Twitch Bakal Saingi Steam dalam Berdagang Video Game

Event Game Developers Conference baru saja dimulai di kota San Fransisco, dan sudah ada pengumuman yang cukup mengejutkan dari Twitch. Platform live streaming game tersebut punya rencana untuk berjualan video game, atau dengan kata lain, menjadi pesaing Steam.

Lewat inisiatif ini, Twitch sejatinya ingin menjadi tempat dimana semua keperluan terkait gaming kita bisa terpenuhi. Sekarang ini kita sudah bisa menonton, berbagi maupun bermain game di Twitch, akan tetapi untuk membeli game-nya, kita masih harus mangkir ke Steam, Origin, Uplay dan yang lain.

Semua itu akan berubah mulai musim semi nanti, dimana kita dapat langsung membeli game maupun konten in-game tanpa harus meninggalkan Twitch sama sekali. Tombol “Buy” ini nantinya akan muncul tepat di bawah video yang sedang ditonton, seperti yang bisa dilihat pada gambar di bawah.

Mock-up tampilan tombol "Buy" pada Twitch nanti / Twitch
Mock-up tampilan tombol “Buy” pada Twitch nanti / Twitch

Untuk menarik minat para pengguna, Twitch akan memberikan hadiah berupa Twitch Crate untuk setiap pembelian di atas $5. Twitch Crate ini pada dasarnya merupakan sebuah kotak kejutan digital yang berisi sejumlah bonus acak seperti emote eksklusif, chat badge atau Bits.

Lebih lanjut, konsumen yang membeli game lewat Twitch secara tak langsung dapat berkontribusi kepada broadcaster favoritnya. Pasalnya, para broadcaster ini bakal menerima 5% dari total nilai penjualan game yang berasal dari channel mereka. Di lain tempat, developer akan menerima 70%, dan sisanya masuk ke kas Twitch.

Twitch memastikan bahwa saat program baru ini mulai dijalankan pada musim semi nanti, akan ada lusinan game yang bisa dibeli; baik yang keluaran developer kelas kakap seperti Ubisoft, TellTale Games, Hi-Rez Studios, Paradox Interactive, maupun garapan para indie developer. Selanjutnya, game dapat diunduh sekaligus dimainkan via Twitch Launcher maupun client lain seperti Uplay.

Sumber: Business Wire dan Twitch Blog.

Vive Tracker Ubah Objek Sehari-hari Menjadi Controller VR

Banyak pihak setuju kalau sistem tracking HTC Vive lebih superior ketimbang Oculus Rift, dan HTC sepertinya ingin terus memimpin dalam bidang ini. Dalam dua event sekaligus, yakni MWC dan GDC (Game Developers Conference) 2017, HTC secara resmi meluncurkan sebuah perangkat inovatif bernama Vive Tracker.

Premis yang ditawarkan Vive Tracker adalah Anda bisa memanfaatkan objek sehari-hari sebagai controller VR. Mau itu tongkat baseball, panci atau sarung tangan, selama objek bisa ditempeli Vive Tracker, Anda bisa menggunakannya sebagai controller VR. Singkat cerita, potensi pengaplikasian Vive Tracker begitu luas.

Hal ini turut dibuktikan oleh developer game CloudGate Studio. Dalam game berjudul Island 359 yang mereka kembangkan, mereka berhasil menyuguhkan kontrol pergerakan yang melibatkan satu tubuh secara menyeluruh berkat Vive Tracker. Alhasil, pemain dapat melihat tubuh sekaligus pergerakannya di dalam game secara akurat.

HTC berencana untuk memasarkan Vive Tracker dalam dua tahap. Tahap pertama, dimulai pada 27 Maret mendatang, ditujukan buat kaum developer yang tertarik mengembangkan konten untuk Vive. Tahap kedua adalah penjualan langsung ke konsumen, namun jadwal pastinya di tahun ini masih belum ditetapkan. Harganya sendiri dipatok $100 per unit.

Vive Deluxe Audio Strap / HTC

Selain Vive Tracker, HTC juga merilis Vive Deluxe Audio Strap. Perangkat ini sederhananya merupakan headphone yang dirancang dengan memperhatikan integrasinya dengan headset Vive. HTC sepertinya banyak belajar dari Oculus yang dari awal sudah membundel aksesori semacam ini dengan headset Rift.

HTC akan membuka pre-order untuk Vive Deluxe Audio Strap mulai 2 Mei, dengan harga juga $100.

Sumber: PR Newswire dan Vive.

LG Kembangkan Headset Virtual Reality Untuk Tandingi Vive dan Rift

Kompetisi virtual reality di kelas high-end diisi oleh dua brand besar: Oculus VR yang didukung penuh oleh Facebook versus HTC dengan sokongan teknologi SteamVR garapan Valve. Persaingan tersebut akan jadi tambah seru setelah satu raksasa elektronik asal Korea Selatan dikabarkan sedang menyiapkan head-mounted display VR premium sekelas Rift dan Vive.

LG Electonics punya agenda untuk memperkenalkan perangkat headset virtual reality baru, digarap secara kolaboratif bersama Valve Corporation. Seperti HTC Vive, LG mengerjakan bagian hardware-nya, sedangkan Valve bertanggung jawab di sisi perangkat lunak, khususnya fokus pada teknologi tracking SteamVR. Langkah ini menempatkan LG sebagai kompetitor langsung HTC dan juga Oculus VR.

Untuk sekarang, baik Valve maupun LG masih belum memberikan banyak informasi mengenai perangkat VR baru itu, termasuk spesifikasi hardware. Mereka hanya bilang, headset ini didesain buat menyuguhkan ‘pengalaman virtual reality generasi selanjutnya lewat konten berkualitas tinggi’. SteamVR sendiri berperan menjadi platform sekaligus solusi sistem tracking tiga dimensi bebas-royalti, diadopsi oleh LG setelah HTC memanfaatkannya lebih dulu.

Secara teknis, perangkat ini bukanlah headset VR pertama buatan LG. Di ajang MWC tahun lalu, sang produsen sempat menyingkap LG 360 VR, perangkat HMD yang dirancang untuk menyaingi Samsung Gear VR. Namun berbeda dari milik rivalnya itu, Anda tidak perlu memasangkan smartphone karena perangkat sudah menyimpan layar. Pengguna hanya perlu menyambungkannya ke handset LG G5 via USB type-C. Sayang sekali, banyak reviewer setuju performa 360 VR terbilang mengecewakan.

Khusus untuk headset barunya, LG berencana memamerkan dan mendemonstraikan kapabilitas versi purwarupanya di Game Developers Conference 2017 San Francisco yang dilangsungkan minggu ini – tepatnya di booth Valve. Doug Lombardi selaku perwakilan Valve bilang bahwa di ajang itu, LG akan bertemu dengan para developer buat mengumpulkan respons dan masukan, sebelum akhirnya headset dibawa ke tahap produksi.

Informasi mengenai harga, waktu rilis, dan lokasi peluncuran device akan diungkap di lain waktu. Satu hal yang sudah dikonfirmasi adalah, head-mounted display ini tersambung via kabel ke PC, tak jauh berbeda dari Vive.

Berita mengenai headset VR baru LG muncul tak lama setelah Sony memberitahukan mereka berhasil menjual lebih dari 900 ribu unit PlayStation VR, dan juga pengumuman Oculus VR soal kesuksesan penjualan Samsung Gear VR yang sudah melewati lima juta perangkat.

Sumber: Engadget, Polygon & TweakTown.

Ini Dia Daftar Pemenang Game Developers Choice Awards 2016

Di bulan Januari silam, tim penyelenggara GDC mengumumkan daftar nominasi permainan video yang berkesempatan memperoleh penghormatan tahunan Game Developers Choice Awards. Penghargaan terbagi dalam sembilan kategori, dan sesuai agenda, para pemenangnya diumumkan pada tanggal 16 Maret minggu lalu. Bagi gamer, judul-judul jawara itu tak sulit ditebak.

Seperti di ajang award sebelumnya, The Witcher 3: Wild Hunt kembali menunjukkan dominasi. Namun kali ini ia mendapatkan perlawanan sengit dari ranah independen, yaitu Her Story karya Sam Barlow. Selain menyabet tiga penghargaan GDCA 2016, Her Story juga memboyong dua trofi Independent Games Festival ke-18. Daftar lengkap Game Developers Choice Awards 2016 dapat Anda lihat di bawah:

Best Handheld/Mobile Game – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Prune, The Room Three, Subterfuge, Pac-Man 256, Sage Solitaire, SteamWorld Heist, You Must Build a Boat

Best Debut – Moon Studios (Ori and the Blind Forest)

Honorable mentions: Asteroid Base (Lovers in a Dangerous Spacetime), Question (The Magic Circle), Thomas Happ (Axiom Verge), Dinosaur Polo Club (Mini Metro), MidBoss (Read Only Memories)

Best Audio – Crypt of the NecroDancer (Brace Yourself Games)

Honorable mentions: Fallout 4, The Witcher 3, Life is Strange, SOMA, Bloodborne, Splatoon

Best Technology – The Witcher 3: Wild Hunt (CD Projekt RED / CD Projekt)

Honorable mentions: Rise of the Tomb Raider, Batman: Arkham Knight, Splatoon, Super Mario Maker, Halo 5: Guardians

Best Design – Rocket League (Psyonix)

Honorable mentions: Her Story, Super Mario Maker, Undertale, The Witcher 3, Ori and the Blind Forest

Best Visual Art – Ori and the Blind Forest (Moon Studios / Microsoft Studios)

Honorable mentions: Metal Gear Solid V, Rise of the Tomb Raider, Batman: Arkham Knight, The Order: 1886, Everybody’s Gone to the Rapture, Fallout 4

Best Narrative – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Everybody’s Gone to the Rapture, Fallout 4, Until Dawn, Cibele, Soma

Innovation Award – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Rocket League, Keep Talking and Nobody Explodes, Cibele, Life is Strange, Metal Gear Solid V

Game of the Year – The Witcher 3: Wild Hunt (CD Projekt RED / CD Projekt)

Nominasi: Fallout 4, Metal Gear Solid V, Bloodborne, Rocket League

Honorable mentions: Her Story, Super Mario Maker, Undertale, Splatoon, Life is Strange

Penghargaan lainnya meliputi:

Audience Award – Life is Strange (DONTNOD Entertainment)

Pioneer Award – Markus “Notch” Persson

Ambassador Award – Tracy Fullerton

Lifetime Achievement Award – Todd Howard

 

Kita bisa melihat hal menarik di list ini. Pertama, jumlah penghargaan The Witcher 3 dikalahkan oleh Her Story. Kemudian, game-game perkasa seperti Metal Gear Solid V, Bloodborne dan Fallout 4 malah sama sekali tidak membawa pulang satupun penghargaan Game Developers Choice Awards 2016. Hal tersebut memperlihatkan ketatnya persaingan, dan menjadi bukti bahwa 2015 merupakan salah satu tahun gaming terbaik.

Via Polygon.

VR Headset Optoma Tak Perlu Kabel untuk Terhubung ke PC

Setelah bertahun-tahun memproduksi proyektor, Optoma mulai keluar dari zona nyamannya dengan menarget ranah virtual reality. Di ajang Game Developers Conference 2016 yang tengah dihelat di kota San Fransisco, mereka memperkenalkan VR headset perdananya.

Dibandingkan Oculus Rift dan HTC Vive, ada sesuatu yang unik dari VR headet besutan Optoma ini: ia tidak memerlukan kabel untuk terhubung ke PC. Koneksinya memanfaatkan sinyal nirkabel yang beroperasi di frekuensi 60 GHz, jauh lebih cepat dibandingkan Wi-Fi.

Hal ini membuat Optoma cukup percaya diri dengan mengklaim bahwa konten yang di-stream oleh VR headset-nya dapat berjalan mulus tanpa lag. Pun demikian, VR headset Optoma masih memerlukan aksesori terpisah berupa transmitter USB guna mengaktifkan fungsi head tracking.

Perihal spesifikasi, headset ini mengemas layar AMOLED 5,46 inci dengan resolusi 1920 x 1080 pixel dan sudut pandang seluas 90 derajat. Optoma mengembangkannya mengikuti standar OSVR yang digagaskan oleh Razer, yang berarti ia bakal kompatibel dengan konten-konten yang dirancang untuk platform tersebut.

Pendekatan yang diambil Optoma ini jelas berbeda dari headset Sulon Q yang juga nirkabel karena mengemas komponen komputer terintegrasi. Ia pun juga tidak sama dengan Samsung Gear VR atau Google Cardboard yang mengandalkan smartphone sebagai pengolah konten.

Sejauh ini belum ada informasi mendetail lebih lanjut mengenainya. Optoma pun sepertinya belum menemukan nama keren untuk headset ini selain Virtual Reality Head Mounted Display. Rencananya headset ini akan dirilis di tahun ini juga, namun belum ada kepastian tentang banderol harganya.

Sumber: PC World dan Wareable.

MyDream Swift Siap Mengubah Game Biasa Menjadi Optimal untuk Virtual Reality

Di ajang GDC 2016, Valve akan mendemonstrasikan SteamVR Desktop Theater Mode, yakni sebuah fitur dimana pengguna Oculus Rift atau HTC Vive nantinya bisa memainkan game apa saja yang tersimpan dalam library Steam-nya menggunakan VR headset masing-masing. Namun Valve rupanya tidak sendirian, developer MyDreamVR juga punya ide yang serupa.

Mereka mengumumkan aplikasi MyDream Swift yang punya fungsi sangat mirip, yakni mengubah game non-VR menjadi siap untuk dikonsumsi via sebuah VR headset. Swift terintegrasi dengan Steam, yang berarti semua game yang ada di dalam library dapat dioptimalkan untuk tampilan VR.

Kendati demikian, Swift agak sedikit berbeda karena lebih diprioritaskan untuk gamegame berjenis first-person shooter (FPS) dengan sudut pandang orang pertama. Soal kompatibilitas, Swift telah mendukung game dengan teknologi grafik DX9 maupun DX11, dan performa game dipastikan tidak akan menurun ketika dikonversi menjadi tampilan VR.

MyDream Swift

Hal lain yang unik dari Swift adalah fitur Cinema Mode, yang memungkinkan pengguna untuk meneruskan konten non-Steam (video misalnya) menuju ke VR headset. Jadi ketimbang menonton film memakai monitor, pengguna bisa menikmatinya langsung di depan mata memakai Oculus Rift atau HTC Vive.

Saat ini MyDreamVR telah menerima pre-order Swift seharga $30 lewat situs resminya, dan pengguna dipersilakan mengunduhnya mulai tanggal 28 Maret mendatang. Paket pembeliannya turut mencakup game MyDream VR seharga $20.

Sumber: TechCrunch.

Berkat SteamVR Desktop Theater Mode, Game PC Biasa Nantinya Bisa Dimainkan Menggunakan VR Headset

Salah satu alasan yang membuat orang-orang merasa skeptis terhadap virtual reality adalah, karena teknologinya masih baru, jumlah kontennya bisa dipastikan terbatas, sama seperti yang dialami oleh TV 4K. Memang anggapan ini ada benarnya, tapi toh para pemain di industri VR tidak akan tinggal diam.

Kalau di TV 4K kita bisa menonton video 1080p yang di-upscale resolusinya, apakah di ranah VR kita tak bisa memainkan game biasa menggunakan VR headset? Menurut Valve yang juga bertanggung jawab atas pengembangan headset HTC Vive, jawabannya bisa. Belum lama ini, mereka mengumumkan adanya fitur SteamVR Desktop Theater Mode.

Fitur ini pada dasarnya memungkinkan gamegame PC biasa untuk dimainkan menggunakan VR headset yang kompatibel dengan platform SteamVR – sejauh ini baru HTC Vive dan Oculus Rift. Jadi ketimbang melihat tampilan game di monitor, pengguna bisa langsung ‘menjelajahi’ dunia virtual tersebut.

SteamVR Desktop Theater Mode sebenarnya sudah dicanangkan oleh Valve jauh sebelum ada desas-desus soal HTC Vive. Kini teknologinya sepertinya sudah siap untuk didemonstrasikan di hadapan pengunjung acara Game Developers Conference 2016 pekan depan.

Saat nanti fitur ini sudah dirilis, pengguna Oculus Rift maupun HTC Vive bisa memainkan seluruh game yang terdapat pada library Steam-nya masing-masing dalam mode VR. Saya pun langsung membayangkan betapa asyiknya mengeksplorasi Commonwealth di game Fallout 4 menggunakan Oculus Rift.

Sumber berita dan gambar: Road to VR.

Bukan Sembarang VR Headset, Vuzix IWear 720 Adalah Video Headphone dengan Kompatibilitas yang Amat Luas

Tidak habis-habisnya perangkat VR headset dan sejenisnya menggempur industri gaming. Meski mungkin membawa konsep yang serupa, masing-masing VR headset memiliki keunikannya tersendiri. Dan perangkat yang satu ini begitu unik sampai-sampai ia menolak disebut sebagai VR headset. Continue reading Bukan Sembarang VR Headset, Vuzix IWear 720 Adalah Video Headphone dengan Kompatibilitas yang Amat Luas

Improbable Ingin Permudah Proses Pengembangan Game Online

Mengembangkan game online itu tidak mudah. Bahkan perusahaan sebesar Sony pun harus merelakan divisi game online mereka, Sony Online Entertainment (SOE), untuk berpindah tangan ke pihak lain. Continue reading Improbable Ingin Permudah Proses Pengembangan Game Online

Nvidia Luncurkan Shield Console di Ajang GDC 2015

Industri game console sampai detik ini masih didominasi oleh Sony dan Microsoft. Posisi PlayStation 4 dan Xbox One sebagai game console pilihan untuk ditempatkan di ruang tamu masih belum tergantikan. Namun hal ini bukan berarti mereka sama sekali tidak memiliki ‘ancaman’. Continue reading Nvidia Luncurkan Shield Console di Ajang GDC 2015