Apa Saja yang EA Umumkan di EA Play Live?

Electronic Arts menggelar EA Play Live untuk menggantikan E3 yang dibatalkan. Dalam acara virtual tersebut, EA membuat beberapa pengumuman penting terkait game mereka, baik game-game yang telah diluncurkan seperti Apex Legends dan The Sims 4 maupun game-game baru seperi FIFA 21 dan Rocket Arena.

Inilah beberapa hal penting yang EA umumkan dalam EA Play Live.

1. Apex Legends

Apex Legends akan bisa dimainkan melalui Steam dan Switch mulai musim gugur tahun ini. EA juga memberikan dukungan fitur cross-play. Dengan begitu, pemain yang menggunakan PC akan bisa bermain bersama gamer yang bermain di konsol, seperti PlayStation 4 dan Xbox One.

Developer Respawn Entertainment juga memperkenalkan Lost Treasures Collection Event, yang akan dimulai pada 23 Juni 2020. Di sini, Anda akan bisa memainkan mode Armed and Dangerous: Evolved, yang hanya memungkinkan Anda untuk menggunakan shotgun atau sniper rifle. Mode ini hanya bisa dimainkan dalam waktu terbatas. Dalam Apex Legends, Respawn juga kembali menyediakan Mobile Respawn Beacon.

2. FIFA 21 dan Madden 21

Dalam Play Live, EA juga mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan FIFA 21 pada 9 Oktober 2020. Game ini akan bisa dimainkan di PlayStation 4, Xbox One, dan PC via Origina dan Steam. Game tersebut juga akan tersedia di Google Stadia. Menariknya, setelah Anda membeli FIFA 21, EA menawarkan upgrade gratis untuk pemilik PlayStation 5 dan Xbox Series X.

EA juga akan meluncurkan Madden NFL 21 pada 28 Agustus 2020. Game american football ini akan tersedia untuk PS4, Xbox One, dan PC via Origin serta Steam. Sama seperti FIFA 21, pemilik konsol PS5 dan Xbox Series X juga akan daapt melakukan upgrade gratis.

3. The Sims 4 Tersedia di Steam

Apex Legends bukan satu-satunya game EA yang akan bisa diakses melalui Steam. Dalam EA Play Live, mereka mengumumkan bahwa mereka akan membawa beberapa game mereka di Steam. Beberapa game tersebut antara lain A Way Out, Dead Space 3, The Sims 4, dan Titanfall. Keputusan EA ini menarik karena mereka telah memiliki platform distribusi game sendiri, Origin.

4. Star Wars: Squadrons

Star Wars: Squadrons adalah game multiplayer yang mengadu para pemainnya dalam pertarungan udara 5v5. Di sini, Anda akan bisa menjadi pilot dari pesawat-pesawat ikonik Star Wars, seperti X-Wing dan TIE Fighters. Game ini akan diluncurkan untuk PS4, Xbox One, dan PC pada 2 Oktober 2020. Untuk pemilik PS4 dan PC, Squadrons juga bisa dimainkan menggunakan headset VR.

5. Skate

EA mengungkap bahwa mereka tengah mengembangkan game Skate baru. Game Skate 3 dirilis pada 2010. Sejak saat itu, banyak fans yang ingin agar EA meluncurkan game berikutnya dari franchise Skate. Dan sekarang, EA mengabulkan permintaan itu. Sayangnya, tidak banyak informasi yang ada terkait game Skate baru tersebut. Tampaknya, game ini masih dalam tahap pengembangan awal.

6. Rocket Arena, It Takes Two, dan Lost in Random

Dalam Play Live, EA juga mengumumkan bahwa akan mereka akan meluncurkan 3 game baru di bawal label EA Originals. Ketiga game itu adalah Rocket Arena dari Final Strike Games, It Takes Two dari Hazelight Studios, dan Lost in Random dari Zoink.

Rocket Arena adalah game hero arena shooter. Game ini akan diluncurkan pada 14 Juli 2020 di PlayStation 4, Xbox One, dan PC via Origin dan Steam. Sementara It Takes Two adalah game co-op action adventure platformer dari studio yang membuat game A Way Out. It Takes Two bercerita tentang seorang anak yang orangtuanya hendak bercerai. Sang anak lalu membuat khayalan tentang kedua orangtuanya yang saling bekerja sama. Game ini akan diluncurkan pada 2021. Terakhir, Lost in Radom adalah game action-adventure dengan tema fairytale. Game tersebut juga akan dirilis pada 2021 untuk PS4, Xbox One, serta PC.

Gareth Bale Buat Ellevens Esports untuk Berlaga di FIFA

Pemain sayap Real Madrid, Garet Bale baru saja mengumumkan peluncuran organisasi esports baru miliknya, Ellevens Esports. Untuk mendirikan organisasi tersebut, Bale bekerja sama dengan 38 Entertainment Group, yang didirikan oleh penguasaha Jonathan Kark dan mantan pesepak bola Larry Cohen. Elleven Esports akan bertanding di FIFA eClub World Cup, yang akan diadakan pada bulan ini di Milan, Italia. Tim FIFA tersebut memiliki pemain asal Brasil dan juga Wales.

“Di lapangan, tujuan saya adalah untuk menang. Bagi Ellevens Esports, keinginan untuk menang juga sangat penting,” kata Bale, seperti dikutip dari BBC. “Ada kesamaan antara sepak bola dan esports, yaitu untuk menjadi pemain terbaik, diperlukan pengorbanan dan dedikasi.”

Bale lalu menjelaskan bahwa dia juga akan mencari para gamer berbakat untuk bermain di organisasi esports miliknya. Selain FIFA, Ellevens akan mencari pemain untuk bertanding di game esports lain, yaitu Counter-Strike: Global Offensive, Fortnite, dan Rocket League. Nantinya, mereka akan mengadakan talent hunt untuk mencari pemain berbakat yang bisa menandatangani kontrak untuk bermain di Ellevens.

Gareth Bale bersama pemain Ellevens Esports. | Sumber: Esports Insider
Gareth Bale bersama pemain Ellevens Esports. | Sumber: Esports Insider

“Kami melihat, esports adalah fenomena internasional yang berpotensi tumbuh pesat. Kami secara aktif menanamkan modal di bisnis lain dalam ekosistem esports,” kata Kark, menurut laporan Esports InsiderGame memang tak lagi menjadi hobi bagi segelintir orang. Menurut laporan terbaru, di dunia, jumlah gamer telah mencapai 3,5 miliar orang. Selain itu, semakin banyak orang yang tertarik untuk menonton permainan orang lain. Inilah yang membuat esports dan streamer konten game menjadi semakin populer.

Bale bukanlah atlet olahraga pertama yang memutuskan untuk masuk ke dunia esports. Pada Januari 2020, atlet american football memutuskan untuk banting setir menjadi pemain FIFA profesional. Selain itu, juga ada beberapa klub sepak bola yang membuat tim esports, seperti Arsenal atau bekerja sama dengan organisasi esports ternama, seperti yang dilakukan oleh Manchester City dengan FaZe Clan atau Juventus dengan Astralis. Selain atlet dan klub olahraga, juga ada konglomerat yang memutuskan untuk berbisnis di esports, seperti Co-founder Alibaba, Joe Tsai dan Aquilini dari Kanada.

Turtle Beach Kerja Sama dengan Mossad “MSdossary” Aldossary

Perusahaan aksesori dan perangkat audio gaming, Turtle Beach mengumumkan kerja samanya dengan Mossad “MSdossary” Aldossary pada minggu lalu. Melalui kerja sama ini, Aldossary akan menggunakan headset gaming buatan Turtle Beach. Selain itu, dia juga akan ikut serta dalam sejumlah proyek bersama dengan rekan dan brand ambassador Turtle Beach yang lain.

“Mossad adalah pemain FIFA yang ternama dan telah menjadi penasehat Turtle Beach sejak lama. Kami senang dia memutuskan untuk bergabung dengan rekan gamer dan influencer terbaik kami,” kata CEO Turtle Beach, Juergen Stark, menurut laporan The Esports Observer. “Dia adalah salah satu pemain dengan follower dan penonton paling banyak dan karirnya di FIFA masih panjang. Kami tak sabar untuk membantunya menjadi lebih sukses lagi.”

Aldossary adalah pemain FIFA profesional asal Arab Saudi yang telah memenangkan sejumlah kejuaraan. Dia menjadi juara FIFA eWorld Cup pada tahun 2018 dan memenangkan Xbox World Championship dua kali berturut-turut. Tahun ini, Mossad juga ikut berpartisipasi dalam FIFA eWorld Cup. Dia bahkan bisa melaju ke babak final. Sayangnya, dia harus mengaku kalah dari Mohammed “MoAuba” Harkous dengan nilai 2-3.

MSdossary saat memenangkan eWorld Cup tahun lalu. | Sumber: EA
MSdossary saat memenangkan eWorld Cup tahun lalu. | Sumber: EA

Menurut Esports Earnings, sepanjang karirnya, Aldossary telah memenangkan total hadiah turnamen sebesar US$520 juta. Sepanjang sejarah esports scene FIFA 19, dia duduk di peringkat empat dalam daftar pemain dengan total hadiah terbesar. Dalam membuat kerja sama ini, Aldossary diwakili oleh Roc Nation Sports International. Ini bukan pertama kalinya Turtle Beach mendukung pelaku esports. Sebelum ini, mereka juga telah bekerja sama dengan sejumlah entitas seperti BLAST Pro Series, DreamHack, dan Houston Outlaws.

FIFA kini telah menjadi game esports yang populer. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penonton yang menonton dari FIFA eWorld Cup 19. Berlangsung selama tiga hari, turnamen tersebut ditonton sebanyak 47 juta kali di berbagai platform online. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah viewership eWorld Cup tahun ini naik 60 persen. Salah satu alasan mengapa jumlah penonton turnamen FIFA naik drastis adalah karena turnamen tersebut untuk pertama kalinya disiarkan dalam enam bahasa, yaitu Arab, Tiongkok, Inggris, Jerman, Portugal, dan Spanyol.

Dua Game Esports Terpopuler di Indonesia Adalah Game Mobile

Menurut laporan Esports Market Trend 2019 oleh DSResearch, lima game esports yang paling dikenal di Indonesia adalah Mobile Legends, Player Unknown’s Battleground (PUBG) Mobile, PUBG, Free Fire, dan Dota 2. Dari lima game tersebut, tiga di antaranya adalah game mobile, sementara dua game sisanya adalah game PC. Tren ini mirip dengan tren secara global. Dalam daftar turnamen esports paling populer pada semester pertama 2019 dari Esports Charts, tiga dari lima turnamen esports yang memiliki penonton paling banyak juga merupakan kompetisi untuk game mobile.

Sementara itu, di Indonesia, FIFA duduk di peringkat ke-6 sebagai game esports yang paling dikenal. Memang, di kalangan gamer Indonesia, game sepakbola memiliki tempat tersendiri. Indonesia juga memiliki atlet FIFA yang berpretasi, seperti Muhammad “PG.Barracx.Icanbutski” Ikhsan yang memenangkan IGL FIFA Offline Competition KAI Millenial Travel Fair pada April lalu. Kebanyakan game yang dikenal sebagai game esports memiliki genre battle royal, MOBA, atau FPS. Namun, Clash Royale yang merupakan game kasual, juga masuk ke dalam daftar 10 besar game esports paling populer di Tanah Air. Indonesia memiliki tim Chaos Theory, yang dianggap sebagai salah satu roster All-Indonesia terbaik, yang berlaga dalam Clash Royale League (CRL) 2019 Asia Season 2.

Dua belas game esports paling populer di Indonesia. Sumber: DSResearch
Dua belas game esports paling populer di Indonesia. Sumber: DSResearch

Ketika survei diambil pada Juli 2019, Mobile Legends menjadi game esports paling favorit di kalangan responden. Dari 1.445 responden survei yang DSResearch lakukan dengan JakPat Mobile Survey, 52 persen memainkan Mobile Legends. Empat game esports lain yang paling banyak pemainnya adalah PUBG Mobile, Free Fire, FIFA, dan PUBG. Sementara jika para responden dibagi berdasarkan gender, sebanyak 51 persen responden pria memainkan Mobile Legends dan 55,4 persen responden perempuan memainkan game buatan Moonton tersebut.

Terkait durasi waktu bermain, lebih dari 20 persen dari pemain Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, FIFA, dan PUBG — lima game esports dengan pemain paling banyak — memakan waktu 31 menit sampai 60 menit. Soal waktu bermain, sebanyak 34,7 persen responden mengatakan bahwa mereka biasanya bermain game di hari kerja pada pukul 6 sore sampai 9 malam. Sementara 25,7 persen lainnya mengaku bermain pada akhir pekan pada pukul 9 malam sampai tengah malam.

Durasi lama waktu bermain | Sumber: DSResearch
Durasi lama waktu bermain | Sumber: DSResearch

Hiburan masih menjadi alasan utama bagi para responden untuk memainkan game esports. Sebanyak 65 persen responden mengaku bahwa mereka bermain sebagai hiburan. Alasan lain para responden bermain adalah karena mereka merasa game esports cukup menantang. Gameplay yang menarik dan grafik yang cantik juga menjadi hal yang mendorong para responden untuk bermain game esports. Dorongan dari teman juga bisa membuat responden ikut memainkan game esports. Sebanyak 38,8 persen responden mengaku alasan mereka bermain game esports adalah karena banyak orang yang memainkan game tersebut.

Untuk tahu lebih banyak tentang tren industri esports di Indonesia — seperti game esports yang paling banyak ditonton atau platform yang digunakan untuk menonton konten esports — Anda bisa mengunduh hasil survei DSResearch di sini.

Audi Jadi Sponsor Future FC, Tim FIFA Astralis Group

Pada bulan Juli, tim CS:GO Astralis dan tim League of Legends Origen, melepaskan diri dari RFRSH Entertainment dan berdiri di bawah perusahaan Astralis Group. Satu bulan kemudian, Astralis Group mengumumkan keberadaan Future FC, yang akan bertanding dalam FIFA. Fatih Üstün menjadi pemain pertama mereka. Dia akan menandatangani kontrak dengan Future FC pada 1 Oktober setelah dia keluar dari M10. Üstün adalah salah satu pemain terbaik di FIFA. Dia masuk dalam empat besar dalam turnamen FIFA 19, FIFA eWorld Cup.

Sekarang, Future FC mendapatkan sponsor pertama mereka, yaitu Audi. Menurut laporan media Denmark, Ritzau, perusahaan pembuat mobil asal Jerman ini akan menjadi sponsor dari Future FC selama tiga tahun. Setiap tahunnya, Audi akan memberikan setidaknya US$1 juta pada Future FC. Dengan mejadi sponsor Future FC, logo Audi akan disematkan pada jersey pemain. Selain itu, keduanya juga akan bekerja sama untuk membuat konten digital serta berinteraksi dengan para fans via media sosial.

Esports Insider melaporkan, CCO dan Co-founder Astralis Group, Jakob Lund Kristensen berkata, “Sejak kerja sama pertama kami, kami telah melakukan diskusi dengan Audi tenatng kesembatan baru bagi kami untuk mengembangkan tim kami dan memanfaatkan komunitas yang kuat. Tidak hanya Audi telah bergabung dengan Astralis sejak awal, mereka juga memiliki peran penting dalam peluncuran Origen, dan sekarang, kami mengambil langkah untuk masuk dalam kesepakatan yang lebih cocok dengan nilai perusahaan kami.”

Future FC adalah divisi FIFA di bawah Astralis Group | Sumber: Esports Insider
Future FC adalah divisi FIFA di bawah Astralis Group | Sumber: Esports Insider

Ini bukan kali pertama Audi menjadi sponsor dari tim esports di bawah Astralis Group. Faktanya, Audi menjadi sponsor dari tim CS:GO Astralis pada awal 2017. Selain itu, mereka menjadi sponsor tim juara dari Intel Grand Slam Season 1 tersebut selama satu tahun, yaitu sejak November 2017 sampai November 2018. Pada Januari lalu, Audi kemudian memutuskan untuk mensponsori tim League of Legends Astralis Group, Origen. Sama seperti sponsorship untuk Future FC, kontrak Audi dengan Origen juga berlangsung selama tiga tahun.

“Future FC adalah bagian baru yang menarik dari kolaborasi Audi dengan Astralis Group, yang memungkinkan kami untuk memanfaatkan kesempatan digital dalam esports,” kata Head of Marketing, Audi Denmark, Morten Friis-Olsen, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Kerja sama dengan Future FC yang akan fokus pada game FIFA dan semua pemain serta fans game itu sangat menarik untuk Audi, terutama karena kolaborasi terkait tim sepak bola merupakan bagian dari DNA kami.”

Audi bukanlah satu-satunya perusahaan pembuat mobil yang tertarik untuk menjadi sponsor dari tim esports. Pada Januari lalu, Honda mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari Team Liquid. Tak berhenti sampai di situ, Honda lalu menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series (LCS) pada Agustus lalu. Alasan Honda adalah untuk mendekatkan diri dengan generasi Z dan milenial. Esports memang tengah digemari oleh para generasi muda. Tampaknya, inilah yang membuat merek non-endemik seperti perusahaan mobil tertarik untuk masuk ke industri ini.

Setelah Jakarta, Ultimo Hombre Axis Pyramid League Segera Hadir Juga di Surabaya

Surabaya kembali terpilih untuk jadi lokasi sebuah event kompetisi esports besar. Selain laga playoff Mobile Legends Professional League (MPL ID Season 2) yang diumumkan minggu lalu, ibukota provinsi Jawa Timur ini juga akan kedatangan ajang Ultimo Hombre Axis Pyramid League. Menariknya lagi, jarak antara kedua event di atas hanya terpaut seminggu. Arek-arek Suroboyo penggemar esports sepertinya langsung tahu harus menghabiskan akhir pekan ke mana dalam bulan November ini.

Sesuai dengan nama acaranya, Ultimo Hombre Axis Pyramid League adalah kompetisi hasil kerja sama antara organizer Ultimo Hombre Indonesia dan provider seluler Axis. Turnamen ini akan diadakan pada tanggal 24 – 25 November 2018, berlokasi di gedung Surabaya Convention Center (SCC), mal Pakuwon Trade Center.

Ultimo Hombre Axis Pyramid League | Mobile Legends
Kompetisi Mobile Legends berhadiah Rp100 juta | Sumber: Ultimo Hombre Indonesia

Mengusung uang hadiah yang mencapai Rp200 juta, turnamen ini mempertandingkan cukup banyak cabang esports. Pertama dan paling utama adalah Mobile Legends: Bang Bang dengan prize pool Rp100 juta. Selain itu ada juga kompetisi PUBG Mobile berhadiah Rp50 juta, cabang Dota 2 berhadiah Rp20 juta, Rp10 juta untuk Counter Strike: Global Offensive, ditambah kompetisi lain-lain seperti Tekken 7 dan FIFA.

Satu hal yang penting untuk diperhatikan, dalam Ultimo Hombre Axis Pyramid League tidak ada tahap kualifikasi online. Semua dilaksanakan langsung di lokasi acara secara offline. Jadi bila Anda memiliki tim dan berencana untuk unjuk gigi di turnamen ini, lebih baik maksimalkan waktu sebelum hari-H untuk berlatih agar dapat tampil maksimal.

Ultimo Hombre Axis Pyramid League | Dota 2
Tersedia juga kompetisi Dota 2 dan bermacam game lainnya | Sumber: Ultimo Hombre Indonesia

Pendaftaran Ultimo Hombre Axis Pyramid League Surabaya saat ini sudah dibuka, dan akan ditutup pada tanggal 18 November 2018. Untuk kompetisi Mobile Legends, formulir pendaftaran tersedia di tautan berikut. Sementara peserta Dota 2 dapat mendaftar lewat formulir yang satu ini. Belum ada informasi tentang pendaftaran cabang esports lainnya. Kita tunggu saja informasi lebih lanjut dari Facebook Page Ultimo Hombre Indonesia.

Selain peserta kompetisi, Ultimo Hombre juga membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berpartisipasi sebagai freelancer untuk membantu jalannya acara. Anda yang punya pengalaman (atau ingin mencari pengalaman) menjadi runner, LO, wasit, atau kru perlengkapan dalam kompetisi esports dapat mendaftarkan diri lewat email ke [email protected]. Lebih jelasnya, silahkan simak pengumuman dari Ultimo Hombre di tautan ini.

Ultimo Hombre Axis Pyramid League | Freelancer
Dapatkan pengalaman menggelar acara esports di sini | Sumber: Ultimo Hombre Indonesia

Bagi Anda yang belum tahu, Ultimo Hombre adalah esports organizer asal Inggris yang baru saja masuk ke Indonesia pada bulan Juli 2018. Dengan fokus pada penyelenggaraan turnamen amatir, Ultimo Hombre memiliki visi menjembatani ranah esports profesional dan gaming kompetitif kasual. Mereka sebelumnya juga telah sukses mengadakan acara Ultimo Hombre Axis Pyramid League di Jakarta pada bulan Agustus lalu, dengan hadiah Rp150 juta.

Sumber: Ultimo Hombre Indonesia

Call of Duty dan FIFA Menjadi Ujung Tombak Perkembangan eSport di Console

Dipopulerkan di PC, eSport kini bisa Anda temukan hampir di seluruh platform hiburan. Medium terbaru penyajiannya adalah perangkat bergerak berkat meroketnya permainan MOBA dan battle royale. Namun berbeda dari PC dan mobile, pengembangan olahraga elektronik di console betul-betul bergantung dari besarnya komitmen para publisher dan pemilik platform.

Skala eSport di console memang lebih kecil dari PC, namun belakangan ini ia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Tim analis Newzoo melaporkan bahwa ada dua judul yang berjasa mengangkat industri gaming kompetitif console, terutama di empat bulan pertama tahun 2018. Mereka ialah FIFA dan Call of Duty. Peningkatan bukan hanya terjadi pada total hadiah turnamen, tapi juga pada jumlah pemirsa.

Untuk memahami tingginya kenaikan minat khalayak terhadap eSport console, mari kita lihat pencapaian FIFA 18. Di bulan April 2018, permainan sepak bola punya EA tersebut berhasil naik 20 peringkat dan sukses mengamankan tempat di urutan 10 game eSport yang paling banyak ditonton di Twitch. Di periode yang sama, total hadiah turnamen permainan di console mencapai US$ 2,5 juta – dua kali lipat dibanding kuartal pertama 2017.

newzoo 2

Sejak Januari hingga April 2018, para user Twitch menghabiskan waktu 14,1 juta jam buat menyaksikan acara-acara kompetisi game ‘besar’ console (yakni turnamen dengan hadiah US$ 5.000 ke atas). Angka tersebut menandai pertumbuhan sebesar 95,5 persen dari momen yang sama di tahun lalu. Hal yang paling menarik dari eskalasi ini adalah, tidak ada kenaikan jumlah turnamen secara signifikan: 46 di 2018 dan 43 di 2017.

newzoo 1

Beberapa turnamen yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan eSport console meliputi dua kejuaraan FIFA 18 Ultimate Team Champions Cups, Call of Duty World League, serta Halo World Championship. Ditakar dari banyaknya penonton, Call of Duty memang paling populer, dengan total durasi di 5,8 juta jam. Lalu di urutan kedua ada FIFA 10 di 3,9 juta jam. Jika semuanya diakumulasi, eSport console menyumbang 4,5 persen penonton di Twitch dan YouTube Gaming.

Di sana, para publisher game raksasa-lah yang umumnya jadi penyelenggara turnamen eSport, contohnya Activision, Electronic Arts, Capcom, serta Microsoft. Di luar itu ada organisasi besar seperti MLG dan Evo.

Newzoo juga menyingkap tiga genre permainan favorit berdasarkan jumlah penonton. Pertama adalah fighting (41 persen), kedua shooter (38 persen) dan ketiga ialah olahraga (21 persen). Fighting berhasil merangkul pemirsa paling tinggi karena seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di atas, ada banyak judul masuk ke daftar 20 besar game eSport, contohnya Street Fighter V, Super Smash Bros. Melee, Dragon Ball FighterZ dan Tekken 7.

Coca Cola Tunjukkan Kolaborasi Gaya Baru untuk Iklan dalam Game

Seperti film, video game ternyata juga menjadi incaran berbagai brand yang ingin memanfaatkannya sebagai lahan promosi, walaupun tidak begitu sering. Yang paling umum adalah game ber-genre olahraga, seperti misalnya seri FIFA besutan EA. Namun dalam seri terbarunya, FIFA 18, elemen sponsorship yang ada sangatlah berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Kalau sebelumnya kita hanya melihat logo sponsor pada papan iklan atau seragam pemain, di FIFA 18 kita akan melihat bagaimana iklan dapat dimasukkan ke dalam jalan cerita permainan secara elegan. Itulah yang dilakukan Coca-Cola dalam rangka 20 tahun kemitraannya dengan EA, dibantu oleh agensi iklan Anomaly, Mercado McCann dan Havas.

Dalam story mode FIFA 18, pemain akan memainkan Alex Hunter, seorang bintang muda yang sedang naik daun dan akhirnya dikontrak sebagai model iklan oleh Coca-Cola. Peran Alex Hunter pada dasarnya bisa dikatakan sebagai versi virtual dari Cristiano Ronaldo, yang pada kenyataannya merupakan salah satu model iklan Coca-Cola – yang juga menjadi sampul kemasan game FIFA 18 itu sendiri.

Yang lebih menarik lagi, iklan yang dibuat Coca-Cola bersama model iklan virtual-nya itu terinspirasi oleh salah satu iklan populer Coca-Cola di tahun 1979 yang dibintangi oleh atlet football Joe Greene. Di iklan aslinya, seorang bocah memberikan sebotol Coca-Cola untuk Joe Greene; sedangkan di iklan versi FIFA 18, giliran Alex Hunter yang ditawari sekaleng Coca-Cola oleh seorang anak.

Peran Coca-Cola sebagai sponsor yang terikat dengan jalan cerita permainan tentunya bakal memberikan cara baru bagi konsumen dalam mengapresiasi suatu brand. Tidak hanya itu, Coca-Cola rupanya juga akan memasarkan kemasan kaleng edisi khusus di pasar Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, yang dilengkapi sebuah kode untuk membuka konten eksklusif dalam game FIFA 18.

Dari sini kita bisa melihat kalau Coca-Cola sebenarnya mencoba memperlakukan Alex Hunter seperti halnya model iklan di dunia nyata. Sang karakter fiktif ini bahkan mempunyai akun Twitter-nya sendiri, dan beberapa waktu lalu sempat ‘diminta’ untuk mengunggah gambar teaser FIFA 18.

Apakah pemanfaatan video game sebagai platform iklan ini bakal menjadi tren ke depannya? Mungkin saja, sebab peluang brand lain untuk menjadi sponsor yang terikat dengan jalan cerita sebuah game masih terbuka lebar.

Contohnya, pada game skateboarding atau BMX, brand seperti Red Bull atau GoPro dapat menerapkan upaya yang serupa seperti Coca-Cola di FIFA 18. Asalkan dieksekusi secara elegan, saya kira eksistensinya yang terbilang eksplisit masih bisa menuai apresiasi dari banyak pemain.

Sumber: Digiday.

Klub Sepak Bola West Ham United Tunjuk Atlet Esport Pertama Mereka

Tidak sedikit orang berargumen bahwa permainan elektronik tak bisa mencapai status ‘olahraga’ sejati; meskipun banyak pula yang berpendapat, esport tak hanya mampu menyaingi, tapi juga memerlukan taktik dan eksekusi jitu layaknya olahraga. ESPN sendiri terang-terangan mengakui esport, dan kali ini, satu tim sepak bola asal Inggris turut merangkulnya.

Di penghujung minggu lalu, klub sepak bola Premier League West Ham United mengumumkan mereka telah menunjuk satu gamer profesional untuk mewakilkan timnya. Sang atlet bernama Sean Allen, dikenal dengan nickname Dragonn di kancah esport, seorang runner up kejuaraan dunia FIFA 2016. Ia diberi seragam resmi Hammers bernomor punggung 50, dan selanjutnya, Allen bertugas menjadi delegasi West Ham dalam kejuaraan-kejuaraan esport internasional.

Dengan begitu, West Ham boleh dikatakan sebagai klub sepak bola pertama di Inggris yang resmi menggandeng gamer profesional, menandai besarnya perhatian mereka terhadap ranah esport. Di situs resmi, manager West Ham United Slaven Bilic mengaku bahwa dipilihnya Allen merupakan sebuah keputusan besar. Bagi klub, sang gamer FIFA diharapkan bisa mengharumkan nama West Ham di ranah gaming.

Proses pemilihan pun tidak sembarangan. Karim Virani selaku head of digital marketing West Ham menyampaikan, klub sudah cukup lama mencari atlet esport, dan mereka sangat tekesan pada performa Sean Allen setelah melihatnya bermain di FIFA Interactive World Cup. West Ham secara gamblang bilang bahwa esport adalah olahraga dengan pertumbuhan paling cepat di dunia, dan menggandeng Allen ialah strategi yang tepat.

Allen menuturkan, “Ini merupakan sebuah kesempatan berharga buat saya. Saya telah bermain FIFA secara kompetitif dalam waktu sangat lama dan [terpilihnya saya oleh West Ham] merupakan hal terbesar yang pernah terjadi dalam hidup saya. West Ham telah melewati musim menakjubkan dalam laga Premier League. Dan saya akan berjuang sebaik mungkin di turnamen FIFA demi menyamai kesuksesan mereka.”

Sesudah menyelesaikan kejuaraan interaktif FIFA World Cup kedua, Allen berencana buat meneruskan kiprahnya. Dragonn baru saja mengikuti Play Like A Legend Grand Final yang diadakan di Gfinity Arena Fulham, masuk ke grup C. Sayang sekali Allen harus mengakui keunggulan Spencer ‘Gorilla’ Ealing di babak perempat final dengan skor 4-5 – Gfinity menyebutnya sebagai ‘pertandingan terbaik di sepanjang sejarah FIFA Ultimate Team’.

Via Eurogamer. Sumber: West Ham United.

Simak Daftar Finalis Game Terbaik Sepanjang Masa Versi Museum The Strong

Mencari permainan terbaik selama setahun bukanlah perkara mudah. Anda harus memainkannya dulu, membaginya ke kategori terpisah, kemudian memilah judul mana saja yang layak memperoleh penghargaan. Jika mewakili organisasi, tentu hasilnya harus profesional, biasanya melalui perundingan. Bayangkan betapa sulitnya mencari game terbaik sepanjang masa. Continue reading Simak Daftar Finalis Game Terbaik Sepanjang Masa Versi Museum The Strong