Bugatti Baby II Adalah Replika Mobil Balap Legendaris Bermesin Elektrik

Sebagian besar orang mengenal Bugatti sebagai pabrikan yang memproduksi supercar berharga jutaan dolar dan bermesin ekstra besar (16 silinder dengan kapasitas 8 liter), macam Chiron ataupun Divo, sehingga pada akhirnya sulit memprediksi kapan Bugatti bakal menyentuh ranah mobil elektrik.

Namun di ajang Geneva Motor Show tahun ini, mereka resmi menyingkap mobil elektrik perdananya. Sayang mungkin tidak seperti yang Anda bayangkan: bukannya Chiron atau Divo versi elektrik, mobil ini merupakan reinkarnasi Bugatti Baby yang sudah menempuh jalur modernisasi.

Bugatti Baby II

Dalam sejarahnya, Bugatti Baby sendiri merupakan replika fungsional dari Bugatti Type 35, mobil balap paling legendaris yang pernah diciptakan sang pabrikan asal Perancis tersebut. Kala itu, Baby yang hanya berukuran setengah dari Type 35 dibuat oleh Ettore Bugatti sebagai hadiah ulang tahun untuk anak bungsunya, sebelum akhirnya diproduksi secara terbatas (500 unit) mulai tahun 1927 sampai 1936.

Bugatti Baby II yang muncul di Geneva Motor Show 2019 ini juga merupakan edisi terbatas, dan hanya akan diproduksi sebanyak 500 unit saja. Bugatti sengaja mempertahankan hampir seluruh aspek yang membuat Baby orisinal begitu unik, tapi di saat yang sama tak lupa menyematkan sentuhan-sentuhan modern.

Bugatti Baby II

Pembeda yang paling utama adalah mesinnya. Baby II murni menggunakan energi listrik, dengan baterai lithium-ion yang rechargeable. Performanya bisa disesuaikan dengan pengemudinya: kalau anak-anak yang mengendarainya, pilih saja “Child Mode”, yang akan menghasilkan output tenaga sebesar 1 kW serta kecepatan maksimum 20 km/jam.

Selanjutnya, masih ada “Adult Mode” yang akan mendongkrak tenaganya menjadi 4 kW, dengan top speed 45 km/jam. Yang menarik, ini bukanlah kapasitas asli dari Baby II, sebab Bugatti juga menyediakan paket upgrade opsional berupa sebuah “Speed Key” untuk membuka potensi sebenarnya (sama seperti Chiron): output daya 10 kW, tanpa batasan top speed.

Bugatti Baby II

Adult Mode? Ya, tidak seperti Baby orisinal, Baby II masih bisa dikendarai oleh orang dewasa, sebab ukurannya sedikit membesar menjadi tiga perempat dari Type 35. Rencananya, Bugatti bakal memproduksinya mulai musim semi mendatang, dan memasarkannya seharga mulai 30.000 euro.

Sumber: Bugatti.

Aston Martin Ungkap SUV Elektrik Super-Mewah, Lagonda All-Terrain

Aston Martin membuat kejutan di ajang Geneva Motor Show tahun lalu dengan menyingkap rencananya untuk menghidupkan kembali sub-brand Lagonda kepunyaannya. Wacana tersebut turut dibarengi oleh sebuah mobil konsep yang mungkin terkesan terlalu canggih untuk standar sekarang.

Reinkarnasi Lagonda ini pada dasarnya akan berfokus pada segmen mobil elektrik, dan di ajang Geneva Motor Show tahun ini, mereka sudah menyiapkan mobil konsep lain bernama Lagonda All-Terrain. Tidak seperti sebelumnya, konsep ini terkesan lebih masuk akal untuk direalisasikan dalam waktu dekat.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Dari namanya sudah kelihatan bahwa Lagonda All-Terrain merupakan sebuah SUV segala medan, akan tetapi penampilannya sangat menipu. Buat saya, ia kelewat mewah untuk melahap medan berlumpur, tapi toh Rolls-Royce Cullinan juga demikian. Bedanya, tentu saja, Lagonda All-Terrain murni mengandalkan energi listrik.

Bentuknya juga mengingatkan saya pada Jaguar I-Pace, namun dengan sasis yang lebih panjang hingga nyaris menyerupai sebuah limusin. Aston Martin pada dasarnya banyak menerapkan prinsip desain Lagonda Vision Concept dalam merancang Lagonda All-Terrain, dan sebagai sebuah Lagonda, nuansa mewahnya sudah tercium bahkan dari luar.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Masuk ke dalam, aura mewahnya semakin pekat. Lantainya benar-benar rata dan berlapis karpet, sedangkan sasis yang begitu panjang membuat kabinnya terkesan begitu lapang. Kendati demikian, yang bakal menjadi pusat perhatian justru adalah kunci dari mobil ini.

Teknologi keyless entry sudah pasti ada di mobil ini, akan tetapi usai pemilik mobil masuk ke dalam, ia dipersilakan menempatkan kuncinya itu ke wadah membulat dengan desain bersirip di bagian tengah. Dari situ kuncinya akan melayang memanfaatkan teknologi levitasi, dan di titik itu kuncinya beralih fungsi menjadi kenop putar untuk mengoperasikan sistem infotainment.

Aston Martin Lagonda All-Terrain

Sungguh itu merupakan sebuah inovasi yang tidak perlu, akan tetapi kemewahan tidak pernah mengenal kata perlu atau tidak perlu. Beralih ke spesifikasi dan performa, sayangnya sampai sejauh ini Aston Martin masih enggan merincikannya.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa Lagonda All-Terrain masih berstatus konsep. Meski begitu, Aston Martin sudah punya niatan untuk mulai memproduksinya pada tahun 2022.

Sumber: Aston Martin.

Audi Ungkap Q4 e-tron, Lebih Ringkas, Lebih Efisien, tapi Tetap Bertenaga

Pertengahan tahun ini, Audi akan mulai memasarkan mobil elektrik perdananya, e-tron. Kiprah mereka di segmen elektrik memang tergolong terlambat, akan tetapi Audi tidak segan memasang target yang cukup ambisius: pada tahun 2025 nanti, Audi bakal memiliki 12 model yang bermesin elektrik sepenuhnya.

Jelas sekali e-tron baru permulaan alias menu pembuka. Tidak lama setelah peluncuran e-tron, Audi langsung menyingkap sedan elektrik e-tron GT yang masih berstatus konsep, dengan rencana realisasi pada akhir 2020. Di ajang Geneva Motor Show tahun ini, Audi pun tidak lupa memperkenalkan konsep lainnya untuk segmen elektrik.

Audi Q4 e-tron

Mobil tersebut adalah Q4 e-tron, bisa dianggap sebagai adik kecil e-tron jika melihat fisiknya yang lebih ringkas. Secara estetika, kedua mobil ini tampak cukup mirip, akan tetapi di mata saya, e-tron kelihatan sedikit lebih kaku dibandingkan Q4 e-tron.

Meski lebih kecil, dapur pacu Q4 e-tron tetap saja mumpuni, dengan bekal sepasang motor elektrik yang sanggup menghasilkan output daya sebesar 225 kW (± 300 hp). Dipadukan dengan torsi sebesar 460 Nm, 0 – 100 km/jam dapat ia lahap dalam waktu 6,3 detik saja, sedangkan kecepatan maksimumnya dibatasi secara elektronis di angka 180 km/jam.

Kapasitas baterainya lebih kecil daripada e-tron orisinal di angka 82 kWh, akan tetapi berhubung bobotnya lebih ringan, Q4 e-tron sanggup menempuh jarak sejauh 450 km dalam satu kali pengisian. Pengisiannya juga sudah mendukung teknologi fast charging, dengan kemampuan mengisi 80 persen kapasitas dalam waktu sekitar 30 menit saja.

Audi Q4 e-tron

Masuk ke bagian kabin, Q4 e-tron tidak kalah canggih dan mewah ketimbang kakaknya. Sistem infotainment-nya mengandalkan layar sentuh 12,3 inci di bagian tengah, yang sengaja sedikit dimiringkan ke arah pengemudi demi kenyamanan ekstra.

Yang saya suka, Audi masih menyematkan deretan tombol untuk mengatur sistem pendingin di bawah layar tersebut. Ini jauh lebih nyaman ketimbang harus menggunakan touchscreen seperti pada Tesla Model 3. Lebih lanjut, konsol tengah yang semestinya dihuni oleh tuas transmisi dan rem tangan telah beralih fungsi menjadi kompartemen penyimpanan yang lega pada Q4 e-tron.

Audi Q4 e-tron

Audi berencana untuk memproduksi Q4 e-tron pada akhir tahun 2020, sama seperti e-tron GT. Harganya masih belum diketahui, tapi sudah pasti di bawah $74.800 yang merupakan banderol e-tron orisinal.

Sumber: Audi.

Supercar Elektrik Pininfarina Battista Resmi Diperkenalkan

Setahun yang lalu, beredar kabar bahwa Pininfarina bakal ‘naik kelas’ dari sebatas rumah desain menjadi produsen mobil. Kemudian pada bulan Desember kemarin, Pininfarina mengungkap bahwa mobil pertamanya akan dinamai Battista, lengkap beserta secuil detailnya, tanpa menyingkap seperti apa wujud supercar bertenaga listrik itu.

Sesuai janji, Geneva Motor Show tahun ini menjadi tempat peluncuran resmi Pininfarina Battista. Penampilannya begitu garang, dan apabila ia kelihatan seperti sebuah Ferrari, itu dikarenakan sang pabrikan berlambang kuda jingkrak itu sudah sejak lama mempercayakan Pininfarina sebagai desainer mobil-mobilnya.

Pininfarina Battista

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Battista benar-benar superior soal performa. Kolaborasinya bersama Rimac menghasilkan empat motor elektrik – satu untuk setiap roda – dengan output daya total sebesar 1.400 kW, atau setara 1.900 daya kuda. Torsi yang dihasilkan mampu menembus angka 2.300 Nm, sehingga tidak heran apabila 0 – 100 km/jam dapat ditempuhnya dalam waktu kurang dari dua detik.

Untuk top speed, Battista mencatatkan angka 350 km/jam. Saya curiga Pininfarina membatasi kecepatan maksimum Battista secara elektronis, apalagi jika mempertimbangkan niat mereka untuk memasarkan mobil ini sebagai mobil yang legal dikendarai di jalanan umum.

Pininfarina Battista

Keempat motor elektrik ini menerima suplai daya dari baterai berkapasitas 120 kWh. Dalam satu kali pengisian, baterai ini sanggup membawa Battista menempuh jarak 450 km, tapi tentunya dalam kondisi mobil dibawa santai, bukan digeber secara brutal.

Pininfarina Battista

Beralih ke dalam, interior Battista tampak begitu mewah, apalagi jika dibandingkan dengan mayoritas mobil lain di kelas ini, yang sering kali mengorbankan begitu banyak komponen pendukung di kabin demi mencapai performa semaksimal mungkin. Sentuhan modernnya juga sangat kental, terutama berkat tiga buah layar di balik lingkar kemudinya.

Pininfarina Battista

Juga seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Pininfarina berencana memproduksi hanya 150 unit Battista, dan setiap unitnya akan dihargai sebesar $2,6 juta. Meski status Pininfarina sekarang adalah anak perusahaan Mahindra, mereka menegaskan bahwa Battista akan dibuat sepenuhnya di Itali.

Sumber: The Verge.

Aston Martin Hidupkan Kembali Lagonda, Kini Usung Konsep Kendaraan Masa Depan

Lagonda ialah merek mobil mewah yang menjadi milik Aston Martin sejak tahun 1947. Di pertengahan 70-an, brand ini difokuskan pada penyediaan model-model sedan empat pintu, sehingga Aston Martin bisa berkonsentrasi menciptakan varian sport. Tapi bahkan facelift yang diimplementasikan di Series 4 (1987) belum cukup memberinya daya saing di hadapan kompetitor.

Hampir tiga dekade setelah momen tersebut, Aston Martin menyingkap wacana buat menghidupkan kembali Lagonda. Di Geneva Auto Show 2018, sang perusahaan otomotif Inggris itu memamerkan inkarnasi futuristis dari Lagonda, menamainya Vision Concept. Mobil ini dirancang untuk meneruskan visi Lagonda: menyuguhkan desain mewah plus interior lapang, dikombinasikan dengan konsep kendaraan masa depan.

“Lagonda dirancang untuk menjadi brand mewah nol emisi pertama didunia, sebuah evolusi dari satu merek otomotif terkenal, turut mengadopsi kecanggihan teknologi penggerak bebas polusi serta sistem kemudi otonom,” tulis Aston Martin. “Misi kami sederhana: untuk menantang standar kendaraan mewah, membangunnya dengan tangan, demi memuaskan segmen konsumen yang paling menuntut.”

Lagonda 2

Dari luar, Vision Concept terlihat seperti mobil yang ada di cerita-cerita fiksi ilmiah. Tubuhnya mengusung desain streamline, dimaksudkan demi meminimalkan resistensi udara. Grille depan, lekukan pada bingkai, penggunaan headlight tipis dan sayap kamera yang menggantikan peran kaca spion menegaskan kesan futuristisnya. Sudut penglihatan pengemudi dan penumpang juga luas bekat menyatunya windshield dan atap, ditambah kaca samping memanjang.

Lagonda

Walaupun penampilannya terlihat ‘tajam’ dan pendek khas mobil sport, tugas Lagonda Vision Concept bukanlah untuk melesat secepat-cepatnya di arena pacu. Misi utamanya adalah menghidangkan kenyamanan kelas satu buat para penumpang. Absennya pilar B serta penggunaan struktur ‘suicide‘ di pintu belakang memudahkan orang keluar masuk, lalu di dalam, Anda disajikan ruang kabin yang lapang.

Lagonda 3

Lagonda Vision Concept nantinya akan dibekali sistem otonom empat level. Itu berarti, ia sanggup beroperasi tanpa bantuan manusia, juga dapat menempuh segala kondisi jalan. Fungsi driverless bisa diaktifkan dengan menekan satu tombol, dan selanjutnya, setir segera dimasukkan ke dashboard. Hebatnya lagi, area kemudi juga bisa dipindahkan dari kanan ke kiri atau sebaliknya, menghemat waktu dan ongkos ketika kendaraan dipasarkan di wilayah berbeda.

Lagonda 4

Aston Martin masih belum mengungkap detail spesifikasi Vision Concept. Mereka hanya bilang bahwa mobil ini seluruhnya digerakkan oleh motor listrik tanpa bensin setetes pun. Belum diketahui seberapa cepat ia dapat melesat serta jarak tempuh maksimalnya.

Mengingat bahwa Lagonda Vision adalah mobil konsep, jangan terlalu berharap ia mengaspal dalam waktu dekat. Bahkan jika teknologi otonomnya sudah betul-betul matang, kita belum bisa memperkirakan reaksi pengelola jalan terhadap kendaraan driverless.

Via The Verge. Sumber: Lagonda.

Peugeot Ungkap Mobil Konsep yang Memiliki Insting

Lima tahun yang lalu, mungkin tidak ada yang mengira kalau perkembangan industri otomotif bakal menjadi bahasan di event teknologi tahunan seperti CES. Namun sekarang, pabrikan mobil bahkan tidak segan memamerkan inovasinya di ajang yang lebih spesifik lagi, seperti Mobile World Congress yang baru saja selesai digelar. Pabrikan yang saya maksud adalah Peugeot.

Dalam kesempatan itu, Peugeot mengungkap Peugeot Instinct Concept, buah pemikiran mereka akan sebuah mobil masa depan. Pemilihan nama “Instinct” bukan tanpa alasan; mobil konsep ini memang memiliki insting dan sanggup memahami keinginan sekaligus mood penumpangnya.

Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot
Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot

Saya katakan penumpang karena mobil ini telah dibekali sistem kemudi otomatis. Secara total ada empat mode kemudi yang ditawarkan: dua manual (Drive Boost atau Drive Relax) dan dua otomatis (Autonomous Sharp atau Autonomous Soft). Masing-masing mode dapat diaktifkan secara manual, atau otomatis berdasarkan insting mobil itu tadi.

Rahasianya terletak pada integrasi platform berbasis cloud Samsung Artik, yang memungkinkan mobil untuk mengambil data dari perangkat terkoneksi. Contohnya, seusai sesi fitness di gym, Instinct Concept akan membaca data yang dikumpulkan oleh smartwatch Anda, lalu dengan sendirinya mengaktifkan mode Autonomous Soft sehingga Anda bisa bersantai karena ia tahu Anda sudah kecapaian.

Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot
Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot

Keesokan harinya, ketika Anda sedang dalam perjalanan ke tempat kerja, Instinct Concept akan kembali membaca data di smartwatch dan mengambil kesimpulan bahwa sesi olahraga kemarin masih belum cukup untuk mencapai target mingguan. Alhasil, ia akan menyarankan Anda untuk parkir sedikit lebih jauh dari lokasi biasanya supaya Anda bisa menyempatkan ber-jogging.

Ini baru sebagian contoh dari potensi yang dimiliki Instinct Concept. Pasalnya, smartwatch bukan satu-satunya perangkat terkoneksi yang dapat ia baca datanya. Semisal Anda punya kulkas canggih yang tersambung ke jaringan cloud, bukan tidak mungkin Instinct Concept dapat mengetahui bahwa stok bahan makanan Anda sudah menipis, lalu menyarankan dan menyajikan rute menuju supermarket terdekat.

Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot
Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan ditarik masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot

Peugeot Instinct Concept juga tidak melupakan aspek kebebasan; kebebasan bagi pemilik mobil untuk membuat keputusan tanpa harus dibatasi oleh sistem serba otomatis yang ditawarkan. Contoh yang paling gampang, selagi dalam mode kemudi otomatis, pengguna tetap bisa mengendalikan atau memilih rute alternatif via layar sentuh yang tertanam di tengah dashboard.

Bicara soal dashboard, Peugeot telah merancang interior yang responsif untuk Instinct Concept. Responsif maksudnya dapat beradaptasi dengan mode kemudi; jadi saat mode kemudi otomatis diaktifkan, setir, panel instrumen beserta pedal gas dan remnya akan ditarik masuk ke dalam demi menyajikan ruang yang lebih lapang di dalam kabin.

Tentu saja ini semua baru sebatas konsep, tapi tetap saja merupakan konsep yang sangat menarik, apalagi jika Peugeot berhasil mengimplementasikannya menjadi mobil untuk konsumen umum dalam beberapa tahun ke depan. Selagi menunggu, kita tonton saja koleksi video Peugeot Instinct Concept berikut ini.

Sumber: Peugeot dan Wired.

Goodyear Ingin Gantikan Ban Mobil Anda Dengan ‘Bola’ Eagle-360

Berkat paten vulcanization yang diajukan Charles Goodyear lebih dari satu setengah abad silam, ban karet kini menjadi solusi sistem gerak paling diandalkan dalam alat transportasi darat. Namun puluhan tahun selepas penemuan besar itu, bentuk roda tidak banyak berubah. Ia masih berpenampilan mirip donat, bergerak dua arah, dengan poros di tengah.

Perusahaan Amerika yang mengadopsi nama sang inventor kembali mencoba merevolusi teknologi komponen kendaraan ini. Di ajang Geneva Motor Show 2016, Goodyear memperkenalkan Eagle-360, sebuah konsep ban ‘pintar’ berbentuk bola; dirancang untuk digunakan di mobil-mobil otomatis masa depan. Berkat wujud bulat tersebut, penumpang dan pengendara akan merasa lebih nyaman, sekaligus mengurangi gangguan suara di perjalanan.

Eagle-360 bekerja melalui sistem futuristis. Ia terpasang, seolah-olah terbang, berkat medan magnet (magnetic levitation). Metodenya hampir mirip seperti kereta Shanghai Maglev, diusung demi meminimalisir gaya gesek. Uniknya lagi, desain pola pada ban disesuaikan pada keadaan lingkungan di daerah itu. Misalnya iklim tropis dan basah, kondisi jalanan kering di wilayah sub-Sahara, atau negara-negara bersalju.

Goodyear Eagle-360 01

Keuntungan lain bagi pengemudi adalah, desain bola memungkinkan roda bergerak ke semua arah, meningkatkan kapabilitas manuver kendaraan. Anda memperoleh kendali penuh atas arah, dan hal tersebut juga membuat parkir paralel menjadi jauh lebih mudah. Anda tinggal memposisikan mobil, lalu mulai berjalan secara horisontal.

Goodyear juga mengungkap metode mereka dalam menangani jalan yang basah dan licin. Ban dibekali kemampuan mimikri seperti hewan berupa lapisan mirip spons, ditempatkan pada area tread. Saat basah, Eagle-360 jadi lebih lembut, kemudian kembali kaku setelah kering. Layer busa fleksibel melapisi bagian dalam tread demi memastikan agar lebih banyak permukaan Eagle-360 menyentuh jalanan.

Goodyear Eagle-360 03

Produsen memanfaatkan teknologi pintar, sehingga Eagle-360 hanya bergerak sewaktu diperlukan. Misalnya jika jalan licin, dua roda berputar ke satu arah, sedangkan dua lainnya berputar sedikit menyerong. Dengan begini, peluang tergelincir jadi lebih kecil. Sensor internal ban berfungsi mengumpulkan informasi dan membagikannya ke sesama pengemudi. Eagle-360 bahkan bisa menghubungi pihak otoritas jalan raya sehingga mereka dapat merespons lebih cepat ketika terjadi insiden.

Tentu saja, implementasi teknologi ini tidak akan murah. Eagle-360 hanya kompatibel ke kendaraan khusus, lalu bayangkan mahalnya sensor-sensor canggih yang ada di sana.

Sedikit trivia: pernahkah Anda menonton film I, Robot? Detektif Del Spooner (Will Smith) mempunyai mobil bermerek Audi dengan ban berbentuk bola, tak jauh berbeda dari Eagle-360.

Sumber: Digital Trends.

Bugatti Resmi Perkenalkan Supercar Terbarunya, Bugatti Chiron

Bulan Maret 2015 merupakan tanggal penting bagi industri otomotif. Pasalnya supercar tercepat di dunia, Bugatti Veyron, resmi dipensiunkan pada saat itu. Selang satu tahun kemudian, Bugatti ternyata sudah siap dengan penerusnya.

Di ajang Geneva Motor Show 2016, Bugatti secara resmi memperkenalkan Chiron, sebuah supercar yang bakal meneruskan jejak Veyron sebagai mobil paling kencang yang legal dikemudikan di jalanan. Tidak cuma mempertahankan gelar, Chiron justru ingin melaju lebih cepat lagi dari pendahulunya tersebut.

Kecepatan adalah nilai jual utama Bugatti Chiron. Ia mengemas mesin W16 8 liter yang sanggup menyemburkan daya sebesar 1.500 tenaga kuda. Tidak seperti yang dirumorkan, mesin ini merupakan mesin bensin murni, bukan mesin hybrid yang dipadukan dengan motor elektrik.

Bugatti Chiron

Spesifikasi mesinnya sebenarnya tidak jauh berbeda dari milik Veyron, lalu apa rahasia di balik dongkrakan performa yang signifikan tersebut? Jawabannya adalah empat komponen turbocharger yang bekerja dalam dua tahap serta aerodinamika yang lebih baik.

Alhasil, Chiron bisa melesat hingga kecepatan 420 km/jam. Tapi angka ini sebenarnya dibatasi oleh sistem elektronik. Kalau dibiarkan melaju tanpa batasan, kabarnya Chiron bisa mencapai kecepatan 463 km/jam. Hal ini sekaligus menjadi alasan mengapa di speedometer-nya tercantum angka 500 km/jam.

Performa Chiron benar-benar tidak perlu diragukan lagi. Untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari posisi berhenti, ia berhasil mencatatkan waktu 2,5 detik. Lebih lanjut, 0-200 km/jam sukses ia tempuh dalam 6,5 detik, dan 0-300 km/jam dalam 13,6 detik.

Bugatti Chiron

Beralih ke penampilan, desainnya didasari oleh konsep Bugatti Vision Gran Turismo yang sempat dipamerkan tahun kemarin. Hasil akhirnya jauh lebih elegan, namun masih mempertahankan wujud khas Veyron yang sudah melegenda. Di bagian belakang, sebuah spoiler akan muncul secara otomatis ketika Chiron digeber dalam kecepatan tinggi.

Masuk ke kabin, nuansanya sangat berbeda dibanding konsep yang hadir tahun lalu. Di sini nuansa balap dilebur dengan nuansa mewah yang diwakili oleh material kulit di sana-sini. Bugatti ingin memastikan bahwa mereka tak hanya menciptakan supercar tercepat, tetapi juga yang termewah.

Bugatti Chiron

Material kulit saja tidak cukup untuk menonjolkan aura mewah Chiron. Maka dari itu, Bugatti turut membekalinya dengan teknologi digital generasi terkini. Utamanya adalah panel instrumen adaptif yang akan menyesuaikan dengan kondisi mengemudi. Lebih lanjut Chiron juga mengemas sound system kelas premium, yang menurut klaim Bugatti menjadikannya sebagai “concert hall tercepat sejagat”.

Penekanan pada kata “mewah” juga menjadikan Chiron sangat eksklusif. Bugatti hanya akan memproduksi Chiron sebanyak 500 unit, dan sepertiga darinya sudah dipesan oleh konsumen. Sisanya akan dijual seharga $2,5 juta per unit, atau sekitar Rp 33,4 miliar.

Sumber: Road and Track dan Bugatti.

Inilah Mobil Listrik Pertama dari Aston Martin: DBX Concept

Mendengar nama Aston Martin, sebagian besar dari kita pasti teringat dengan film James Bond. Pasalnya, dalam beberapa film terakhir sang agen rahasia flamboyan asal Inggris tersebut, mobil-mobil sport mewah besutan Aston Martin-lah yang dijadikan kepercayaan. Continue reading Inilah Mobil Listrik Pertama dari Aston Martin: DBX Concept