Kresna Graha Investama’s Subsidiary “DIVA” is Set for IPO, Ready to Offer 30% of New Shares

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), one of Kresna Graha Investama’s subsidiaries, is ready to make the first initial public offering (IPO) by trading 30% of its shares to the public. According to plan, the corporate action should be listed effectively on IDX by the end of November 2018.

“The price per share will be announced at the end of October 2018. It is to be effectively listed on IDX by the end of November 2018. We’re doing anchor investor and cornerstone by roadshows in Hong Kong and Singapore,” Suryandy Jahja, Kresna Graha Investama’s Managing Director, told DailySocial.

This corporate action is to provide additional funding of 600 to 800 billion Rupiah for DIVA. It’s for making expansion and to create exponential growth.

In running the business, DIVA focused on digitizing SME’s entrepreneurs with technology using either chatbox or smart outlets. One of the realizations is DIVA’s recent collaboration with Telkomsel for digital cashier solution T-Kiosk.

In Jahja’s opinion, after IPO, the company will prepare for similar corporate action for OONA Indonesia. OONA is targeted to be available in IDX by next year.

“OONA is yet to IPO this year, hopefully, next year,” he said.

Previously, NFC Indonesia has become the second digital company under Kresna to IPO this year. NFC has traded 25% of the latest shares worth Rp1,850 per share. The company obtained fresh funding of Rp308.33 billion from this action, to be utilized for capital fund, digital investment, and HR development.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

DIVA, Anak Usaha Kresna Graha Investama, Segera Lepas 30% Saham Baru di Lantai Bursa

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), salah satu anak usaha dari Kresna Graha Investama, siap melangsungkan penawaran umum saham perdana (IPO) dengan melepas 30% saham kepada publik. Bila sesuai rencana, aksi korporasi tersebut akan efektif tercatat di BEI pada akhir November 2018 mendatang.

“Harga per saham akan diumumkan pada akhir Oktober 2018. Rencananya efektif tercatat di bursa akhir November 2018. Sekarang kami masih lakukan anchor investor dan cornerstones dengan roadshow di Hong Kong dan Singapura,” ucap Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja kepada DailySocial.

Diharapkan aksi korporasi ini bisa memberikan tambahan dana segar buat DIVA sebesar 600 sampai 800 miliar Rupiah. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi perusahaan agar pertumbuhan semakin eksponensial.

Dalam menjalankan bisnisnya, DIVA fokus pada digitalisasi pengusaha UKM dengan teknologi, dengan menggunakan chatbox ataupun smart outlet. Salah satu realisasinya bisa dilihat dari kerja sama antara DIVA dengan Telkomsel baru-baru ini untuk aplikasi solusi kasir digital T-Kiosk.

Menurut Jahja, setelah menggelar IPO, berikutnya perseroan akan mempersiapkan aksi korporasi yang sama untuk OONA Indonesia. OONA direncanakan bakal melantai di BEI pada tahun depan.

“OONA belum tahun ini, hopefully next year,” pungkasnya.

Sebelumnya, NFC Indonesia menjadi perusahaan digital kedua yang ada di bawah Kresna yang melakukan IPO pada tahun ini. NFC melepas 25% saham baru senilai Rp1.850 per lembar saham. Perseroan memperoleh dana segar sebesar Rp308,33 miliar dari aksi ini, yang dipakai untuk modal kerja, investasi digital, dan pengembangan SDM.

Segera IPO, Passpod Bidik Dana Segar Hingga 48 Miliar Rupiah

Passpod, penyedia jasa rental modem wifi dan travel assistance, berencana akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir bulan ini. Perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 130 juta lembar saham baru atau setara 34,21% dari total modal dan 78 juta waran seri I.

Direktur Utama Passpod Hiro Whardana mengatakan, perusahaan menggunakan buku keuangan April 2018 untuk aksi korporasi ini. 130 juta lembar saham ini ditawarkan dengan harga antara Rp250 sampai Rp375 per lembarnya. Diharapkan Passpod akan mendapatkan dana segar sekitar Rp32,5 miliar sampai Rp48,75 miliar.

Sinarmas Sekuritas dalam hal ini akan bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek penawaran umum perdana saham ini.

“Melalui jumlah di atas kami menargetkan dana terkumpul sekitar Rp40 miliar. Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, dana ini rencananya akan kami alokasikan untuk pengembangan bisnis, research and development (R&D) aplikasi, dan modal kerja dalam bentuk penambahan unit modem serta power bank,” ucapnya, Rabu (3/10).

Perusahaan mengalokasikan dana IPO sebesar 68,10% untuk pengadaan billing management system dan perangkat SIM bank. Kemudian 3,69% untuk R&D aplikasi penambahan fitur dan sisanya sebanyak 28,21% untuk modal kerja pembelian modem dan power bank.

“Kami harapkan Passpod sudah bisa listing di BEI pada tanggal 27 Oktober atau 29 Oktober 2018. Kami sudah mendapatkan pernyataan pra efektif dari OJK pada hari ini.”

Perusahaan juga akan merilis sebanyak-banyaknya 78 juta waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp500 sampai Rp750 per saham sebagai insentif dengan perbandingan 5 saham baru berhak memperoleh 3 waran.

“Dana pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja, terutama pengembangan usaha ke negara lain.”

Per April 2018, Passpod telah mencetak laba sebesar Rp475 miliar. Total pendapatan (revenue) mencapai Rp4,2 miliar. Ditargetkan pada akhir tahun ini revenue dapat tembus di angka Rp27 miliar, sementara laba sebesar Rp3,3 miliar.

Digitaraya, seperti diumumkan sebelumnya, mengungkapkan komitmennya sebagai investor strategis di Passpod. Dari prospektus yang diumumkan Passpod, Digitaraya (dengan badan hukum PT Digital Indonesia Raya) telah menandatangi perjanjian pembelian obligasi wajib konversi (Mandatory Convertible Bond/MCB) pada 23 Februari 2018 dengan nilai Rp7,5 miliar.

Jatuh tempo atas obligasi ini adalah 12 bulan sejak tanggal penerbitan. Nantinya dalam penawaran umum berlangsung, MCB akan ini akan dikonversi menjadi saham perseroan dengan menggunakan harga penawaran. Bisa jadi harganya sama atau lebih tinggi.

Saat ini struktur kepemilikan saham di Passpod terdiri atas PT Agung Inova Teknologi Indonesia (69,5%) dan PT Prima Jaringan Distribusi (30,5%).

Rencana bisnis pasca IPO

Aksi IPO ini, sambung Hiro, akan jadi amunisi perusahaan dalam melancarkan ekspansinya. Ambisi yang ingin disasar adalah menjadi ekosistem on demand berbasis aplikasi yang menawarkan berbagai kebutuhan yang relevan selama perjalanan pada 2020 mendatang.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan melakukan berbagai inisiasi bisnis mulai dari layanan tiket event, supporting services, chatbot, location based offers, tiket atraksi, itinerary builder, travel insurance, sampai travel accessories e-commerce. Wilayah pemasaran pun akan semakin meluas hingga ke skala regional, dari posisi saat ini yang baru melayani Jabodetabek, Medan, Bandung, dan Surabaya.

Menurut Hiro, ada beberapa negara di Asia Tenggara yang akan dibidik, termasuk Vietnam, Myanmar, Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. Meskipun demikian, yang pasti segera disinggahi baru satu negara pada Q1 2019.

“Sekarang kami masih cari tahu lebih lanjut di beberapa negara karena aturannya kan beda-beda di tiap negara. Kami ingin IPO karena untuk permudah proses due dilligence-nya. Misalnya di Myanmar dan Malaysia yang butuh partner lokal, ada juga di negara lain yang lebih mudah.”

Bersama Digitaraya, Passpod akan mendirikan pusat R&D yang berlokasi di Menara Kibar, Jakarta, untuk mengeksplorasi inovasi baru. Perusahaan juga akan membuka berbagai potensi kerja sama dengan startup-startup yang ada di bawah Digitaraya.

Passpod memiliki tiga segmen usaha, yaitu bidang travel services, AI & big data, dan global connectivity. Melalui segmen global connectivity, sepanjang tahun lalu pengguna Passpod tembus di angka 100 ribu orang dengan total sewa 32.420 hari. Menggunakan teknologi virtual SIM, modem Passpod mampu memberikan jaringan internet 4G yang bisa diakses ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

Application Information Will Show Up Here

Digitaraya Prepares to be Passpod’s Strategic Investor during IPO

PT Yeloo Integra Datanet (Passpod) announces its plan to enter Indonesia’s Stock Exchange (BEI) by the end of this year. Digitaraya has declared its commitment to support this IPO. The accelerator company, created by Kibar and Google Developer Launchpad, is ready to be Passpod’s standby buyer.

Passpod is a startup engaged in portable modem rental for tourists, particularly locals who travel abroad. This company is under IDX Incubator’s initial batch which claims to have 58,500 customers per June 2018. Passpod is said to provide 4G access to 68 destinations (outbound).

“The enthusiasm of strategic investors is a form of external validation for Passpod business model. We positioned ourselves as travel assistance during tourists stay abroad, from the internet connection, event tickets, attraction, and others through the app. It is valued as one aspect for strategic investors in making the decision to allocate investment to Passpod,” Hiro Whardana, Passpod’s CEO, said.

Yansen Kamto, Kibar’s Chief Executive, said the investment consideration to invest in Passpod is based on a potential business model and market size. The trend of traveling abroad is growing every year.

Whardana ensured, with some shares allocated to certain investors, it’s still proportionally allocated to the retails. “There’s no need to worry for retail investors because the opportunity is still open for Passpod shares,” he said.

In this IPO, Passpod targets to raise a IDR 40 billion fresh money. Later, 70% of the funding will be used for research and development. One of the plans is to develop technology to facilitate customer’s connectivity in more destinations. The rest 30% will be used for business capital.

Currently, Passpod has relied on imported modem devices, however, it has obtained the government-based certification and standard to produce its own devices.

“Through a fairly long process, in May 2018, we obtained and became the only company with TKDN and Postel (Post and Telecommunication) A/B certification,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Digitaraya Siap Jadi Investor Strategis Passpod Saat IPO

PT Yeloo Integra Datanet (Passpod) mengumumkan rencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun ini. Salah satu yang mengungkapkan komitmennya untuk mendukung IPO ini adalah Digitaraya. Digitaraya, perusahaan akselerator bentukan Kibar dan Google Developers Launchpad,  bakal menjadi pembeli siaga saham Passpod.

Passpod merupakan startup yang bergerak di penyewaan modem portabel yang ditujukan untuk para wisatawan, khususnya wisatawan lokal yang bepergian ke luar negeri. Perusahaan merupakan startup binaan IDX Incubator batch awal yang mengklaim telah memiliki 58.500 pelanggan per Juni 2018. Passpod disebut telah memberikan akses modem 4G ke 68 negara tujuan (outbound).

“Minat yang tinggi dari para investor strategi ini merupakan bentuk validasi eksternal atas model bisnis Passpod. Kami memposisikan diri sebagai travel assistance selama wisatawan berada di luar negeri, dimulai dari penyediaan koneksi internet, penjualan tiket event, atraksi dan lainnya lewat aplikasi. Hal tersebut kami nilai menjadi salah satu faktor para investor strategis ketika menentukan alokasi investasinya kepada Passpod,” terang CEO Passpod Hiro Whardana.

Sementara Chief Executive Kibar Yansen Kamto menjelaskan, pertimbangan berinvestasi pada Passpod didasarkan pada model binis dan market size yang potensial. Tren berwisata ke luar negeri dari tahun ke tahun semakin bertumbuh.

Meskipun ada saham yang dialokasikan ke investor tertentu, Hiro menegaskan bahwa porsi untuk investor ritel telah dialokasikan secara proporsional. “Tidak perlu khawatir bagi investor ritel karena kami tetap membuka kesempatan untuk bisa membeli saham Passpod,” jelas Hiro.

Passpod sendiri dalam IPO ini  menargetkan perolehan dana Rp40 miliar. Nantinya dana yang didapat 70% akan digunakan untuk riset dan pengembangan. Salah satu yang direncanakan adalah melakukan pengembangan teknologi untuk bisa memudahkan konektivitas pengguna di lebih banyak negara tujuan wisata. Sedangkan 30% lainnya akan digunakan perseroan untuk modal kerja.

Passpod saat ini masih mengandalkan impor perangkat modem, namun Passpod telah mendapatkan sertifikasi dan standar yang telah ditetapkan pemerintah untuk memproduksi perangkatnya sendiri.

“Melalui proses yang lumayan panjang, pada Mei 2018 kami mendapatkan dan menjadi satu-satunya perusahaan yang mendapatkan sertifikasi TKDN dan Postel A/B,” terang Hiro.

Application Information Will Show Up Here

Papan Akselerasi BEI untuk Startup dan UKM Diterbitkan Desember 2018

Salah satu opsi agar lebih banyak lagi startup dan UKM bisa melantai di bursa saham adalah dengan menerbitkan aturan papan akselerasi. Bursa Efek Indonesia (BEI), atau Indonesia Stock Exchange (IDX), tengah merumuskan sebuah aturan baru, bagi pelaku startup dan UKM di Indonesia yaitu papan akselerasi. Tujuan akhirnya agar lebih banyak lagi penggalangan dana dimanfaatkan melalui pasar modal.

Saat ini BEI sudah memasuki tahap final dan akan melakukan diskusi akhir dengan OJK selaku regulator. Targetnya jika sudah rampung semua, aturan papan akselerasi akan dirilis pada akhir tahun 2018.

“Setelah kita membuat draft dan melemparkannya kepada pihak terkait, proses selanjutnya adalah pembicaraan lebih lanjut dengan OJK, sebelum aturan kita terbitkan,” kata Senior Manager State Owned & Regional-Owned Enterprise Privatization, Startup, SME & Foreign Listing IDX Listyorini Dian Pratiwi kepada DailySocial.

Saat ini tercatat baru tiga startup, yang didominasi kalangan fintech, yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah Kioson, MCash dan NFC Indonesia. Meskipun sudah banyak startup di Indonesia yang memiliki potensi untuk melakukan IPO, namun masih ketatnya peraturan dari BEI dan OJK, menyulitkan mereka untuk melakukan IPO di bursa efek.

“Dengan melakukan IPO, semua masyarakat Indonesia pun bisa ikut memberikan modal kepada startup dan UKM Indonesia, pada akhirnya bukan hanya layanan fintech saja yang melakukan IPO, tapi startup kategori lainnya.”

Bertambahnya investor lokal

Kegiatan penggalangan dana yang saat ini masih banyak dilakukan oleh startup, banyak menarik perhatian investor asing. Disinggung apakah nantinya investor asing akan mendominasi permodalan kepada startup di Indonesia, Listyorini menegaskan, saat ini BEI mencatat, jumlah investor lokal lebih banyak dibandingkan dengan investor asing.

“Kita mencatat hampir 60% investasi datang dari investor lokal, adanya pemberitaan yang menyebutkan investor asing lebih banyak jumlahnya dibandingkan investor lokal tidak benar,” kata Listyorini.

Listyorini melanjutkan, melalui papan akselerasi diharapkan bisa mendorong lebih banyak lagi startup dan UKM untuk melantai di bursa. Bukan hanya perusahaan yang berbasis digital, namun juga UKM yang masih konvensional juga bisa bergabung di pasar modal.

Inisiasi Startup untuk “Go Public”, Bekraf Rilis Platform “GoStartupIndonesia”

Bekraf, didukung Bursa Efek Indonesia (BEI), meluncurkan platform GoStartupIndonesia (GSI) untuk mendorong startup maju sebagai perusahaan terbuka di bursa. GSI merupakan tindaklanjut dari Nota Kesepahaman antara Bekraf dan BEI pada April 2018 tentang program IDX Incubator.

Kepala Bekraf Triawan Munaf menjelaskan pada tahap awal founder startup lebih fokus pada aspek teknis dibandingkan dengan aspek manajerial, administrasi dan keuangan. Oleh karena itu, GSI akan mendorong literasi finansial untuk startup, sehingga arah dan pengembangan bisnis startup sudah dirancang sejak awal.

“GSI merupakan suatu semangat dan gerakan bersama untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem yang kondusif bagi startup di Indonesia, khususnya pada sektor ekonomi kreatif di berbagai tingkatan siklus usaha rintisannya,” ujar Triawan, Kamis (6/9).

Menjadi startup unicorn seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak adalah impian setiap startup. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direplika oleh startup lain karena butuh modal yang kuat.

GSI dengan program akselerator CreaX (Creative Exchange for Startup) mencoba untuk memberikan alternatif tujuan kepada startup dengan cara lebih realistis dan dapat direplikasikan, caranya dengan solusi akses permodalan bagi startup melalui go public.

Program akselerator CreaX

CreaX bertujuan untuk bantu startup scale up dengan mentoring dan kompetisi pitching. Bekraf akan mencari startup yang berpotensi lewat roadshow ke beberapa kota besar, seperti Medan, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Makassar, Bandung, dan Jakarta yang akan dimulai pada akhir bulan ini.

Pemenang kompetisi pitching akan berkesempatan untuk mengikuti program inkubator dan mentoring pada Supercamp. Tujuannya untuk mempersiapkan para finalis dari masing-masing kota untuk menghadapi final pitching yang akan dihelat pada Indonesian Capital Day, tanggal 14 November 2018 di Surabaya.

Pemenang kompetisi GSI juga berkesempatan mengikuti program lebih lanjut dan terhubung dengan komunitas startup dan investor global dengan kompetisi pitching di level global.

Triawan melanjutkan, untuk menciptakan ekosistem yang kondusif dan lengkap, GSI sedang mengembangkan situs resmi sebagai one stop services untuk startup yang akan memfasilitasi kebutuhan dari hulu ke hilir.

Dalam situs ini, startup berkesempatan untuk terhubung dengan ekosistem startup Indonesia. Selain update berita, acara, pelatihan, dan kesempatan kerja bagi startup, terdapat pula forum diskusi yang bisa diakses oleh startup, komunitas, mentor, dan investor.

Platform GSI juga fokus untuk mendorong tumbuhnya jumlah investor lokal untuk berinvestasi pada startup lokal dengan prospek yang baik melalui Investor Relation Unit. Triawan sadar betul tidak hanya startup yang harus diedukasi, investor pun juga menjadi perhatian dari GSI, mengingat investasi pada sektor riil.

Dia berharap platform ini dapat meningkatkan jumlah investor yang berinvestasi dan bertransaksi di pasar modal dan semakin banyak startup yang akan go public di BEI.

Triawan mengestimasi startup lulusan dari CreaX dapat mulai melantai pada setahun ke depan. Hal ini disebabkan regulasi baru yang dikeluarkan OJK yang memudahkan startup kelas UKM bisa menggunakan papan akselerasi, daripada pakai papan pengembangan yang dinilai masih memberatkan.

“Mungkin bisa setahun lagi, tahun depan. Dengan regulasi yang baru dari OJK bisa. Semoga dengan mulai melantai di bursa, investor lokal banyak yang masuk Kami ingin investor dalam negeri bisa ikut serta,” pungkas Triawan.

Passpod Siapkan IPO, Rencananya Sebelum Akhir Tahun

Layanan penyewaan modem Wi-Fi Passpod (PT Yelooo Integra Datanet) mengumumkan rencana untuk melantai ke Bursa Efek Indonesia yang diharapkan bisa terlaksana sebelum akhir tahun ini. Sebagai langkah awal, Passpod telah menggelar mini expose secara tertutup pada hari Kamis (23/8). Diharapkan IPO ini bisa menggalang dana bagi perusahaan hingga 40 miliar Rupiah.

Masuknya Passpod ke lantai bursa akan menandai semakin banyaknya perusahaan berbasis teknologi yang go public. Sebelumnya tercatat Kioson, M Cash, dan NFC Indonesia yang telah menjual sahamnya ke publik sejak akhir tahun lalu.

Passpod sendiri merupakan perusahaan rintisan binaan IDX Incubator, sebuah usaha BEI untuk mendorong lebih banyak startup untuk masuk bursa. Sebelum IPO, Passpod beroperasi secara bootstrap dan belum pernah mencari pendanaan dari VC. Dana yang diperoleh rencananya diperuntukkan untuk pengembangan bisnis dan teknologi.

Sebagai layanan penyewaan modem Wi-Fi, Passpod memberikan akses modem 4G ke 68 negara tujuan (outbound). Di Indonesia, pemain serupa Passpod yang turut mewarnai industri pariwisata adalah Wi2Fly dan JavaMifi.

Passpod mengklaim sebagai satu-satunya layanan di segmen ini yang telah memperoleh sertifikasi TKDN dan Postel A/B. Passpod juga sepanjang tahun ini telah bermitra dengan Blibli, Alfamart, dan Garuda Indonesia untuk kemudahan penyewaan dan pengembalian modem.

Selain bisnis penyewaan modem, Passpod telah merambah sektor travel yang lebih luas dengan mengembangkan aplikasi yang tak hanya mempermudah proses pemesanan modem, tetapi juga memberikan informasi dan kemudahan pembelian tiket atraksi secara online di lokasi tujuan wisata.

 “Saat ini kami optimis dengan kondisi finansial yang sehat dan stabil Passpod bisa menjadi salah satu emiten pilihan investor ritel di Indonesia. Terlebih, sejak berdirinya Passpod, jumlah pelanggan naik sebesar 700 persen atau total 58.500 pelanggan per Juni 2018,” ujar CEO Passpod Hiro Whardana.

Application Information Will Show Up Here

“Digital Exchange Hub” NFC Indonesia Siap “Go Public”, Targetkan Raup Dana Segar Hingga Rp333,3 Miliar

NFC Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang digital exchange hub, menargetkan dapat meraup dana antara Rp250 miliar sampai 333,3 miliar dari rencana melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juli 2018 mendatang. NFC akan menjadi perusahaan digital ketiga yang melantai dan tercatat sebagai perusahaan terbuka di Indonesia.

Besaran dana segar yang diharapkan dapat diraup perseroan setara dengan 25% saham baru yang dilepas dari modal disetor. Harga per sahamnya berkisar antara Rp1.500 sampai Rp2.000 per saham. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk modal kerja (60%), beragam investasi digital termasuk perkembangan TI (30%), dan investasi pada sumber daya manusia (10%).

Perseroan menunjuk Kresna Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi saham. Tak hanya itu, perseroan juga telah mempersiapkan anchor investor untuk membeli saham NFC Indonesia yang berasal dari dalam dan luar negeri. Hanya saja, perseroan memberi porsi yang lebih besar untuk investor lokal (60%) ketimbang asing (40%).

“Kami menempatkan IPO sebagai strategi awal untuk mempercepat perkembangan usaha perseroan menjadi digital exchange hub terbesar di Indonesia. Bertujuan agar perseroan dapat berperan penting dalam keseharian gaya hidup masyarakat Indonesia yang tech-savvy,” ucap Presiden Direktur NFC Abraham Theofilus, Jumat (8/6).

Masa book building akan dimulai efektif pada hari ini sampai 22 Juni 2018. Sementara jadwal listing di BEI rencananya akan diselenggarakan pada 10 Juli 2018.

NFC Indonesia merupakan anak usaha M Cash Integrasi dengan kepemilikan saham 25%. Pemilik saham lainnya termasuk Kresna Jubileum Indonesia (35%), Nusantara Teknologi Perkasa (25%), Kresna Graha Investama (10%), dan 1 Inti Dot Com (10%).

Unit usaha NFC Indonesia

Menurut laporan keuangannya, NFC sudah mencatatkan pendapatan sebesar Rp95,55 miliar pada 2017 atau tumbuh 119,63% bila dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat sebesar Rp65 miliar, melonjak dibanding dua tahun sebelumnya yang mencatat kerugian sebesar Rp224 miliar.

Bisnis NFC selama ini dikontribusikan NFCXC, sebuah marketplace pulsa real time untuk usaha digital. Perseroan juga baru mengembangkan layanan OTT OONA TV untuk usaha media dan hiburan.

Sebagai digital exchange hub, NFC memanfaatkan API untuk menghubungkan perseroan dan mengoperasikan big data dari berbagai lini usaha. Abraham menerangkan NFCXC merupakan solusi real time untuk mengatasi masalah distribusi pulsa di pasar tradisional.

Saat ini distribusi pulsa seringkali mengalami ketimpangan antara ketersediaan pasokan dengan jumlah permintaan di pasar. Ini dikarenakan mekanisme distribusi yang bersifat mingguan dan berbasis wilayah. Diharapkan kehadiran NFCXC membuat likuiditas pulsa di pasar akan terjamin.

“NFCXC juga membuka akses bagi seluruh agen dan dealer untuk mendapatkan informasi harga pulsa secara transparan. Sebagai salah satu upaya untuk menegaskan posisi kami di industri ini, NFCXC akan berperan sebagai pelopor di pasar digital yang menyediakan solusi guna memperbaiki inefisiensi di pasar pulsa tradisional Indonesia.”

Ke depannya, NFC akan menambah unit bisnis digital lainnya agar semakin lengkap dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ada sejumlah unit bisnis yang akan dirilis perseroan, seperti bursa iklan digital, bursa platform komunikasi, bursa digital, dan sistem pembayaran.

M17 Tunda IPO di Bursa Saham New York

M17, perusahaan hasil merger layanan kencan online Paktor dan layanan live streaming 17, menunda IPO-nya di Bursa Saham New York (NYSE). Belum jelas alasan mengapa IPO-nya ditunda, tetapi hingga tulisan ini diturunkan belum ada pergerakan saham YQ yang ditetapkan dengan harga awal $8 per lembar.

Di Indonesia Paktor menjadi salah satu layanan kencan online terdepan sebagai alternatif Tinder. Menurut data Oktober 2017, dari hampir 20 juta pengguna Paktor, sekitar 3,5 juta di antaranya adalah pengguna di Indonesia dengan rasio pengguna laki-laki dan perempuan yang relatif seimbang.

Untuk layanan live streaming dan hiburan, 17 mendapatkan persaingan keras dari Bigo dan Tik Tok.

Tahun 2018 menjadi tahun yang bergejolak bagi bisnis M17. Di satu sisi mereka mencatatkan pertumbuhan penerimaan yang baik. Meskipun demikian, nilainya belum bisa menutupi kerugian perusahaan yang besar. Kedua perusahaan, sebelum merger, telah memperoleh pendanaan puluhan juta dollar dari para investor, termasuk MNC Group Indonesia. Saat ini valuasi pasar M17 disebut mencapai $608 juta.

Meskipun pendapatan terus naik, tapi kerugian terus bertambah. Sumber: Simply Wall St
Meskipun pendapatan terus naik, tapi kerugian terus bertambah. Sumber: Simply Wall St

Dilansir dari TechCrunch, di tiga bulan pertama 2018 M17 telah mencatat kerugian $24,8 juta, padahal menurut keterbukaannya perusahaan hanya memiliki $31,4 juta dalam bentuk tunai atau ekuivalennya.

Tanpa IPO, yang berharap meraup dana segar $115 juta, sulit membayangkan kelangsungan hidup M17 hingga akhir tahun. Roadshow yang dilakukan untuk mempromosikan penggalangan dana melalui IPO ini disebutkan hanya berhasil mengamankan sekitar $60 juta yang berarti sekitar separuh dari target awal.

Mencari dana segar

IPO menjadi salah satu cara perusahaan, termasuk startup teknologi, untuk mencari dana segar, baik untuk ekspansi perusahaan maupun exit para investor awal. Di Indonesia tahun lalu sudah ada kisah dua startup teknologi yang berhasil melakukan IPO, yaitu Kioson dan MCash. Sampai hari ini, saham keduanya masih diperdagangkan di atas harga penetapan awal, artinya kepercayaan investor masih cukup baik. Tahun ini diperkirakan akan ada beberapa startup teknologi yang mencoba peruntungannya di lantai bursa.

Tentu saja go public tidak selalu berujung manis. Kisah Zynga dan Groupon, yang bahkan hingga hari ini belum bisa kembali ke harga awal saat listing, bisa menjadi pelajaran bagaimana hype sesaat tidak menjamin kesuksesan terus-menerus bisa tidak dibarengi dengan fundamental model bisnis yang solid.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here