Induk Kredivo Jadi Pengendali Saham Bank Bisnis Internasional

PT FinAccel Teknologi Indonesia memantapkan langkahnya untuk masuk ke bank digital di tahun ini. Usai menambah kepemilikan sahamnya, induk usaha Kredivo dan Kredifazz ini resmi menjadi pengendali Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI).

Berdasarkan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia pada 14 Februari 2022, FinAccel menambah kepemilikan saham di Bank Bisnis sebesar 1,15 miliar lembar saham atau setara dengan 35% saham.

Sebelumnya, FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis pada Mei 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya menjadi 40% pada Oktober 2021. Dengan demikian, FinAccel kini menguasai 75% saham Bank Bisnis.

Struktur kepemilikan saham setelah pengambilalihan saham menjadi sebagai berikut; FinAccel Teknologi Indonesia memiliki 75% dengan kepemilikan 2,48 miliar lembar saham, Sundjono Suriadi memiliki 4,91% dengan 162,4 juta lembar saham, PT Sun Antarnusa 4,17% (138 juta lembar), dan publik 15,92% (526,3 juta lembar).

“Pengajuan pengmbilalihan saham ini sudah disampaikan ke OJK pada 10 Februari 2022 dan telah disetujui oleh OJK,” demikian disampaikan dalam keterangan resmi Bank Bisnis.

Babak lanjutan kompetisi bank digital

Sebelumnya, strategi pengendali saham bank telah dilakukan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia terhadap PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB). Secara bertahap, Akulaku resmi menguasai kepemilikan saham BNC pada Juli 2021.

Akuisisi FinAccel akan memungkinkan Bank Bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi, data, dan customer base yang telah dimiliki oleh FinAccel untuk mengincar pasar yang selama ini belum terlayani oleh merchant-merchant online di Indonesia.

Saat ini, FinAccel menaungi produk paylater Kredivo dan lending Kredifazz. Kredivo tercatat punya 5 juta pengguna tahun lalu dengan ketersediaan layanan di lebih dari 1.000 merchant di Indonesia.

Kredivo telah terintegrasi di hampir seluruh e-commerce terkemuka di Indonesia, seperti Bukalapak, Lazada, Tokopedia, Blibli, Bhinneka, hingga Sociolla. Pencapaian di atas mengukuhkan posisi Kredivo sebagai penguasa pangsa pasar kartu kredit yang selama ini penetrasinya masih rendah di Indonesia.

Dalam rangkuman DailySocial.id, pertarungan bank digital telah dimulai sejak tahun lalu, setidaknya dimulai dari komersialisasi layanan dari Bank Neo Commerce (Neo+), Bank Jago (Jago App), Bank Seabank Indonesia (SeaBank), dan BCA Digital (blu). Untuk tahap awal, bank digital masuk lewat produk saving dan fitur pengaturan keuangan dengan target pasar rata-rata di segmen ritel, milenial, dan mass market.

Jelang akhir 2021, persaingan bank digital semakin kencang dengan semakin banyaknya aksi akuisisi bank mini untuk memenuhi kewajiban modal minimum bank dan transformasi anak usaha. Beberapa di antaranya adalah Bank BRI lewat anak usaha BRI Agro (sekarang Bank Raya), BNI mencaplok Bank Mayora, dan aksi right issue Allo Bank.

Dengan dinamika yang terjadi di sepanjang 2021, bisa jadi bank digital akan memulai babak baru dengan masuk ke produk pinjaman (lending). Tahun lalu, bank digital melakukan penetrasi pasar dengan produk saving sebagai upaya eksplorasi tahap awal untuk membangun basis pelanggan.

Salah satunya adalah Bank Jago yang berencana mendorong kemitraan layanan dan ekosistem produk, termasuk produk lending di tahun ini. Terakhir, Bank Jago tercatat telah bekerja sama dengan 19 mitra dari berbagai vertikal, mulai dari e-commerce, lending, dan investment.

Induk Kredivo Caplok Saham Bank Bisnis Internasional Senilai 551,3 Miliar Rupiah

PT FinAccel Teknologi Indonesia yang menaungi platform paylater Kredivo, resmi mencaplok 24% saham milik PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI). Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), FinAccel membeli sebanyak 726.367.057 lembar saham Bank Bisnis Internasional (IDX:BBSI) senilai $38,4 juta atau setara 551,2 miliar rupiah.

Belum ada informasi resmi yang dirilis oleh kedua belah pihak. Namun, dapat dipastikan bahwa aksi korporasi ini menjadi upaya perusahaan mencari permodalan yang cepat untuk bertransformasi menjadi bank digital. Terlebih, Bank Bisnis Internasional hanya menjual sahamnya senilai Rp759 per lembar saham, lebih rendah dari harga di pasar kisaran Rp3.000 per lembar saham.

Sekadar informasi, Bank Bisnis Internasional berdiri pada 1957 dan membidik segmen ritel. Sementara, FinAccel mengelola platform fintech paylater Kredivo  dan fintech lending Kredifazz. Mengutip Bisnis.com, pengguna Kredivo telah mencapai 2 juta pengguna atau 25 persen dari total pengguna kartu kredit di Indonesia.

Baru-baru ini, Kredivo juga dikabarkan tengah mempertimbangkan opsi IPO di bursa New York melalui jalur SPAC. Platform paylater tersebut rencananya menggandeng salah satu unit Victory Park Capital, perusahaan investasi yang memberikan fasilitas debt funding senilai $100 juta pada November 2020 lalu.

Platform digital masuk ke bank

Masuknya induk Kredivo ke Bank Bisnis Internasional menambah deretan sejumlah platform teknologi menjadi pemegang saham di sektor perbankan. Beberapa aksi korporasi serupa di Indonesia antara lain Akulaku Silvrr Indonesia ke Bank Neo Commerce (BNC), Gojek Group ke Bank Jago, dan induk usaha Shopee Sea Group ke Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).

Dalam konteks ini, keterlibatan induk Kredivo di Bank Bisnis Internasional memberikan sinyal adanya upaya bertransformasi menuju bank digital. Platform teknologi tersebut rata-rata masuk ke bank yang tidak memiliki legacy besar seperti bank BUKU III dan IV. Bank Bisnis Internasional tercatat hanya memiliki 1 kantor pusat, 1 kantor cabang, dan 3 kantor cabang pembantu.

Artinya, ada kemungkinan Bank Bisnis Internasional berganti branding dengan identitas baru dan memperluas segmen pasarnya dengan me-leverage teknologi dan basis pengguna yang sudah dimiliki Kredivo dengan produk yang lebih luas.

Tesis serupa juga disampaikan Jerry Ng, bankir senior sekaligus pendiri Bank Jago ketika mencaplok Bank Artos dan mengganti identitasnya menjadi Bank Jago. Hal ini juga dilakukan oleh Bank Neo Commerce yang sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti (BYB).

Platform Teknologi Vertical Bank
Akulaku Silvrr Indonesia Fintech Bank Neo Commerce
Gojek Group Ride hailing Bank Jago
Sea Group Internet company Seabank
FinAccel Teknologi Indonesia Fintech Bank Bisnis Internasional

Hal ini juga diperkuat dari regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana pendirian bank baru harus memiliki modal minimum sebesar Rp10 triliun, dengan catatan bukan merupakan bagian dari ekosistem perbankan yang lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan bank dapat dikatakan beroperasi secara efisien, menghasilkan laba, dan berkontribusi ke perekonomian nasional apabila memiliki modal Rp10-11 triliun.

Sementara POJK sebelumnya yang hanya mengatur modal pendirian Rp3-4 triliun dinilai hanya mampu menghasilkan laba saja, tetapi tidak efisien dan berkontribusi ke perekonomian Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan aturan terkait bank umum akan dirilis di semester I 2021. POJK tersebut juga akan mengatur tentang digital banking, mulai dari aspek tata kelola teknologi, perlindungan data, hingga kolaborasi platform.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Fokus Kredivo dalam Menghadirkan Layanan Kredit

Setelah menjalankan bisnis selama hampir dua tahun, platform pembayaran kredit virtual Kredivo mengklaim telah mengalami pertumbuhan transaksi layanan e-commerce dan pengguna dalam jumlah yang signifikan. Kepada media hari ini, CEO FinAccel Akshay Garg mengungkapkan, pertumbuhan setiap bulannya mencapai 30-40%.

“Secara cepat kami mengalami peningkatan yang cukup baik dengan mengedepankan teknologi yang seamless. Kredivo telah menjadi salah satu metode checkout dengan pertumbuhan tercepat bagi merchant e-commerce.”

Hal ini diperkuat oleh perilaku konsumen yang memperlihatkan bahwa frekuensi penggunaan Kredivo untuk bertransaksi sebanyak 15 – 20 kali per tahun, 4 kali lipat dibandingkan rata-rata 4 – 5 kali per tahun untuk penggunaan metode pembayaran lainnya.

Saat ini Kredivo telah hadir di 7 kota di Indonesia menyusul Yogyakarta dalam waktu dekat. Kredivo telah bermitra dengan 100 merchant e-commerce, termasuk 6 dari 10 yang terbesar di Indonesia, yaitu di Bukalapak, Lazada, Jd.id, Bhinneka, Blibli dan Shopee.

“Selanjutnya jumlah kemitraan tersebut akan kita tambah, bukan hanya dengan layanan e-commerce namun juga layanan OTA hingga asuransi kesehatan,” kata Garg.

Hingga kini transaksi yang paling banyak dilakukan oleh pengguna Kredivo adalah pembelian barang elektronik dengan pembelian senilai Rp 4 juta rupiah hingga Rp 20 juta. Pilihan kredit yang paling banyak dipilih pun adalah cicilan selama 12 bulan.

Menghadirkan layanan pinjaman KTA kuartal pertama 2018

Disinggung tentang adanya niat untuk menambah layanan financial technology (fintech) lainnya seperti pinjaman KTA (Kredit Tanpa Agunan) dan lainnya, menurut Akshay Garg, hal tersebut sudah menjadi bagian dari rencana jangka panjang. Hal tersebut diharapkan bisa memberikan pilihan baru kepada masyarakat unbankable yang merupakan target pengguna dari Kredivo.

“Saat ini fokus kami masih dalam pengembangan produk dan memberikan pengalaman pengguna yang baik. Tahun depan jika sudah siap akan kami hadirkan layanan terbaru dari Kredivo,” kata Garg.

Kredivo yang memiliki perusahaan induk, FinAccel adalah perusahaan teknologi keuangan yang memanfaatkan analisa data mendalam pada jejak digital pengguna yang secara otomatis menilai risiko kredit dan memberikan akses kredit di Asia Tenggara.

“Dengan memanfaatkan machine learning, kami mampu mengurangi risiko dari pengguna yang tidak baik dan menentukan credit scoring yang tepat. Sehingga meminimalkan pengguna yang tidak dengan lancar membayarkan pinjamannya,” kata Garg.

Kemitraan eksklusif dengan BFI Finance Indonesia

Sebagai startup yang menghadirkan platform pembayaran kredit digital terpadu, Kredivo hingga kini masih menjalin kemitraan dengan PT BFI Finance Indonesia Tbk yang menjadi pihak lender tunggal untuk penyaluran pembiayaannya. Selanjutnya kemitraan eksklusif tersebut akan diteruskan dan Kredivo sendiri enggan untuk membuka kerja sama dengan perusahaan multifinance lainnya.

“Meskipun terbuka lebar kerja sama dengan perusahaan multifinance yang lain, namun hingga kini kami masih terus melanjutkan kemitraan dengan BFI Finance Indonesia,” kata Garg.

Untuk selanjutnya Kredivo akan masuk ke tahap scale-up, yaitu melakukan kegiatan pemasaran, membina hubungan lebih baik lagi dengan partner dan mengembangkan produk dan aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Layani Nasabah di Bandung dan Surabaya

Peredaran kartu kredit di Indonesia yang masih terbatas, belum lagi persyaratannya yang ketat membuat tidak semua kalangan masyarakat Indonesia bisa menikmati layanan tersebut. Hal itu menjadi peluang bagi pemain baru, khususnya startup fintech, untuk terjun menekuninya. Kredivo, produk cicilan kredit online dari PT FinAccel Teknologi Indonesia, saat ini telah meresmikan layanannya untuk menjangkau nasabah baru di Bandung dan Surabaya.

“Ekspansi ke Bandung dan Surabaya sudah kami rencanakan sejak lama. Sejak beroperasi di Februari 2016, kami baru melayani nasabah di Jabodetabek, kami makin optimis menjalankan rencana ini sekarang,” terang Akshay Garg, Co-Founder dan CEO FinAccel dalam keterangan resmi.

[Baca juga: Kredivo Targetkan Kuasai Transaksi E-commerce Hingga $2 Miliar di ASEAN]

Dia berharap kehadiran Kredivo di Bandung dan Surabaya dapat menjadi ajang untuk memperluas inklusi kredit di Indonesia. Serta, mendidik masyarakat mengenai manfaat pembiayaan kredit dalam membantu belanja jadi lebih terjangkau dan aman.

Dalam rangka ekspansi ini, Garg menerangkan pihaknya menambah program cicilan terbaru selama 12 bulan untuk seluruh nasabahnya. Dengan demikian, tenor cicilan yang Kredivo sediakan terdiri dari 30 hari, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

Sebelumnya, dia menjelaskan selama enam bulan terakhir bisnis Kredivo secara rerata tumbuh 50% per bulannya, baik dari segi pengguna maupun transaksi. Kredivo sudah bekerja sama dengan 45 perusahaan e-commerce untuk memproses pengajuan kredit di dalamnya.

Beberapa layanan e-commerce tersebut antara lain Bhinneka, Global Teleshop, Wellcomm Shop, Jualo, Sepulsa, Lensza, dan AsmaraKu. Pihaknya menargetkan jumlah rekanan e-commerce sampai akhir tahun ini bisa menembus angka 100 perusahaan, sementara pada tahun depan jumlahnya ditargetkan bisa berlipat ganda hingga 300 layanan e-commerce.

Menurut Garg, kerja sama dengan perusahaan e-commerce secara langsung dapat membuat peran Kredivo jadi lebih signifikan dalam penjualan bisnis online dan membuat transaksi online jauh lebih terjangkau dan aman bagi konsumen.

Kredivo bekerja sama dengan BFI Finance dalam hal penyaluran kredit. Setelah pengajuan cicilan diterima oleh pihak BFI, nantinya transaksi akan dibayarkan ke Kredivo. Lalu, Kredivo akan mentransfer via perbankan kepada merchant yang disasar nasabah. Nasabah membayar ke BFI dengan mencicil.