GO-JEK Segera Resmikan Operasional di Vietnam

GO-JEK dikabarkan segera meresmikan kehadirannya di Vietnam bulan Juli 2018 ini. Hadirnya GO-JEK ke pasar Vietnam akan menantang dominasi Grab. Pasca menyerahnya Uber, Grab praktis tanpa saingan di negara-negara Asia Tenggara selain Indonesia.

Di fase awal, GO-JEK akan fokus pada strategi akuisisi mitra. Salah satunya dengan menghilangkan komisi 20 persen yang biasanya dikenakan pada pengemudi. Dinilai ini akan menjadi strategi yang apik, pasalnya pesaingnya Grab mengenakan komisi 28 persen ke mitra.

Vietnam adalah eksekusi pertama dari rencana ekspansi, selanjutnya akan ada Singapura dan Filipina. Sementara di wilayah tersebut sudah menjadi basis operasi layanan Grab (dan Uber yang kini sudah diakuisisi bisnisnya di Asia Tenggara oleh Grab).

Pasca akuisisi Uber Asia Tenggara, Grab kini mendominasi industri di berbagai negara. Menurut hasil survei yang dilakukan Financial Times, porsi layanan Grab cukup kuat di tiap negara di Asia Tenggara. Hanya di Indonesia populasinya lebih didominasi oleh GO-JEK, itu pun masih dalam tahap persaingan yang dinamis.

Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT
Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT

Menurut beberapa pemberitaan lokal di Vietnam, kehadiran GO-JEK cukup disambut baik, pun demikian dari sisi regulasi. Pasalnya Grab telah begitu mendominasi pasar transportasi di wilayah tersebut. Penyelidikan otoritas setempat juga mengindikasi adanya pelanggaran undang-undang terkait persaingan usaha pasca akuisisi Uber.

Peran GO-PAY?

Belum ada kabar pasti soal memboyong layanan yang diusung PT Dompet Anak Bangsa (GO-PAY). Namun bisa dipastikan bahwa sistem pembayaran akan menjadi peta jalan produk GO-JEK di tiap negara. Sejak tahun Januari 2017, pemerintah Vietnam sudah mulai menyusun regulasi untuk mempertegas aturan soal e-money dan mata uang virtual. Kerangka kerjanya kini ada di bawah naungan State Bank of Vietnam (SBV) –sama seperti peran Bank Indonesia (BI) di sini.

Application Information Will Show Up Here

GrabShopID is Now Selling Grab Vouchers

Grab is adding a new business line by making a microsite for Grab vouchers, GrabShopID. It was launched on March 25, 2018, and now available for all Indonesia’s customers.

GrabShopID is managed by Grab Indonesia’s Business Development team. It provides variant nominals, start from Rp10,000 to Rp1,000,000. Vouchers are valid for three months after the date of issue.

It’s formed to be a solution for customers from any classes, including retails and corporates. They can purchase vouchers as gifts for the third party. GrabGift can be used for certain events, loyalty programs, and many more.

“Our focus is to create the best user experience. The launching of GrabGift [GrabShopID] is our commitment to being innovative to provide users with the best services possible. The microsite intends to facilitate public in getting Grab’s discount voucher, whether for their own use or as a gift for others,” Mediko Azwar, Grab Indonesia’s Marketing Director, said.

He explained that Grab is trying to learn the local problems in their operational countries. It is said to have a local team that aware of the problems thoroughly and prepare the solution. With six R&Ds in all over the world, including Indonesia, Grab has brought its best talents to support local products.

“Our current focus is to provide the best services and user experience in this country, from the Western side to the East of Indonesia.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GrabShopID Layani Penjualan Voucher Grab

Grab kembali menambah lini bisnisnya dengan membuat microsite untuk membeli voucher Grab, GrabShopID. Diluncurkan pada 25 Maret 2018 silam, GrabShopID sudah bisa digunakan oleh seluruh pengguna Grab Indonesia.

GrabShopID dikelola oleh tim Business Development Grab Indonesia. GrabShopID menyediakan nominal voucher yang bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp1.000.000. Sedangkan masa berlaku kode voucher berlaku tiga bulan sejak diterbitkan.

GrabShopID disiapkan untuk menjadi solusi yang bisa digunakan pengguna berbagai kalangan, termasuk ritel dan korporat. Mereka dapat membeli voucher dan menghadiahkannya ke pihak ketiga. GrabGift bisa digunakan untuk keperluan acara khusus, program loyalitas, dan lain-lain.

“Fokus kami adalah terus menciptakan pengalaman terbaik kepada para pengguna kami. Peluncuran GrabGift [GrabShopID] merupakan wujud dari komitmen kami untuk terus berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna. Microsite ini dapat memudahkan masyarakat dalam memperoleh voucher potongan perjalanan Grab, baik untuk digunakan sendiri maupun diberikan kepada pihak lain,” terang Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Mediko menjelaskan, Grab mencoba mengetahui permasalahan lokal di setiap negara tempat mereka beroperasi. Grab disebut memiliki tim lokal yang mengetahui masalah secara menyeluruh dan bersiap memberikan solusinya. Dengan enam pusat R&D yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Grab membawa talenta terbaik untuk mendukung produk lokal.

“Fokus kami saat ini adalah menyediakan pelayanan serta pengalaman yang terbaik bagi seluruh pengguna di tanah air, mulai dari provinsi paling Barat hingga Timur Indonesia,” lanjut Mediko.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Rexona Hadirkan Layanan GrabGerak untuk Penyandang Disabilitas

Grab memperkenalkan GrabGerak bekerja sama dengan Rexona, salah satu produsen deodoran kenamaan. GrabGerak adalah sebuah solusi untuk mendukung mobilitas para penyandang disabilitas. Grab juga disebutkan menjalin kerja sama dengan KitaBisa untuk mendukung DifaBike, layanan transportasi khusus penyandang disabilitas.

Rexona sendiri lebih dulu mengembangkan aplikasi Gerak, sebuah asisten mobilitas suara bagi penyandang disabilitas di Indonesia. Melalui aplikasi mobile ini pengguna hanya cukup berbicara atau chatting, selanjutnya penyandang disabilitas dapat menemukan tempat-tempat ramah disabilitas. Kemudian disempurnakan bersama Grab dalam GrabGerak, menjadi layanan transportasi online dari yang bisa mengantarkan mereka ke tempat-tempat tersebut.

“Mobilitas dan aksesibilitas bukanlah sebuah keistimewaan, namun hak dasar setiap manusia. Kepercayaan inilah yang mendasari konsep dari inisiatif kami. Sebagai platform transportasi terkemuka di Asia Tenggara, inisiatif ini merupakah langkah alamiah bagi kami untuk menjangkau lebih jauh dari apa yang pasar lakukan,” terang Marketing Director of Grab Indonesia Mediko Azwar.

Inisiatif GrabGerak ini meliputi armada Grab dengan stiker khusus untuk membantu para penyandang disabilitas. Saat ini, dalam masa uji coba total ada 118 armada di wilayah Jabodetabek yang siap melayani. Mitra pengemudi juga sudah mendapatkan sertifikasi sehingga memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk membuat pengguna disablititas tetap merasa aman dan nyaman.

“Ini adalah awal bagi perusahaan kami untuk melayani seluruh demografi pelanggan di Asia Tenggara dengan sepenuhnya. Kami akan terus mencari peluang dan meningkatkan layanan kami sehingga semua orang, terlepas latar belakang dan kondisi fisiknya dapat menikmati layanan transportasi terbaik dan meraih aspirasi hidupnya,” tutup Mediko.

Application Information Will Show Up Here

 

Cerita-cerita Penerapan Strategi “Growth Hacking”

Setiap startup punya jalan sendiri-sendiri untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada template yang langsung cocok digunakan untuk semua jenis startup. Semua langkah dan keputusan yang diambil menyesuaikan kondisi startup masing-masing. Dalam strategi growth hacking, langkah penerapan boleh sama, namun data dan eksekusi selalu mengikuti apa yang terjadi di lapangan.

Berikut beberapa cerita tentang growth hacking oleh beberapa startup yang dihimpun dari berbagai sumber.

Grab

Saat ini Grab menjadi satu dari dua layanan on demand transportasi yang mendominasi di Indonesia. Kiprahnya juga tak kalah moncer di Asia Tenggara. Pertumbuhan Grab dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya soal investasi yang didapat dari para investornya, tetapi juga kerja keras untuk menghadirkan sebuah layanan yang diminati pengguna.

Grab percaya bahwa semangat dalam mengejar pertumbuhan adalah “mengganggu atau terganggu”. Sejak startup mulai muncul, istilah distruptor memang melekat pada startup teknologi yang menganggu dominasi layanan konvensional. Grab menaruh semangat sebagai “penganggu” sebagai sebuah DNA untuk terus berkembang. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, tepatnya di Indonesia, Grab masih harus “menganggu” pesaing mereka yang paling kuat, GO-JEK.

Dalam sebuah tulisan, Grab menyebutkan menerapkan growth loop untuk mendapatkan pelanggan di seluruh wilayah operasi mereka. Sebuah pola perulangan untuk terus meningkatkan pengguna.

Jenis growth loop yang digunakan Grab adalah:

  • Akuisisi. Secara Aktif mengakuisisi pengguna yang tepat melalui segmentasi kebutuhan atau yang bisa diamati.
  • Mengaktivasi pengguna untuk mengubah perilaku melalui insentif.
  • Meningkatkan engagement pengguna. Ini seperti siklus pengguna, menjaganya dengan meningkatkan keterlibatan.
  • Mendorong atau mengusahakan viralitas di seluruh sistem untuk mendapatkan peningkatan yang diinginkan.

Yang dilakukan Grab terlihat sederhana, tetapi ketersediaan data, kondisi lapangan, strategi dapat dikombinasikan untuk membaca kebutuhan pengguna di sana.

Grab menyebutkan bahwa pihaknya tidak menempatkan tim growth hacking di bawah divisi marketing. Mereka menerapkannya di bagian engineering untuk mempermudah melakukan eksperimen, A/B testing, dan menerapkannya di pasar yang berbeda secara berkelanjutan.

“Sebagai bisnis berbasis data, kami berfokus pada cara terbaik kami mendefinisikan eksperimen yang sukses. Memiliki sebuah sumber terpercaya untuk memprioritaskan dan mengevaluasi eksperimen kami memastikan bahwa kami dapat bergerak dengan cepat dan konsisten,” tulis pihak Grab.

Ada banyak fitur yang akhirnya lahir dari tim growth hacking. Semua juga disesuaikan dengan pasar masing-masing. Sebagai perusahaan yang bergerak di sejumlah negara yang berbeda, pemahaman terhadap pengguna di satu negara sangat penting.

Duolingo

Duolingo adalah salah satu aplikasi yang pamornya cukup melejit dalam satu tahun terakhir di Google Play. Posisinya sebagai aplikasi untuk belajar bahasa asing membuat mereka harus mencari cara yang berbeda dan unik. Duolingo bisa dibilang cukup berhasil untuk saat ini karena telah menembus angka 150 juta untuk pengguna. Di balik pertumbuhan ini, ada seorang Gina Gotthild, VP of Growth & Marketing Dulingo, yang disebut-sebut memegang peran penting dalam “ledakan” pertumbuhan Duolingo. Seperti diungkapkan melalui blog GrowthHackers, Gina membagikan beberapa poin penting mengenai pertumbuhan yang didapat Duolingo.

Menyiapkan tim kolaboratif

Duolingo sadar bahwa ide bisa berasal dari mana saja. Untuk itu mereka sangat menghargai ide dari siapapun. Proses prekrutan karyawan pun cukup selektif. Disebutkan mereka hanya mempekerjakan kandidat dengan label A+ yang sesuai dengan kebutuhan tim. Diharapkan mereka-mereka ini mampu memberikan masukan ke dalam tim tanpa takut kehilangan pekerjaan mereka.

Duolingo memiliki tim khusus untuk mempercepat pertumbuhan. Gina memimpin langsung empat orang engineer untuk beberapa proyek, seperti SEO, perubahan produk Android, perubahan produk iOS dan email atau pemberitahuan. Selain itu Gina juga membawahi dua desainer paruh waktu, pegawai untuk copywriting, public relation dan satu project manager. Semua elemen bekerja sama satu sama lain untuk target dan deadline yang ditentukan.

Fokus pada product-market fit sebelum tumbuh

Tumbuhan membutuhkan akar yang kuat untuk bisa tumbuh berkembang ke atas. Itulah hal yang dipahami betul oleh Duolingo. Sebelum merencanakan pertumbuhan, Duolingo bekerja keras untuk membangun sebuah produk yang solid yang diharapkan oleh pengguna.

Gina percaya bahwa upaya pemasaran akan jauh lebih efektif setelah produk dibangun dengan bagus. Semua orang di Duolingo menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk membuat produk yang lebih baik melalui A/B testing. Mereka mengukur semua metrik dan menindaklanjuti di hari berikutnya.

Retensi sangat penting

Bagi Gina dan Duolingo, Anda bisa memaksa orang mengunakan produk atau aplikasi, tetapi untuk menjaganya butuh upaya membangun produk dan mengoptimalkan retensi. Retensi akan menjadi fokus ketika berbicara mengenai pertumbuhan.

Bukalapak

Bukalapak saat ini menjadi salah satu pemain e-commerce top di Indonesia. Mereka tidak henti-hentinya berinovasi dari segi produk dan terus meningkatkan layanan mereka. Beberapa layanan baru yang mereka kenalkan dalam dua tahun terakhir antara lain BukaMobil, BukaEmas, hingga BukaReksa. Semuanya tidak hadir begitu saja. Ada proses pengukuran kebutuhan di sana.

Di kanal Youtube Bukalapak, beberapa video memaparkan bagaimana Bukalapak mengelola tim untuk mendapatkan pertumbuhan. Di sebuah video fire chat dengan Willix Halim, COO Bukalapak, ia memaparkan bahwa Bukalapak memiliki beberapa squad, sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki peran yang berbeda, mulai dari engineer hingga project manager yang bertanggung jawab dengan north star metrics masing-masing.

Squad tersebut akan menjalankan kelompoknya sendiri untuk mencapai target masing-masing tentu dengan proses yang hampir serupa dengan banyak startup sukses di luar sana, menganalisis data, melakukan perubahan, menjalankan A/B testing, mengimplementasi dan melakukan semua proses ini secara berulang.

Dalam sesi yang sama, Willix memberikan saran kepada startup yang di tahap awal dan ingin mendapat pertumbuhan. Satu poin yang ditekankan adalah mengatur prioritas dan fokus. Setelah menghasilkan MVP (Minimum Viable Product), fokus selanjutnya adalah akuisisi pengguna.

Setelah berhasil mendapatkan sejumlah pengguna, misalnya 100 ribu pengguna pertama, lakukan langkah selanjutnya. Melihat data lebih dekat dan lebih detail. Cari tahu aspek-aspek apa yang membuat mereka tertarik, apa yang membuat mereka bertahan dan apa yang membuat mereka pergi.


Sumber : Grab, GrowthHackers, Bukalapak

Go-Jek Makin Agresif Demi Muluskan Rencana Ekspansi Asia Tenggara

Go-Jek makin santer diberitakan berbagai media asing terkait rencana ekspansi pasca hengkangnya Uber dari pasar Asia Tenggara. Go-Jek bisa dibilang sebagai pihak yang penting untuk mencegah monopoli Grab di pasar ini.

Kabar terbaru menyebut saat ini Go-Jek sedang berdiskusi tahap awal dengan operator taksi Singapura ComfortDelGro dan hari ini (24/4) bertemu dengan regulator transportasi Filipina (LTFRB).

Dikutip dari TechCrunch, awalnya Singapura belum masuk ke dalam daftar negara yang bakal dibidik Go-Jek, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Namun menurut sumbernya, Go-Jek tengah berdiskusi dengan operator taksi ComfortDelGro untuk layanan Go-Car.

Memilih ComfortDelGro dinilai sebagai strategi yang tepat ketimbang Go-Jek harus bangun bisnis dari awal. Disebutkan ComfortDelGro memiliki 15 ribu unit taksi yang beredar. ComfortDelGro sebelumnya adalah mitra Uber.

Go-Jek telah memiliki kantor di Singapura namun masih fokus sebagai business hub.

Disebut ada kebutuhan dari sisi pengemudi taksi yang merasa kurang nyaman lantaran hanya ada Grab sebagai opsi ride hailing yang tersedia. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Go-Jek.

Pihak Go-Jek juga pada hari ini (24/4) bertemu dengan regulator bidang transportasi Filipina untuk membahas bagaimana perusahaan transportasi online dapat beroperasi di sana.

“Mereka ingin memperkenalkan diri secara pribadi dan mungkin mereka akan meminta persyaratan [untuk akreditasi perusahaan jaringan transportasi (TNC)]. Kami akan mendengarkan apa yang mereka tawarkan,” kata Anggota dewan bidang transportasi Aileen Lizada dikutip dari Rappler.

Dalam prosesnya, perusahaan yang sudah memiliki akreditasi TNC diharuskan menyediakan layanan transportasi dengan aplikasi berbasis internet atau platform digital dan menghubungkan penumpang dengan pengemudi menggunakan kendaraan pribadi mereka.

Ramainya pemain ride hailing di Filipina

Selain Go-Jek, menurut Lizada, ada dua pemain lokal lainnya yang sudah menunjukkan niatannya untuk beroperasi sebagai TNC, yakni platform taxi hailing dari Cebu MiCab dan pemain ride hailing baru Owto. Pemain lainnya, Hiro Transport System Inc dikabarkan segera memperoleh akreditasi TNC.

“Owto dan MiCab mengajukan sebagai TNC, sementara U-Hop dan Grab untuk pembaruan akreditasi.”

Sebelumnya, regulator telah memberikan akreditasi TNC untuk GoLag Incorporated, Hirna Mobility Solutions Incorporated, dan Hype Transport Systems Incorporated.

Regulator di negara tersebut membatasi jumlah kendaraan ride sharing hanya 65 ribu berlaku untuk semua pemain aplikasi dan bakal meninjau setiap tiga bulan sekali.

“Akreditasi TNC baru merupakan perkembangan kami sambut baik demi memungkinkan penumpang memiliki lebih banyak pilihan. Kami mencatat, bagaimanapun TNC yang masuk dibiarkan hanya memiliki 7% pangsa di pasar,” kata perwakilan dari Komisi Persaingan Filipina (PCC).

Grab Financial Resmi Diluncurkan di Indonesia, Bagian Inisiatif Pasca Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

Grab Indonesia merilis pengumuman resmi seputar langkah selanjutnya yang akan dilakukan pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara per 26 Maret lalu. Secara umum akan dilakukan penguatan layanan yang telah ada memanfaatkan aset yang sebelumnya dimiliki Uber. Satu hal yang baru ialah peresmian program Grab Financial di Indonesia.

Grab Financial merupakan program ekonomi digital yang mencakup mobile payment, micro-financing, asuransi, dan layanan keuangan lainnya. Fitur teranyar Grab Indonesia ini menargetkan penciptaan peluang pendapatan bagi 100 juta wirausaha mikro di Indonesia hingga 2020 kelak. Di Singapura, Grab Financial sebenarnya sudah diluncurkan sejak pertengahan Maret lalu.

Head of GrabPay Jason Thompson dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa visi utama Grab Financial memperluas inklusi keuangan bagi masyarakat di Asia Tenggara, khususnya untuk unbankable society.

Di sisi fitur ada beberapa model yang coba disuguhkan dalam Grab Financial. Pertama adalah layanan pembayaran, untuk membantu masyarakat melakukan pembayaran berbagai kebutuhan. Kedua ialah program reward and loyalty yang didesain agar menciptakan konsumen loyal di layanan finansial tersebut. Sistem keagenan diaplikasikan dalam distribusi layanan Grab Financial.

Untuk operasional bisnis di Indonesia, Grab Financial tetap memanfaatkan kemitraan strategis bersama anak usaha Lippo Group, dalam hal ini OVOm karena adanya kebutuhan penggunaan lisensi e-money dari Bank Indonesia yang belum bisa didapat Grab atau mitra bisnis lainnya.

Selain itu kemitraan yang dimiliki bersama Kudo dan PayTren diharapkan dapat mendukung persebaran (agen) layanan GrabFinancial. Untuk mendukung pembiayaan, secara khusus Grab Financial Services Asia juga telah menggandeng perusahaan asal Jepang Credit Saison. Untuk layanan asuransi, Grab telah bermitra dengan perusahaan asuransi Chubb.

“Dalam jangka panjang, kami memiliki ambisi yang lebih besar lagi. Grab akan menjadi mobile platform online to offline (O2O) nomor satu. Bagi masyarakat Indonesia, kami hadir di sini untuk ikut mengatasi berbagai tantangan terbesar, seperti kemacetan, inklusi keuangan, dan peningkatan penghasilan keluarga,” ujar Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Untuk terus menumbuhkan pelayanan Grab Financial, perluasan layanan akan terus digenjot, termasuk memanfaatkan 75% dari seluruh mitra pengemudi Uber di Indonesia yang telah bergabung ke Grab.

Application Information Will Show Up Here

Grab Nonaktifkan Fitur GrabHitch Bike (UPDATED)

Grab mengeluarkan pengumuman resmi mengenai penghentian layanan GrabHitch Bike. Layanan tersebut dinonaktifkan mulai tanggal 20 April 2018. Mereka yang aktif menggunakan layanan tersebut diminta untuk segera menarik dana atau cash out karena pihak Grab menentukan batas akhir sampai tanggal 9 April 2018.

GrabHitch Bike adalah satu dari banyak pilihan jenis layanan transportasi yang disuguhkan Grab, memungkinkan pengguna untuk nebeng motor mereka yang ingin pergi ke tujuan yang sama. Dengan layanan nebeng ini diharapkan pengguna bisa mendapatkan tarif yang lebih murah.

Layanan nebeng yang ditawarkan Grab tidak hanya untuk sepeda motor saja, tetapi juga nebeng mobil. Dalam pengumuman Grab, yang dinonaktifkan hanya GrabHitch Bike, tidak untuk GrabHitch Car.

Sampai berita ini ditulis kami masih belum mendapatkan konfirmasi dari pihak Grab mengenai alasan penonaktifkan layanan GrabHitch Bike. Besar kemungkinan karena layanan ini sudah sepi peminat, GrabHitch Bike masih kalah pamor dengan Grab Bike maupun Grab Car.

GrabHitch adalah salah satu inovasi yang dibawa Grab ke Indonesia untuk membantu mereka bersaing di industri transportasi online tanah air. Pesaing mereka satu-satunya, Go-Jek, tidak memiliki bentuk layanan nebeng, sehingga itu bisa menjadi pembeda.

Update : Pihak Grab mengkonfirmasi bahwa layanan GrabHitch Bike dihentikan karena masuk dalam tahan evaluasi.

“Saat ini, layanan GrabHitch Bike tengah dalam tahap evaluasi guna menambahkan serangkaian pembaruan teknologi sehingga tidak dapat dinikmati oleh pengguna di Jakarta dan Bandung selama proses tersebut berlangsung. Layanan Grab lainnya tetap berfungsi seperti biasa. Kami berterima kasih atas dukungan dan kesetiaan para pengguna dan ingin kembali menekankan kepada para mitra pengemudi dan penumpang kami bahwa Grab berkomitmen untuk senantiasa berinovasi guna memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat Indonesia, serta menyediakan serangkaian produk dan layanan untuk membantu upaya pemerintah menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan lokal,” kata Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Go-Jek Diminta Jadi Perusahaan Transportasi

Polemik transportasi online di Indonesia tak kunjung selesai. Jika kali pertama booming di Indonesia mereka didemo pengemudi taksi konvensional, kini mereka didemo mitra pengemudi sendiri. Salah satu tuntutannya adalah untuk menaikkan tarif transportasi ojek online yang dinilai terlalu rendah (Rp.1.600 per km). Dari demo dan mediasi yang berlangsung beberapa waktu lalu, pemerintah meminta Grab dan Go-Jek terdaftar sebagai perusahaan transportasi.

Demo yang dilakukan para driver ojek online atau juga Aliansi Nasional Driver Online (Aliando) beberapa waktu lalu secara umum menuntut kenaikan tarif untuk meningkatkan kesejahteraan para pengemui ojek online. Di dalamnya ada beberapa poin seperti revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 108 Tahun 2017 dan juga meminta Go-Jek dan Grab untuk menjadi perusahaan transportasi. Harga dan kesejahteraan adalah dua poin yang disoroti.

Sekretaris Jendral Kemenhub Sugihardjo, seperti dikutip dari Kontan, menyampaikan bahwa ada dua alasan mengapa kajian perubahaan dari aplikator dan menjadi perusahaan transportasi dipilih sebagai jalan tengah permasalahan. Pertama ia menilai bahwa layanan on-demand tersebut merupakan pemberi upah para pengemudi.

Kedua, terkait dengan operasional, pengemudi tidak bisa menentukan penumpang yang dipilih atau dengan kata lain penumpang ditentukan oleh aplikator. Hal ini menegaskan Go-Jek dan Grab tidak lagi bisa disebut sebagai aplikator tetapi sebagai perusahaan transportasi berbasis aplikasi.

Secara terpisah terpisah, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan keputusan untuk meminta Go-Jek dan Grab menjadi perusahaan transportasi diambil atas wewenang dua menteri terkait, yakni Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

“Tadi sudah bersepakat, aplikator itu dijadikan perusahaan jasa angkutan, di samping [juga sebagai] aplikator,” kata Moeldoko, Rabu 28 Maret silam seperti dikutip dari Tempo.

Uber baru saja menarik diri dan “menyerahkan” operasionalnya di Asia Tenggara di Grab. Kondisi ini secara langsung berdampak pada persaingan di Indonesia. Dengan persaingan mengerucut ke dua kubu, Grab dan Go-Jek, persaingan siapa yang bakal merebut kue terbesar bakal semakin ketat.

Saat ini persaingan keduanya tidak hanya soal transportasi perorangan, tetapi juga pengantaran makanan, pengantaran barang, dan jasa finansial.

Menanggapi hal ini Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyampaikan bahwa penambahan status Grab menjadi perusahaan transportasi masih dalam tahap kajian. Persoalan tarif pun ditentukan secara internal.

“Pendapatan [pengemudi] tak hanya berdasarkan tarif, ada juga volume, yang menentukan adalah unsur penumpang, pengemudi, dan kompetisi,” terang Ridzki.

 

 

Grab is Now Available at All DAMRI Stations

Damri, Grab, and OVO have agreed to create a connectivity platform in all DAMRI stations. This partnership is to accommodate all passengers in ordering GrabCar or GrabBike directly by visiting the official pick-up point at all DAMRI stations throughout Indonesia.

The signing between the three companies is OVO and Grab’s commitment to providing not only affordable, safe, and convenient transportation solution, but also cashless payment for DAMRI customers in particular. It will be Grab’s next breakthrough after becoming the official transport at several airports.

“Over this strategic partnership with Grab [OVO included] we expect to broaden access towards different kinds of transport for DAMRI customers and public as part of our effort to provide faster, easier service and cashless payment,” Tatan Rustandi, DAMRI’s Director of Commercial and Business Development, explained.

He also added that the company will make an effort to support the existing transportation system in Indonesia. He expects DAMRI to be a good example for online-based transportation and cashless payment at Indonesia’s public facility.

Grab Indonesia’s Managing Director Ridzki Kramadibrata said the partnership with DAMRI will provide access to various kinds of first and last mile transportations for DAMRI customers.

“With customer base in eight Southeast Asia’s countries and has been downloaded over 90 million times, we notice the Grab’s presence in DAMRI stations will be able to support DAMRI’s purpose in providing easier access to its customers, either local or overseas tourists,” he explained.

In addition, Grab will also help the customers to book a trip through their agents. Grab members can also exchange GrabReward points to get DAMRI pass by scanning voucher code.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian