Fazz Dirikan Anak Usaha Multifinance “Fazz Finance”

Grup startup fintech Fazz mendirikan anak usaha di bidang pembiayaan PT Fazz Capital Finance. Pendirian ini telah mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diterbitkan pada 22 Februari 2024.

“Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47/POJK.05/2020 Tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan Syariah, PT Fazz Capital Finance diwajibkan untuk melakukan kegiatan usaha paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal izin usaha ditetapkan,” tulis OJK dikutip dari situs resminya, Kamis (21/3).

DailySocial.id berusaha menghubungi manajemen Fazz untuk dimintai keterangan, namun hingga berita ini diturunkan belum ada respons yang diberikan.

Bisa dikatakan, mendirikan perusahaan pembiayaan memberikan keleluasaan dalam menyalurkan pembiayaan karena limitnya yang lebih besar dari pemain lending, yakni maksimal Rp2 miliar untuk tiap pinjaman. Sementara itu, sumber dana dan struktur pembiayaannya juga berbeda. Perusahaan pembiayaan memiliki lebih banyak alternatif untuk mencari sumber dana, bisa melalui perbankan atau menerbitkan surat utang.

Langkah ini sebenarnya juga ditempuh oleh pemain startup lainnya yang mengakuisisi/mendirikan perusahaan pembiayaan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Gojek (PT Multifinance Anak Bangsa),
  2. Traveloka (PT Caturnusa Sejahtera Finance),
  3. Shopee (PT Commerce Finance),
  4. Kredivo (PT Kredivo Finance Indonesia),
  5. Xendit (PT Globalindo Multi Finance),
  6. Akulaku (PT Akulaku Finance Indonesia),
  7. Atome (PT Atome Finance Indonesia),
  8. Modalku (PT Modalku Finansial Indonesia),
  9. Honest (PT Sahabat Finansial Keluarga),
  10. Moladin (PT Moladin Finance Indonesia),
  11. Carro (PT Sembrani Finance Indonesia).

Hampir keseluruhan kesepakatan di atas dilakukan dengan cara anorganik, yakni akuisisi perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

Fazz Finance dipimpin oleh Anton Tjen sebagai Direktur Utama, sebelumnya Anton menjabat sebagai Chief Sales Officer di Modal Rakyat, anak usaha Fazz di bidang p2p lending. Ia ditemani oleh dua direktur lainnya, yakni M. Noer Hidayat dan Riscky Aditya.

Mengutip dari situs Fazz Finance, perusahaan menyediakan beragam produk pembiayaan, seperti perusahaan pembiayaan pada umumnya, yakni produk investasi, modal kerja, dan multiguna. Masing-masing sediakan pilihan bunga, kisarannya mulai dari 14%, 18% sampai 30% per tahun.

Masuknya Fazz Finance, melengkapi anak usaha di bawah Fazz. Berikut rinciannya:

  1. Fazz Agen: aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata.
  2. Fazz Business (rebrand dari Xfers): menawarkan solusi fintech untuk bisnis, berupa akun multi-currency, kirim dan terima pembayaran, dan mengembangkan dana dengan akun tabungan.
  3. StraitsX: infrastruktur pembayaran untuk aset digital, menyediakan akses yang cepat dan aman ke pasar aset digital dan aplikasi keuangan terdesentralisasi melalui StraitsX API dan stablecoin untuk individu dan bisnis.
  4. Modal Rakyat: layanan p2p lending untuk UMKM.

Fazz Financial Lakukan Reorganisasi, Salah Satunya Efisiensi Karyawan

Startup fintech Fazz Financial melakukan langkah reorganisasi bisnis pada tanggal 1 Maret 2023. Langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan dalam meningkatkan efisiensi operasional dan merampingkan bisnis.

“Agar kami dapat fokus pada kekuatan inti bisnis utama kami, yakni pembayaran, kredit, dan stablecoin,” ucap juru bicara Fazz saat dihubungi DailySocial.id, Kamis (2/3).

Perusahaan menuturkan keputusan ini diambil setelah melakukan semua langkah pemotongan sejumlah pengeluaran, termasuk pemotongan gaji sukarela, pembekuan gaji para pendiri dan tim eksekutif senior, selain mengurangi elemen biaya tetap yang tidak penting lainnya.

Perusahaan tidak merinci berapa banyak karyawan yang terdampak dari pengambilan keputusan tersebut. Namun, menurut kabar beredar di media sosial, sebanyak 15% dari total karyawan terkena imbasnya.

Berkaitan dengan itu, juru bicara perusahaan menyampaikan, perusahaan tetap memenuhi seluruh kewajiban sesuai perundang-undangan yang berlaku, seperti pesangon, tunjangan hari raya, untuk karyawan terdampak. Tak hanya itu, benefit lainnya juga diberikan seperti, tunjangan kesehatan selama dua bulan dan pendampingan kesehatan mental dari tenaga profesional.

“Selain itu, Fazz akan memberikan dukungan dan sumber daya berkelanjutan kepada karyawan yang terkena dampak untuk membantu mereka dalam mencari pekerjaan,” tutup perusahaan.

Sebagai catatan, ini adalah kedua kalinya Fazz melakukan efisiensi bisnis. Pertama kali diumumkan pada Juni 2020 dengan mengurangi 10% tenaga kerja yang bergerak di bisnis non-inti dan bisnis yang banyak kontak fisik dengan pengguna. Sebelum efisiensi, jumlah karyawan di Fazz tembus 600 orang.

Dikabarkan sedang menggalang dana

Di tengah kabar PHK, Fazz dikabarkan sedang menggalang pendanaan lanjutan seri C. Berdasarkan regulatory filling, MUFG menjadi investor baru yang masuk dalam putaran tersebut. Saat dimintai tanggapannya, juru bicara perusahaan tidak bersedia berkomenter lebih lanjut dan berdalih saat ini perusahaan sedang menyelesaikan bisnis dan keuangannya.

“Kami ingin memberi Anda lebih banyak informasi tetapi ini butuh waktu tambahan untuk menyelesaikan detailnya, kami pun bisa memberi cerita yang lebih lengkap dan akurat.”

Sebelumnya perusahaan mengumumkan putaran seri C pada September 2022 senilai $100 juta. Sejumlah investor ternama berpartisipasi dalam putaran tersebut, seperti Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company, dan lainnya. Sebanyak $25 juta dalam total dana tersebut berbentuk debt (term sheet) dari Lendable, sisanya berbentuk ekuitas.

Sebagai grup, Fazz memiliki beberapa lini bisnis. Di antaranya, Fazz Agen, yakni aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata. Berikutnya, Fazz Business, rebrand dari Xfers, sebuah akun bisnis untuk membantu startup, UMKM dan perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkembang.

Fazz Businesss membantu pebisnis dalam membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan dan menerima pembayaran, mengembangkan modal, dan memperoleh pendanaan.

Selain Fazz Agen dan Fazz Business, Fazz juga memiliki unit bisnis lainnya, yakni Modal Rakyat – layanan pendanaan Peer-to-Peer dan pinjaman untuk UMKM, dan StraitsX – infrastruktur pembayaran untuk aset digital.

Application Information Will Show Up Here

Xfers “Rebrand” Jadi Fazz Business, Perkuat Misi sebagai Penyedia Solusi B2B [UPDATED]

Unit bisnis Fazz Financial Group (FFG), Xfers mengumumkan rebrand menjadi Fazz Business. Dalam situs resminya disampaikan, perubahan nama ini menjadikan fokus perusahaan lebih dari sekadar pembayaran, tapi juga tabungan dan kredit. Rangkaian produk keuangan ini diharapkan dapat mendukung dan mengembangkan berbagai bisnis di Asia Tenggara.

“Perubahan ini kami lakukan unutk dapat terus membantu Anda membangun, menjalankan, dan mengembangkan bisnis,” tulis manajemen.

Sementara itu, StraitsX tetap menjadi cabang kripto independen di bawah Fazz Business yang mendukung infrastruktur pembayaran untuk aset digital. StraitsX itu sendiri didirikan pada 2019 sebagai pengembang platform aset digital untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa.

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, manajamen perusahaan menyampaikan tak hanya Xfers yang rebrand, nama induk perusahaannya, yakni FFG juga turut diubah menjadi Fazz.

“Fazz sendiri merupakan ekosistem layanan finansial yang terdiri atas: Fazz (akun bisnis di Asia Tenggara), dengan Fazz Business sebagai komponen dari Fazz. Fazz Business merupakan rebrand dari Xfers, yang melayani usaha menengah dan startup-startup dengan pertumbuhan cepat di Singapura dan Indonesia dan StraitsX (infrastruktur pembayaran bagi aset digital),” tulis manajemen.

Didirikan pada tahun 2015, Xfers membawa misi untuk mempercepat akses keuangan di Asia Tenggara dengan memungkinkan bisnis menerima pembayaran dan mengirim uang. Xfers menawarkan berbagai jalur keuangan last-mile, termasuk Xfers Send, Xfers Accept, Xfers Wallet, dan StraitsX.

Di Singapura, Xfers telah mengantongi lisensi yang dikeluarkan oleh Monetary Authority of Singapore untuk penerbitan uang elektronik. Di Indonesia, Xfers menghubungkan bisnis ke berbagai metode pembayaran yang mencakup transfer bank, e-wallet, dan saluran offline seperti jaringan perbankan agen dan toko serba ada.

Sejak Xfers diakuisisi oleh Payfazz, keduanya punya independensi dalam mencapai tujuan. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia karena cakupannya yang luas, sementara Xfers berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG (Fazz Financial Group), fokus menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang sudah dikumpulkan oleh grup.

Selain itu, Xfers juga bakal menjadi kendaraan bagi grup untuk ekspansi ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara.

Enam tahun Fazz

Pada waktu yang berdekatan, induk grup dari Xfers mengumumkan hari jadinya yang ke-6 yang dirayakan dengan pergantian logo. Dalam paparannya, CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan saat perusahaan dirintis, ia harus mengunjungi warung satu per satu dengan motor. Banyak usaha kecil yang membayar tagihan dengan uang tunai, komputer dengan hardware jadul untuk transfer dan menerima dana, dan mencatat pengeluaran dengan cara kuno, pakai pensil dan kertas.

Solusi yang dikembangkan Fazz diklaim berhasil membantu lebih dari 200 ribu bisnis yang tersebar di Singapura dan Indonesia, permudah pengiriman dan penerimaan dana, pencatatan dan laporan keuangan secara otomatis, menerima kredit, bahkan mengakses blockchain lewat smartphone. “Bagi pemilik bisnis kecil, ini mengubah hidup mereka,” kata Hendra.

Akan tetapi, sambungnya, masih banyak usaha kecil yang belum terjamah. Usaha kecil ini merupakan kontributor penting bagi perekonomian di Asia Tenggara yang mewakili antara 97% dan 99% dari perusahaan dan antara 60% dan 80% dari ketenagakerjaan di negara-negara ASEAN.

“Mereka adalah sumber kehidupan ekonomi Asia Tenggara – dan mereka berada di bawah ancaman. Ketika pemilik usaha kecil terpaksa tutup, ada keluarga di belakang mereka yang kehilangan penghasilan. Jika kita tidak membantu mereka untuk berhasil, kemajuan yang telah kita buat selama ini akan sia-sia.”

Untuk itu, dalam dua tahun mendatang perusahaan akan menjadi periode penting dalam meningkatkan dampak secara lebih luas, melayani lebih banyak kategori bisnis, dan memperluas jangkauan layanan keuangan, mengingat masih banyak ruang yang bisa digarap di industri keuangan.

“Tahun ini, kami memulai dengan kuat memperluas cakupan kami dari Indonesia ke Singapura, memperluas penawaran kategori kami untuk melayani bisnis yang lebih luas, termasuk FMCG, F&B, grosir, distributor, startup e-commerce, startup D2C, memperluas jangkauan layanan keuangan kami ke transfer, kredit, BNPL, manajemen biaya, tabungan hasil tinggi, dan pembukuan,” tutup Hendra.

*) Kami menambahkan pernyataan tertulis dari manajemen Fazz, termasuk rebrand FFG menjadi Fazz

Application Information Will Show Up Here

Fazz Financial Dikabarkan dalam Proses Penggalangan Dana Seri C

Fazz Financial Group (Fazz) dikabarkan sedang dalam proses penggalangan dana Seri C yang berpotensi melontarkan valuasi perusahaan di jajaran unicorn. Menurut informasi yang diperoleh DailySocial, setidaknya pendanaan senilai $60 juta (sekitar 890 miliar Rupiah) sudah dikumpulkan pihak perusahaan dari berbagai pihak.

DailySocial sudah menghubungi pihak Fazz Financial untuk dimintai konfirmasi, namun hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan yang diberikan.

Kabar ini sebenarnya sudah terendus sejak Februari 2022. Fazz Financial terakhir kali mengumumkan pendanaan Seri B sebesar $53 juta yang dipimpin B Capital Group dan Insignia Ventures pada Juli 2020. Saat ini, secara valuasi Fazz telah masuk dalam jajaran centaur, mengumpulkan pendanaan ekuitas lebih dari $74,1 juta dari berbagai investor blue chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, diperkirakan perusahaan menggalang dana  seri C dengan nominal minimal $150 juta (2,2 triliun Rupiah). Sudah ada beberapa startup unicorn di sektor fintech, yaitu Ovo, Xendit, dan Ajaib.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan sebelumnya, Fazz berambisi  menggunakan dana segar untuk merealisasikan aplikasi super yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan, termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Fazz Financial Segera Galang Pendanaan Seri C untuk Realisasikan “Superapp”

Fazz Financial Group (Fazz) mengungkapkan sedang mempersiapkan putaran dana Seri C. Sejumlah investor teknologi di Amerika Serikat disebutkan bakal terlibat dalam putaran tersebut. Kendati demikian ketika kami hubungi, salah satu eksekutif perusahaan enggan menyebutkan target-target terkait penggalangan dana baru ini — bahkan ia mengatakan beberapa rumor yang beredar tidak tepat.

Sejauh ini, secara valuasi Fazz telah masuk ke dalam kategori centaur, mengumpulkan lebih dari $74,1 juta pendanaan ekuitas dari berbagai investor blue-chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners. Putaran Seri B diumumkan pada Juli 2020 sebesar $53 juta yang dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, sedikitnya perusahaan membutuhkan putaran seri C ini paling sedikit $150 juta (dengan faktor pengali sebanyak 4x — berkaca pada beberapa unicorn baru yang muncul akhir-akhir ini).

Dalam keterangan resmi, dana segar nantinya akan digunakan untuk merealisasikan aplikasi super alias superapp yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Capaian bisnis

Pada tahun lalu, grup fintech ini telah mencapai lebih dari $10 miliar dalam volume transaksi tahunan dalam platformnya, naik lebih dari 200% secara yoy. Perusahaan berada di jalur untuk mencapai pendapatan lebih dari $60 juta pada akhir 2022, naik dari $32 juta pada 2021.

CFO Fazz Karl Hu mengatakan, “Rekor transaksi setahun penuh dan pertumbuhan pendapatan adalah hasil langsung dari strategi fokus Fazz dalam melayani kumpulan besar bisnis underbanked di Asia Tenggara dan menghubungkan mereka dengan komprehensif kami semua dalam satu platform keuangan.”

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Saat ini, ada lebih dari 150 ribu bisnis di platform Fazz yang terhubung langsung ke ekosistem pembayaran B2B dan B2C. Grup ini juga memegang jumlah lisensi untuk fungsi e-money, penerimaan pembayaran, transfer, peminjaman, perbankan, dan kartu. Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

“Pertumbuhan kuat kami pada tahun 2021 hanyalah awal dari perjalanan kami, dengan jalan panjang untuk mendukung bisnis yang berkembang di kawasan ini dan kami akan terus menggandakan pertumbuhan pada tahun 2022,” tambah Hu.

Portofolio Fazz

Fazz saat ini telah menjelma sebagai raksasa baru di industri fintech yang memiliki berbagai afiliasi di vertikal bisnis keuangan. Lewat penggabungan bersama Xfers membentuk Fazz Financial Group, menyatukan tiga bisnis keuangan yang menyasar pada merchant (Payfazz), ritel (neu), dan enterprise (Xfers).

Di luar itu, ada StraitsX yang bergerak di pengembang aset digital, Modal Rakyat yang bergerak di lending usaha produktif, PT Cashfazz Teknologi Nusantara sebagai pemegang lisensi uang elektronik, startup pencatatan keuangan CrediBook yang masuk ke dalam portofolio lewat investasi yang dikucurkan dari Payfazz.

Menariknya, baik Hendra maupun Hendoko, serta co-founder Payfazz lainnya juga aktif berinvestasi tahap awal ke berbagai startup, baik itu berhubungan langsung dengan dunia fintech maupun tidak. Pun, melalui kantong sendiri atau lewat fund VC. Nama-namanya adalah UpBanx, Aspire, Verihubs, Shipper, dan Pahamify.

Application Information Will Show Up Here

Fintech for Creator Platform UpBanx Secures 74 Billion Rupiah Funding, Claiming Centaur Valuation in Its First Year

The fintech platform UpBanx, which aims to develop a digital banking platform for creators (or influencers) and brands, announced a pre-seed funding of $5.2 million or around 74 billion Rupiah, claiming a valuation of $120 million (centaur) within only 6 months of operation or 1 official month. The service alone is yet to accessible for public.

The current funding was participated by Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad and Nagita Slavina, the creator network of Collab Asia and DRM (Digital Chain Maya), and a number of well-known angel investors.

It is also listed in the ranks of these angel investors, Melvin Hade (GFC Partner), Hendra Kwik (CEO of Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO of Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO of Shipper), and Arya Setiadharma (CEO of Prasetia Dwidharma).

UpBanx was founded by Wafa Taftazani (ex-Googler and Co-Founder of Modal Rakyat), Hendri Wijaya, and Alif Jafar Fatkhurrohman. The company is part of the prestigious Y Combinator incubator batch W22 .

The CEO, Wafa Taftazani said, “We built UpBanx as an integrated platform for the creator economy and beyond. Apart from providing financial solutions, we will also facilitate seamless collaboration between creators and brands. In the near future, we will also act as a Web3 launch platform for creators. and brands, to help support fan engagement in new, innovative ways.”

UpBanx will be available in 2022. The concept is somewhat different from most digital banking. In order to join, participants must be creators on YouTube, Instagram, or TikTok. The curation criteria is yet to announce by the platform.

UpBanx will later use a banking license owned by BPR Sentral Mandiri and supported by Fazz Financial’s fintech ecosystem, including Modal Rakyat and Cashfazz.

There are not many digital banking platforms that specifically target niche markets. Previously, Hijra from Alami was also projected to be the first Islamic digital bank.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Fintech untuk Kreator UpBanx Raih Pendanaan 74 Miliar Rupiah, Klaim Valuasi Centaur di Tahun Pertama Beroperasi

Platform fintech UpBanx, yang bertujuan mengembangkan platform perbankan digital untuk kreator (atau influencer) dan brand, mengumumkan perolehan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi. Layanannya sendiri belum bisa diakses oleh publik.

Pendanaan kali ini diikuti Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama.

Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

UpBanx didirikan oleh Wafa Taftazani (ex-Googler dan Co-Founder Modal Rakyat), Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman. Mereka mengikuti inkubator prestisius Y Combinator batch W22.

CEO Wafa Taftazani mengatakan, “Kami membangun UpBanx sebagai platform terintegrasi untuk ekonomi kreator dan lebih luasnya. Selain menyediakan solusi keuangan, kami juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, kami juga akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk membantu fan engagement dengan cara baru yang inovatif.”

UpBanx bakal hadir tahun 2022 ini. Konsepnya agak berbeda dengan perbankan digital kebanyakan. Untuk bergabung, peserta harus menjadi kreator di YouTube, Instagram, atau TikTok. Belum diketahui bagaimana kriteria kurasi yang dilakukan platform nantinya.

UpBanx nantinya akan menggunakan lisensi perbankan milik BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial, khususnya Modal Rakyat dan Cashfazz.

Belum banyak platform perbankan digital yang spesifik menargetkan pasar-pasar ceruk (niche). Sebelumnya Hijra dari Alami juga diproyeksikan menjadi bank digital syariah pertama.

Payfazz Reveals 428 Billion Rupiah Investment for Payment Gateway Startup Xfers

Payfazz disclosed a strategic investment in Singapore-based payment gateway startup Xfers. Rumor has been circulating in the industry since May 2020, but Payfazz‘ CEO Hendra Kwik keeps denying it every time DailySocial tried to confirm.

On 19 May 2020, he said that currently, the two companies are solely business partners. Eventually, we found the Xfers logo attached under the Fazz Financial logo at the Payfazz office. However, on January 26, 2021, Hendra still denied the rumor.

Under Fazz Financial, there is also Modal Rakyat. In addition, investment also planted in Credibook which has recently received Pre-Series A funding.

Through the strategic investment, Payfazz and Xfers will become part of the newly formed entity, the Fazz Financial Group (FFG) to jointly achieve the mission of providing financial inclusion throughout Southeast Asia. This will be the first cross-border transaction between two fintech startups in Southeast Asia.

It is said that the investment value Payfazz has disbursed for Xfers was worth $30 million (more than 428 billion Rupiah). Also, Hendra will occupy the position of CEO of FFG, while Tianwei Liu will occupy the position of Deputy CEO. Robert Polana, Tiket.com’s former CFO also joined as FFG CFO.

This strategic move is expected to further encourage the two companies to expand their business in providing more collaborative services throughout Southeast Asia.

For the record, Hendra had first introduced Fazz Financial during an interview with DailySocial in February 2020, as Payfazz has performed various business expansions, therefore, a business group was formed.

Separately, in a virtual press conference today (4/3), Hendra said that both Payfazz and Xfers will have their respective identities in achieving their goals. Payfazz will focus first on the Indonesian market considering that there is still a lot of potentials.

Meanwhile, Xfers will function as a B2B service from FFG – focused on connecting external customers to the payment infrastructure and user network that FFG aggregates. Xfers will continue to focus on increasing presence in a number of countries in Southeast Asia, considering the company is available in three countries. Although it is possible that Payfazz will expand its business in the future.

“Imagine that is like Amazon is Payfazz and AWS is Xfers. AWS present in every building cloud infrastructure, while Amazon is only present in a handful of countries because these two things are different [in terms of challenges and regulations]. Independence is very important, we [Payfazz] ] did not want to limit their operations, nor did we have to follow Xfers’ strategy,” Hendra said.

He added whether Payfazz has the opportunity for regional expansion in the future, the process will indeed be easier as it can take advantage of the API infrastructure that Xfers has built.

The reason behind Payfazz’s interest to invest is actually motivated by the longstanding partnership between the two companies. In addition, they are both graduates of the Y Combinator accelerator program.

Hendra observes Xfers’ API technology really helps the integration process with B2B clients in targeting more unbanked people with financial services. Thus, the more B2B clients successfully signed up with Payfazz, of course, the more inclusive digital financial services are.

“Therefore, we [Payfazz] can focus on pursuing better growth because instead of building the API itself, the costs that should have been incurred, can be transferred to Xfers.”

Currently, Payfazz has 250 thousand registered agents serving more than 10 million unbanked people in Indonesia.

Xfers‘ presence in Indonesia began in 2016 after obtaining $2.5 million in seed funding led by Facebook’s Co-Founder, Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, and Partech Ventures.

In 2019, they released Straits X, the first blockchain-supported initiative to advance the open finance ecosystem in Singapore powered by Zilliqa. Xfers’ Indonesian business partners are not only Payfazz, there are also Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, and Tunai Kita.

Tianwei said, in the second quarter of 2021, the company will launch two new products. First, a payment solution without integration targeted at merchants based in Singapore. Second, a single integration solution to connect companies/entrepreneurs with fintech expecting to enter Southeast Asia with local payment methods in the region. This is also supported by assistance to reach unbanked consumers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Umumkan Investasi 428 Miliar Rupiah Terhadap Startup Payment Gateway Xfers [UPDATED]

Payfazz mengumumkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Desas-desus kabar ini sebenarnya sudah dimulai sejak Mei 2020, namun CEO Payfazz Hendra Kwik selalu membantahnya saat dimintai konfirmasi oleh DailySocial.

Pada 19 Mei 2020,  dia berkilah bahwa saat ini hubungan kedua perusahaan semata-mata adalah mitra bisnis. Hingga kami mendapati logo Xfers yang terpampang di bawah logo Fazz Financial di kantor Payfazz. Namun, pada 26 Januari 2021 masih dibantah oleh Hendra.

Di bawah Fazz Financial, juga terdapat Modal Rakyat. Selain itu, juga berinvestasi ke Credibook yang belakangan ini peroleh pendanaan Pra-Seri A.

Melalui investasi strategis, Payfazz dan Xfers akan menjadi bagian dari entitas yang baru terbentuk yaitu Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Hal ini menjadi transaksi antar-negara pertama antara dua startup fintech di Asia Tenggara.

Disampaikan, nilai investasi yang digelontorkan Payfazz untuk Xfers sebesar $30 juta (lebih dari 428 miliar Rupiah). Disebutkan juga, Hendra akan menempati CEO FFG, sementara CEO Tianwei Liu menempati posisi Deputy CEO. Robert Polana, eks CFO Tiket.com, bergabung sebagai CFO FFG.

Langkah investasi ini selanjutnya diharapkan dapat mendorong kedua perusahaan tersebut agar dapat mengembangkan bisnisnya dalam menyediakan layanan yang lebih kolaboratif untuk seluruh Asia Tenggara.

Sebagai catatan, brand Fazz Financial ini sebenarnya sudah diperkenalkan Hendra saat wawancara bersama kami pada Februari 2020, karena Payfazz telah melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga dibentuk grup usaha.

Secara terpisah, dalam konferensi pers virtual yang digelar hari ini (4/3), Hendra menyampaikan baik Payfazz dan Xfers akan memiliki indenpensi masing-masing dalam mencapai tujuannya. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia terlebih dahulu mengingat masih banyak potensi yang belum tergarap.

Sementara, Xfers akan berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG – difokuskan pada menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang dikumpulkan oleh FFG. Xfers bakal melanjutkan fokusnya perbanyak kehadiran ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya Payfazz akan ekspansi bisnis.

“Anggap seperti Amazon adalah Payfazz dan AWS adalah Xfers. AWS sudah hadir di mana-mana membangun infrastruktur cloud, sementara Amazon baru hadir di segelintir negara saja karena dua hal ini berbeda [dari segi tantangan dan regulasi]. Indenpendensi sangat penting, kami [Payfazz] tidak ingin membatasi operasional mereka, kami pun tidak ingin mengikuti strategi Xfers,” kata Hendra.

Dia menambahkan, akan tetapi apabila ke depannya Payfazz punya kesempatan untuk ekspansi regional, tentunya proses lebih mulus karena dapat langsung memanfaatkan infrastruktur API yang sudah dibangun Xfers.

Alasan Payfazz tertarik untuk berinvestasi sebenarnya juga dilatarbelakangi oleh hubungan kemitraan antara kedua perusahaan yang sudah terjalin sejak lama. Selain itu, sama-sama lulusan dari program akselerator Y Combinator.

Hendra memandang teknologi API yang dibangun Xfers sangat membantu proses integrasi dengan klien B2B dalam menargetkan lebih banyak masyarakat unbanked dengan layanan keuangan. Dengan demikian, semakin banyak klien B2B yang berhasil digaet Payfazz tentunya semakin inklusif suatu layanan keuangan digital.

“Sehingga kami [Payfazz] bisa fokus mengejar pertumbuhan yang lebih baik karena daripada bangun API sendiri, cost yang seharusnya dikeluarkan, bisa dialihkan ke Xfers.”

Saat ini Payfazz memiliki 250 ribu agen terdaftar yang melayani lebih dari 10 juta masyarakat unbanked di Indonesia.

Awal kehadiran Xfers di Indonesia dimulai pada tahun 2016 pasca memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $2,5 juta yang dipimpin oleh Co-Founder Facebook Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, dan Partech Ventures.

Pada 2019, mereka merilis Straits X, inisiatif pertama yang didukung blockchain untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa. Mitra bisnis Xfers di Indonesia tidak hanya dengan Payfazz, juga ada Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, dan Tunai Kita.

Tianwei menuturkan, pada kuartal II 2021 nanti perusahaan akan meluncurkan dua produk baru. Pertama, solusi pembayaran tanpa integrasi yang ditargetkan bagi pedagang yang berbasis di Singapura. Kedua, solusi integrasi tunggal untuk menghubungkan perusahaan / pengusaha dengan fintech yang ingin memasuki Asia Tenggara dengan metode pembayaran lokal di wilayah tersebut. Hal ini juga didukung dengan bantuan untuk menjangkau konsumen yang tidak memiliki akses perbankan.

*Kami menambahkan pernyataan dari konferensi pers virtual yang digelar FFG

 

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Launches New Feature to Support Online Sellers

The Covid-19 pandemic has shifted MSME sales channels which originally offline to online to minimize physical contact and mobility restrictions. Payfazz uses this opportunity to innovate by launching the “Warung Online” feature.

In addition, Payfazz is quite confident with the potential target market. According to BPS, around 11.7 million out of 64 million MSMEs have penetrated the digital ecosystem per May 2020. Therefore, there are currently more than 55.8 million or 87% MSMEs that are yet to digitize. This is an opportunity for startups to work on segments that is lack digital penetration.

Payfazz Brand Manager Safina Saleh explained, Warung Online is a development of a feature that was previously launched in August 2020, namely the Menu Alat Warung. In this feature, later orders from customers can be recorded directly in the Payfazz application.

“With the Warung Online feature, it is expected that Payfazz agents can reduce physical contact as well to expand the scope of their customers, therefore, the business can continue to grow and improve,” Safina said in an official statement, Friday (26/2).

Further explained, Warung Online allows agents to sell their merchandise online via a profile link on the Payfazz application. Agents can register their business for free through Payfazz and listed items to be sold, such as grocery, wholesale, clothing, food, beverages, and others that will be offered to customers.

Next, agents can share the link with their customers via social media platforms or text messages. Buyers can open the link to see the products from the agent’s shop and immediately order them online.

Sumber: Payfazz
Source: Payfazz

Separately contacted by DailySocial, Safina explained that the delivery and payment flow in the Warung Online feature can be adjusted according to the agreement of each buyer and seller. “This process takes place outside the Payfazz platform and the Warung Online features.”

Warung Online is expected to expand the reach of the business and increase the number of customers. She also ensures that agents do not have to worry about additional operational costs as the feature can be used by all agents for free.

Safira said that the number of agents using the Warung Tools Menu has reached more than 100 thousand and most of them come from Java & Sumatra Islands.

During 2020, the number of agents who have joined Payfazz has reached more than 1 million users. The most widely used features are PPOB Transactions, Warung Cashier Recording & Debt Logging.

The MSME digitization has been increasingly driven throughout the pandemic. Therefore, various initiatives have been created by various startups not only Payfazz, Grab, for example, is working with startups such as Warung Pintar to list agents into GrabMart, therefore, it’ll expand the business reach.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here