Razer Luncurkan Varian Wireless dari Mouse Berpedalnya, Basilisk Ultimate

Razer Viper Ultimate yang dirilis belum lama ini merupakan gaming mouse pertama yang hadir mengusung teknologi wireless rancangan Razer sendiri. Dijuluki Razer HyperSpeed, kecepatan transmisinya diklaim 25% lebih cepat dari teknologi wireless lain, memungkinkan input terbaca secara instan layaknya mouse non-wireless.

Tidak butuh waktu lama bagi HyperSpeed untuk merambah produk-produk lain Razer. Kali ini giliran Razer Basilisk yang kebagian jatah. Basilisk sendiri diluncurkan sekitar dua tahun silam, dan keunikannya terletak pada sejenis pedal (clutch) di samping kiri. Tidak seperti tombol biasa, pedal ini dirancang untuk ditekan dan ditahan, dan fungsinya sendiri bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Basilisk Ultimate

Bagi yang menyukai Basilisk namun mendambakan kepraktisan konektivitas wireless, sekarang ada dua mouse baru sekaligus yang dapat dilirik: Basilisk Ultimate dan Basilisk X HyperSpeed. Basilisk Ultimate adalah varian yang lebih mahal, memprioritaskan performa selagi masih menyajikan kepraktisan dan keunggulan dari Razer HyperSpeed.

Kelebihannya di sektor performa diwujudkan lewat sensor optis Focus+ yang memiliki resolusi 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS (inches per second), persis seperti milik Viper Ultimate. Juga dipinjam dari Viper Ultimate adalah switch optis yang diyakini lebih presisi sekaligus lebih responsif ketimbang switch mekanis.

Total ada 11 tombol yang bisa diprogram sesuai kebutuhan pada Basilisk Ultimate. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk menemani sesi gaming hingga 100 jam (tanpa pencahayaan RGB). Selagi di-charge via USB, perangkat pun tetap bisa digunakan tanpa masalah.

Razer Basilisk X HyperSpeed / Razer
Razer Basilisk X HyperSpeed / Razer

Lain halnya dengan Basilisk X HyperSpeed, yang sedikit mengorbankan performa demi ketahanan baterai tiada lawan. Jadi selain konektivitas HyperSpeed via bantuan dongle, varian ini turut dilengkapi konektivitas Bluetooth. Menggunakan Bluetooth, ia bisa digunakan sampai sekitar 450 jam, dan itu hanya mengandalkan satu baterai AA saja.

Yang dikorbankan oleh varian ini adalah sensor Focus+ beserta switch optis itu tadi. Sebagai gantinya, Basilisk X HyperSpeed mengandalkan sensor 16.000 DPI seperti milik DeathAdder Elite, yang sendirinya tidak bisa dibilang jelek. Switch yang digunakan adalah tipe mekanis seperti pada umumnya, dengan ketahanan hingga 50 juta kali klik.

Razer Basilisk X HyperSpeed

Jumlah tombol yang dapat diprogram pada Basilisk X HyperSpeed hanya ada 6, akan tetapi dealbreaker-nya menurut saya adalah tidak adanya pedal khas Basilisk pada varian ini. Juga absen adalah pencahayaan warna-warni, akan tetapi ini juga yang menjadi alasan di balik ketahanan baterainya yang superior.

Bagi yang mengutamakan performa, Razer Basilisk Ultimate saat ini sudah bisa dibeli seharga $170, atau $150 tanpa tambahan aksesori Mouse Dock. Sebaliknya, buat yang lebih mementingkan kenyamanan dan tidak terbiasa mengandalkan pedal uniknya, Basilisk X HyperSpeed dibanderol jauh lebih murah di harga $60.

Sumber: Razer.

Headset Razer Tetra Diciptakan untuk Gamer yang Ingin Menikmati Sistem Audio Surround-nya Secara Maksimal

Berbeda dari PC, console diciptakan untuk bisa dinikmati bersama setup home entertainment yang memuaskan. Umumnya, kriteria memuaskan itu didapat dari sistem audio surround. Di sisi lain, pemain juga harus memperhatikan aspek komunikasi dengan rekan bermainnya, terutama kalau yang dimainkan adalah game multiplayer kompetitif.

Dari situ bisa disimpulkan bahwa pemain harus mengorbankan salah satu. Kalau masih ingin menikmati sensasi immersive, mereka harus mengorbankan aspek komunikasi. Sebaliknya, kalau mementingkan komunikasi dengan rekan setim, sistem audio surround-nya jelas tak bisa dipekerjakan secara maksimal.

Tidak demikian kalau menurut Razer. Mereka sudah menyiapkan solusi supaya tidak ada yang perlu dikorbankan. Solusi tersebut adalah Razer Tetra, sebuah headset berwujud ringkas yang dirancang secara spesifik agar pemain tetap bisa berkomunikasi dengan lancar selagi menikmati kenyamanan aural yang disajikan setup home entertainment-nya.

Razer Tetra

Kuncinya ada pada rancangan Tetra, yang hanya memiliki satu earcup saja. Desainnya juga sengaja dibuat reversible, yang berarti pengguna bebas menempatkan earcup dan mikrofonnya di sisi kiri atau kanan. Bobotnya yang sangat ringan, cuma 70 gram, menjadikannya ideal untuk dipakai dalam durasi yang cukup lama.

Kunci yang kedua terletak di mikrofonnya, yang memiliki karakter kardioid (unidirectional) dan dioptimalkan untuk menangkap suara pengguna sejernih mungkin selagi meminimalkan suara dari sekitar. Sederhananya, Razer yakin mic milik Tetra bisa bekerja dengan baik tanpa harus menyia-nyiakan kinerja sistem audio surround yang dipakai konsumen.

Razer Tetra saat ini sudah dipasarkan seharga $30. Karena cuma mengandalkan jack 3,5 mm, ia pun kompatibel dengan hampir semua perangkat dan console yang dilengkapi colokan tersebut.

Sumber: Razer.

Razer Raion Sajikan Layout ala Arcade Stick dalam Wujud Gamepad Konvensional

Komunitas pencinta game fighting pastinya paham apa yang membuat arcade stick superior. Itulah mengapa banyak peserta turnamen yang rela membawa sendiri arcade stick-nya, meskipun ukurannya tidak kalah besar dari keyboard. Di sisi lain, tidak sedikit juga yang lebih nyaman mengeksekusi kombo demi kombo menggunakan gamepad standar.

Melihat adanya dua ‘kubu’ ini, Razer menilai mereka bisa menawarkan solusi penengahnya. Dari situ lahirlah Razer Raion, controller untuk PlayStation 4 dan PC yang punya layout tombol tidak umum.

Razer Raion

Tidak umum karena di sisi kanannya terdapat total enam tombol dengan ukuran lebih besar dari biasanya, dan yang layout-nya menyerupai milik arcade stick. Jadi kalau memang dirasa perlu, pengguna bisa mengoperasikannya menggunakan jari telunjuk dan jari tengah layaknya sebuah arcade stick.

Demi mengakomodasi gaya bermain yang cepat, tiap-tiap tombol tersebut dibekali Razer Yellow Mechanical Switch yang bersifat linear dan punya titik aktuasi paling pendek. Masing-masing juga diklaim punya daya tahan sampai 80 juta kali klik.

Razer Raion

Di sisi kirinya, Razer memilih menyematkan D-pad 8 arah ketimbang joystick. Kita tahu bahwa D-pad jauh lebih presisi dibanding joystick, tapi kalah soal kecepatan. Di Raion, bentuk D-pad seperti ini memastikan kombo-kombo yang memerlukan gerakan setengah atau seperempat lingkaran tetap bisa tereksekusi dengan baik, dan lagi pengguna juga bakal merasakan feedback taktil yang memuaskan di tiap input.

Selebihnya, Raion tidak berbeda jauh dari controller bawaan PS4. Tombol shoulder dan trigger-nya tetap ada, demikian pula touchpad di bagian tengahnya. Secara keseluruhan bentuknya memang lebih mirip controller Xbox, apalagi mengingat tidak ada analog stick sama sekali di bagian bawahnya. Buat yang tertarik, Razer Raion saat ini sudah dipasarkan seharga $100.

Sumber: Razer.

Razer Viper Ultimate Padukan Optical Switch yang Inovatif dengan Konektivitas Wireless dan Sensor Baru

Agustus lalu, Razer memperkenalkan Viper, gaming mouse pertamanya yang mengandalkan switch bertipe optis. Dibandingkan switch mekanis standar, switch optis seperti yang dimiliki Viper diyakini jauh lebih presisi sekaligus responsif, dan ini turut didukung juga oleh bobot Viper sendiri yang amat ringan.

Tanpa harus menunggu lama, Razer pun merilis varian wireless dari Viper. Dijuluki Viper Ultimate, konektivitas wireless-nya rupanya bukan sembarangan, melainkan yang dinamai Razer HyperSpeed dan yang diklaim memiliki kecepatan transmisi 25% lebih cepat dari biasanya, sehingga input bisa terbaca secara lebih instan.

Juga menarik adalah fitur Adaptive Frequency Hopping yang memungkinkan perangkat untuk berganti channel frekuensi sendiri, tergantung channel mana yang paling sepi sehingga koneksi bisa terbebas dari lag. HyperSpeed juga diyakini amat efisien; dalam sekali pengisian, Viper Ultimate siap digunakan sampai 70 jam nonstop – tanpa lampu RGB yang menyala.

Razer Viper Ultimate

Di samping konektivitas wireless, Viper Ultimate juga menghadirkan penyempurnaan lain dalam bentuk sensor baru yang lebih mumpuni, yakni Razer Focus+ Optical Sensor. Sensor hasil kolaborasi Razer dengan Pixart ini mengemas resolusi 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS (inches per second), paling tinggi yang ditawarkan Razer sejauh ini.

Fitur Smart Tracking yang terdapat pada sensor tersebut memastikan proses kalibrasi bisa berjalan secara otomatis, sehingga performa mouse di atas beragam jenis permukaan dapat tetap konsisten tanpa mengharuskan pengguna melakukan kalibrasi secara manual.

Razer Viper Ultimate

Secara fisik, Viper Ultimate identik dengan saudaranya yang berkabel. Bentuknya sama-sama ambidextrous, jumlah dan layout tombolnya sama persis, dan bobotnya pun tetap sangat ringan di angka 74 gram. Switch optis yang menjadi andalan Viper biasa tentunya masih dipertahankan di sini, juga dengan klaim ketahanan sampai 70 juta kali klik.

Razer Viper Ultimate saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Bundel bersama Razer Mouse Dock juga tersedia seharga $150, padahal Dock-nya kalau dibeli secara terpisah dihargai $50 sendiri.

Sumber: Razer.

Headset Audeze LCD-GX Diciptakan untuk Gamer yang Kebetulan Juga Seorang Audiophile

Saya yakin tidak banyak gamer yang mengenal perusahaan bernama Audeze, kecuali mereka juga punya hobi di bidang audio. Selama berkiprah sejak 2008, nama Audeze lebih populer di kalangan audiophile, akan tetapi per tahun lalu, mereka mulai merambah segmen gaming lewat headset bernama Mobius.

Eksperimen mereka di ranah baru ini rupanya membuahkan hasil yang cukup positif. Buktinya, mereka baru saja mengumumkan gaming headset kedua mereka. Dijuluki Audeze LCD-GX, wujudnya memang sama sekali tidak mencitrakan sebuah gaming gear, sebab memang target pasar yang diincar adalah para gamer yang kebetulan juga masuk di kalangan audiophile.

Itulah mengapa desainnya menyerupai headphone lain dari lini Audeze LCD, mengadopsi model open-backed demi menyajikan soundstage yang lebih luas, tapi dengan ‘ongkos’ suara akan bocor ke mana-mana, serta suara dari luar yang gampang sekali masuk. Di balik setiap earcup-nya, tertanam driver berteknologi planar magnetic dengan diameter 103 mm.

Audeze LCD-GX

Secara umum, keunggulan utama teknologi planar magnetic adalah dentuman bass-nya yang terdengar bulat dan sangat mantap. Ketika diaplikasikan ke ranah gaming, tentunya ini juga bisa dilihat sebagai hal yang positif, meski saya yakin banyak juga gamer yang lebih memprioritaskan gimmick seperti suara surround dan spatial audio.

Kalau memang itu yang dicari, maka Mobius jelas merupakan pilihan yang lebih tepat ketimbang LCD-GX, belum lagi rencana Audeze untuk menambahkan fitur yang dapat menerjemahkan pergerakan kepala menjadi input keyboard. LCD-GX di sisi lain hanya akan menarik perhatian mereka yang mementingkan kualitas suara di atas segalanya.

Sebagai sebuah gaming headset, tentu saja LCD-GX dibekali sebuah mikrofon, lengkap dengan tombol mute beserta lengan yang fleksibel sehingga masing-masing pengguna bisa menyesuaikan posisinya dengan mudah. Yang cukup menarik, mic ini menjadi satu dengan kabel, dan Audeze menyertakan dua pasang kabel yang berbeda; satu tanpa mic untuk pemakaian di luar sesi gaming.

Secara keseluruhan, Audeze LCD-GX bukan untuk semua gamer, sebab untuk bisa memaksimalkan kinerjanya, Audeze menyarankan untuk menyiapkan amplifier atau DAC terpisah sebagai pendampingnya. Harganya yang dipatok $899 juga merupakan alasan lain ia kurang cocok buat gamer mainstream.

Sumber: The Verge.

Gaming Headset Audeze Mobius Dapat Menerjemahkan Pergerakan Kepala Menjadi Input Keyboard

Audeze mencoba memperluas lahan bisnisnya ke ranah gaming tahun lalu lewat headset bernama Mobius. Tidak seperti gaming headset lain, Mobius cukup istimewa karena mengusung teknologi 3D audio berbasis head tracking.

Untuk tahun ini, Audeze tengah menyiapkan fitur baru yang sangat menarik buat Mobius. Dijuluki dengan istilah Head Gesture Keybinds, fitur ini pada dasarnya memungkinkan pergerakan kepala pengguna untuk diterjemahkan menjadi input keyboard.

Contoh yang paling sederhana, dalam game first-person shooter (FPS) misalnya, pengguna Mobius dapat memiringkan kepalanya ke kiri atau kanan untuk mengintip dari balik tempat berlindung, menggantikan peran tombol “Q” dan “E” yang biasa dipakai untuk fungsi ini.

Audeze Mobius

Saat bermain game FPS, saya sendiri sering reflek memiringkan kepala ke kiri atau kanan ketika mengintip keberadaan musuh. Fitur ini sejatinya dapat membuat pergerakan kepala semacam itu jadi tidak sia-sia.

Audeze berencana merilis fitur ini bersama dengan sejumlah preset yang spesifik untuk game tertentu. Kendati demikian, pengguna juga bakal dibebaskan untuk melakukan kustomisasi input sendiri sesuai kebutuhannya.

Untuk sekarang, Audeze bilang bahwa fitur ini masih sedang diuji, dan perilisannya dijadwalkan pada awal tahun 2019 ini dalam bentuk update untuk software Audeze HQ di PC.

Sumber: SlashGear.

 

Headset Razer Ifrit Ditujukan untuk Streamer yang Membutuhkan Mobilitas Ekstra

Meningkatnya tren kreasi konten di ranah gaming memotivasi Razer untuk meluncurkan sejumlah perangkat yang didedikasikan buat para streamer atau broadcaster, termasuk yang sudah level profesional. Penawaran Razer di segmen ini semakin lengkap berkat kehadiran produk terbarunya yang bernama Ifrit.

Ifrit merupakan sebuah headset, akan tetapi desainnya tergolong tidak umum. Bukannya berwujud seperti headphone dengan sebuah mikrofon yang menyembul dari salah satu sisi earcup-nya, Ifrit malah mengadopsi gaya desain ala earphone tipe neckband. Namun ada satu pembedanya: rangka fleksibelnya mengitari bagian belakang kepala, bukan leher.

Razer Ifrit

Razer percaya desain semacam ini bisa meningkatkan mobilitas selama streaming berlangsung. Ibaratnya seperti mengenakan kacamata, tapi dibalik depan dan belakangnya. Usai terpasang, pengguna tinggal menancapkan kedua earpiece yang tersambung kabel pendek, kemudian atur posisi mikrofon kondensornya.

Mikrofonnya ini diklaim punya kinerja tidak kalah dari mikrofon USB yang biasa diletakkan di atas meja. Alasannya, Razer telah melengkapi Ifrit dengan komponen pembantu bernama USB Audio Enhancer, yang sejatinya merupakan analog-to-digital converter (kebalikan DAC). Dongle ini diyakini mampu meningkatkan kejernihan suara yang ditangkap mikrofon sekaligus meminimalkan suara pengganggu dari sekitar.

Razer Ifrit

Di samping itu, USB Audio Enhancer rupanya juga dirancang untuk mewujudkan skenario co-streaming bersama seorang partner tanpa ribet. Ia dibekali dua jack 3,5 mm, sehingga dua unit Ifrit (atau headset lain dengan konektor 3,5 mm) dapat disambungkan ke USB Audio Enhancer, dan keduanya pun langsung terhubung ke satu PC yang sama.

Saat ini Razer Ifrit telah dipasarkan seharga $100, sudah termasuk USB Audio Enhancer itu tadi. Buat yang tidak berniat mengganti headset-nya tapi mendambakan kualitas lebih, USB Audio Enhancer bisa dibeli secara terpisah seharga $20.

Sumber: Razer.

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.

SteelSeries Perbarui Lini Gaming Headset Arctis dan Pasarkan GameDAC Secara Terpisah

Tidak terasa sudah hampir dua tahun sejak SteelSeries meluncurkan lini gaming headset Arctis, dan SteelSeries melihat ini sebagai momen yang tepat untuk menerapkan penyegaran terhadap ketiga headset-nya itu: Arctis 3, Arctis 5, dan Arctis 7. Arctis 2019 Edition, demikian nama lineup barunya, masih terdiri dari tiga headset yang sama, tapi tentu saja masing-masing telah disempurnakan.

Penyempurnaannya pun mengacu pada masukan dari para konsumen Arctis. Satu yang paling utama adalah soal bantalan telinga yang dinilai terlalu tipis. Pada versi barunya, ketiga headset ini telah dibekali bantalan yang lebih tebal demi meningkatkan kenyamanan sekaligus mencegah telinga konsumen menyentuh pelat bagian dalam headset.

SteelSeries Arctis 3 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 3 2019 Edition / SteelSeries

Masih seputar kenyamanan, khusus Arctis 7, bentuk headband-nya telah direvisi menjadi lebih mirip seperti milik Arctis Pro. Desain yang lama dinilai kurang nyaman bagi pengguna yang ukuran kepalanya di atas rata-rata, dan revisi ini diharapkan bisa lebih akomodatif.

SteelSeries Arctis 5 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 5 2019 Edition / SteelSeries

Beralih ke fungsionalitas, SteelSeries juga membuat tombol kontrol pada headset jadi lebih kecil sekaligus lebih keras. Ini dikarenakan banyak konsumen yang mengeluh tombolnya mudah tertekan tanpa sengaja. Selanjutnya, fitur DTS Headphone X telah di-upgrade ke versi kedua, dan output bass-nya juga ditambah. Kabar baiknya, dua fitur terakhir ini juga akan tersedia buat Arctis 5 dan Arctis 7 lama via firmware update.

SteelSeries Arctis 7 2019 Edition / SteelSeries
SteelSeries Arctis 7 2019 Edition / SteelSeries

Selain tiga headset Arctis versi baru, SteelSeries turut memperkenalkan aksesori GameDAC sebagai produk terpisah. Sebelumnya, digital-to-analog converter ini hanya tersedia dalam bundel bersama headset Arctis Pro, namun sekarang semua konsumen dapat membelinya secara terpisah.

GameDAC yang berukuran ringkas ini menjanjikan kualitas suara yang lebih baik ketimbang jika pengguna mencolokkan headset langsung ke komputer. Kuncinya terletak pada chip Sabre 9018 buatan ESS Technology yang mendukung resolusi hingga 24-bit/96kHz. Untuk menggunakannya, kita tinggal menancapkannya ke komputer via USB, lalu colokkan headset ke GameDAC.

SteelSeries GameDAC / SteelSeries
SteelSeries GameDAC / SteelSeries

Pengoperasiannya cukup mudah berkat kehadiran layar LED terintegrasi. GameDAC tidak cuma kompatibel dengan headset Arctis saja. Headphone atau earphone apapun yang menggunakan colokan 3,5 mm juga bisa dipakai bersamanya, dan itulah yang mendasari keputusan SteelSeries untuk menjadikannya sebagai produk terpisah.

Keempat produk baru ini sudah dipasarkan sekarang juga. Harganya adalah sebagai berikut:

Sumber: AnandTech dan SteelSeries.

Keyboard Razer Huntsman Andalkan Switch Unik Hasil Perkawinan Tipe Mekanis dan Optik

Belakangan industri gaming banyak membicarakan mengenai keyboard berbekal switch optik, bukan mekanis seperti yang kita agung-agungkan selama ini. Razer pun tidak mau ketinggalan. Mereka bahkan mencoba mengawinkan switch mekanis dan optik hingga melahirkan tipe baru yang mereka sebut dengan istilah “Opto-Mechanical”.

Switch tipe baru ini sudah bisa kita dapatkan lewat keyboard bernama Razer Huntsman. Razer sederhananya ingin memadukan kelebihan masing-masing tipe switch; sensasi taktil yang disuguhkan switch mekanis, plus responsivitas switch optik yang amat superior.

Razer Huntsman

Cara kerja switch Opto-Mechanical ini cukup unik. Di balik setiap tombol ada sinar inframerah yang menyala melintang. Tiap kali tombol diklik, maka bagian bawahnya akan ‘memotong’ sinar tersebut, dan komputer akan langsung menerima sinyal dari keyboard secara instan bahwa sebuah tombol telah ditekan.

Menurut Razer, switch Opto-Mechanical yang dimiliki Hunstman lebih responsif 30 persen ketimbang switch mekanis tradisional, dengan key travel sedalam 1,5 mm dan actuation force 45 gram. Ketahanannya pun diestimasikan bisa mencapai 100 juta klik, sekitar dua kali lebih tangguh dari switch mekanis.

Razer Huntsman Elite

Mengapa bisa lebih awet ketimbang keyboard mekanis standar? Karena pada switch Opto-Mechanical ini sejatinya kontak fisik yang terjadi ketika tombol ditekan sangatlah minim. Selain itu, Razer juga menyelipkan komponen stabilizer supaya respon keyboard tetap konsisten meski kita menekan tombol tidak benar-benar di tengah.

Razer menawarkan dua varian Huntsman: standar dan Elite. Perbedaannya, varian Elite mengemas sejumlah tombol multimedia di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multifungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Di samping itu, varian Elite juga dilengkapi wrist rest unik yang mudah dilepas-pasang secara magnetik, serta bisa menyala warna-warni bagian sisinya seperti keyboard-nya.

Razer Huntsman Elite

Di Amerika Serikat, Razer Huntsman saat ini sudah dipasarkan seharga $150, sedangkan Huntsman Elite seharga $200.

Sumber: Razer.