Kreator Monument Valley Bersiap Luncurkan Game Baru Berjudul Alba: A Wildlife Adventure

Developer indie asal Inggris, Ustwo Games, tengah bersiap untuk merilis karya terbarunya yang berjudul Alba: A Wildlife Adventure. Teaser trailer yang dirilis belum menggambarkan sama sekali gameplay-nya seperti apa, namun dari deskripsinya bisa diprediksi bahwa permainan bakal mengangkat tema konservasi alam liar.

Protagonis utamanya adalah Alba, seorang gadis yang semangat aktivisnya terbakar saat melihat kondisi alam yang mengkhawatirkan pada suatu pulau di Kawasan Mediterania, tempat ia berlibur dan berkunjung ke kediaman kakek-neneknya. Alba tidak sendirian, ia ditemani oleh seorang kawan bernama Ines.

Buat yang tidak tahu, Ustwo Games membangun reputasinya lewat game puzzle super-populer Monument Valley. Maka dari itu, jangan terkejut seandainya Ustwo turut menyisipkan sejumlah elemen teka-teki pada petualangan Alba, dan mekanisme gameplay yang unik semestinya juga bakal menjadi salah satu daya tarik utama permainan ini kalau melihat karya-karya Ustwo semenjak meluncurkan Monument Valley di tahun 2014.

Alba: A Wildlife Adventure merupakan game ketiga Ustwo yang dirilis di luar platform mobile setelah Land’s End di platform virtual reality dan Assemble with Care di PC sekaligus Apple Arcade. Selain gameplay yang inovatif, Ustwo juga dikenal akan gaya visualnya yang menarik, dan melalui Assemble with Care, Ustwo juga membuktikan bahwa mereka bisa menyuguhkan aspek narasi secara cukup mendalam.

Alba: A Wildlife Adventure sendiri akan dirilis di iOS, macOS, tvOS, PC dan console. Android mana? Mungkin akan menyusul nanti. Ustwo dari awal memang lebih condong ke iOS, tapi toh akhirnya Monument Valley beserta sekuelnya juga tersedia di Android. Istilah console di sini juga jauh dari kata spesifik, akan tetapi saya bisa membayangkan game ini sebagai konten yang ideal untuk Nintendo Switch.

Terkait jadwal rilisnya, sejauh ini belum ada tanggal pasti yang ditetapkan Ustwo, akan tetapi laman Steam Alba: A Widlife Adventure mencantumkan musim dingin 2020 sebagai jadwal peluncurannya. Genre-nya sendiri dikategorikan adventure dan casual.

Sumber: GamesRadar.

Xbox One X dan Xbox One S All-Digital Edition Resmi Berhenti Diproduksi

Perang console next-gen edisi 2020 sepertinya bakal segera dimulai tidak lama lagi. Setelah Sony dilaporkan sibuk menggenjot produksi PlayStation 5 baru-baru ini, sekarang giliran kubu Microsoft yang mendapat sorotan. Kepada The Verge, Microsoft secara resmi menyatakan bahwa mereka telah menghentikan produksi Xbox One X dan Xbox One S All-Digital Edition.

Meski Microsoft sampai saat ini masih belum memberikan kepastian, pengumuman ini jelas merupakan pertanda akan semakin dekatnya peluncuran Xbox Series X. Sebelum ini, banyak yang memprediksi bahwa console next-gen dari kedua kubu bakal meluncur di musim liburan 2020, tapi kalau melihat situasi pandemi yang tak kunjung berakhir, bukan tidak mungkin Sony dan Microsoft bakal memajukan jadwalnya.

Tentu saja ini merupakan situasi yang cukup rumit. Di satu sisi, demand atas perangkat gaming, termasuk halnya PC, meningkat drastis karena kita butuh hiburan selama mengarantina diri di kediaman masing-masing. Di sisi lain, produsen pasti cukup kewalahan memenuhi demand tersebut karena tidak bisa mengoperasikan pabriknya secara maksimal seperti biasanya.

Xbox One S masih akan diproduksi / Microsoft
Xbox One S masih akan diproduksi / Microsoft

Kalau melihat situs resmi Xbox, semua varian Xbox One X rupanya sudah terjual habis, demikian pula Xbox One S All-Digital Edition. Yang masih tersedia stoknya adalah Xbox One S, dan ternyata Microsoft memang masih lanjut memproduksi console tersebut. Bisa jadi ini merupakan salah satu strategi Microsoft untuk memenuhi tingginya permintaan konsumen.

Kemungkinan lain, ini berkaitan dengan komitmen Microsoft untuk tidak memaksa konsumen meng-upgrade ke Xbox Series X. Dijelaskan bahwa setidaknya sampai beberapa tahun ke depan, judul-judul eksklusif yang diterbitkan Xbox Game Studios akan hadir di Xbox Series X dan Xbox One sekaligus.

Tentu saja kita juga tidak boleh lupa dengan rumor bahwa Microsoft sedang menyiapkan alternatif Xbox Series X yang lebih terjangkau, yang kemungkinan bakal dinamai Xbox Series S, dan kabarnya akan diungkap pada bulan Agustus mendatang. Berhubung Xbox One X sekarang sudah resmi di-discontinue, Microsoft tentu bisa mengalokasikan lebih banyak waktunya untuk segera meluncurkan Xbox Series X dan Series S ke pasaran.

Sumber: The Verge.

Harga Game PS5 dan Xbox Series X Bakal Lebih Mahal?

Usai melihat kapabilitas PlayStation 5 dan Xbox Series X, wajar apabila kita menduga harganya bakal lebih mahal daripada pendahulunya masing-masing. Yang mungkin tidak terpikirkan adalah apakah harga game-nya juga bakal ikut lebih mahal, sebab harga game PS4 dan Xbox One pun sama persis seperti game PS3 dan Xbox 360 (sekitar $60).

Baik Sony maupun Microsoft sama sekali belum menyinggung soal ini, namun ada satu game yang setidaknya dapat menjadi indikasi, yakni NBA 2K21. Di situs resminya, NBA 2K21 untuk PS5 maupun Xbox Series X dibanderol seharga $70, sedangkan versi current gen-nya yang dijadwalkan meluncur pada 4 September mendatang cuma $60.

Jadi apakah trennya bakal seperti itu ke depannya? Apakah semua game console next-gen bakal lebih mahal $10 daripada game yang sama untuk console current-gen? Menurut pendapat IDG Consulting, sepertinya memang begitu. Kepada Games Industry, Yoshio Osaki selaku pimpinan IDG mengatakan bahwa sejumlah publisher juga tengah mempertimbangkan untuk menaikkan harga game keluarannya di platform next-gen.

Alasannya sederhana: ongkos produksi yang dibutuhkan untuk pengembangan game sudah naik sekitar 200% sampai 300% dibandingkan 15 tahun yang lalu. 2005 dan 2006 merupakan era Xbox 360 dan PS3, dan itu merupakan terakhir kalinya pasar melihat kenaikan harga game console (dari $50 menjadi $60).

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh eks bos Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios, Shawn Layden, dalam wawancaranya dengan VentureBeat. Menurutnya, biaya pembuatan game sudah naik sampai 10x lipat, sedangkan harga jualnya masih tetap di kisaran $60. Shawn juga menambahkan bahwa salah satu solusi yang bisa diambil developer adalah mengembangkan game yang berdurasi lebih singkat, namun saya yakin sebagian besar gamer akan lebih memilih harganya dinaikkan saja daripada kontennya dipangkas.

Bersiaplah membayar $100 kalau mau memainkan NBA 2K21 di console current-gen dan next-gen sekaligus / 2K Games
Bersiaplah membayar $100 kalau mau memainkan NBA 2K21 di console current-gen dan next-gen sekaligus / 2K Games

Menariknya, tren ini justru berbanding terbalik dari salah satu fitur yang ditawarkan Xbox Series X, yaitu Smart Delivery. Fitur tersebut sejatinya dirancang supaya pemain tak perlu membayar dua kali untuk memainkan game yang sama di Xbox One dan Series X. Beberapa judul telah dikonfirmasi bakal memanfaatkan fitur ini, termasuk halnya Cyberpunk 2077. Cukup bayar satu kali di Xbox One, maka game yang sama juga dapat dinikmati di Series X nantinya.

Kembali membahas NBA 2K21, 2K Games sebenarnya juga mengamini konsep “bayar satu kali untuk bermain di dua generasi console” ini, meski eksekusinya sedikit berbeda. Jadi bagi konsumen yang hendak memainkan NBA 2K21 di console current-gen terlebih dulu sebelum nantinya upgrade ke console next-gen, mereka bisa membeli bundel khusus NBA 2K21 Mamba Forever Edition seharga $100. Hemat $30 daripada harus membeli judul yang sama di masing-masing console ($60 + $70).

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dengan harganya di PC? Apakah akan mengikuti harga di console current-gen atau next-gen? Kalau merujuk pada NBA 2K21, harganya justru mengikuti harga di platform current-gen. Apakah ini berarti versi PC-nya kalah canggih dari versi PS5 atau Xbox Series X?

Kedengarannya sangat aneh kalau benar demikian, sebab pemain yang spesifikasi PC-nya di atas PS5 atau Xbox Series X tentu akan sangat kecewa melihat game yang dibelinya tidak tersaji secara maksimal pada PC kelas sultannya. Sebaliknya, kalau ternyata versi PC-nya dapat menyuguhkan pengalaman yang sama persis seperti versi next-gen tapi dengan harga yang lebih murah, pastinya konsumen PS5 dan Xbox Series X bakal mempertanyakan motif dari kenaikan harga tersebut.

Terlepas dari itu, tren kenaikan harga game untuk console next-gen ini sepertinya tidak akan terhindari. Meski begitu, kenaikannya mungkin tidak akan sampai sejauh $10 untuk game non-AAA. Game AAA pun tidak semuanya pantas dinaikkan harganya. Salah satu contohnya adalah Grand Theft Auto V, yang kabarnya akan tersedia untuk PS5 tahun depan dengan sejumlah penyempurnaan teknis.

Sungguh sangat tidak adil jika konsumen PS5 harus membayar $70 lagi untuk memainkan game yang sudah berusia tujuh tahun tersebut, dengan perbedaan mungkin hanya di kualitas lighting dan dukungan resolusinya (4K 60 fps) saja. Lebih tidak adil lagi adalah, semua itu sudah bisa didapatkan di PC tanpa harus membayar lebih.

Sumber: Games Industry.

Syn Adalah Game Open-World FPS Bertema Cyberpunk Garapan Tencent

Cyberpunk 2077 adalah salah satu game AAA yang paling dinanti-nanti tahun ini. Jadi jangan heran melihat animo yang begitu besar terhadap karya CD Projekt Red tersebut, dan saya juga tidak akan terkejut seandainya ada developer lain yang tertarik untuk ikut mengembangkan game dengan tema cyberpunk yang futuristis.

Developer yang saya maksud adalah Lightspeed & Quantum Studio, divisi internal di bawah naungan Tencent Games yang membangun reputasinya lewat popularitas PUBG Mobile. Mereka tengah mengerjakan sebuah game berjudul Syn, yang dideskripsikan sebagai open-world FPS untuk PC dan console.

Andai ada kata “RPG” yang disisipkan, maka deskripsinya bakal sama persis seperti Cyberpunk 2077. Namun sepertinya kedua game ini bakal cukup berbeda. Kalau melihat video tech demo-nya di bawah, satu pembeda yang cukup signifikan menurut saya adalah bagaimana setiap karakter dalam Syn akan ditemani oleh seekor hewan peliharaan yang sudah menjalani sejumlah modifikasi cybernetic.

Sayangnya demonstrasi singkat tersebut belum bisa menggambarkan game ini secara detail. Tencent juga belum menunjukkan sama sekali gameplay-nya seperti apa, dan yang dipamerkan sejauh ini hanya sebatas opsi kustomisasi karakter yang cukup lengkap. Bahkan binatang peliharaannya itu tadi pun juga dapat dikustomisasi, demikian pula kendaraan yang ditunggangi.

Tencent bilang Syn digarap menggunakan Unreal Engine (kemungkinan besar Unreal Engine 4), dan mereka juga berkolaborasi langsung dengan Epic Games untuk mengembangkan sejumlah teknologi inovatif macam “strand-based hair system“, yang pada video demonya mampu menampilkan animasi rambut yang sangat realistis.

Secara lore, Syn mengambil setting tahun 2035, dan jalan ceritanya sepertinya bakal melibatkan konflik antara tiga faksi: Anarchy, Enforcer, dan Motorheads. Pemain tampaknya juga bakal dibebaskan memilih faksi untuk karakter buatannya.

Juga belum jelas adalah apakah game ini hanya bisa dimainkan secara online, atau ada juga mode campaign singleplayer-nya. Kalau melihat latar belakang developer-nya, saya cenderung menebak Syn sebagai permainan online multiplayer. Tencent sendiri belum membahas apa-apa soal ini. Mereka bahkan belum punya estimasi jadwal rilis sama sekali buat Syn.

Pun begitu, bukan tidak mungkin Syn nantinya bakal disajikan sebagai permainan singleplayer. Salah satu alasan pendukungnya adalah Lightspeed LA, sebuah studio game yang baru saja Tencent umumkan bakal mereka buka di Amerika Serikat, serta yang bakal menjadi bagian dari Lightspeed & Quantum.

Tencent bilang bahwa Lightspeed LA bakal fokus mengembangkan game AAA untuk console next-gen, dan mereka juga telah merekrut sosok veteran di bidang game development untuk memimpin Lightspeed LA, yaitu Steve Martin yang dicomot dari Rockstar. Pengalaman Steve selama pembuatan GTA V maupun Red Dead Redemption 2 tentu dapat membantu realisasi Syn menjadi permainan open-world kelas wahid.

Via: PC Gamer.

Microsoft Dirumorkan Sedang Siapkan Alternatif Xbox Series X yang Lebih Murah

Dari segi teknis, Xbox Series X dan PlayStation 5 mungkin terdengar mirip karena keduanya sama-sama mengusung spesifikasi yang mumpuni ala gaming PC, akan tetapi Microsoft dan Sony tentu memiliki strategi yang berbeda dalam menjangkau pasar.

Di kubu Sony, strategi mereka terkesan simpel: PS5 akan hadir dalam dua varian, salah satunya yang tidak dibekali optical drive sama sekali buat mereka yang ingin menghemat ongkos. Di kubu Microsoft, mereka nampaknya punya rencana yang lebih kompleks demi menjangkau lebih banyak kalangan konsumen.

Andai rumor yang beredar tidak meleset, Xbox Series X bakal meluncur ke pasaran bersama Xbox baru lain yang dibanderol lebih murah. Menurut laporan Eurogamer, perangkat tersebut akan dinamai Xbox Series S dan diumumkan pada bulan Agustus mendatang. Kemungkinan besar Microsoft juga akan mengumumkan harga jual Series X pada saat itu sehingga kita bisa paham selisihnya sejauh apa.

Detail pendukung rumor ini datang dari bocoran dokumen yang Microsoft tujukan kepada para developer. Disebutkan bahwa pada development kit Series X, pihak developer bisa mengaktifkan mode “Lockhart” yang menyimpan profil performa yang berbeda. Berdasarkan profil tersebut, Xbox Series S yang lebih murah ini diprediksi bakal menawarkan performa CPU yang sama seperti Series X, tapi dengan GPU dan RAM yang lebih inferior.

Konsep gambar Xbox Series S / Reddit
Konsep gambar Xbox Series S / Reddit

Persisnya, Series S disebut mengemas kapasitas RAM yang usable sebesar 7,5 GB dan GPU bertenaga 4 teraflop. Sebagai perbandingan, Xbox Series X dibekali 13,5 GB usable RAM dan GPU berdaya 12 teraflop. Kalau Series X berniat menyuguhkan pengalaman gaming yang wah di resolusi 4K, Series S akan menarget resolusi 1080p atau 1440p, menjadikannya sebagai alternatif yang ideal bagi konsumen yang tidak mempunyai TV 4K.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya Microsoft menggunakan huruf “X” untuk menandai model unggulan, dan “S” untuk model yang lebih terjangkau, sebab Xbox One X dan Xbox One S memang seperti itu kenyataannya, dan keduanya juga memiliki perbedaan performa GPU yang drastis – One X menawarkan true 4K, sedangkan One S cuma mengandalkan metode upscaling.

Andai Microsoft benar-benar belajar dari pengalaman, ada kemungkinan juga Xbox Series S bakal ditawarkan dalam dua varian, yakni standar dan Digital Edition (tanpa optical drive), sehingga pada akhirnya lineup next-gen Xbox bakal mencakup tiga perangkat sekaligus: Series X, Series S, dan Series S Digital Edition.

Tentu saja semua ini baru sebatas spekulasi, dan kita masih harus menunggu setidaknya sampai Agustus untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Sedang Garap Perangkat Gaming Audio Premium untuk Xbox

Bang & Olufsen sedang bersiap untuk terjun ke ranah gaming. Namun ketimbang bekerja sendiri, dedengkot audio asal Denmark itu memilih berkolaborasi dengan Xbox.

Tanpa harus terkejut, produk gaming B&O ini disebut bakal menyasar segmen high-end, dengan fokus pada aspek kualitas suara, desain, dan craftsmanship. Timing-nya tentu sudah diperhitungkan; produk baru ini semestinya bakal meluncur berbarengan dengan Xbox Series X.

Kolaborasi langsung dengan Xbox ini nantinya bakal berujung pada label “Designed for Xbox”, yang pada dasarnya bisa kita lihat sebagai jaminan atas kompatibilitas dan konektivitas yang seamless, serta pengalaman penggunaan yang lebih baik.

Awalnya saya menduga perangkat yang digarap merupakan sebuah soundbar, tapi kemudian di siaran persnya, Matt Kesselring selaku Head of Hardware Partnerships Xbox menyinggung soal perangkat yang siap “mendampingi pemain ke mana saja mereka pergi”. Headset wireless? Sepertinya begitu.

B&O cukup antusias melihat pasar perangkat gaming, yang menurut mereka terus bertumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus bermitra dengan Xbox?

B&O hanya bilang bahwa Xbox merupakan partner yang ideal buat merealisasikan potensi besarnya di industri gaming. Namun kalau saya boleh menebak, alasannya adalah supaya produk mereka bisa lebih dilirik oleh konsumen. Produk yang kelewat mahal mungkin bakal kurang dilirik, dan di sinilah kemitraannya dengan Xbox bakal membantu.

Dengan mengusung label “Designed for Xbox”, perangkat gaming audio B&O ini bakal terkesan seperti produk dari pihak pertama, dan itu semestinya akan lebih mengundang perhatian. Ini penting mengingat B&O membidik segmen high-end, yang sendirinya tentu tidak seramai segmen di bawahnya.

Sumber: TechRadar.

Xbox Series X Mampu Jalankan Game Lawas dengan Performa dan Visual yang Lebih Baik

Backwards compatibility, istilah ini selalu Microsoft pakai ketika menjelaskan tentang berbagai keunggulan yang ditawarkan gaming console barunya, dimulai dari Xbox One di tahun 2015. Premisnya sederhana saja: konsumen tak perlu cemas koleksi game yang sudah mereka kumpulkan dengan susah payah bakal jadi tidak relevan begitu saja saat hijrah ke console baru.

Xbox Series X pun juga demikian. Microsoft memastikan bakal ada ribuan judul lawas yang bisa langsung dimainkan di Xbox Series X pada hari peluncurannya nanti. Bukan hanya itu, koleksi game lama itu diyakini bisa berjalan lebih baik di Series X.

Fitur-fitur anyar seperti Quick Resume maupun waktu loading yang jauh lebih cepat juga berlaku untuk gamegame generasi sebelumnya yang dimainkan di Series X. Istimewanya, developer masing-masing game tidak perlu melakukan apa-apa, sebab tim Xbox sudah melakukan optimasi langsung di tingkat platform.

Selain performa yang lebih baik, backwards compatibility di Series X juga menjanjikan kualitas visual yang lebih menawan. Hal itu diwujudkan melalui penerapan HDR secara otomatis pada judul-judul game lama yang dimainkan di Series X. Bahkan game Xbox 360 pun juga akan tampil dalam format HDR di Series X, lagi-lagi tanpa perlu melibatkan partisipasi masing-masing developer.

Terakhir dan yang menurut saya paling menarik, sejumlah judul lawas yang dimainkan di Series X juga akan meningkat drastis frame rate-nya. Yang tadinya cuma berjalan di 30 fps akan menjadi 60 fps, dan yang tadinya 60 fps jadi 120 fps. Namun ini semestinya memerlukan campur tangan langsung dari developer game yang bersangkutan.

Tentu saja Xbox Series X bukan satu-satunya console baru yang menawarkan backwards compatibility. PlayStation 5 pun juga menjanjikan fasilitas yang serupa. Versi mereka bahkan memungkinkan pengguna PS5 untuk bermain bersama pengguna PS4.

Sumber: Xbox.

Nintendo Switch dan PlayStation 4, Mana yang Lebih Populer di Indonesia?

Maret lalu, penjualan Nintendo Switch di Amerika Serikat naik lebih dari dua kali lipat dibanding Maret 2019 berdasarkan riset yang dilakukan NPD Group. Alasannya ada dua. Yang pertama tentu saja adalah pandemi COVID-19 dan kebijakan lockdown. Yang kedua adalah game berjudul Animal Crossing: New Horizons yang memecahkan rekor penjualan.

Begitu besarnya permintaan terhadap Switch, stoknya sampai menipis dan mendorong Nintendo untuk meningkatkan jumlah produksi. Per 31 Maret 2020, Nintendo tercatat sudah menjual 55,8 juta unit Switch. Pertanyaannya, seberapa banyak angka penjualan yang berasal dari Indonesia?

Well, pertanyaan tersebut sungguh sulit dijawab mengingat Nintendo Switch belum tersedia secara resmi di tanah air. Berbeda dengan PlayStation 4 yang sudah resmi dipasarkan sendiri oleh Sony sejak lama di Indonesia. Fakta ini setidaknya bisa menjadi salah satu faktor mengapa PS4 masih lebih populer ketimbang Switch di Nusantara.

Tidak tersedia secara resmi berarti tidak ada garansi resmi, dan umumnya Switch yang dijual di Indonesia hanya disertai garansi dari toko penjual selama beberapa hari. Sudah menjadi rahasia umum kalau konsumen Indonesia sangat mementingkan garansi dalam membeli produk, terutama produk elektronik. Jadi wajar kalau akhirnya lebih banyak yang memilih PS4.

Riset iPrice soal popularitas gaming console di Asia Tenggara selama pandemi

Riset yang dilakukan iPrice baru-baru ini pun menunjukkan kesimpulan yang serupa. Di platform belanja online di Indonesia, PS4 masih lebih banyak dicari ketimbang Nintendo Switch. Berbeda dengan di negara-negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia, di mana Nintendo Switch justru lebih populer daripada PS4.

PS4 boleh lebih populer daripada Switch di Indonesia, akan tetapi itu tidak mencegah ketertarikan developer game lokal terhadap Switch, sebab yang disasar memang bukan cuma konsumen tanah air saja.

Dari perspektif pribadi, saya juga melihat lebih banyak teman yang membicarakan tentang Final Fantasy VII Remake – yang sejauh ini cuma tersedia di PS4 – ketimbang Animal Crossing di lingkaran media sosial saya. Saya sendiri tidak termasuk di kubu mana pun mengingat saya cuma punya PC 🙂

Tidak kalah menarik adalah bagaimana PS3 yang sudah sangat uzur dan PS Vita yang sudah di-discontinue masih cukup banyak dicari di Indonesia dan sejumlah negara lainnya, bahkan melebihi angka pencarian terhadap Xbox One (yang juga tidak tersedia secara resmi di sini). Negara kita rupanya merupakan rumah yang sangat nyaman buat platform PlayStation.

Riset iPrice soal popularitas gaming console di Asia Tenggara selama pandemi

Dari 7 negara yang termasuk dalam riset iPrice – Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Hong Kong – cuma di Indonesia dan Vietnam saja PS4 lebih populer, sedangkan sisanya lebih didominasi oleh Switch. 5 dari 7 negara memilih Switch, dan dari pertengahan Maret hingga pertengahan April, minat terhadap Switch di platform belanja online di wilayah ini juga naik sampai 245%.

Sebagai perbandingan, minat terhadap PS4 hanya meningkat sebesar 135%. Total permintaan untuk Switch sekarang sekitar 1,6 kali lebih tinggi dari permintaan untuk PS4.

Selama masa pandemi, pencarian untuk semua gaming console di 7 negara tadi meningkat hingga 115% secara keseluruhan dibandingkan di periode sebelumnya. Di Indonesia sendiri, pencarian seputar gaming console naik sekitar 204%, sedangkan di Vietnam angkanya malah melonjak sampai 432%.

Besarnya peningkatan di Vietnam ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah setempat yang menutup semua warnet dan gaming center, yang jumlahnya begitu banyak di sana. Berhubung tidak ada opsi lain untuk bermain, banyak gamer di Vietnam pada akhirnya memutuskan untuk membeli perangkat gaming-nya sendiri untuk dimainkan di kediaman masing-masing.

“Di rumah saja dan main game,” kira-kira seperti itu motto para gamer di Vietnam, dan kita semestinya juga perlu menerapkan komitmen yang sama sebagai bentuk kontribusi kita terhadap penekanan angka penyebaran COVID-19.

Analogue Nt Mini Kembali Diproduksi, Kesempatan Terakhir Bagi Para Penggemar NES Sejati

Masih ingat dengan Analogue Nt Mini, reinkarnasi modern dari console klasik Nintendo (NES)? Banderol harganya yang mencapai angka $450 mungkin membuat banyak orang geleng-geleng kepala, tapi peminatnya ternyata cukup banyak hingga akhirnya pengembangnya berniat memproduksinya kembali.

Menariknya, yang diproduksi rupanya bukan perangkat yang sama persis dengan yang Analogue rilis di tahun 2016. Perangkat ini merupakan produk baru bernama Analogue Nt Mini v2, atau lebih kerennya, Nt Mini Noir, dikarenakan warna gunmetal yang membalut rangka anodized aluminium-nya.

Analogue Nt Mini v2

Selain visual yang lebih menarik (bahkan logo perusahaannya pun ikut direvisi), Nt Mini v2 disebut mengemas slot kaset NES yang lebih bagus, serta menjanjikan tampilan software (UI) yang lebih sempurna. Selebihnya, perangkat ini identik dengan sebelumnya, dan deretan port di belakangnya pun tidak ada yang diubah.

Output videonya meliputi RGB, component, S-Video, composite, dan HDMI, yang berarti konsumen dapat memainkan gamegame lawas NES di resolusi 1080p secara “pixel perfect” dan tanpa emulasi. Paket penjualannya juga mencakup controller wireless baru 8BitDo N30 2.4G.

Analogue Nt Mini v2

Sayang sekali Nt Mini v2 justru dibanderol lebih mahal lagi daripada versi sebelumnya, tepatnya seharga $500. Analogue juga akan memproduksinya dalam jumlah terbatas, dan konsumen yang melakukan pre-order diperkirakan baru akan menerima barangnya pada bulan Juli.

Terlepas dari itu, ini merupakan kesempatan terakhir untuk mendapatkan Nt Mini, khususnya bagi mereka yang tidak kebagian stok versi pertamanya. $500 memang terdengar kelewat mahal untuk sebuah console 8-bit, tapi mereka yang sengaja menyimpan koleksi kaset NES-nya dengan baik mungkin akan berpendapat berbeda.

Sumber: Kotaku.

 

Xbox Series X Resmi Diperkenalkan, Gap Performa Antara Console dan PC Terus Menyempit

Ajang The Game Awards 2019 baru-baru ini Microsoft manfaatkan untuk memperkenalkan gaming PC, eh maksud saya gaming console anyar. Mengusung nama resmi Xbox Series X, wujudnya yang berupa balok vertikal langsung mengingatkan saya pada gaming PC macam Corsair One, namun yang lebih penting adalah bagaimana ia dirancang untuk menawarkan performa maksimal tanpa dihantui masalah keterbatasan ruang.

Premis ini jelas bertentangan dengan Xbox One S, yang pada dasarnya didesain seringkas mungkin selagi menawarkan performa yang mumpuni. Kendati demikian, definisi kata “mumpuni” di sini pada kenyataannya masih jauh dari yang biasa gamer dapatkan dari sebuah PC kelas mainstream.

Xbox Series X tidaklah demikian. Berbekal prosesor dengan arsitektur Zen 2 dan GPU bikinan AMD, Series X siap menyuguhkan permainan dalam resolusi 4K 60 fps secara konsisten, dan ini rupanya masih jauh dari batas performa maksimum yang diharapkan.

Microsoft bilang Series X punya hardware yang cukup kuat untuk menyajikan output resolusi 8K, atau yang mengemas refresh rate 120 Hz. Teknologi grafis macam ray tracing yang sedang hangat di ranah PC gaming juga bakal direalisasikan ke segmen console oleh perangkat ini.

Dibandingkan generasi sebelumnya, Xbox One X, upgrade performa yang Series X tawarkan sangatlah signifikan. Microsoft menyebut Series X punya kinerja CPU empat kali lebih cepat, sedangkan kinerja GPU-nya dua kali lebih kencang. Penggunaan SSD tipe NVMe juga diharapkan bisa mengeliminasi proses loading berkepanjangan seperti yang dialami console generasi sebelumnya.

Dari segi konten, Microsoft juga sudah menugaskan 15 tim developer di bawah naungannya untuk mengembangkan game buat Series X. Dua yang sudah dikonfirmasi adalah Halo Infinite dan sekuel dari Hellblade. Backward compatibility pun turut menjadi salah satu penawaran Series X, baik untuk game maupun aksesori.

Xbox Series X Controller

Bicara soal aksesori, setiap unit Series X akan datang bersama Xbox Wireless Controller generasi baru yang dimensinya sedikit lebih ringkas, serta mengemas D-Pad model hybrid ala Xbox Elite Wireless Controller. Juga unik adalah kehadiran tombol “Share” untuk memudahkan pemain mengambil screenshot atau merekam klip video dan membagikannya ke publik.

Kalau melihat janji-janji yang ditawarkan, saya pribadi tidak keberatan dengan fakta bahwa Series X begitu mirip dengan PC. Desain industrial seperti ini juga membantu perangkat bekerja dengan suara yang minim dan sirkulasi udara yang maksimal. Andai diperlukan, Series X juga bisa diposisikan secara horizontal.

Lalu mengapa saya harus membeli Xbox Series X ketimbang PC, apalagi mengingat belakangan ini Microsoft mulai ‘melunak’ perihal eksklusivitas game untuk platform-nya? Jawabannya, dan ini dari pandangan saya sebagai gamer PC, adalah faktor kepraktisan. PC memang lebih multi-fungsi, namun terkadang ini justru bisa membuat kewalahan para pengguna awam.

Sebaliknya, Xbox dan consoleconsole lainnya dari awal sudah diciptakan murni untuk urusan gaming. Sesaat setelah perangkat dinyalakan, kita langsung dihadapkan dengan UI yang siap membawa kita masuk langsung ke dalam game yang hendak dimainkan. Kemudahan seperti inilah yang menurut saya tak akan bisa kita dapatkan dari PC, bahkan meski PC-nya sudah kita tempatkan di sebelah TV di ruang tamu sekalipun.

Kapan Xbox Series X bakal dipasarkan? Musim liburan tahun depan kata Microsoft. Harganya masih belum diketahui, tapi saya yakin tidak akan di bawah $500, sebab itu merupakan banderol harga Xbox One X saat ini. Mahal? Jelas, tapi di saat yang sama harga PC dengan spesifikasi yang mampu menjalankan game dalam resolusi 4K 60 fps juga jauh dari kata murah.

Sumber: Microsoft dan GameSpot.