrin Rasyid bercerita, untuk mendapatkan 1000 pengguna pertama ia dan tim memilih untuk masuk ke forum-forum online untuk membangun komunitas, yang diawali dengan komunitas pesepeda. Menurutnya, ini penting buat Bukalapak, sebagai marketplace, untuk membangun dua tipe pengguna sekaligus, yakni pelapak dan pembeli.

“Komunitas merupakan salah satu sarana yang memiliki sekaligus kedua tipe tersebut. Hingga sampai saat ini pun, komunitas kami anggap sebagai bagian penting dari Bukalapak. Kini komunitas [yang kami rangkul] sudah tersebar di 142 kota di seluruh Indonesia,”ujarnya.

Dalam beberapa bulan kemudian, sambungnya, Bukalapak berhasil mencapai 1000 pengguna. Komunitas sepeda akhirnya menjadi melekat menjadi bagian tubuh Bukalapak, sejak perusahaan berdiri di 2011.

“Jadi apabila seseorang hobi bersepeda, besar kemungkinannya dia akan familiar dengan Bukalapak karena sebagai pesepeda, biasanya orang seringkali menjual dan membeli part-part sepeda. Bukalapak menjadi tempat “nongkrong” yang memenuhi kebutuhan tersebut.”

Modalku

Modalku

Sebagai startup p2p lending, Modalku juga punya cerita sendiri mengawali perjalanannya mendapat 1000 pengguna pertama. Istilah p2p lending sendiri sebenarnya relatif baru buat orang Indonesia. Modalku menjadi salah satu pelopornya.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, perusahaan menerapkan strategi komunikasi pemasaran terintegrasi untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap kehadiran Modalku. Cara itu dianggap tepat untuk mengawali perjalanan perusahaan di 2016, di Indonesia belum banyak orang yang tahu dan paham tentang platform p2p lending.

“Cara paling dekat kami sharing ke teman sendiri, kemudian memberikan edukasi kepada masyarakat melalui peliputan media, channel, offline, dan online,” kata Reynold.

Menjadi pembicara di berbagai acara diskusi yang turut dihadiri target Modalku, seperti UMKM dan investor, juga turut dilakoni. Reynold menyebut strategi berbagai channel ini dirasa cukup efektif buat Modalku. Kenaikan jumlah pengguna, menurutnya, sejalan juga dengan inovasi yang dilakukan perusahaan, baik dari segi layanan maupun produk.

“Ketika pengguna sudah percaya solusi yang ditawarkan Modalku dan merasakan manfaatnya, rekomendasi dari pengguna ke lingkungan terdekat mereka akan mempengaruhi peningkatan angka pengguna Modalku.”

Moka

Aplikasi Moka

Startup mesin kasir online yang kini menjadi bagian Grup Gojek juga berbagi kisah terkait strategi awalnya mendapatkan 1000 pengguna pertama. Community Manager Moka Debby Lufiasita bercerita, strategi yang diambil Moka sedikit berbeda, lantaran produknya menyasar pasar B2B, bukan B2C.

Uuntuk masuk ke ranah offline, Moka perlu tap-in ke acara yang bertema pameran bisnis untuk mendapat pengguna dalam jumlah signifikan. Perusahaan juga membuat kegiatan offline dengan format seminar atau workshop untuk pemilik bisnis dari kategori tertentu dengan brand cukup terkenal. Tujuannya agar mereka bisa belajar dari figure pebisnis lainnya.

“Begitu juga dengan online presence, merupakan salah satu hal terpenting untuk memperkenalkan produk yang kita tawarkan ke market. Hal ini juga dilakukan Moka dalam mendapatkan 1000 pengguna pertamanya, dengan digital marketing. Pengaruhnya signifikan dalam memperkenalkan terlebih dahulu tentang Moka, kurang lebih 50% leads calon pengguna dihasilkan dari tim digital marketing.”

Menjalankan strategi secara online dan offline menjadi jalan buat perusahaan mengedukasi calon pengguna, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas solusi dan manfaat yang ditawarkan produknya.

Tanihub

Sebagai salah satu startup agritech terkemuka, saat awal dirintis Tanihub sangat mengandalkan strategi masuk ke ranah offline dan dibantu peliputan media. Co-Founder Tanihub Group dan Business Unit Production Manager TaniSupply Michal Jovan Sugianto mengatakan, kedua strategi ini tepat untuk Tanihub yang fokus bisnisnya B2C.

“Hal ini juga penting untuk kami merambah ke B2C karena di masa-masa awal berdiri, hampir seluruh pelanggan kami adalah segmen B2B. Kiprah kami di offline activity untuk saat itu disebut “pop event” membantu kami untuk menarik banyak user B2C, mengingat produk yang kami jual adalah produk segar,” katanya.

Pelanggan B2C cenderung ingin memeriksa langsung barang-barang fresh, yaitu disentuh/dipegang, cek aroma, dan sebagainya. Dengan aktivitas offline ini, acara dibuat sedemikian rupa agar menarik, misalnya membekali para SPG tentang visi misi perusahaan dan menata display dengan menarik.

Sementara untuk peliputan media, perusahaan sejak awal membangun relasi karena sangat mendongkrak exposure. Grafik publikasi tentang Tanihub sempat melonjak pesat saat disebut Presiden Joko Widodo dalam debat capres di awal 2019. Sejak saat itu, publikasi Tanihub terus meningkat, terutama saat fundraising ataupun ekspansi.

“Peran media bagi kami sangat penting karena exposure di media adalah cara paling efektif untuk menarik konsumen agar mereka tahu/aware dahulu mengenai Tanihub. Sebab, konsumen biasanya tidak akan mau langsung membeli produk jika mereka tidak mengenal apa yang akan dibeli.”

Dari perpaduan strategi offline dan peliputan media, Tanihub mencapai 1000 orang pengguna sebelum Harbolnas 2018. Tanihub kembali fokus ke pasar B2C di akhir tahun 2018 setelah sempat fokus di pasar B2B.

“[..] kami [sempat] shifting ke B2B karena kami melihat B2C tidak scaling up. Sejak saat itu, mayoritas porsi bisnis kami disumbang B2B. Namun, kami memutuskan meluncurkan kembali app B2C pada akhir 2018.”

Relevansi strategi dengan masa kini

Fajrin melanjutkan, tujuh strategi yang dipaparkan Lenny Rachitsky secara umum relevan, meski tidak semuanya bisa dilakukan. Dia menyarankan startup untuk memilih satu atau beberapa yang paling sesuai dengan kondisi startup tersebut. Mereka juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan tren yang perlu disesuaikan.

Dia mencontohkan, ketika berbicara media online atau media sosial pada 10 tahun lalu, maka salah satu yang terpikir adalah Multiply. Sekarang yang terpikir adalah Instagram dan TikTok. Penting bagi para founder untuk terus update dengan perkembangan terkini agar konten yang disampaikan dapat menjadi relevan.

Reynold sependapat dengan hal tersebut. Strategi awal mendapat 1000 pengguna pertama pada dasarnya harus kembali disesuaikan dengan model bisnis masing-masing startup baru. Setiap startup memiliki industri usaha dan segmentasi target yang berbeda, sehingga pendekatannya pun berbeda.

“Selama strategi digunakan tepat sasaran dan konsisten, sebuah startup bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna. Perlu diingat bahwa semakin ke depan, tentunya perilaku konsumen juga akan berubah, sehingga perlu inovasi dari strategi yang sudah ada,” tuturnya.

Co-Founder Tanihub Group dan VP of Product Tanihub Group William Setiawan menuturkan, strategi selalu tergantung dengan industri yang digeluti oleh startupnya. Sebagai contoh, menciptakan FOMO menurutnya tidak terlalu relevan dengan pasar e-commerce. Startup lain juga membutuhkan bentuk-bentuk strategi gabungan dan tidak dapat bergantung pada salah satu strategi saja.

Khusus untuk Tanihub, strategi masuk ke offline dan peliputan media adalah strategi paling relevan untuk perusahaan dan dipastikan akan terus relevan. “Meskipun offline marketing activity ditiadakan selama pandemi Covid-19 berlangsung, kami meningkatkan exposure di social media melalui bantuan influencer, serta mengadakan program Patriot Tanihub, yaitu mengajak individu menjadi agan pemasaran Tanihub secara freelance,” tutupnya.

Fajrin Rasyid: Berangkat dari Misi Sosial Menjadi Bisnis yang Berkelanjutan

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Fajrin Rasyid menjadi salah satu nama yang dikenal di industri startup. Dia adalah Presiden dari platform e-commerce terkemuka di Indonesia. Selain itu, ia juga merupakan lulusan ilmu teknologi dari universitas lokal terkemuka, Institut Teknologi Bandung. Suatu hari, ia memutuskan untuk membantu dua temannya dari almamater yang sama untuk menciptakan sesuatu yang berdampak bagi orang-orang dengan menggunakan kemampuan teknologi mereka.

Sebelum berkutat dengan Bukalapak, Fajrin telah berpengalaman bekerja di BCG (Boston Consulting Group), sebuah perusahaan konsultan bergengsi, sebelum ia berangkat dan fokus pada bisnis. Sejak dulu, ia memiliki hasrat untuk berkontribusi lebih banyak bagi orang lain, terutama UKM di seluruh negeri ini, dan ia membawa semangat itu ke Bukalapak untuk menciptakan lebih banyak dampak di masyarakat

Sebelumnya, ia memimpin tim finansial perusahaan, kemudian naik ke kursi Presiden pada tahun 2018. Selama masa pemerintahannya, Bukalapak telah berkembang dari produk inisiatif dampak sosial menjadi bisnis yang lebih berkelanjutan yang memberdayakan lebih dari 5 juta pedagang online dengan 70 juta pengguna di seluruh penjuru Indonesia. Bukalapak menjadi salah satu dari 6 unicorn Indonesia dengan valuasi $2,5 miliar sebagaimana tertulis dalam Startup Report DailySocial 2019.

List of unicorn startups in Indonesia
Daftar startup Unicorn di Indonesia / DailySocial

Untuk cerita yang lebih mendalam dari pemimpin unicorn, mari kita lihat kutipan wawancara dengan tim DailySocial di bawah ini

Memasuki dekade kedua di industri digital, bagaimana Anda menggambarkan perjalanan karir selama ini?

Saya hanyalah seorang pelajar dari kota yang tidak terlalu besar dan keluarga sederhana di Pekalongan. Namun, saya memiliki mimpi yang cukup besar untuk bisa berhasil di industri teknologi. Saya sempat bekerja di sebuah perusahaan konsultan bernama Boston Group Consulting (BCG), tetapi memutuskan untuk pensiun lebih awal untuk membantu dua teman saya yang lain, Zaky [Sragen], dan Nugroho [Karanganyar] untuk mengembangkan bisnis dari awal.

Indonesia selalu menjadi negara yang sangat bergantung pada industri UKM. Sekitar 60% ekonomi berasal dari UKM. Di tahun 2010, kami memulai Bukalapak dengan visi untuk membantu masyarakat, terutama mereka yang memiliki usaha kecil-menengah di seluruh Indonesia.

Ketika kami memulai Bukalapak sebagai produk, kami juga membuka layanan konsultasi TI berbasis proyek bernama Suitmedia. Ketika itu Bukalapak berjalan dengan sangat baik, oleh karena itu, kami fokus mengembangkan platform ini. Selama beberapa waktu, perusahaan menerima beberapa umpan balik positif dan kami mulai menetapkan angka sebagai target. Inisiatif dampak sosial menjadi bisnis yang menjanjikan ketika kami berbicara tentang potensi pasar yang besar.

Pernahkah Anda bermimpi menjadi Presiden sebuah Unicorn? Dari CFO (Chief Financial Officer) menjadi Presiden Bukalapak, apakah Anda menemukan kesulitan untuk beradaptasi?

Saya pernah bekerja di perusahaan konsultan. Pekerjaan saya pada dasarnya berfokus pada persyaratan keuangan dan membantu perusahaan dengan strategi bisnis. Dalam proses membangun Bukalapak, saya merasa telah mengerjakan semua aspek perusahaan mulai dari keuangan, pemasaran hingga aspek legal. Dalam hal peran, saya rasa cukup umum untuk memiliki peran ganda atau berganti sesuai permintaan ketika berada di perusahaan yang mulai matang.

Sebagai salah satu pendiri, dan setelah diangkat sebagai Presiden Bukalapak, saya perlu melihat rangkaian bisnis yang lebih luas. Ada banyak rencana untuk kolaborasi, juga pertemuan dengan perwakilan pemerintah. Hal ini lebih seperti pekerjaan ujung ke ujung, saya harus mempertimbangkan semua aspek bisnis perusahaan.

Saat ini, kita tengah berjuang dengan wabah Covid-19, bagaimana pandangan Anda tentang lanskap bisnis di tengah situasi pandemi di Indonesia?

Ini bukan situasi yang ideal untuk semua orang. Ada banyak pihak yang terpukul dengan kehadiran pandemi ini. Ini perihal semua bisnis dengan berbagai skala, namun sebagian besar yang terdampak adalah UKM. Beberapa kategori produk meningkat karena penjualan, tetapi banyak yang lainnya mengalami penurunan signifikan dalam bisnis. Produk makanan dan kesehatan online adalah bagian dari kategori yang mendapatkan hasil positif dari bencana nasional ini.

photo_2020-04-16_09-43-09
Tim Bukalapak

Bukalapak, di sisi lain, ingin berkontribusi lebih banyak agar bisnis-bisnis yang mendapatkan daya tarik dari wabah Covid-19 dapat mempertahankan hasil positif. Selain itu juga membantu mereka yang terkena dampak dan kurang beruntung untuk bertahan hidup di tengah pandemi dengan mencari peluang kolaborasi. Kami sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk membuat program untuk membantu industri yang paling terpengaruh, seperti UKM.

Menurut Anda, berapa lama pandemi ini akan berlangsung? Bagaimana pandangan Anda tentang masa depan industri ketika masa pandemi berakhir?

Sejujurnya, saya bukan ahli medis, namun, dari banyak proyeksi yang saya baca, pandemi ini mungkin akan bertahan selama beberapa bulan lagi. Hal ini kembali lagi pada perilaku kita terhadap pandemi. Dibutuhkan komitmen dari semua orang untuk menghentikan pandemi ini agar tidak menyebar lebih cepat dan lebih luas.

Ada beberapa orang yang mengatakan situasinya akan segera kembali seperti sebelum pandemi. Namun, hal ini disebut beberapa orang akan menjadi a new normal atau normal yang baru. Setiap hal yang masyarakat lakukan untuk bertahan dari pandemi, segala macam yang telah dikorbankan tak pelak menciptakan kebiasaan baru, yang dapat mengarah ke normal yang baru.

Dalam hal ini, Bukaplapak merasakan dampak yang sangat minim. Orang-orang beralih dari offline ke online. Namun, sekali lagi,  pandemi ini membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan dan itu akan mempengaruhi situasi ekonomi secara keseluruhan. Tanpa sumber pendapatan tertentu, daya beli masyarakat akan segera berkurang dan itu akan mempengaruhi sektor e-commerce, khususnya Bukalapak.

Nyatanya, ada beberapa startup yang terdampak secara signifikan oleh pandemi ini dan tidak punya pilihan selain menyudahi bisnis operasional atau menghentikan beberapa hubungan kerja. Apa pendapat Anda tentang masalah ini?

Sekali lagi, semua orang terdampak oleh pandemi ini, baik positif maupun negatif. Hal ini tergantung pada bagaimana kita bereaksi terhadap situasi ini. Namun, pasti selalu ada hikmah, pelajaran yang didapat, peluang yang tersedia. Orang-orang harus dapat melihat jalan keluar dari situasi yang pelik ini dan menghasilkan ide-ide untuk dikembangkan lebih lanjut.

Sebagai informasi, banyak startup yang sukses saat ini didirikan pada masa krisis 2008/2009. Hal ini bisa menjadi momentum, bagaimana krisis dapat mendorong orang untuk menciptakan sesuatu yang berdampak. Semoga ketika situasi berangsur-angsur pulih, peluang besar sudah menanti. Terkadang, masalah menciptakan peluang untuk solusi.

Lebih dari sepuluh tahun menjalani industri ini, mengerjakan semua aspek dalam membangun startup hingga menjadi Presiden sebuah unicorn. Apa pelajaran paling berkesan yang Anda dapat?

Industri startup ini akan memberikan dampak besar [terutama ketika Anda berhasil]. Bukalapak sekarang telah mengelola lebih dari 5 juta pedagang online dengan lebih dari 70 juta pengguna. Ini merupakan pencapaian. Beberapa orang mengatakan bahwa startup adalah jalur cepat [memang ada benarnya] untuk sukses, namun, bisnis ini juga datang dengan peluang kegagalan yang besar. Untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan, diperlukan kemauan yang kuat dan upaya besar untuk tetap berada dalam permainan.

Selama perjalanan bisnis Anda, pasti ada, paling tidak satu atau banyak tantangan dalam membangun usaha. Apakah Anda berkenan berbagi kisah pada masa sulit?

Setiap fase bisnis memiliki tantangannya sendiri. Saya sebelumnya menyebutkan bagaimana saya mengerjakan semua aspek bisnis ketika perusahaan mulai matang. Kami dulu tidak punya representatif hukum dan saya mendapat kesempatan langka untuk menjadi saksi di pengadilan. Selain itu, ketika perusahaan mengalami masalah arus kas, oleh karena itu, kami [pendiri] harus menyisihkan penghasilan kami untuk membayar gaji karyawan. Saya pikir sebagian besar startup build-from-scratch juga  pernah mengalami kesulitan seperti ini.

Sempat ada momen dimana saya hampir kehilangan kepercayaan di suatu titik, dan merasa benar-benar lelah. Setiap fase memiliki hambatan yang berbeda. Tahun lalu, kami memiliki masalah #UninstallBukalapak. Sampai saat ini, di mana Bukalapak berada pada tahap pertumbuhan, kesalahan PR sekecil apa pun dapat menyalakan api dan menciptakan keributan besar.

Investasi Seri B Bukalapak oleh Emtek
Investasi Seri B Bukalapak oleh Emtek

Apa yang menjadi ambisi terbesar Anda saat ini?

Saya selalu memiliki visi untuk menciptakan dampak bagi masyarakat dan negara. Benih ini juga yang saya tanamkan dalam Bukalapak, untuk bekerja lebih jauh sebagai platform demi mendukung sebanyak mungkin orang dan menjembatani mereka dengan industri teknologi. Dimulai dari sektor e-commerce, kemudian berkembang ke offline melalui mitra Bukalapak. Tidak akan berhenti sampai di sini saja. Kami sangat optimis untuk berkembang secara luas untuk dapat mendukung semua lapisan masyarakat.

Bagaimana perasaan Anda selama berbisnis dengan teman dan pernahkah Anda mengalami konflik emosional antara satu sama lain?

Saya kenal Zaky sejak sekolah menengah dan relasi kami semakin terjalin saat kuliah. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan melakukan bisnis pada umumnya. Bagaimana kita bereaksi terhadap kesulitan, berusaha untuk menyatukannya dan menyelesaikannya. Lebih lanjut, tanpa sadar, lingkungan kita telah memengaruhi penilaian kita. Kami akhirnya membuat sesuatu yang kami yakini dapat memecahkan masalah yang ada.

Beberapa orang hanya melihat sisi emosionalnya, mereka mungkin mengabaikan kenyataan bahwa ini adalah bisnis profesional. Lalu mereka mengesampingkan penilaian kompetensi, maka pada saat kemampuan tidak memenuhi harapan, timbullah konflik. Dengan demikian, tim yang tepat dianggap menjadi bagian penting dari bisnis. Karakter dan kompetensi adalah kunci menuju kemitraan yang sukses.

Saat ini, ada banyak platform yang menawarkan dukungan kepada semua penggiat teknologi dan startup dalam membangun perusahaan sendiri, Menurut Anda apakah cara ini efektif?

Di satu sisi, itu bisa menjadi kendaraan yang sangat efektif untuk perjalanan panjang melalui industri startup. Namun, ini bukan satu-satunya cara untuk menghasilkan ide. Ide bisa ditemukan dimana saja, begitu pula dengan tim dan mitra. Kami dapat bertemu mitra yang tepat dalam sebuah kompetisi, begitu juga di tempat lain. Satu hal yang harus diingat, jangan gegabah mengidentifikasi jaringan kita. Itulah sebabnya kebanyakan startup dibentuk berdasarkan hubungan baik dan relasi yang sudah lama.

Ketika CEO sebelumnya, Achmad Zaky, pensiun dari Bukalapak untuk membuat pusat fondasinya sendiri, apakah Anda melihat diri Anda “lulus” dari Bukalapak dan menjalani bisnis baru?

Berbicara untuk jangka panjang di masa depan, sangat mungkin. Namun pada saat ini, Bukalapak masih menjadi tempat bagi saya untuk menyalurkan semua ambisi sosial saya dan berkontribusi kepada masyarakat. Jika nantinya di masa depan ada peluang bagi saya untuk membuat dampak di perusahaan lain atau bisnis baru. Saya mungkin akan melakukannya di masa depan.


Artikel ini ditulis dalam Bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Fajrin Rasyid: From Social Mission to Sustainable Business

This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

Fajrin Rasyid is one of the familiar names in the startup industry. He’s the President of a leading e-commerce platform in Indonesia. A tech graduate from the high-profile local university, Bandung Institute of Technology. One fine day, he decided to help two of his friends from the same alma mater to create something impactful for people using their tech skills. 

Prior to Bukalapak, Rasyid had experienced working in BCG (Boston Consulting Group), a prestigious consulting firm, before he took off and focus on the business. It’s always been his passion to contribute more for people, especially SMEs throughout this country, and he took the spirit into Bukalapak in order to create more impact in the society.

He used to lead the Financial team, then promoted into the President‘s seat in 2018. During his reign, Bukalapak has grown from a product of social impact initiative to a more sustainable business empowering over 5 million online merchants with 70 million users in all over Indonesia. It is one of Indonesia’s 6 unicorns with a $2.5 billion valuation as stated in DailySocial’s Startup Report 2019.

List of unicorn startups in Indonesia
List of unicorn startups in Indonesia / DailySocial

For more insightful stories from the unicorn’s leader, let’s have a look at the excerpt of his interview with DailySocial team below

Entering the second decade of your career in the digital industry, how would you describe the whole journey?

I was just a student from not-so-big city and not-very-rich family in Pekalongan. However, I have quite a dream to work it out in the tech industry. I used to work in a consulting firm named Boston Group Consulting (BCG), but decided to retire early in order to help my two other friends, Zaky [Sragen], and Nugroho [Karanganyar] to develop business from scratch.

Indonesia has always been a country that heavily relies on the SME industry. Around 60% of the economy comes from SMEs. It was in 2010, we started Bukalapak with a vision to help people, particularly those having a small-medium business in all over Indonesia.

When we started Bukalapak as a product, we also opened a project-based IT consulting service named Suitmedia. It goes very well with Bukalapak, therefore, we focused on it. Overtime, the company received some positive feedback and we started to put numbers as our targets. The social impact initiative becomes a promising business as we spoke about a large potential market.

Have you ever dreamed of being the President of a Unicorn? From CFO (Chief Financial Officer) to President of Bukalapak, do you find any difficulty adjusting?

I used to work at a consulting firm. My job is basically focused on financial terms and helping the company with business strategy. In the process of building Bukalapak, I think I’ve worked on all aspects of a company from financial, marketing to legal compliance. In terms of roles, I think it’s quite common to have shifting or multiple roles on-demand as the company started to mature.

As a co-founder, and after being appointed as the President of Bukalapak, I need to see a wider range of business. There are many plans for collaborations, also meetings with the government’s representative. It is more like an end-to-end job, I should consider all aspects of the company’s business.

Currently, we’re struggling with the Covid-19 outbreak, how’s your view on today’s business landscape amid the pandemic situation in Indonesia?

This is not an ideal situation for everyone. There are many who affected by this pandemic. We talked about all sizes of businesses, yet mostly SMEs. Some product categories are increased by sales, but many others are getting significant drops in business. The online food and health products are part of categories gaining positive results of this national disaster.

photo_2020-04-16_09-43-09
Bukalapak’s team members

Bukalapak, on the other hand, intends to contribute more for those businesses gaining traction from the Covid-19 outbreak can maintain positive results. Also, to help those affected in less fortunate ways to survive amid pandemic and look for collaboration opportunities. We’re currently in a discussion with the government to create a program to help the most affected industry, such as SME.

Do you see how long this pandemic would last? What do you see the future of this industry towards the end of this chaotic situation?

The truth is, I’m not a medical expert, however, from many projections I’ve read, this pandemic might stay for another few months. It depeñds on our behavior towards the pandemic. It requires commitment from everyone to stop this pandemic from spreading faster and wider.

The thing is, some people say the situation will soon get back to the way it was before the pandemic. However, there’s this thing some people called the new normal. Everything we did to survive the pandemic, every sacrifice we made has created a new habit, which can lead into the new normal.

In terms of Bukaplapak, the impact is quite minimal. People are shifting from offline to online. However, this pandemic brings much more harm than benefit and it will affect the whole economic situation. Without a certain source of income, public’s purchasing power will soon decrease and it will affect the e-commerce sector, particularly Bukalapak.

In fact, there are some startups significantly affected by this pandemic and had no choice than to shut down operational business or layoff some employees. What is your thought on this issue?

Again, everyone is affected by this pandemic, either good or bad influence. It depends on how we react to this situation. However, there must be something to it, lessons learned, opportunities available. People should be able to see the way out of this stuck-up situation and come up with ideas to further develop.

As your information, many successful startups today were founded during the 2008/2009 crisis. This could be a momentum, how a standstill situation can encourage people to create something powerful. Hopefully, when the situation finally recovered, a great opportunity awaits. Sometimes, problems create opportunities for solutions.

Over ten-year experience in the industry, working on all aspects on building a startup until becoming the President of a unicorn company. What is the biggest lesson you’ve learned?

This startup industry will make a great impact [especially when you’ve succeeded]. Bukalapak has now managed over 5 million online merchants with over 70 million users. This is quite an achievement. Some people say that this is the fast track [there’s some truth to that] to success, however, it also comes with a big chance of failure. In order to minimize the chance of failure, it requires strong will and big effort to stay in the game.

During your business journey, there must be one, if not too many challenges in building a venture. Would you mind to share some of the hardships?

Every business phase has its own challenge. I previously mentioned how I worked on every aspect of the business as the company started to mature. We used to have no legal temas and I served an opportunity to become a witness in court. There was also a time when the company experienced cash flow issues, therefore, we [founders] had to spare our income in order to pay the employee’s salary. I think most of the build-from-scratch startups have encountered these kinds of hardships.

It also happened, when I nearly lost faith at some point, and felt completely tired. Every phase holds different obstacles. Last year, we’ve had an issue of #UninstallBukalapak. To date, where Bukalapak is at the growth stage, any PR blunder can start a fire and create a big fuss.

Bukalapak's Series B investment by Emtek
Bukalapak’s Series B investment by Emtek

What is your current biggest ambition?

I always have this vision to create an impact for society and my country. This is a seed I plant to Bukalapak, to work further as a platform to support as many people and bridging them to the tech industry. Started from the e-commerce sector, then expanding to offline through mitra Bukalapak. It is yet to reach the end of this business. We’re very optimistic to expand widely to be able to support all layers of society.

How do you feel doing business with friends and have you ever had any emotional conflict between each other?

I’ve known Zaky since high school and our relation escalated over college. It is actually the same as doing business in general. How we react to hardships, trying to pull it together and solve it. Furthermore, without being aware, our environment has affected our judgement. We ended up making something we make something that we believe can solve the existing problem.

Some people only see the emotional side, they might overlook the fact that this is a professional business. When they put aside the competence assessment, the skill didn’t meet the expectation, hence conflict arose. Thus, the right team counts as an essential part of businesses. Character and competence are keys to a successful partnership

Nowadays, there are many platforms offering support to all tech geeks and startup enthusiasts on building a startup, do you think of it as an effective way?

In a way, it can be very effective vehicle for the long journey through the startup industry. However, it’s not the only way to generate ideas. Idea is there in every corner, also team and partners. We can meet the right partners on competition, as well in other places. The most important thing is do not be careless to identify our networks. That is why most startups formed based on good-old relations.

As the previous CEO, Achmad Zaky, retire from Bukalapak to make its own foundation center, do you see yourself “graduate” from Bukalapak and create a new venture?

Speaking for a long term in the future, it’s quite possible. In the current term, Bukalapak is still a place for me to deliver all of my social ambition and contribute to society. If some times in the future there’s an opportunity for me to make an impact in other companies or a new venture. I probably will do it long time in the future.

Melihat Hubungan Erat Bukalapak, Warung, dan Jawa Barat

Roda ekonomi Indonesia digawangi oleh 99,97% pelaku UKM dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap ekonomi negara. Pemilik warung tradisional masuk ke dalam salah satu komponennya, karena punya andil penting sebagai denyut nadi ekonomi di kehidupan sehari-hari.

Menurut data Eurominitor International 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Dari total nilai pasar ritel sebesar $521 miliar, sebanyak $479,3 miliar atau 92% di antaranya merupakan transaksi toko kelontong.

Dibalik potensi yang besar, ekonomi kelas bawah ini menyimpan tantangan yang besar bagaimana kehadiran teknologi bisa membantu mereka bisa “naik kelas” lewat go digital. Isu yang perlu dijawab, tidak hanya bagaimana mereka dapat lebih mudah memasarkan produknya lewat platform digital.

Aspek lainnya yang perlu diselesaikan, mulai dari sistem pembayaran, logistik, hingga rantai pasokan yang harus efisien. Kesadaran ini akhirnya dicoba dijawab oleh berbagai startup digital, baik yang sudah menyandang status unicorn maupun yang masih berstatus startup.

Solusi yang ditawarkan sangat beragam dan bisa mewakili apa yang menjadi isu selama ini buat pemilik warung. Bukalapak bisa menjadi contoh bagaimana proyek awal khusus pemberdayaan warung tradisional “Mitra Bukalapak” bisa menjadi bisnis yang serius hingga pencetak cuan yang nyata.

Sebagai prolog, pada 2016 Bukalapak membuat sebuah inisiatif bernama Juragan Pulsa Bukalapak yang merupakan cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Layanan yang ditawarkan adalah penjualan produk virtual seperti pulsa telepon, paket data, voucher game dan token listrik prabayar.

Dari situ berkembang menjadi Agen Bukalapak untuk menciptakan bisnis O2O pasca memperoleh antusiasme yang positif dari masyarakat. Setahun berikutnya, agen diguyur dengan tambahan layanan agar lebih banyak yang bisa mereka jual, seperti tiket transportasi dan Grosir Agen Bukalapak untuk menciptakan saluran distribusi perdagangan.

Pada tahun berikutnya, memilih untuk rebranding menjadi Mitra Bukalapak sekaligus merilis aplikasinya. Penambahan fitur terus dilakukan pada 2019, dengan merilis fitur investasi emas, pemanfaatan QRIS untuk metode pembayaran dan kolaborasi dengan Google Bisnisku agar lebih mudah menemukan warung melalui Google Maps.

“Kontribusi sudah lumayan meski saya tidak bisa sebut persisnya. Tapi sudah double digit percentage dari total kontribusi bisnis di Bukalapak. Dulu pas awal-awal, masih di bawah 10%, sekarang [Mitra Bukalapak] sudah menjadi bisnis yang menjanjikan,” ujar Co-Founder & Presiden Bukalapak M. Fajrin Rasyid saat ditemui DailySocial di Bandung, pekan lalu (8/3).

Kini Mitra Bukalapak disebutkan sudah berjumlah lebih dari 3,3 juta mitra, terdiri dari 1,5 juta mitra warung tersebar di 189 daerah dan sisanya berbentuk agen individu. Menariknya, sekitar 30% atau setara 500 ribu mitra berada di Provinsi Jawa Barat.

Peta persaingan sebagai bisnis baru

Pada saat yang bersamaan, Bukalapak mengumumkan tambahan fitur baru yang disematkan untuk Mitra Bukalapak. Di antaranya fitur Kirim Uang (bersama Bank Mandiri), Tabungan Emas (bersama Pegadaian), pembayaran E-Samsat dan Samolnas (Samsat Online Nasional), tagihan Telkom/Indihome, dan voucher game.

Untuk sementara, pembayaran samsat ini baru tersedia untuk konsumen dan Mitra Bukalapak yang berdomisili di Jawa Barat. Disebutkan pembayaran e-samsat yang disalurkan lewat Mitra Bukalapak mencapai Rp30 miliar untuk membayar pajak 40 ribu kendaraan.

Dengan Kirim Uang, masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan 1,5 juta warung Mitra Bukalapak sebagai ATM untuk mengirim uang tanpa harus memiliki rekening. Sementara untuk Tabungan Emas, masyarakat dapat berinvestasi emas dari harga Rp10 ribu di warung.

Fajrin menyebut perusahaan akan perluas ke provinsi lainnya agar semua orang bisa memiliki kemudahan. Seluruh fitur teranyar ini adalah pengembangan dari kebutuhan mitra di lapangan. Juga hasil kolaborasi internal bersama dengan mitra.

“Pembayaran Samsat online sebenarnya sudah di aplikasi [konsumen] sudah bekerja sama dengan banyak provinsi. Kita akan segera tambahkan [provinsi lainnya] ke aplikasi Mitra Bukalapak.”

Inspirasi fitur berikutnya yang akan dibawa ke Mitra Bukalapak, menurut Fajrin, bakal ada yang berasal dari aplikasi konsumer. Sebab pada dasarnya, semua fitur tersebut memungkinkan untuk disediakan. Kendala tetap ada, sambungnya, meski sebatas ke hal-hal teknis.

Misalnya, Bukalapak punya fitur investasi reksa dana bernama BukaReksa. Untuk membeli reksa dana pertama kali, butuh proses KYC yang secara teknis ini akan lebih rumit. Beda halnya dengan pembelian tabungan emas yang terbilang lebih simpel.

“Semua fitur di aplikasi Bukalapak kita usahakan juga hadir di aplikasi Mitra, jadi mudah-mudahan bisa ada tambahan [fitur] berikutnya.”

Gencarnya Bukalapak merupakan dalam rangka menciptakan masyarakat inklusif yang tidak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Hal ini dapat dilakukan melalui warung sebagai salah satu caranya, melalui Mitra Bukalapak.

Produk ini akan menjadi fokus perusahaan hingga lima tahun ke depan karena dianggap sebagai platform penggerak utama yang dapat meningkatkan adopsi digital dan inklusi keuangan. Menurut laporan “E-warung: Indonesia’s New Digital Battleground” yang dirilis CSLA di 2019 menunjukkan warung tradisional di Indonesia berjumlah sekitar 6 juta.

Fajrin menyebut, pencapaian Mitra Bukalapak hingga saat ini membuat perusahaan cukup berbangga diri karena secara kuantitas dan fitur bisa dikatakan lebih unggul ketimbang pemain lain.

“Awalnya kita bergerak di online dan kita sadar bahwa UKM offline juga perlu diberdayakan. Mungkin kita jadi perusahaan yang bergerak di keduanya secara serius dan [skalanya sudah] besar, ini bisa menjadi kunci diferensiasi yang mungkin belum dijumpai perusahaan lain. Ada perusahaan yang besar
di online, tapi offline-nya enggak terlalu, atau sebaliknya.”

Produk sejenis yang dibuat Tokopedia, bernama Mitra Tokopedia mencatatkan per akhir tahun lalu telah menjaring sekitar 400 ribu pengusaha mikro baik pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenis lainnya. Sejak dirilis pada November 2018, mitra dapat berjualan produk digital seperti PPOB hingga membeli stok barang.

Shopee juga tidak mau kalah. Sejak aplikasinya dirilis di Play Store pada September 2019, fiturnya pun tidak jauh berbeda. Hingga kini, Shopee belum bersedia merilis produk ini secara resmi ke publik.

Menurut CSLA, model B2B yang diambil para pemain marketplace ini berpeluang mendorong laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perusahaan ke arah positif.

Dari vertikal bisnis lain, ranah ini juga diramaikan oleh pemain lain seperti GrabKios by Kudo, Warung Pintar, Wahyoo, Payfazz, Netzme dan masih banyak lagi. Konsep yang ditawarkan saling beririsan dengan isu yang selama ini dihadapi agen dan warung tradisional.

Payfazz misalnya menempatkan diri sebagai agen keuangan di desa. Sementara, Wahyoo memosisikan diri sebagai pembentuk ekosistem warung makan dengan memberikan kemudahan stok barang.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO PayFazz Hendra Kwik mengklaim model bisnis yang dianut perusahaan yakni B2B2C dianggap mampu memberikan kontribusi bisnis yang positif. Bahkan dia menyebut perusahaan sudah mencetak laba tapi belum positif.

“Tahun ini harusnya positif kalau misalnya hiring stop, tapi kita investasi terus di situ, spent-nya besar,” katanya.

Kontributor terbesar Payfazz berasal dari penjualan produk PPOB karena layanan pembayaran yang disediakan cukup komprehensif. Selain dijual oleh para agennya, PPOB juga didistribusikan secara API (host-to-host/H2H) melalui anak usahanya Billfazz. Lewat Billfazz, API dari PPOB Payfazz dapat digunakan mitra perusahaan yang ingin menjual PPOB.

Hubungan spesial Jawa Barat dengan Bukalapak

Secara historis dan geografis, Jawa Barat punya hubungan yang spesial dengan Bukalapak. Tak heran kalau disebutkan ada lebih dari 500 ribu mitra berada di provinsi ini dari total 3,3 juta di seluruh Indonesia.

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, Bandung dipilih sebagai tuan rumah peluncuran juga merupakan bagian dari inisiatif perusahaan tahun ini untuk roadshow ke daerah lainnya untuk mengidentifikasi potensi UKM lokal yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Memasuki dekade kedua, Bukalapak memang berfokus untuk mengoptimalkan potensi UKM yang ada di tiap daerah Indonesia. Warung sebagai salah satu tempat masyarakat dalam beraktivitas ekonomi, memiliki potensi besar untuk jadi kekuatan ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan nasional,” terang Rachmat.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang turut hadir pada acara peresmian, menyebutkan pemanfaatan teknologi di warung dapat menjadi basis kekuatan ekonomi daerah. Menurutnya, semakin banyak warung yang menjual produk virtual, maka semakin menguntungkan bagi pemilik warung dan masyarakat sekitar yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian daerah.

Di provinsi ini, lanjutnya, 80% perekonomiannya didukung oleh sektor UKM dengan porsi terbanyak berada di sektor kuliner. Diklaim pula, penetrasi digital telah mencapai angka yang sama. Kondisi ini membuat Pemerintah Provinsi optimis dalam tiga sampai lima tahun mendatang semua jenis perdagangan bisa dilakukan secara digital.

“Tiga basis inilah yang sudah go digital. Saya yakin dalam hitungan tiga sampai lima tahun semua jenis perdagangan di Jawa Barat, baik skala besar atau kecil dan riil seperti warung, bisa menggunakan platform digital,” ujar Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.

Dia menyebut untuk merealisasikan ambisi tersebut Pemprov tengah menggenjot pengembangan ekonomi berbasis digital untuk UMKM, warung, dan pesantren dengan model kolaborasi Pentahelix.

Konsep ini memperkenalkan bahwa kekuatan pembangunan di suatu negara atau wilayah perlu didukung oleh semua elemen, tidak bisa satu pihak saja. Lima elemen tersebut, mulai dari pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha dan media.

Mendukung pernyataan Kang Emil, menurut hasil laporan EV-DCI 2020 memaparkan Jawa Barat memiliki skor indeks 55.0 (skala 100) menempati posisi kedua, setelah Jakarta berdasarkan skor berkaitan kesiapan daya saing digital.

Faktor pendukungnya, antara lain SDM yang didukung dengan jumlah program studi dan dosen bidang digital tertinggi di Indonesia. Alhasil, jumlah tenaga kerja di sektor TIK tergolong tinggi. Infrastruktur digital sudah memadai dan berada di posisi ketiga, setelah DKI Jakarta dan Bali.

Kendati begitu, laporan ini juga menitikberatkan pada tergolong rendahnya kontribusi ICT terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Lantaran, kepemilikan komputer masih rendah, masuk urutan tiga terendah di antara provinsi lain di Pulau Jawa.

Akses internet melalui laptop di provinsi terendah di Pulau Jawa dan tiga terbawah di level nasional. Fasilitas keuangan seperti ATM belum terbesar merata karena perekonomian di provinsi ini terpusat di beberapa kota saja. Dengan kata lain, Jawa Barat masih punya peluang besar untuk terus berkembang karena tingkat pertumbuhan PDRB sektor ICT adalah tertinggi di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Pertimbangan Menentukan Gaji Founder Startup Menurut Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid

Selain fokus mengembangkan bisnis, Co-Founder & President Bukalapak Fajrin Rasyid cukup aktif memberikan kiat pengembangan bisnis digital, baik sebagai pemateri di berbagai acara maupun melalui blog pribadinya. Ulasan terbaru yang ia tulis di laman Medium memberikan tips menarik seputar penentuan gaji founder startup yang ideal.

DailySocial berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Fajrin untuk mendalami topik tersebut. Menurutnya, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai takaran gaji ideal seorang founder, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman hingga kondisi startup.

“Secara umum latarbelakang pendidikan dan pengalaman dari sisi kandidat yang menentukan, namun juga dipengaruhi oleh sisi startup itu sendiri (tahapan startup, kondisi keuangan). Seorang kandidat yang sama bisa jadi akan ditawarkan gaji yang berbeda di dua startup yang berada di tahap berbeda,” terang Fajrin.

Kondisi keuangan startup

Secara langsung Fajrin menegaskan kondisi keuangan perusahaan mempengaruhi penentuan besar kecilnya gaji seorang founder atau CEO. Untuk startup baru idealnya harus memiliki sebuah patokan atau UMR untuk semua karyawan. Khusus untuk CEO, paling tidak bisa berada di atasnya. Nantinya jika startup mengalami pertumbuhan yang positif tentunya bisa disesuaikan lagi.

Ia turut mencatat dua poin penting yang wajib diperhatikan. Pertama, sebuah perusahaan pasti memiliki komponen gaji karyawan. Targetkan agar keuangan startup segera membaik sehingga dapat segera menggaji founder. Apabila startup tidak pernah mungkin menggaji founder, barangkali perlu dipikirkan kembali model bisnis startup tersebut, jangan-jangan memang tidak sustainable. Bagaimana mungkin startup akan sustainable atau memperoleh keuntungan jika membayar gaji saja tidak bisa?

Poin penting lainnya ada di laporan keuangan, harus tetap menuliskan komponen gaji founder di dalam laporan laba rugi. Namun, di dalam neraca, idealnya dapat memasukkan kembali komponen tersebut ke dalam perusahaan sebagai tambahan modal. Hal ini memiliki beberapa manfaat, yakni laporan laba rugi yang lebih sesuai dengan kenyataan, serta gambaran akan modal utuh yang founder keluarkan untuk membangun startup tersebut. Apabila nantinya startup memiliki dana cukup untuk menggaji, tambahan modal ini dapat dihentikan.

Benchmark

Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat menyambut kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di kantornya / Bukalapak
Co-Founder Bukalapak Fajrin Rasyid dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat menyambut kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di kantornya / Bukalapak

Poin menarik yang juga menarik disebutkan oleh Fajrin adalah persoalan benchmark atau patokan. Karena setiap startup itu unik, menjadikan proses penentuan tersebut tidak bisa disamakan. Dalam hal ini Fajrin memberikan contoh jika startup berada di tahap seed dan mengetahui bahwa rata-rata startup di tahap tersebut menggaji founder sebesar 10–15 juta Rupiah, maka rasanya terlalu berat bagi apabila ingin menggaji founder sebesar 40 juta Rupiah.

“Jika dibandingkan dengan kondisi di luar negeri seperti Amerika Serikat menurut saya perlu penyesuaian. Karena biaya hidup di tiap negara berbeda-beda. Gaji 3000 dolar di AS mungkin cukup bagi founder startup di tahap seed, tetapi bisa jadi terlalu besar bagi startup di tahap yang sama di Indonesia,” kata Fajrin.

Ia juga menambahkan apabila startup sudah memiliki investor, maka investor tersebut — terlebih jika ia sudah berinvestasi di banyak startup — dapat memberikan data benchmark terkait hal ini. Pada akhirnya jika startup sudah memiliki investor, maka sebaiknya keputusan akan gaji founder tidak lagi hanya diambil oleh CEO, tetapi juga atas persetujuan investor.

Hal lain terkait benchmark yang juga bisa menjadi pertimbangan adalah dengan bertanya hal ini: Apabila saya resign atau posisi saya digantikan oleh seorang profesional, berapa biaya yang kira-kira saya mau bayarkan untuk menggaji orang tersebut? Belum tentu biaya untuk menggaji orang tersebut sama dengan menggaji founder, tetapi setidaknya ini memberikan gambaran akan batas atas.

“Menurut saya, semestinya untuk komponen gaji pokok iya sama. Namun barangkali bagi founder atau CEO ekspatriat ada komponen semacam tunjangan kepindahan atau rumah untuk meng-cover kebutuhan perpindahan dari negara asal,” kata Fajrin.

Perlunya penentuan gaji founder

Di akhir ulasannya Fajrin menjelaskan alasan mengapa seorang founder startup perlu memiliki gaji yang ideal. Salah satunya pemimpin startup bekerja secara day to day. Founder digaji atas pekerjaan yang dia lakukan. Itulah mengapa, apabila ada lebih dari satu founder, tidak harus semuanya digaji dengan angka yang sama. Founder dapat digaji berbeda tergantung dari ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawabnya.

“Hal tersebut juga berlaku dengan co-founder lainnya, pada prinsipnya sama (mempertimbangkan kondisi startup). Yang membedakan adalah tanggung jawab dan beban kerja masing-masing. Tentunya hal ini perlu didiskusikan secara bersama di level pemegang saham,” kata Fajrin.

Intinya adalah gaji yang ditetapkan kepada pendiri startup idealnya tidak terlalu besar, namun lebih kepada bagaimana jika kondisi startup ideal profitable. Salah satu mindset yang dapat dipegang adalah keinginan membangun startup untuk jangka panjang.

Application Information Will Show Up Here

Serba Serbi di Balik Fungsi CEO

Membangun perusahaan tak lain seperti membangun rumah cluster untuk dijual kembali ke calon konsumen. Prosesnya akan melibatkan banyak pihak, mulai dari arsitek, kontraktor, desainer interior, dan pemasaran. Semuanya saling bekerja sama untuk satu visi, bagaimana menjual rumah yang bisa menarik dan layak dijual.

Meminjam analogi hacker, hipster dan hustler sebagai tiga jenis co-founder yang harus ada dalam startup, kontraktor adalah hacker, desainer interior adalah hipster, dan pemasaran adalah hustler.

Atau memakai istilah lain: technical founder dan non-technical founder, maka technical founder = hacker, dan non-technical founder = hustler dan hipster.

Keduanya perlu ada dalam sebagai founder startup karena saling melengkapi satu sama lain. Lalu, pertanyaannya siapa yang seharusnya menjadi CEO? Apakah harus dari technical atau non-technical founder?.

Jawabannya relatif karena harus melihat dari kondisi dan bidang startup yang Anda jalani sekarang, baik dari sisi internal maupun ekternal, termasuk target konsumennya itu sendiri.

Ambil contoh untuk startup SaaS dengan target penggunanya adalah pemerintah, lebih baik bila CEO-nya adalah non-techical founder untuk penjelasan produk yang lebih ramah di telinga. Sementara, jika target pengguna adalah korporat TI, lebih baik jika CEO-nya dari technical founder agar satu frekuensi.

Latar pendidikan belakang manapun bisa jadi CEO

Secara umum ada tiga tugas utama CEO, yaitu menetapkan visi dan arah perusahaan, merekrut dan mempertahankan talenta terbaik, dan memastikan dana selalu tersedia di bank. CEO harus selalu fokus pada tiga hal yang bersifat konseptual tersebut, sementara peran dan tanggung jawab CTO lebih luwes.

Buat founder, peran CTO sebagian besar merupakan fungsi dari kepribadian dan kekuatan individu. Sedangkan non founder CTO perannya cenderung ditentukan oleh industri dan punya keahlian khusus untuk mendukung tim eksekutif.

Menurut CTO Amazon Werner Vogels, ada empat jenis CTO yang dia identifikasi: Infrastructure Manager, Technology Visionary & Operations Manager, External Facing Technologist, dan Big Thinker.

Apapun jabatan yang diemban harus dijalani oleh sosok yang mau jadi pendongeng hebat yang menginspirasi orang, lebih menikmati sensasi kesuksesan buat anggota tim lebih dari mereka sendiri, dan selalu introspeksi dengan menyeimbangkan rasa keyakinan dan kerendahan hati.

Resep sukses di balik suatu perusahaan teknologi yang kita kenal sekarang ini tidak sepenuhnya dijalankan oleh founder yang punya kemampuan technical atau non technical saja. CEO juga dituntut mengembangkan kemampuannya dalam membuat penilaian dan cepat mengambil keputusan dalam berbisnis.

Pemimpin terbaik, pada akhirnya, adalah mereka yang tahu produk perusahaan secara menyeluruh, mengakar luar dalam.

Beberapa contoh perusahaan teknologi tersohor yang didirikan CEO technical adalah CEO Dropbox Drew Houston yang menulis baris pertama kode untuk Dropbox saat berada di stasiun kereta api di Boston.

CEO Instagram Kevin Systrom secara mandiri belajar coding pada malam hari setelah bekerja penuh waktu di bidang pemasaran. Jangan lupakan Mark Zuckerberg (Facebook) dan Bill Gates (Microsoft).

Sementara itu, contoh CEO non-technical yang cukup dikenal di antaranya Brian Chesky (Airbnb), Chad Hurley (YouTube), dan Steve Jobs (Apple).

Jurusan Para Pendiri / iPrice
Jurusan Para Pendiri / iPrice

Bagaimana dengan Indonesia? Dari startup unicorn yang ada, Ferry Unardi (Traveloka), Achmad Zaky (Bukalapak), dan William Tanuwijaya (Tokopedia) berberlatar belakang technical. Hanya Nadiem Makarim dan Kevin Aluwi (Gojek) yang non-technical.

Mengutip laporan iPrice bersama Venturra di 2017, ada 59 dari 102 founder startup sebagai responden yang mengambil jurusan non teknologi. Dari 59 founder, jurusan yang paling populer adalah keuangan (8), teknik industri (6), ekonomi (5), pemasaran (5), dan akuntansi (4).

Sementara, sisanya sebanyak 43 founder di jurusan teknologi, jurusan yang populer adalah ilmu komputer (20), informasi teknologi (6), sistem informasi (4), dan teknik komputer (4).

Founder yang mengambil jurusan keuangan misalnya John Rasyid (Sociolla), untuk Teknik Industri adalah Reynazran Royono (Snapcart) dan Haryanto Tanjo (Moka). Di sisi lain, founder yang mengambil jurusan Ilmu Komputer contohnya Kevin Osmond (Printerous), Arief Widhiyasa (Agate), dan Gaery Undarsa (Tiket.com).

CEO tidak melulu jadi juru bicara perusahaan

Membangun branding perusahaan dan melindungi reputasinya adalah aspek utama dari strategi berkomunikasi dengan publik, tapi bisa gagal jika salah memilih juru bicara. Sosok tersebut tidak harus selalu diisi CEO, bisa diganti direksi di bawahnya.

Yang penting dia harus tahu betul soal bisnis perusahaan dan inti pesan yang ingin disampaikan dengan bahasa yang jelas. Ia juga harus memahami pentingnya media.

Co-Founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi / Traveloka
Co-Founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi / Traveloka

Coba perhatikan strategi bagaimana perusahaan unicorn di Indonesia dalam pemberitaan di media. Intensitas Ferry Unardi dalam pemberitaan terbilang minim, pun kehadirannya di berbagai undangan.

Pemberitaan soal Traveloka kebanyakan diisi oleh para Head dan VP yang memegang produknya masing-masing. Vertikal produk di Traveloka sendiri tidak hanya sebatas akomodasi, transportasi, dan gaya hidup saja, tapi juga punya produk digital dan fintech.

Lalu sebaiknya kapan seharusnya pucuk pimpinan tampil sebagai juru bicara perusahaan? CEO sebaiknya tampil ke publik saat: (1) untuk menunjukkan kepemimpinan selama situasi krisis yang serius, (2) mengumumkan strategi baru, (3) meluncurkan produk utama, (4) advokasi dalam saat bertemu pemerintah atau menanggapi peraturan baru, (5) mengatur transisi perusahaan, (6) menandai perubahan budaya.

Salah satu penelitian menunjukkan, baik karyawan maupun publik sangat ingin mendengar dari CEO apa yang sedang direncanakan dan dilakukan perusahaannya.

Publik sangat memerhatikan topik mengenai sumber daya manusia, tanggung jawab sosial perusahaan, dan apa pun yang terkait dengan urusan publik, strategi, dan bisnis. Ini juga berlaku buat startup yang menargetkan pengguna korporat, tidak hanya end user saja sebagai targetnya.

Tidak melulu juga berbicara untuk acara publik itu kegiatan sia-sia, selama event yang dipilih sesuai, baik itu dari jumlah dan profil audiens, profil pembicara lain, dan juga pihak pengundang.

President Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak
President Bukalapak Fajrin Rasyid / Bukalapak

Menurut Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid, dari berbagai kehadirannya sebagai pembicara ada beberapa hal yang bermanfaat tidak hanya buat perusahaan tapi juga diri sendiri.

Pertama, adalah salah satu cara memasarkan startup dengan biaya yang sangat optimal. Pembicara diberi kesempatan untuk menyampaikan kelebihan startup kepada audiens dengan sejelas-jelasnya dan menjawab hal-hal yang mengganjal atau tidak mereka ketahui.

Kedua, sarana agar startup yang dibangun menjadi pakar yang dituju oleh pihak yang ingin mengetahui tentang industri di mana startup kita beroperasi. Terakhir, memudahkan kita untuk memperoleh inspirasi langsung dari lapangan, khususnya apabila audiens di acara tersebut sesuai dengan target market startup.

Fajrin juga mendorong agar menjadi inspirasi bagi orang lewat tuturan yang kita sampaikan, agar audiens dapat bergerak ke arah yang lebih baik.

Bekerja Sama dengan Cermati, Kini Pengguna Bisa Ajukan Kartu Kredit via Bukalapak

Cermati, online marketplace produk keuangan, mengumumkan perluasan akses layanan. Kini pengajuan kartu kredit online bisa dilakukan melalui platform Bukalapak. Pihak cermati mengklaim, proses verifikasi dan pelengkapan dokumen maksimal memakan waktu 3 hari.

Pihak Cermati, melalui Chief Business Officer Carlo Gandasubrata menyampaikan bahwa kerja sama yang terjalin antara Cermati dengan Bukalapak selain memberikan kemudahan juga diharapkan mampu meningkatkan literasi keuangan pengguna.

“Ke depannya, kami ingin terus mengedukasi masyarakat tentang manfaat kartu kredit untuk mengatur keuangan yang lebih ekonomis dan terkontrol,” terang Carlo.

Sementara itu Co-founder & President Bukalapak Fajrin Rasyid menyambut baik kerja sama yang terjalin antara keduanya. Pihaknya disebut masih memiliki potensi besar untuk memperluas pasar pengguna kartu kredit melalui platform digital.

“Hingga saat ini terdapat 17 juga pengguna Bukalapak yang belum pernah bertransaksi menggunakan kartu kredit. Oleh karena itu, kemitraan Bukalapak dengan Cermati kami pandang sebagai langkah strategis dalam menghadirkan alternatif bertransaksi yang aman, nyaman dan menguntungkan,” terang Fajrin.

Ia menambahkan bahwa program yang mulai diluncurkan sejak 14 November 2019 ini menargetkan untuk bisa menambah nasabah hingga lima ribu pengguna pada kuartal pertama. Untuk menggenjot target pengguna itu dihadirkan sejumlah promo kredit sebesar Rp100.000 bagi pengguna yang telah mendapat persetujuan pengajuan kartu kredit. Kredit tersebut nantinya bisa digunakan untuk berbelanja di Bukalapak.

Cermati, pada September silam mengumumkan pendanaan seri B dari perusahaan investasi milik Djarum Group dengan total nilai yang tidak disebutkan. Setelah pendanaan tersebut investor terdahulu, seperti East Ventures, Beenos Partners, dan Finch Capital dipastikan exit dari perusahaan.

Bagi Bukalapak, kerja sama dengan Cermati ini melengkapi layanan keuangan di platformnya. Sebelumnya, di pertengahan tahun 2019 Bukalapak mengenalkan fitur BayarNanti, sebuah layanan paylater yang juga sedang menjadi fitur populer bagi penyedia layanan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tingkatkan Visibilitas, Warung Mitra Bukalapak Terdaftar di Google Bisnisku

Untuk meningkatkan penggunaan teknologi, Bukalapak telah mendaftarkan 95 ribu warung mitra ke dalam Google Bisnisku. Dengan demikian mereka bisa memanfaatkan beberapa keuntungan, seperti muncul dalam halaman pencarian Google Maps dan penelusuran Google Search.

Co-founder & Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid merasa senang karena pihaknya dapat dipercaya sebagai pelaku e-commerce pertama di Indonesia yang berkolaborasi dengan Google Bisnisku.

“Program ini tidak hanya memudahkan pengguna internet semakin mengetahui keberadaan lokasi warung tradisional yang dapat meningkatkan volume transaksi bisnis, tetapi juga secara langsung memperkenalkan kepada para pemilik warung betapa pentingnya teknologi agar tetap bisa bersaing di pasar yang semakin kompetitif,” terang Fajrin.

Fajrin lebih jauh menjelaskan, sebagai perusahaan teknologi yang berupaya meningkatkan kesejahteraan UKM, Bukalapak melihat fitur-fitur Google Bisnisku bisa menghadirkan peluang bagi mitra, terutama pada ketersediaan data di sistem pencarian Google.

“Keberadaan para pelaku UKM sering dicari pada halaman pencarian lokal. Untuk itulah, Google Bisnisku berupaya mempermudah mereka untuk memiliki etalase online dan dengan mudah dapat diakses oleh para pengguna Google saat mereka mencari kebutuhan sehari-hari.”

“Saya sangat antusias begitu mengetahui bahwa para pemilik warung mitra Bukalapak kini dapat mendaftarkan bisnis mereka pada aplikasi Mitra Bukalapak dan memiliki profil pada fitur Google Bisnisku. Melalui kerja sama ini, kami juga berkesempatan mengedukasi para pemilik warung akan manfaat kehadiran bisnis di mesin pencarian,” jelas Ketua Google My Business Partnership untuk Asia Pasifik Marcel In’t Veen.

Saat ini Bukalapak merupakan salah satu perusahaan teknologi yang memiliki fokus untuk membantu evolusi warung. Beberapa perusahaan digital lain juga memiliki inisiatif serupa, termasuk rivalnya di sektor e-commerce.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bukalapak dan Lion Parcel Hadirkan Solusi Logistik Bagi UKM (UPDATED)

Bukalapak dan Lion Parcel mengumumkan kerja sama menyelesaikan masalah pengiriman barang antar pulau bagi UKM Indonesia. Kerja sama ini menghadirkan jalur khusus bagi pelapak yang didukung oleh armada Lion Air Group melalui Lion Parcel. Kerja sama ini juga dipercaya mampu memajukan daya saing pelapak karena terciptanya sistem pengiriman yang cepat dan efisien untuk ke lebih 500 kota di Indonesia.

“Sebagai peruahaan yang customer-obsessed, kami fokus untuk selalu mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi pengguna kami, terutama para pelapak. Kami memilih untuk bersinergi dengan Lion Parcel yang memiliki 230 armada pesawat dan 210 rute penerbangan antar pulai di Indonesia,” ujar Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid ketika menjelaskan alasan di balik kerja sama ini.

Dalam rilisnya, pihak Bukalapak mengutip data hasil penelitian Supply Chain Indonesia (SCI) yang dilansir PwC yang menyebutkan bahwa pada tahun 2017 biaya logistik di Indonesia masih tergolong tinggi hingga mencapai 23,5% dari biaya manufaktur. Angka tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Vietnam (15%), Thailand (13,2%), Malaysia (13%), dan Singapura (8,1%).

Menanggapi kerja sama ini, CEO Lion Parcel Farian Kirana menjelaskan, pihaknya akan lebih terkoneksi dengan jaringan pelanggan di berbagai daerah di Indonesia berkat kerja sama dengan perusahaan e-commerce seperti Bukalapak.

Ia juga menambahkan, pihaknya optimis untuk bisa mengambi peran penting dalam penyediaan jasa logistik bagi UKM dan menjangkau banyak daerah di Indonesia. Beberapa fitur yang telah disiapkan antara lain, jaminan pengiriman lebih cepat 2 kali lipat dibandingkan jasa pengiriman lain.

Seluruh mitra Lion Parcel di daerah dipantau secara real time melalui sistem yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga dengan demikian para mitra Lion Parcel turut berbagi komitmen dan tanggung jawab yang sama di manapun berada.

“Dengan terhubung ke fasilitas pengantaran barang Lion Parcel, para pelanggan kami termasuk jutaan pelapak di Bukalapak, dapat menjaga kelangsungan bisnisnya melalui hal-hal seperti perputaran modal yang lebih cepat dan kepercayaan yang tinggi dari para pembeli,” imbuh Farian.

Awal kerja sama ini ditandai dengan perkenalan armada pesawat Lion Parcel berlogo Bukalapak di badan pesawat yang bertempat di hanggar Batam Aero Technic. Pengguna Bukalapak juga akan menerima sejumlah promo dan penawaran menarik seputar ongkos kirim.

Dengan kerja sama ini, Bukalapak memosisikan dirinya sebagai perusahaan teknologi yang memiliki concern di sektor logistik. Perusahaan yang baru menerima pendanaan Seri F ini juga memiliki jabatan AVP Logistics yang diisi oleh Anudeep Pendem.

Anudeep kepada DailySocial menjelaskan bahwa fokus mereka saat ini adalah untuk membangun kerja sama dengan para penyedia jasa logistik terpercaya di Indonesia untuk bisa mengubungkan pelapak dengan pembeli.

“Untuk inovasi, Bukalapak menangani logistik untuk jutaan transaksi tanpa memiliki aset ataupun sistem kurir sendiri. Kami menggunakan big data untuk membantu kami memilih mitra-mitra logistik yang tepat untuk mengantarkan pengiriman ke barbagai area di Indonesia, termasuk yang terpencil dan relatif sulit dijangkau, dan memanfaatkan teknologi untuk memonitor semua pengiriman demi menjunjung transparansi untuk para pengguna,” terangnya

Ia menambahkan, “Customer obsessed adalah salah satu DNS Bukalapak dan divisi logistik berkomitmen untuk memastikan para pengguna menerima barang dengan baik, aman, dan dengan harga terjangkau serta menciptakan user experience terbaik.”

Sebelumnya, Bukalapak memiliki layanan BukaPengiriman yang menggandeng beberapa mitra logistik. Bukalapak juga telah menjalin kerja sama dengan Paxel untuk menghadirkan pengiriman same day delivery antar kota antar provinsi.

Update : tambahan tanggapan dari Anudeep Pendem.

Application Information Will Show Up Here