Ford Ranger 2019 Dipastikan Punya Pengereman Darurat Otomatis

Ford menjadi salah satu pabrikan yang meramaikan ajang North American International Auto Show. Di ajang yang digelar di Detroit itu, Ford menghadirkan satu produk paling ditunggu, yaitu Ranger 2019 setelah sekian lama absen dari kancah otomotif di Amerika Serikat. Tak mau kalah dari Chevy Silverado, Ford Ranger 2019 juga datang dengan sejumlah terobosan baru.

Salah satu fitur yang paling disorot adalah fitur pengereman darurat otomatis atau disebut dengan AEB (Automatic emergency brakes) yang berfungsi untuk mencegah kendaraan dari tabrakan. Selain di model Ranger 2019, Ford juga membenamkan fitur serupa di tiga model 2019 lainnya, antara lain Ford Edge, Lincold MKC dan Lincoln Nautilus Crossover. Tambahan ini akan melengkapi model 2018 yang sudah lebih dulu menawarkan fitur serupa, Ford Mustang dan Truck F-Series.

ranger 2019 front

Tak hanya pengereman darurat otomatis, Ranger 2019 juga dibekali sejumlah opsi asistansi bagi pengemudi, misalnya pemantau blind spot, pemandu parking, high beam otomatis dan cruise control. Tetapi tidak semua fitur tersebut akan dihadirkan, tergantung model yang dipilih.

Sepenuhnya dirancang ulang untuk pasar Amerika Serikat, Ranger 2019 akan dirakit di Michigan dengan mesin empat silinder turbocharged 2.3 liter dan transmisi otomatis 10 kecepatan. Ford belum memberkan detail soal efisiensi bahan bakar dan tenaganya, namun kepala pemasaran Ford Todd Eckert mengatakan bahwa pihaknya menargetkan rating torsi terbaik di kelas mesin bensin.

Ranger 2019 interior

Di pasar nantinya, Ranger 2019 akan tersedia dalam dua model, SuperCab dan SuperCrew dengan empat pintu. Dua model ini kemudian dipecah lagi dalam tiga varian trim, XL, XLT dan Lariat. Daya tampung maksimalnya sebanyak 5 orang. Dan dukungan headunit layar sentuh seluas 8 inci menjadi salah satu pemanis yang cukup menarik perhatian dengan dukungan Apple Carplay, Android Auto dan Amazon Alexa.

Sumber berita Engadget dan TheDrive.

Ford Ciptakan Topi Spesial untuk Mencegah Pengemudi Truk Tertidur

Kita semua tahu bahwa tertidur selagi mengemudi adalah salah satu penyebab terbesar kecelakaan lalu lintas. Faktornya bisa bermacam-macam, tapi salah satu yang paling umum adalah sopir yang kelelahan, apalagi kalau yang sudah mengemudi selama berjam-jam.

Berbagai cara telah ditempuh oleh pabrikan untuk membantu mencegah pengemudi tertidur selagi menyetir. Salah satu yang terbaru adalah Ford, yang mengembangkan sebuah topi spesial bernama SafeCap. SafeCap dirancang secara khusus untuk mencegah pengemudi truk tertidur dengan memberikan bermacam peringatan.

Berbekal accelerometer dan gyroscope, SafeCap dapat mendeteksi kepala pengguna yang terantuk-antuk, lalu memberikan peringatan dalam bentuk getaran, suara maupun kedipan cahaya. Ford bilang bahwa micro processor yang tertanam di dalam SafeCap dapat membedakan antara gerakan kepala biasa dan yang tidak disengaja akibat mengantuk.

Proyek ini dikembangkan bersama sebuah agensi kreatif di Brasil untuk merayakan 60 tahun kiprah Ford memproduksi truk di negara tersebut. Seperti ranjang bayi Max Motor Dreams yang sebelumnya Ford umumkan, produk ini pada dasarnya merupakan sebuah materi promosi, tapi tidak menutup kemungkinan Ford bakal memproduksinya apabila ada demand yang cukup tinggi dari konsumen.

Untuk sekarang, Ford SafeCap masih diuji di Brasil saja, akan tetapi Ford juga berencana untuk memberikan jatah uji coba pada sejumlah negara lain.

Sumber: Fast Company.

Ford Gunakan HoloLens untuk Mempercepat Proses Desain Mobilnya

Meski teknologinya belum benar-benar matang, mixed reality headset macam Microsoft HoloLens menyimpan banyak potensi, terutama di tangan para kreator. Hal ini telah dibuktikan oleh Ford, yang ternyata sudah memanfaatkan HoloLens selama setahun terakhir dalam upaya mempercepat proses desain mobil-mobilnya.

Merancang mobil pastinya membutuhkan banyak tahap. Umumnya berawal dari sketsa 2D, kemudian dikembangkan menjadi model 3D, dan pada akhirnya dibuatlah mockup fisik dari tanah liat dengan skala sebenarnya. Selain membutuhkan biaya cukup besar, metode tradisional seperti ini sangatlah memakan waktu.

Efisiensi waktu sangatlah penting, apalagi kalau tim desainer hanya ditugaskan untuk merancang iterasi baru yang misalnya, memiliki bentuk grille yang berbeda. Ketimbang harus membuat mockup fisik berkali-kali untuk setiap iterasi, mereka dapat membuat satu mockup fisik lalu mengerjakan iterasinya secara digital dengan bantuan HoloLens.

Tim desainer Ford dan HoloLens

Dengan HoloLens, tim desainer dapat memproyeksikan berbagai macam iterasi desainnya langsung di atas mockup fisik yang dibuat. Berbagai macam eksperimen dapat dilakukan secara lebih leluasa, dan ini hanya memakan waktu dalam hitungan jam ketimbang hari seperti ketika masih mengandalkan mockup fisik saja.

Di samping itu, HoloLens juga memungkinkan kolaborasi antara tim desainer dan engineering secara lebih efektif dan tanpa risiko kebocoran informasi. Evaluasi berbagai elemen desain dan dampaknya terhadap fungsionalitas dapat langsung dilakukan secara real-time antara kedua tim tanpa harus memakan waktu berhari-hari.

Kesuksesan HoloLens dan tim desainer Ford ini menginspirasi sang pabrikan mobil asal AS untuk memperluas penggunaan mixed reality headset itu di lebih banyak divisinya. Ke depannya, generasi baru HoloLens yang dibekali integrasi kecerdasan buatan pasti akan semakin memaksimalkan potensinya di bidang profesional.

Sumber: Microsoft.

Ford Ciptakan Ranjang Bayi yang Dapat Menyimulasikan Perjalanan Mobil

Perjalanan panjang di dalam mobil kerap membuat kita sebagai penumpang mengantuk dan tertidur. Namun yang paling sering menjadi ‘korban’ adalah bayi. Entah kenapa alasannya, cukup banyak bayi yang mudah sekali tertidur ketika sedang berada di dalam mobil yang sedang mengaspal.

Fakta ini membuat tidak sedikit orang tua yang berinisiatif menidurkan buah hatinya di malam hari dengan cara mengajaknya berkeliling menggunakan mobil. Selama mereka masih cukup kuat sih tidak masalah, namun seringkali mereka sudah terlanjur lelah setelah bekerja dan mengurusi bayinya seharian, dan ini tentunya punya potensi yang membahayakan.

Desainnya sepintas kelihatan seperti ranjang bayi biasa / Ford
Desainnya sepintas kelihatan seperti ranjang bayi biasa / Ford

Pabrikan mobil Ford merasa tidak bisa tinggal diam menghadapi permasalahan semacam ini. Mereka merancang sebuah ranjang bayi istimewa yang sanggup menyimulasikan perjalanan mobil supaya bayi Anda bisa tertidur dengan nyenyak tanpa mengharuskan Anda menginjak pedal gas.

Dijuluki Ford Max Motor Dreams, ranjang bayi ini akan memadukan pergerakan, suara dan pencahayaan seperti yang kita jumpai dalam perjalanan mobil. Dengan berbekal sebuah aplikasi smartphone, orang tua bisa merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan selama mereka berkendara, lalu meneruskan informasi tersebut ke ranjang bayi canggih ini.

Lewat aplikasi smartphone ini, orang tua dapat merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan untuk kemudian diteruskan dan disimulasikan oleh Ford Max Motor Dreams / Ford
Lewat aplikasi smartphone ini, orang tua dapat merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan untuk kemudian diteruskan dan disimulasikan oleh Ford Max Motor Dreams / Ford

Selanjutnya, Max Motor Dreams akan memanfaatkan informasi itu untuk menyimulasikan perjalanan, sehingga sang bayi akan merasa seakan-akan sedang berada di dalam kabin mobil. Gerakan mengayun-ayun, suara mesin yang lirih dan cahaya LED yang berpenjar akan menjadi formula yang tepat untuk menidurkannya tanpa memerlukan campur tangan orang tua.

Untuk sekarang Max Motor Dreams memang baru sebatas konsep dengan satu unit prototipe yang fungsional, akan tetapi Ford bakal mempertimbangkan untuk memproduksinya secara massal apabila demand-nya cukup besar. Kalau kesampaian, sepertinya Snoo Smart Sleeper bakal punya pesaing yang tangguh.

Sumber: Mashable dan Ford.

Ford Perlihatkan Dashboard Masa Depan Lewat Panel Instrumen Digital Ford GT

Butuh waktu tiga tahun bagi Ford untuk menciptakan supercar GT40 yang pada akhirnya sanggup memenangi ajang balapan 24 jam Le Mans, merebut gelar yang sebelumnya dikuasai oleh Ferrari selama beberapa tahun. GT40 pun berhasil menjadi legenda industri otomotif usai menjuarai Le Mans selama empat tahun berturut-turut, dan keharuman namanya masih terus diingat hingga kini.

Sekarang, persaingan pabrikan otomotif di ranah balapan mungkin sudah tidak seintens dulu. Ford pun akhirnya bisa berkreasi lebih bebas, melupakan kedengkiannya terhadap Ferrari yang dulu disebabkan oleh batalnya persetujuan akuisisi. Pun begitu, ambisi Ford terhadap supercar belum padam, dan akhirnya lahirlah Ford GT generasi terbaru.

Desain dan performa Ford GT sudah tidak perlu Anda ragukan lagi, ia benar-benar supercar kelas dewa yang dirancang dengan aerodinamika paling optimal. Yang justru lebih menarik untuk disorot adalah bagaimana Ford akan memperkenalkan kecanggihan teknologi digital pada mobil-mobil produksinya ke depan melalui Ford GT.

Panel instrumen digital Ford GT akan menampilkan layout informasi sesuai dengan mode kemudi yang dipilih / Ford
Panel instrumen digital Ford GT akan menampilkan layout informasi sesuai dengan mode kemudi yang dipilih / Ford

Pada Ford GT, panel instrumennya kini dihuni oleh layar 10 inci yang menyajikan informasi secara ringkas sekaligus dinamis. Maksud kata dinamis adalah layout-nya yang berubah-ubah secara otomatis menyesuaikan mode kemudi yang dipilih, memastikan informasi yang ditangkap pengemudi adalah yang paling relevan. Modenya sendiri bisa diganti lewat tombol pada setir.

Ford percaya aspek ini memerlukan perhatian lebih mendalam sebab Ford GT pastinya akan selalu dipakai untuk mengebut, dan pengemudi tidak boleh teralihkan perhatiannya sekali pun. Dengan informasi yang tepat, pengemudi akan membuat keputusan yang tepat pula. Untuk itu, Ford bahkan menyediakan waktunya berkonsultasi dengan juara Le Mans, Scott Maxwell, dan meminta sejumlah masukan.

Sederhananya ada lima layout yang ditampilkan oleh panel instrumen Ford GT, masing-masing mengikuti mode yang dipilih, yakni Normal, Wet, Sport, Track dan V-Max. Normal dan Wet akan menampilkan layout yang kita anggap tradisional, dimana speedometer mendapat porsi terbesar di tengah – namun khusus untuk Wet Mode, ada aksen biru untuk mengingatkan pengemudi akan kondisi jalanan yang dihadapi.

Dalam mode Sport dan Track, speedometer di tengah akan digantikan posisinya oleh gear selection yang lebih relevan ketika dipakai untuk mengebut di sirkuit / Ford
Dalam mode Sport dan Track, speedometer di tengah akan digantikan posisinya oleh gear selection yang lebih relevan ketika dipakai untuk mengebut di sirkuit / Ford

Saat mode Sport dipilih, layout-nya akan berubah drastis, dimana speedometer kini digeser ke ujung kanan, dan bagian tengahnya didominasi oleh gear selection. Dalam mode Track, lagi-lagi yang menjadi pusat perhatian adalah gear selection plus tachometer, dengan bumbu aksen merah agar semua informasi dapat terlihat dengan lebih jelas.

Terakhir, mode V-Max akan menyajikan layout yang secara spesifik dikhususkan untuk mengejar kecepatan maksimum. Speedometer kembali merebut porsi di tengah, lalu di atasnya terpampang tachometer dengan indikator berukuran kecil. Di sisi kanan, muncul informasi ekstra berupa hitungan turbocharger boost.

Dinamika ini sejatinya merupakan cara Ford untuk memaksimalkan panel instrumen digital yang perlahan mulai merebut posisi panel analog sebagai standar industri. Ke depannya, teknologi ini juga akan hadir pada mobil-mobil lain Ford untuk semua kalangan konsumen.

Sumber: Ford.

Ford Bermisi Luncurkan Mobil Tanpa Sopir, Tanpa Setir dan Tanpa Pedal Gas di Tahun 2021

Baru-baru ini, beredar kabar bahwa Uber siap mengoperasikan armada mobil tanpa sopir mulai bulan ini juga. Kendati demikian, teknologi dan regulasi yang ada sekarang masih mewajibkan kehadiran seseorang di balik lingkar kemudi seandainya terjadi apa-apa.

Lima tahun lagi, situasinya bisa benar-benar berbeda jika melihat visi yang diungkapkan Ford. Pabrikan otomotif asal AS tersebut berharap bisa meluncurkan mobil tanpa sopir murni pada tahun 2021. Maksud kata “murni” adalah mobil tersebut tidak akan dilengkapi setir maupun pedal gas dan rem.

Rencananya, Ford akan menawarkan mobil tanpa sopirnya tersebut ke perusahaan ride sharing terlebih dulu sebelum ke publik secara umum. Apakah Uber termasuk salah satunya? Tidak ada yang tahu, apalagi mengingat pionir layanan ride sharing tersebut sudah punya mobil tanpa sopirnya sendiri.

Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford
Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford

Guna mewujudkan visinya, Ford mengajak empat startup untuk berkolaborasi: Velodyne, SAIPS, Nirenberg Neuroscience dan Civil Maps. Masing-masing punya spesialisasi yang amat krusial dalam pengembangan sistem kemudi otomatis, seperti LIDAR, computer vision, machine learning dan pemetaan digital.

Pada kenyataannya, Ford sendiri sempat mendemonstrasikan bagaimana mobil tanpa sopirnya bisa melihat dan bergerak di kegelapan dengan hanya mengandalkan teknologi LIDAR dan pemetaan 3D.

Langkah lain yang juga akan diambil adalah meningkatkan jumlah armada mobil tanpa sopir yang diuji di jalanan sebanyak tiga kali lipat. Ford juga sedang dalam tahap pembangunan dua bangunan baru di kawasan Silicon Valley yang diharapkan bisa mempercepat proses riset dan pengembangan mobil tanpa sopirnya.

Sumber: Ford.

Mobil Tanpa Sopir Ford Bisa Melihat dan Bergerak dalam Kegelapan

Seperti yang kita ketahui, mobil tanpa sopir bisa bergerak dengan sendirinya berkat perpaduan berbagai macam sensor, utamanya adalah kamera yang berperan sebagai ‘mata’. Namun sama seperti mata manusia, penglihatan kamera standar sangat bergantung pada cahaya, menurun drastis saat berada di kegelapan.

Maka dari itulah penggunaan sensor lain sangat krusial dalam pengembangan mobil kemudi otomatis. Tim riset Ford baru-baru ini merilis sebuah video yang mendemonstrasikan bagaimana mobil tanpa sopirnya bisa bergerak dengan sendirinya di padang gurun yang benar-benar gelap gulita.

Mobil Ford Fusion Hybrid hasil modifikasi tersebut melaju dengan enaknya mengikuti ruas jalan yang berliku-liku tanpa dibantu penerangan sedikitpun. Bahkan lampu depannya pun sengaja dimatikan.

Lalu bagaimana cara Ford mengatasi permasalahan semacam itu? Mereka memanfaatkan teknologi LIDAR dan pemetaan 3D. Sensor LIDAR pada dasarnya akan memancarkan 2,8 juta sinar laser kecil setiap detiknya untuk memindai kondisi di sekitarnya.

Hasil pindaiannya kemudian akan disesuaikan dengan hasil pemetaan tiga dimensi yang sangat mendetail, lengkap dengan sejumlah informasi seperti penanda jalan, gedung, pohon dan lain sebagainya. Semuanya berlangsung dalam hitungan detik, dan sang mobil tanpa sopir pun akhirnya bisa ‘melihat’ di dalam kegelapan.

Uji coba ini sejatinya bertujuan untuk membuktikan tingkat presisi yang dimiliki oleh mobil kemudi otomatis sejauh ini. Kalau menggunakan LIDAR saja sang mobil sudah bisa bergerak tanpa celaka, apalagi saat dipadukan dengan kamera, radar beserta sensor lainnya di kondisi yang terang-benderang?

Inovasi ini sekaligus membuat Ford lebih percaya diri dalam kemajuan sistem kemudi otomatisnya. Tahun ini, pabrikan asal AS tersebut berencana menguji sekitar 30 mobil tanpa sopirnya sekaligus di beberapa wilayah.

Sumber: Ford.

Ford Dirikan Lab Khusus untuk Bereksperimen dengan Wearable Device dalam Konteks Otomotif

Semakin ke sini, batas antara perangkat teknologi kelas konsumen maupun yang dipakai oleh industri otomotif semakin kabur. Kemarin kita sudah membahas soal Audi Fit Driver, yang pada dasarnya merupakan visi Audi dalam memadukan kecanggihan wearable device dengan teknologi kemudi otomatis guna menciptakan pengalaman berkendara yang lebih baik.

Sekarang, giliran Ford yang unjuk gigi di ajang Detroit Auto Show 2016. Mereka rupanya juga punya visi serupa dengan membuka sebuah lab khusus untuk mengembangkan dan mengintegrasikan teknologi wearable device ke dalam mobil. Menurut Ford, hubungan antara apa yang Anda kenakan dan apa yang Anda kendarai bakal lebih harmonis lagi berkat inovasi-inovasi yang keluar dari lab ini nantinya.

Ide yang ditawarkan sebenarnya tidak jauh berbeda dari yang dicetuskan Audi lewat Fit Driver. Salah satu contoh integrasi wearable device yang dijelaskan adalah bagaimana mobil dapat mengaktifkan sejumlah fitur driver assistance berdasarkan kondisi kebugaran tubuh pengemudi – yang diperoleh dari smartwatch maupun fitness tracker.

Pada prakteknya, mobil nanti bisa menyesuaikan sistem cruise control yang dimiliki. Kalau sebelumnya mobil akan mengerem secara otomatis saat berada 5 meter di belakang mobil lain, jarak tersebut akan ditambah menjadi 10 meter atau lebih ketika pengemudi terdeteksi kurang istirahat.

Ford Wearable Lab

Tak hanya dengan smartwatch dan fitness tracker saja, riset lab wearable dari Ford ini juga membuka potensi pemanfaatan perangkat smart glasses dan semacamnya. Berbekal teknologi augmented reality, Ford nantinya bisa menawarkan pengalaman mengenal mobil yang berbeda buat para calon konsumen yang berkunjung ke showroom.

Hal ini pun juga tidak menutup kemungkinan digunakannya teknologi virtual reality untuk kepentingan test drive. Kalau sesi test drive di dunia nyata biasanya harus dibatasi kecepatannya, dalam uji virtual ini tentu saja calon konsumen akan dibebaskan mengebut sesuka hatinya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait potensi performa dari mobil incarannya.

Menurut salah satu pimpinan tim riset Ford, Gary Strumolo, inovasi yang bisa dihasilkan pada dasarnya tidak terbatas. Mereka akan terus bereksperimen dengan wearable device dan potensi penggunaannya di ranah otomotif. Semuanya demi menciptakan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan sekaligus aman bagi para konsumen.

Sumber: Ford.

[Rumor] Google dan Ford Akan Bekerja Sama Kembangkan Mobil Tanpa Sopir

Rumor kembali beredar seputar rencana komersialisasi mobil tanpa sopir Google. Perusahaan yang lahir dari sebuah disertasi tersebut dikabarkan akan membentuk sebuah joint venture bersama Ford, dengan misi membangun mobil kemudi otomatis yang dipersenjatai teknologi besutan Google.

Kemitraan Google dan Ford ini tidak muncul secara tiba-tiba begitu saja. Google sebenarnya sudah punya koneksi dengan Ford; bulan September kemarin, Google merekrut John Krafcik. Beliau merupakan CEO Hyundai America, tapi sebelumnya juga sempat menjabat sebagai salah satu petinggi Ford selama 14 tahun.

Ford sendiri sebenarnya sudah bereksperimen dengan sistem kemudi otomatis selama beberapa tahun, akan tetapi baru mengumumkan rencana pengujiannya belum lama ini. Google, di sisi lain, sudah punya 53 unit mobil tanpa sopir yang terus diuji ketangkasannya di jalanan di wilayah California dan Texas, mencatatkan jarak tempuh total di atas 2 juta kilometer.

Kerja sama ini berpotensi membawa Ford selangkah lebih maju dalam ranah kemudi otomatis dibandingkan rival-rivalnya. Namun Google sendiri sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka membuka peluang kerja sama dengan pabrikan otomotif yang tertarik menggunakan sistem kemudi otomatis rancangannya. Dan perlu dicatat bahwa kerja sama ini sifatnya tidak eksklusif, yang berarti Google bebas mengajak perusahaan lain untuk mewujudkan visinya di bidang otomotif.

Menurut pernyataan narasumber Yahoo Autos, kerja sama antara Google dan Ford ini akan diumumkan pada ajang CES 2016 bulan depan. Kerja sama ini juga semakin membuktikan komitmen Google dalam misi mengomersialkan mobil tanpa sopir, apalagi sebelumnya mereka sempat dilaporkan bakal menempatkan divisi self-driving car-nya sebagai perusahaan mandiri di bawah naungan Alphabet Inc. mulai tahun depan.

Sumber: Yahoo Autos. Gambar header: Google+ Self-Driving Car Project.

Ford GT Jadi Mobil Pertama dengan Kaca Depan Gorilla Glass

Anda tentunya sudah tidak asing dengan Gorilla Glass. Kaca buatan perusahaan bernama Corning tersebut sudah beberapa tahun melapisi layar mayoritas smartphone dan tablet. Corning sendiri juga terus menyempurnakan iterasi demi iterasi Gorilla Glass, menjadikannya lebih tangguh tapi juga lebih tipis.

Namun saat mendengar ada sebuah mobil yang kaca depannya dilapisi Gorilla Glass, saya yakin Anda pasti akan mengernyitkan dahi. Well, Anda tak perlu melakukannya, sebab Ford sudah lebih dulu menerapkannya pada supercar terbarunya, Ford GT.

Ini berarti Ford GT merupakan mobil pertama di dunia yang memakai Gorilla Glass sebagai kaca depannya. Ford GT sendiri sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih di balik desainnya yang amat keren tersebut. Bodinya dibentuk dari bahan serat karbon demi mengedepankan aspek aerodinamis, dan pemakaian Gorilla Glass ini semakin memperkuat aspek tersebut.

Akan tetapi jangan Anda bayangkan kaca Gorilla Glass yang dipakai sama dengan yang ada di smartphone Anda. Ini merupakan versi khusus yang dinamai Gorilla Glass for Automotive, yang diklaim lima kali lipat lebih tahan pukul ketimbang kaca mobil standar. Di saat yang sama, kaca ini juga lebih tipis dan ringan, plus sanggup memberikan daya pandang yang begitu jelas.

All-New Ford GT

Ford dan Corning bekerja sama langsung dalam mengerjakan kaca depan Ford GT. Kaca ini terdiri dari tiga lapisan: kaca Gorilla Glass for Automotive di dalam, plastik perekat di tengah, dan kaca soda gamping di bagian terluar. Misi yang dituju adalah penurunan bobot, yang memegang peran penting dalam performa sebuah supercar.

Tak cuma sebagai kaca depan, Ford juga berencana memanfaatkan Gorilla Glass sebagai kaca penutup mesin yang ada di bagian belakang, memangkas sekitar 5 kilogram dari bobot keseluruhan mobil, atau 32 persen lebih ringan ketimbang memakai kaca mobil standar. Hasil akhirnya adalah peningkatan akselerasi, pengereman sekaligus efisiensi bahan bakar.

Sungguh menarik bagaimana industri otomotif bisa terinspirasi oleh perkembangan industri smartphone. Saya yakin ke depannya bakal ada lebih banyak pabrikan mobil yang menyusul jejak Ford dan memakai Gorilla Glass guna membantu meningkatkan performa.

Sumber: 1, 2, 3.