Berkat Bantuan Mod, Half-Life: Alyx Dapat Dimainkan Sampai Tamat Tanpa VR Headset

Half-Life: Alyx sudah resmi dirilis, dan lagi-lagi Valve berhasil menciptakan sebuah game yang fenomenal kalau melihat kumpulan review-nya. Kalau ditanya apa yang kurang dari Half-Life: Alyx, saya mungkin bakal menjawab “kurang versi non-VR”, tapi jawaban itu semata karena saya tidak punya VR headset untuk memainkannya.

Kalau Anda seperti saya, Anda mungkin bertanya-tanya kenapa Half-Life: Alyx cuma bisa dinikmati lewat VR. Singkat cerita, Valve melihat ada banyak ide brilian yang bisa mereka terapkan hanya melalui VR. Sebagai bonus, tentu saja game ini bisa membantu Valve menjual VR headset bikinan mereka sendiri.

Pantaskah membeli Valve Index hanya untuk memainkan Half-Life: Alyx? Kalau ada budget, kenapa tidak? Kalau budget terbatas, alternatifnya mungkin adalah memainkannya tanpa VR headset dengan bantuan sebuah mod.

Ya, menggunakan mod yang bisa diunduh dari GitHub ini, kita dapat memainkan Half-Life: Alyx di PC menggunakan keyboard dan mouse sampai tamat. Pengalamannya jelas jauh dari kata ideal. Yang paling utama, pergerakan karakter hanya bisa menggunakan tombol arah panah, bukan tombol WASD seperti biasanya.

Sejumlah adegan dalam game bahkan harus dijalani sesuai dengan panduan yang diberikan di laman GitHub-nya. Lebih lanjut, proses instalasi mod-nya tidak mudah dan memerlukan video penjelasan yang agak panjang. Terlepas dari itu, mod ini setidaknya patut dicoba buat yang benar-benar penasaran dengan Half-Life: Alyx tapi tak punya akses ke VR headset.

Pertanyaannya, apakah ini legal? Tentu saja, toh game-nya masih kita beli secara resmi lewat Steam. Bahkan Valve sendiri sudah memprediksi bakal ada seseorang yang menciptakan mod semacam ini. Menurut mereka, pemain pada akhirnya akan menyadari sendiri mengapa Valve mengambil jalur VR setelah menjajalnya via mod.

Sumber: PC Gamer.

Game Horor Eksklusif PSVR The Persistence Akan Hadir di PC dan Console Lain

Eksplorasi di ranah virtual reality gaming mengingatkan saya pada upaya eksperimen para developer di akhir tahun 90-an ketika sejumlah genre game (misalnya first-person shooter) belum memiliki standar baku. Ada cukup banyak permainan menarik yang meluncur pasca tersedianya head-mounted display VR kelas konsumen terjangkau garapan Oculus dan HTC, salah satunya ialah The Persistence kreasi tim Firesprite untuk PSVR.

Meluncur di PlayStation 4 pada tahun 2018, The Persistence menawarkan premis yang tidak biasa: kombinasi antara genre survival horror, stealth dan roguelike, dikemas dalam latar belakang fiksi ilmiah. Dan dua tahun berselang, Firesprite memutuskan untuk menghidangkan The Persistence di lebih banyak platform tanpa mengharuskan gamer memiliki headset virtual reality. Game rencananya akan tersedia di PC via Steam, Switch dan Xbox One (termasuk versi non-VR buat PS4) di pertengahan tahun ini.

Permainan menempatkan Anda sebagai satu-satunya kru kapal Persistence yang hidup setelah terjadinya insiden ‘spark gap‘ dan menyebabkannya terjebak di lubang hitam. Misi untuk menghuni planet lain berubah jadi perjuangan bertahan hidup karena kecelakaan tersebut memicu invasi mutan mematikan. Anda tidak diharapkan buat selamat, tapi masih ada kesempatan untuk keluar dari situasi ini.

Layaknya permainan roguelike lain, kematian merupakan bagian dari gameplay The Persistence. Tiap kali Anda melakukan kesalahan yang menyebabkan sang tokoh utama tewas mengenaskan, ia akan dilahirkan (lebih tepatnya ‘dicetak‘) lagi dengan mesin clone. Tugas Anda adalah memperbaiki kapal ini dan membawanya pulang ke Bumi. Namun tiap kali Anda di-clone, layout ruang kapal akan berubah, sehingga tak ada satu sesi permainan yang sama.

IMG_10032020_154143_(1000_x_650_pixel)

Firesprite memoles sejumlah hal di versi anyar ini, terutama aspek visual, user interface dan input kendali – agar kualitas grafisnya tak kalah dari game-game yang dirilis di 2020 serta nyaman dimainkan menggunakan sistem input standar. Tentu saja The Persistence juga dapat dinikmati melalui headset virtual reality lain seperti Oculus Rift, HTC Vive, termasuk pula perangkat Windows Mixed Reality.

Di PlayStation 4 (via PSVR), The Persistence didukung oleh aplikasi companion di perangkat bergerak. Fitur ini memungkinkan disajikannya mode multiplayer kooperatif ‘asimetris’. Ketika Anda sedang fokus mengerjakan misi, kawan Anda bisa membantu menemukan item-item penting, mengidentifikasi posisi lawan, bahkan membuat musuh berhenti bergerak sehingga Anda bisa mudah menumbangkannya.

IMG_10032020_154150_(1000_x_650_pixel)

Sejauh ini Firesprite belum mengonfirmasi apakah dukungan aplikasi turut dihadirkan di edisi baru The Persistence. Lalu developer juga belum menjelaskan secara detail perbedaan gameplay antara versi non-VR dengan The Persistence di PSVR. Saya menduga ada banyak aspek kendali yang dimodifikasi serta disederhanakan.

Via Eurogamer.

Alasan Mengapa Half-Life: Alyx Hanya Disajikan Lewat VR

Menjelang peluncuran Half-Life: Alyx yang jatuh di minggu keempat bulan ini, Valve memublikasikan tiga buah video gameplay baru sembari mendemonstrasikan sejumlah opsi sistem navigasi. Semuanya terlihat kian menjanjikan, tapi keharusan untuk menikmatinya menggunakan perangkat VR sejujurnya memberatkan banyak orang. Padahal bagi studio sebesar Valve, seharusnya tak sulit buat menerjemahkan gameplay berbasis VR ke shooter tradisional.

Lalu mengapa Valve bersikeras untuk menghidangkan Half-Life: Alyx secara eksklusif lewat VR? Apakah langkah ini merupakan upaya mempromosikan Valve Index? Bisa jadi. Penjelasan lebih lengkapnya diungkap oleh Robin Walker dari Valve pada GameInformer dalam wawancara belum lama ini. Singkatnya: Alyx dari awal memang dibangun buat diakses via virtual reality.

IMG_06032020_103351_(1000_x_650_pixel)

Sejak dulu, Valve memang tidak malu-malu menunjukkan ketertarikannya pada VR. Developer sempat membantu HTC dalam menyajikan Vive lewat pengembangan SteamVR, dan pada akhirnya, Valve meluncurkan headset virtual reality mereka sendiri: Index. Anda mungkin juga tahu, begitu HTC Vive mulai dipasarkan, Valve telah menggarap The Lab sebagai upaya memahami VR lebih jauh. Respons pemain terhadap The Lab terbukti positif dan banyak dari mereka yang menginginkan ‘pengalaman gaming AAA’.

IMG_06032020_103402_(1000_x_650_pixel)

Versi purwarupa Half-Life: Alyx pada dasarnya adalah hasil porting Half-Life 2 ke VR. Menurut Valve, ini merupakan cara terbaik untuk mengeksplorasi aspek teknis permainan. Namun developer juga terkejut melihat naturalnya mekanisme Half-Life 2 ketika dinikmati melalui virtual reality, bahkan sebelum mereka mengutak-utik sisi teknis dan melakukan integrasi lebih jauh. VR menyadarkan Valve ada begitu banyak ide yang bisa digarap. Dari sana, dimulailah pengerjaan Half-Life: Alyx.

IMG_06032020_103338_(1000_x_650_pixel)

Meski secara dasar desain Half-Alyx: Alyx berkiblat pada first-person shooter, VR membuat pengalaman bermain jadi lebih unik. Di FPS tradisional, bidikan senjata terkunci pada kamera; sedangkan di virtual reality, kita bisa mengarahkan pistol secara leluasa – seperti di dunia nyata. Selain itu, sensasi membidik senjata secara fisik juga sangat berbeda dari menggunakan keyboard dan mouse.

IMG_06032020_103315_(1000_x_650_pixel)

Berpedoman pada hal ini, Valve kemudian mulai menggodok mekanisme permainan secara lebih luas, termasuk desain level, tempo, skenario pertempuran, hingga menentukan frekuensi pemberian amunisi. Para pemain Half-Life veteran mungkin akan segera merasa familier dengan apa yang Alyx sajikan, namun virtual reality menghidangkan pengalaman berbeda karena ada banyak elemen gameplay baru di sana.

IMG_06032020_103806_(1000_x_650_pixel)

Walaupun digarap sebagai prekuel dari Half-Life 2, narasi Alyx dirancang untuk memperluas jagat Half-Life. Walker bahkan menyarankan kita bermain hingga Episode 2 sebelum memulai petualangan di game anyar ini buat menyegarkan kembali ingatan – terutama terhadap detail-detail kecil.

Kabar baiknya, Robin Walker dan kawan-kawan juga berharap agar Alyx bukanlah proyek Half-Life terakhir yang mereka kerjakan. Beberapa anggota tim sempat berpartisipasi dalam mengembangkan game pertamanya, dan mereka ingin agar seri ini terus berlanjut. Itu berarti, masih ada peluang bagi kita untuk berjumpa dengan Half-Life 3.

Half-Life: Alyx sendiri siap meluncur di tanggal 23 Maret.

Half-Life: Alyx Bantu Dongkrak Penjualan Headset VR Valve Index

Sempat berkolaborasi dengan HTC dalam penggarapan Vive serta mengukuhkan pijakannya di ranah virtual reality lewat pengembangan SteamVR, Valve kian percaya diri untuk meramu headset VR-nya sendiri. Index diumumkan di bulan April 2018 lalu mulai dipasarkan tak lama setelahnya. Selain spesifikasi yang lebih canggih dibanding perangkat sekelas, Index menjanjikan sistem kendali intuitif lewat Knuckles Controllers.

Melengkapi upaya Valve berkiprah di segmen VR, sang pemilik Steam itu akhirnya mengumumkan kelanjutan dari seri Half-Life sesudah keheningan selama 12 tahun. Meski demikian, Half-Life: Alyx bukanlah game biasa. Untuk bisa menikmatinya, kita diharuskan mempunyai headset virtual reality. Ada cukup banyak gamer yang kecewa dengan arahan ini, namun langkah tersebut terbukti tepat. Menyusul dibukanya gerbang pre-order Alyx, penjualan Index juga terdongkrak naik.

Berdasarkan data terkini dari firma analis SuperData, permintaan terhadap Index melonjak dua kali lipat lebih di kuartal keempat 2019 dibanding triwulan sebelumnya. Valve berhasil menjual 103 ribu unit Index di antara bulan Oktober sampai Desember, dan kini total penjualan headset di 2019 mencapai 149 ribu. Hal ini sangat menarik karena Index bisa dibilang merupakan produk premium – satu setnya dibanderol US$ 1.000.

Angka penjualan sebetulnya berpotensi melambung lebih tinggi lagi seandainya tidak ada kendala pada persediaan unit. Info Road to VR mengungkapkan bahwa produk tersebut terjual habis di mana-mana per tanggal 15 Januari 2020. Saat ini laman Index di Steam masih menunjukkan status ‘kehabisan stok’. Anda yang benar-benar menginginkannya diminta memasukkan email agar Valve bisa mengabarkan langsung jika unit telah kembali tersedia.

Selain Index, SuperData juga menyingkap penjualan HMD virtual reality lain di periode kuartal empat 2019. PlayStation VR terlihat masih memimpin di depan, tentu saja berkat ketiadaan ‘daftar kebutuhan hardware‘. Headset bisa langsung bekerja begitu disambungkan ke PlayStation 4. Posisi kedua ditempati oleh HMD virtual reality standalone Oculus Quest. Uniknya lagi, penjualan Index lebih tinggi dari Rift S, lalu Vive sendiri tidak muncul di daftar lima besar.

Top VR headsets.

Kabar gembiranya, Half-Life: Alyx bukanlah game yang dieksklusifkan untuk Valve Index. Pemilik HTC Vive, Oculus Rift dan Quest, serta headset Windows Mixed Reality juga dipersilakan menikmatinya. Tapi khusus buat pengguna Index, Alyx bisa diperoleh secara gratis. Di Indonesia, game dijual seharga Rp 225 ribu dan dijadwalkan meluncur di bulan Maret 2020 besok.

Masih ada satu hal yang membuat saya penasaran. Ketika Half-Life: Alyx baru disingkap, Valve bilang bahwa salah satu alasan mengapa game disajikan via virtual reality adalah karena pemanfaatan sistem kendali berbasis motion dalam pertempuran, eksplorasi serta menyelesaikan puzzle. Apakah itu artinya gamer wajib memiliki aksesori Knuckles atau sejenisnya, atau adakah solusi lainnya?

Via Eurogamer.

Jelang Perilisan Half-Life: Alyx, Seri Game Half-Life Digratiskan Sementara

Pengumuman Half-Life: Alyx dilakukan ketika gamer terlena dan tidak menyangka Valve akan memberi kesempatan lagi untuk kembali ke jagat Half-Life 12 tahun sesudah Half-Life 2: Episode Two dirilis. Namun Alyx bukanlah game biasa. Kontennya disajikan secara eksklusif lewat perangkat virtual reality namun tetap menjanjikan pengalaman gaming blockbuster dengan dunia permainan yang ekspansif dan siap dieksplorasi.

Setelah digarap secara rahasia selama bertahun-tahun, Half-Life: Alyx akhirnya siap buat meluncur di kuartal pertama tahun 2020. Dan bermaksud untuk menyegarkan kembali memori Anda terhadap petualangan (dan perjuangan membebaskan Bumi dari alien) yang dilakukan oleh tokoh protagonis Gordon Freeman, Valve secara sementara menggratiskan permainan-permainan Half-Life sebelumnya hingga saat Half-Life: Alyx dilepas nanti.

Game yang dapat Anda nikmati secara cuma-cuma terdiri dari Half-Life (versi engine Source tahun 2004), Half-Life 2 (2004), Episode One (2006), dan Episode Two (2007); plus sejumlah expansion pack: Opposing Force dan Blue Shift. Semuanya dapat diakses tanpa perlu membayar selama kurang lebih dua bulan. Itu artinya selain cocok buat menyegarkan ingatan gamer veteran, program ini bisa jadi kesempatan bagi para pendatang baru untuk mendalami dan memahami dunia Half-Life.

Sayangnya, Valve tidak menyertakan Black Mesa di program ini. Alasannya mungkin karena bukan mereka yang mengembangkannya. Black Mesa adalah remake Half-Life pertama yang dikerjakan oleh pihak ketiga. Developer-nya, Crowbar Collective, merekonstruksi hampir seluruh aset permainan serta menambahkan skenario baru, memastikan konten, visual dan penyajiannya sekelas dengan game-game shooter modern.

Lewat Steam, Valve menyampaikan, “Half-Life: Alyx mengusung latar belakang sebelum Half-Life 2 dan episode-episode setelahnya. Developer berkeyakinan bahwa permainan baru dapat dinikmati secara maksimal jika kita sudah memainkan game-game sebelumnya, terutama Half-Life 2 serta dua episode penerusnya. Untuk itu, kami ingin membuat akses [ke semesta Half-Life] lebih mudah bagi pemain.”

Half-Life: Alyx membutuhkan headset virtual reality agar dapat dimainkan. Kabar baiknya, tidak ada pembatasan model HMD. Game siap mendukung HTC Vive, Oculus Rift, Oculus Quest, perangkat Windows Mixed Reality, serta produk buatan Valve sendiri, Index. Alyx rencananya akan dilepas di bulan Maret 2020, disuguhkan sebagai ‘full game‘ dan dibanderol seharga US$ 54 dengan penyesuaian di kawasan tertentu, termasuk Indonesia.

Sedikit catatan: khusus bagi pemilik Valve Index, Half-Life: Alyx akan diberikan secara gratis. Valve juga sudah menyiapkan sejumlah bonus menarik lain seperti SteamVR Home dan konten Counter-Strike: Go bertema Half-Life, serta skin senjata alternatif.

Via The Verge, sumber: Steam.

Valve Singkap Game Steam Dengan Pemasukan Terbesar di Tahun 2019

Satu alasan mengapa Steam jadi platform distribusi digital favorit jutaan orang adalah karena ia sukses mendekatkan gamer dengan developer. Melalui Steam, pemain bisa memberikan saran dan masukan langsung pada pencipta game. Dan siapa pun developer-nya, mereka dapat lebih mudah mendistribusikan update, memastikan game tetap mampu menghimpun banyak pemain bertahun-tahun setelah dirilis.

Meneruskan tradisi mereka, Valve kembali mengumumkan permainan-permainan terlaris di Steam tahun ini di tengah berlangsungnya Steam Winter Sale 2019. Seperti biasa, perusahaan tidak mengungkap angka penjualan atau pemasukan secara detail; mereka membagi judul-judul tersebut ke dalam tingkatan Platinum, Gold, Silver dan Bronze. Dan di daftar Best of 2019, Valve membagi game ke dalam lima kategori.

 

Top Sellers

Game dengan penjualan atau pendapatan terbesar.

Best of Steam 2019 2

 

Platinum

  • Counter-Strike: Global Offensive
  • Destiny 2
  • Sekiro: Shadows Die Twice
  • Grand Theft Auto V
  • The Elder Scrolls Online
  • Dota 2
  • PlayerUnknown’s Battlegrounds
  • Warframe
  • Sid Meier’s Civilization VI
  • Total War: Three Kingdoms
  • Monster Hunter: World
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Siege

 

Gold

  • Halo: The Master Chief Collection
  • Assassin’s Creed Odyssey
  • Resident Evil 2
  • Dead by Daylight
  • Devil May Cry 5
  • Total War: Warhammer II
  • Star Wars Jedi: Fallen Order
  • Rocket League
  • The Witcher 3: Wild Hunt
  • Mordhau

 

Silver

  • Risk of Rain 2
  • Borderlands 2
  • Red Dead Redemption II
  • Rust
  • Planet Zoo
  • Code Vein
  • Stellaris
  • Ark: Survival Evolved
  • Arma 3
  • War Thunder
  • Cities: Skylines
  • Divinity: Original Sin 2 – Definitive Edition
  • Remnant: From the Ashes
  • Euro Truck Simulator 2
  • Team Fortress 2

Jumlah game di grup Bronze sangat banyak. Anda bisa melihat rinciannya secara langsung di tautan ini.

 

Top New Releases

Permainan-permainan baru dengan penjualan terbaik.

Best of Steam 2019 3

Di datar Top New Releases, Valve membagi game berdasarkan bulan perilisannya – dari Januari sampai Desember 2019. Di antara ratusan judul yang ada, 12 nama keluar sebagai permainan baru terlaris. Mayoritas dari mereka juga muncul di daftar Top Sellers Platinum dan Gold. Hal ini lagi-lagi membuktikan bahwa merilis game di Steam merupakan investasi menguntungkan – meski platform distribusi lain menjanjikan pembagian keuntungan lebih besar.

  • Mordhau
  • Star Wars Jedi: Fallen Order
  • Destiny 2
  • Sekiro: Shadows Die Twice
  • Remnant: From the Ashes
  • Halo: The Master Chief Collection
  • Red Dead Redemption II
  • Code Vein
  • Total War: Three Kingdoms
  • Devil May Cry 5
  • Resident Evil 2
  • Planet Zoo

Daftar lengkapnya ada di sini.

 

Top Selling VR Games

Game virtual reality dengan pemasukan tertinggi.

Best of Steam 2019 4

 

Platinum

  • Hot Dogs, Horseshoes & Hand Grenades
  • VR Kanojo
  • The Elder Scrolls V: Skyrim VR
  • Superhot VR
  • Arizona Sunshine
  • Pavlov VR
  • Blade and Sorcery
  • Gorn
  • Fallout 4 VR
  • Beat Saber
  • Boneworks
  • Zero Caliber V

 

Gold

  • Half-Life: Alyx
  • Job Simulator
  • Budget Cuts
  • Pistol Whip
  • Contractors
  • Creed: Rise to Glory
  • Sairento VR
  • Moss
  • Virtual Desktop
  • Onward
  • Rick and Morty: Virtual Rick-ality
  • Vacation Simulator

 

Silver

  • VTOL VR
  • The Talos Principle VR
  • Audica: Rhythm Shooter
  • Tilt Brush
  • I Expect You To Die
  • Doom VFR
  • OrbusVR: Reborn
  • Hellsplit: Arena
  • Serious Sam VR: The Last Hope
  • Space Pirate Trainer
  • Jet Island
  • VR Dungeon Knight
  • Windlands 2
  • Raw Data
  • BoxVR
  • Blood Trail

Selengkapnya, game-game VR terlaris di grup Bronze bisa disimak via link ini. Seperti yang bisa Anda lihat, mayoritas judul-judul di atas bukanlah permainan baru. Yang paling menarik di sini adalah munculnya Half-Life: Alyx di kategori Gold. Game ini baru akan meluncur di bulan Maret 2020. Itu berarti, ada banyak orang melakukan pre-order.

 

Top Early Access Graduates

Permainan laris yang lulus dari program early access Steam.

Best of Steam 2019 5

 

Platinum

  • Oxygen Not Included
  • PC Building Simulator
  • They Are Billions
  • Battalion 1944
  • Green Hell
  • My Time At Portia
  • Beat Saber
  • Slay the Spire
  • Hunt: Showdown
  • Astroneer
  • Space Engineers

 

Gold

  • Deathgarden: Bloodharvest
  • Minion Masters
  • Sunless Skies
  • Project Winter
  • Pagan Online
  • Gorn
  • Black Squad
  • Supraland
  • Rise of Industry
  • Asseto Corsa Competizione
  • Streets of Rogue
  • Touhou Luna Nights

Di Top Early Access Graduates, kategori permainan hanya sampai Silver, namun di grup ini jumlah game-nya sangat banyak.

 

Most Simulataneous Players

Game dengan jumlah pemain concurrent terbanyak.

Best of Steam 2019 6

 

Di atas 100 ribu pemain

  • Halo: The Master Chief Collection
  • Dota 2
  • Warframe
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Siege
  • Total War: Three Kingdoms
  • Counter-Strike: Global Offensive
  • Destiny 2
  • Dota Underlords
  • Grand Theft Auto V
  • Sekiro: Shadows Die Twice
  • PlayerUnknown’s Battlegrounds

 

Di atas 50 ribu pemain

  • Dead by Daylight
  • Monster Hunter: World
  • Risk of Rain 2
  • Sid Meier’s Civilization VI
  • Red Dead Redemption II
  • Rocket League
  • Rust
  • No Man’s Sky
  • Borderlands 2
  • Resident Evil 2
  • Ark: Survival Evolved
  • Devil May Cry 5
  • Garry’s Mod
  • Terraria
  • Football Manager 2020
  • Atlas
  • Mordhau
  • Team Fortress 2

Dan ini dia daftar lengkap game yang mampu menghimpun pemain concurrent sebanyak 25 ribu orang atau lebih.

Half-Life: Alyx Bahkan Belum Bisa Meyakinkan Tim Xbox Buat Berkecimpung di VR

Beberapa tahun setelah tersedianya head-mounted display virtual reality kelas konsumen, bermunculan-lah banyak game berkualitas. Mereka bukan lagi tech demo yang dirancang buat memperkenalkan VR, namun menyajikan konten eksklusif virtual reality yang tak kalah dari permainan-permainan blockbuster. Judul-judul seperti Lone Echo dan Asgard’s Wrath ialah beberapa contohnya.

Dan Anda mungkin sudah tahu, Valve Corporation saat ini tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan satu permainan VR raksasa, yaitu Half-Life: Alyx. Alyx merupakan game khusus virtual reality yang menjanjikan durasi bermain setara Half-Life 2, dengan konten dan dunia berskala besar demi mendorong pemain buat berjelajah. Lewat virtual reality, Valve bermaksud memperkenalkan formula gameplay baru berbasis controller motion Index.

Pengembangan Half-Life: Alyx sudah berlangsung cukup lama, dan para tester wajib menjaga kerahasiaan eksistensinya. Seorang tester bahkan telah terlibat proses pengujian selama 4,5 tahun. Beberapa individu seperti bos Xbox Phil Spencer juga diberikan kesempatan untuk mencicipinya lebih dulu sebelum game dirilis di bulan Maret nanti. Namun dengan premis yang begitu menarik, Spencer masih belum yakin game virtual reality seperti Half-Life: Alyx betul-betul diinginkan gamer.

Pernyataan tersebut diungkap sang bos Xbox pada wawancara bersama Stevivor terkait mengapa Xbox belum mengintegrasikan VR ke layanannya. Spencer bilang bahwa beberapa aspek di virtual reality terasa masih mengganjal. Menurutnya, VR mengisolasi pengguna padahal seharusnya permainan video bersifat komunal dan dapat dinikmati bersama-sama. Meski begitu, ia mengaku sangat menghargai upaya para pionir teknologi, dari mulai ahli AI, fisik, 3D, ray tracing, termasuk augmented dan virtual reality.

Spencer menyampaikan, dalam menghadirkan produk, Microsoft selalu berusaha merespons keinginan pelanggan dan sejauh ini gamer Xbox belum meminta produk VR. Mayoritas konsumen tahu jika mereka menginginkan konten virtual reality, ada platform lain yang lebih baik buat menyuguhkannya: PC. Kemudian dilihat dari sisi komersial, belum ada satu produsen perangkat VR pun yang mampu menjual produknya dalam hitungan jutaan unit.

Xbox dan VR sejauh ini punya hubungan yang tidak biasa. Dahulu sebelum Xbox One X resmi diumumkan, Microsoft sempat bilang bahwa performa hardware Project Scorpio (codename-nya saat itu) tidak kesulitan buat menopang headset virtual reality layaknya PC. Namun ketika dirilis, Xbox One X malah tidak dibekali dukungan ke HMD VR.

Dan dengan pernyataan Phil Spencer tersebut, ada dugaan kuat kompatibilitas ke VR kembali absen di unit Xbox next-gen. Kita tahu, Microsoft tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengekspansi pengalaman bermain melalui pengembangan layanan cloud gaming. Sementara itu, Sony sebagai rival utamanya memilih buat tetap mempertahankan kapabilitas VR di PlayStation 5. PSVR ‘generasi pertama’ akan kompatibel dengan console anyar mereka.

Valve Umumkan Half-Life: Alyx, Game VR Blockbuster Pertamanya

12 tahun lebih berlalu sejak Half-Life 2: Episode Two dirilis. Mayoritas fans sudah menerima fakta bahwa Valve kemungkinan tidak akan meneruskan kisah petualangan Gordon Freeman dan membiarkannya menggantung begitu saja. Bukan hanya Half-Life, Left 4 Dead dan Dota bahkan berhenti di angka ‘dua’, dan hal ini memicu lelucon di kalangan gamer: Valve tampaknya takut dengan angka tiga.

Namun minggu ini terdengar kabar yang mengejutkan terkait seri Half-Life. Bukan, Valve tidak mengumumkan Half-Life 2: Episode Three. Yang mereka singkap adalah Half-Life: Alyx, permainan virtual reality kelas blockbuster perdananya. Untuk sekarang, developer belum menginformasikan akan seperti apa permainan ini. Detail mengenai Half-Life: Alyx rencananya diungkap di hari Kamis besok.

Hal menarik dari pengumuman Half-Life: Alyx adalah, Valve melakukannya lewat akun Twitter resmi (dan juga telah terverifikasi) yang baru mereka buat di bulan Juni kemarin. Berita mengenai Half-Life: Alyx merupakan tweet pertamanya. Ada peluang besar, lewat akun inilah developer akan menyingkap informasi mengenai permainan VR anyar mereka ke depannya.

Sedikit penjelasan untuk Anda yang kurang familier dengan Half-Life 2, Alyx, dan petulangan episodik setelahnya:

Half-Life 2 dilepas pada tahun 2004 sebagai sekuel dari permainan shooter yang menjadi debut Valve di industri gaming. Setelah proyek Half-Life 2 rampung, Valve masih berambisi untuk meneruskan petualangan sang tokoh protagonis, Gordon Freeman, namun dengan durasi pengembangan yang lebih singkat (pengembangan Half-Life 2 memakan waktu enam tahun). Akhirnya diputuskanlah, game Half-Life selanjutnya dirilis dalam bentuk episode.

Half Life 2: Episode One meluncur pada tanggal 1 Juni 2006, kemudian disusul oleh Episode Two di bulan Oktober 2007 sebagai bagian dari bundel The Orange Box (ditemani Portal, Team Fortress 2 dan Half-Life 2 orisinal). Sayangnya, Valve tidak bicara banyak mengenai Episode Three di tahun berikutnya dan permainan malah tak kunjung tiba. Di tahun 2011, game akhirnya diberi label vaporware – yaitu software/hardware yang keberadaannya sempat diumumkan ke publik tapi tak pernah diproduksi.

Lalu apa atau siapa itu Alyx? Alyx Vance adalah tokoh non-playable penting di Half-Life 2 serta Episode One dan Two. Alyx setia menemani Freeman dalam perjalanannya dan memperoleh banyak pujian dari media-media game internasional karena karakteristik yang non-mainstream. Selain tangguh, Alyx juga cerdas dan pintar berbicara. Banyak orang menganggap bahwa respons dan ucapan Alyx mewakilkan apa yang dirasakan gamer terhadap tiap kejadian di dunia permainan.

Saya menduga, Half-Life: Alyx akan mempersilakan Anda untuk pertama kalinya bermain sebagai sang NPC favorit. Pertanyaannya adalah, apakah game ini di-setting sebelum Alyx Vance bertemu Gordon Freeman atau malah akan melanjutkan petualangan yang terhenti di Episode Two? Pastinya, Half-Life: Alyx akan jadi game Half-Life pertama yang Valve luncurkan dalam kurun waktu satu dekade.

Via The Verge.

Vacation Simulator Adalah Game VR Baru dari Pengembang Job Simulator

Game berjudul Job Simulator yang dirilis dua tahun lalu masih merupakan salah satu cara terbaik untuk mendemonstrasikan kapabilitas medium virtual reality. Game itu terbukti sukses, sampai-sampai pengembangnya, Owlchemy Labs, diakuisisi oleh Google pada bulan Mei 2017.

Untuk tahun ini, Owlchemy tengah bersiap meluncurkan suksesor Job Simulator. Berjudul Vacation Simulator, premis yang diangkat sejatinya terkesan alami; setelah stres bekerja di Job Simulator, sudah waktunya kita berlibur dan bersenang-senang di Vacation Simulator.

UploadVR yang berkesempatan mencoba versi demo Vacation Simulator di ajang Game Developers Conference belum lama ini cukup terkesan dengan Vacation Simulator. Mereka bilang bahwa setting pantainya jauh lebih terbuka dan dinamis ketimbang zona-zona individual pada Job Simulator.

Vacation Simulator

Aspek realisme pada Vacation Simulator juga tersaji dengan baik. Salah satu contohnya adalah ketika pemain mencelupkan kepala karakternya ke dalam air, di mana pandangan pemain akan tampak kabur, lalu suara-suara di sekitar bakal jadi teredam.

Setting pantai ini rupanya cuma sebagian dari konten Vacation Simulator, seperti pengakuan Owlchemy kepada UploadVR. Versi finalnya nanti bakal mengemas lebih banyak lokasi, dan tentu saja game simulasi tidak akan terasa seru tanpa sejumlah aktivitas yang menantang.

Tidak seperti Job Simulator yang pada awalnya hanya dirilis untuk HTC Vive (sebelum akhirnya di-port ke Oculus Rift dan PlayStation VR), Vacation Simulator nantinya bakal dirilis langsung ke tiga platform tersebut. Jadwal rilis pastinya belum diungkap, tapi dipastikan tahun ini juga.

Sumber: UploadVR.

Developer Titanfall Garap ‘Proyek Video Game Rahasia’ Bersama Oculus

Tak banyak orang menyadari, sentuhan tangan Vince Zampella dan Jason West-lah yang membuat sejumlah game shooter memperoleh status legendaris. Kedua individu ini berjasa mendesain Medal of Honor: Allied Assault serta melambungkan kepopularitasan Call of Duty. Perseteruan keduanya dengan Activision berujung pada pengunduran diri dan terciptanya Respawn Entertainment.

Jason West akhirnya pensiun dari industri game pada tahun 2013, tapi semangatnya tetap diteruskan oleh sang rekan. Kreasi terbaru Respawn menjadi salah satu permainan action terbaik tahun lalu, dan kesuksesan tersebut membuat studio ini diberi kepercayaan untuk menggarap game  Star Wars. Namun ternyata proyek mereka tak cuma itu saja, Respawn juga digandeng Oculus Studios untuk mengerjakan sebuah permainan ‘super rahasia’.

Hal tersebut disampaikan oleh game director Peter Hirschmann di blog resmi Respawn, dibarengi penyingkapan video berisi visi serta penjelasan mengapa mereka memutuskan untuk masuk ke ranah virtual reality. Developer turut mengabarkan bahwa proyek itu betul-betul baru, tak berhubungan dengan franchise Titanfall ataupun Star Wars.

Di video, Vince Zampella menjelaskan bahwa kreasi anyar tersebut merupakan ekspansi dari pengalaman yang developer suguhkan dalam Titanfall. Di game shooter ini, pemain tak hanya harus berpikir bagaimana caranya mengapit posisi lawan secara horisontal, tapi juga mendorong gamer untuk mengawasi area atas dan bawah mereka. Elemen inilah yang diangkat oleh Respawn di permaian VR itu nantinya.

Meskipun Respawn belum mengonfirmasikan judul serta seperti apa konten game baru tersebut, di video, Zampella banyak membahas pengalaman pertempuran dalam sudut pandang orang pertama, dan upaya studio menerjemahkan apa yang dirasakan para prajurit di medan perang serta menciptakannya serealistis mungkin melalui virtual reality – contohnya faktor ketegangan, rasa takut, paranoia, dan amarah. Developer mengakui ambisi mereka untuk menggarap game yang bisa memberikan dampak besar bagi industri.

Menurut Respawn, virtual reality dapat membantu developer menyampaikan emosi ke pemain, karena layaknya simulasi, sistem ini seolah-olah membawa kita ke dunianya. Konten yang sudah ratusan kali Anda lihat di depan monitor akan jadi berbeda saat dinikmati dari headset VR, apalagi sensasi ‘immersion‘ itu disempurnakan oleh aktivitas seperti berjalan atau mengarahkan senjata secara alami – tak lagi menggunakan mouse.

Penasaran? Sayang sekali tampaknya kita harus menunggu cukup lama hingga game diumumkan secara resmi. Pengerjaannya baru saja dimulai, dan kemungkinan baru akan diluncurkan pada tahun 2019.

Sumber: Respawn.