Skullcandy Venue Ialah Headphone Wireless dengan Fitur Noise Canceling

Bagi penikmat musik, brand Skullcandy tentu sudah familier di telinga Anda. Mereka dikenal karena kerap menawarkan headphone dengan harga dan kualitas yang berimbang.

Skullcandy telah meluncurkan headphone wireless terbaru yang disebut Venue. Dengan fitur unggulan berupa konektivitas Bluetooth yang dilengkapi noise canceling sehingga Anda bisa menikmati musik di mana pun lebih nyaman.

Kalau dilihat dari desainnya, tampilan perangkat ini terlihat cukup minimalis dengan logo Skullcandy di atas earcup. Venue sendiri tersedia dalam pilihan warna hitam dan putih.

1920x700_venue_storytelling5

Headband-nya dapat disesuaikan sesuai ukuran kepala pengguna. Serta, memiliki earcup berbahan memory foam yang lembut dan empuk saat menempel di telinga.

Fitur yang membedakan Venue dengan headphone wireless lain yang sudah ada di pasaran ialah dilengkapi teknologi Tile Bluetooth tracking. Artinya, Anda bisa melacak headphone ini bila lupa meletakkan atau hilang.

1920x2150_venue_storytelling4

Bagaimana dengan daya tahan baterainya? Bila fitur noise canceling aktif, maka headphone Skullcandy ini menawarkan battery life 24 jam – tapi tetap bisa digunakan dengan kabel.

Selain itu, Venue telah dilengkapi teknologi pengisian cepat – rapid charging. Di mana cukup dengan charging 10 menit, headphone bisa digunakan untuk mendengarkan musik hingga 5 jam.

Selain itu, Anda tidak perlu melepas headphone saat sedang berbicara dengan seseorang – Anda cukup mengaktifkan mode monitor dengan menekan satu tombol. Ada juga fitur activate assistant, di mana Anda dapat memberi perintah dengan suara untuk tugas tertentu.

1967_5052

Headphone tipe over-ear Skullcandy Venue ini dijual dengan harga US$179,99 atau sekitar Rp2,6 jutaan. Serta, akan tersedia pada tanggal 17 September 2018.

Sumber: Slashgear

JBL Luncurkan Seri Earphone Endurance yang Dispesialisasikan Untuk 4 Jenis Olahraga

JBL berkiprah lebih dari seabad dalam bisnis penyediaan perangkat audio. Brand ini merupakan kependekan dari nama sang pendiri, James Bullough Lansing, dan kini produknya bisa ditemukan di rumah, auditorium sampai kendaraan. Dan dengan menyebarluasnya smartphone serta populernya gaya hidup mobile, JBL kian gencar memperkaya lineup headphone ringkas dan nirkabelnya.

JBL juga bukan pemain baru dalam ranah earphone olahraga. Produk-produk ‘Sports’ mereka racik untuk mendukung kelas olahragawan berbeda, dari mulai atlet amatir hingga profesional. Dan mendeketai dimulainya Asian Games 2018, merek yang dimiliki oleh Harman International Industries itu meluncurkan empat earphone keluarga Endurace, terdiri dari Run, Sprint, Jump dan Dive.

G6

Sesuai nama masing-masing produk, keempat earphone dispesialisasikan untuk cabang olahraga berbeda. Mereka semua mempunyai fitur kedap-air dan konektivitas wireless, kecuali pada model Endurance Run. Tipe ini masih memanfaatkan sambungan kabel dengan colokan 3,5mm buat tersambung ke sumber musik.

G7

Aspek yang menjadi andalan JBL seri Endurance adalah desain ergonomis yang nyaman serta ketahanan terhadap air dan cuaca, tanpa mengorbankan performa audio. JBL berjanji, produk-produk tersebut bisa menjadi rekan sempurna ketika Anda sedang beraktivitas olah fisik. Navigasi serta pengaturan juga dirancang agar intuitif, dapat dilakukan dengan tap dan slide pada tubuh headphone.

G8

 

Endurance Run

JBL menjelaskan bahwa ada banyak pengguna yang masih memilih headphone berkoneksi kabel buat menemani mereka berlari. Dengan kabel, kita tidak perlu memikirkan baterai. Namun bagi saya, bagian paling menarik dari Endurance Run terletak pada desainnya.

G18

Pertama, JBL memanfaatkan rancangan bernama Fliphook yang memberikan fleksibiltas dalam memasang earphone: secara standar atau memposisikan kabelnya di belakang telinga kemudian memasukkan headphone dari atas. Yang kedua adalah desain TwistLock dan silikon FlexSoft. Dengan memutar bagian eartip di daun telinga, Endurance Run akan mengunci posisinya di sana tanpa membuat pemakaiannya jadi tak nyaman.

G11

Endurance Run dibekali tubuh berstruktur karet dan plastik anti-keringat (IPX5), serta ditunjang fitur hands-free jika ada panggilan telepon masuk. Lalu ketika tidak digunakan, kedua earpiece-nya bisa disatukan – menempel via magnet.

 

Endurance Sprint

Merupakan varian Endurance berkonektivitas Bluetooth paling ekonomis, namun performanya sama sekali tidak mengecewakan. Tubuhnya dirancang untuk merangkul telinga, kemudian posisinya diamankan oleh tangkai, plus kabel silikon yang menyambung kedua earpiece. Di dalam tubuhnya, JBL mencantumkan baterai yang membuatnya mampu menghidangkan musik selama delapan jam non-stop.

G16

G17

Struktur TwistLock dan FlexSoft kembali digunakan di sana. Namun yang membuat Endurance Sprint unik adalah desain pengaman MagHook. Saat tidak dipakai, magnet akan menarik modul utama ke tangkai. MagHook juga berfungsi untuk memperkuat cengkeraman earphone di telinga, dan membuatnya lebih stabil. Selanjutnya, tubuh Endurance Sprint menyimpan sensor sentuh untuk mengendalikan fungsi musik dan telepon, serta mengatur volume.

 

Endurance Jump

Jump adalah pilihan sempurna bagi Anda yang gemar melakukan beragam jenis olahraga. Wujud headphone ini hampir mirip seperti Endurance Sprint, tapi konstruksinya dibuat mencengkeram telinga, kepala, sampai leher secara lebih mantap sehingga Anda tak perlu cemas Jump akan terlepas ketika sedang bergerak lincah. Selain itu, teknologi TwistLock dan FlexSoft juga diusung lagi di sana.

G13

G12

JBL turut menyematkan baterai berdurasi delapan jam, sistem kendali berbasis sentuh dan fitur hands-free, serta memastikan Jump lulus sertifikasi tahan-air IPX7. Itu artinya, Anda bisa terus mendengarkan musik saat hujan turun, bahkan headphone bisa tetap berjalan normal setelah tercemplung ke dalam air (maksimal sedalam satu meter selama 30 menit).

 

Endurance Dive

Tapi jika Anda benar-benar mau headphone yang bisa diajak bermain air, Endurance Dive ialah pilihan paling ideal. Wujudnya identik dengan Jump, begitu pula daya tahan baterai, fitur, serta kemampuan anti-airnya. Yang membuatnya berbeda adalah dukungan memori internal berkapasitas 1GB, mampu menampung kurang lebih 200 lagu yang bisa diputar secara mandiri tanpa kehadiran smartphone/music player di dekat Anda.

G14

Beberapa smartphone high-end memang sudah dipersenjatai kapabilitas anti-air, tapi tentu saja sangat repot jika Anda harus membawa-bawanya berenang. Selain itu, ada kekhawatiran sambungan Bluetooth jadi kurang optimal di dalam air.

G15

G1

Sertifikasi IPX7 di Endurance Dive menandai ketahanan air setara Jump, namun mungkin penamaan produk ini memberikan kesan yang keliru. Perlu diketahui: Endurance Dive tidak bisa digunakan untuk menyelam, hanya buat dipakai berenang – sekali lagi maksimal di kedalaman satu meter. Saya penasaran mengapa JBL tidak menamainya ‘Endurance Swim’…

 

Ketersediaan dan harga

Keempat model earphone Endurance sudah bisa Anda miliki. Mereka telah tersedia di Indonesia, dan Anda bisa mencobanya dulu sebelum membeli dengan mengunjungi gerai-gerai resmi JBL. Saat presentasi pers digelar kemarin, JBL turut membuka experience zone di area atrium Pondok Indah Mall 2. Berikut ini adalah harga dari masing-masing produk:

  • Endurance Run: Rp 380 ribu
  • Endurance Sprint: Rp 950 ribu
  • Endurance Jump: Rp 1,3 juta
  • Endurance Dive: Rp 1,65 juta

G2

Under Armour Luncurkan Headphone Wireless Edisi The Rock

Belakangan tren headphone yang di-endorse selebriti ternama sudah tidak seramai dulu. Namun Under Armour sepertinya tertarik menghidupkan tren itu kembali melalui hasil kolaborasinya bersama Dwayne “The Rock” Johnson, mantan pegulat yang sekarang menjadi salah satu bintang terbesar Hollywood.

Mereka meluncurkan UA Sport Wireless – Project Rock Edition, headphone wireless berdesain unik yang ditujukan bagi para penggemar olahraga – atau bisa juga untuk fans berat The Rock. Ada lambang banteng khas The Rock di kedua sisi earcup, tapi yang lebih penting adalah penggunaan material non-konvensional pada headphone itu sendiri.

UA Sport Wireless - Project Rock Edition

Lapisan luar bantalan telinganya dibungkus material kain breathable yang dapat dilepas dan dicuci jika perlu, sedangkan permukaan bantalan yang menempel ke telinga beserta headband-nya dilapisi material lembut yang diyakini mampu ‘mencengkeram’ telinga beserta kepala dengan baik, mencegah headphone terlepas selagi penggunanya berlatih secara intensif.

Secara keseluruhan, desainnya tampak rugged, dan itu semakin dipertegas oleh sertifikasi IPX4. Saat sedang tidak dipakai, earcup-nya bisa dilipat ke atas demi menunjang portabilitas, dan UA pun telah membekali setiap paket penjualannya dengan sebuah hard case.

UA Sport Wireless - Project Rock Edition

Headphone-nya sendiri dibuat oleh JBL, dengan dukungan konektivitas Bluetooth 4.1, namun tidak untuk codec aptX. Yang cukup unik adalah fitur bernama Talk-Thru, di mana ketika diaktifkan, volume musik akan dikecilkan secara otomatis, lalu mikrofon berteknologi noise cancelling-nya akan menyala supaya pengguna bisa berbicara dengan orang di sekitarnya tanpa perlu melepas headphone.

Mic yang sama ini juga dapat digunakan untuk memanggil Siri atau Google Assistant. Soal baterai, perangkat bisa beroperasi sampai 16 jam dalam satu kali pengisian. Charging-nya hanya memerlukan waktu dua jam, tapi kalaupun hanya sempat dicolokkan selama 5 menit, perangkat rupanya masih bisa digunakan selama satu jam ke depan.

UA Sport Wireless - Project Rock Edition

Di Amerika Serikat, perangkat ini dijajakan seharga $250. Belum ada informasi mengenai ketersediaannya di Indonesia, yang ada barulah sepatu seri Project Rock saja.

Sumber: The Verge.

Lewat Software Update, Headphone dan Earphone Sony Kedatangan Integrasi Google Assistant

Kabar gembira bagi para pengguna Sony WH-1000XM2 dan WI-1000X, headphone dan earphone wireless bergaya neckbud itu baru saja kedatangan software update yang menghadirkan integrasi Google Assistant. Sony sebenarnya sudah menjanjikan hal ini sejak Januari lalu ketika Assistant ‘menginvasi’ CES, dan penantian konsumen akhirnya terbayarkan.

Usai di-update, Assistant bisa dipanggil dengan menekan tombol pada headphone yang sebelumnya berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan fitur noise cancelling. Mengubah fungsi tombol ini dapat dilakukan lewat aplikasi pendamping di smartphone – aplikasi yang sama yang dipakai untuk mengunduh dan meng-install software update itu tadi.

Berkat integrasi yang proper ini, pengguna jadi bisa memanggil Assistant meski ponsel yang digunakan adalah iPhone (dengan meng-install aplikasi Google Assistant terlebih dulu tentunya). Sebelum ini, pengguna sebenarnya sudah bisa mengakali, memanggil Assistant dengan menekan dan menahan tombol panggilan telepon pada headphone, namun cara ini hanya berlaku buat pengguna perangkat Android saja.

Di samping itu, integrasi semacam ini juga memungkinkan Assistant untuk membacakan notifikasi yang masuk ke ponsel, termasuk membacakan nama pengirimnya sekaligus. Kalau dengan teknik akal-akalan tadi, yang pengguna dapat hanyalah sebatas deringan notifikasi saja.

Sejauh ini baru headphone dan earphone ini saja yang kebagian jatah integrasi Google Assistant, akan tetapi Sony sudah berjanji untuk menghadirkan update yang sama buat tiga headphone lainnya, yakni h.ear on 2 WH-H900N, WH-CH900N, dan true wireless earphone WF-1000X.

Sumber: Android Police.

On-Ear atau Over-Ear? Master & Dynamic MW50+ Tawarkan Keduanya dalam Satu Kemasan

Anggap semua headphone yang dijual adalah wireless, maka ketika hendak membeli, Anda tinggal menentukan mau yang bertipe over-ear atau on-ear. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri: tipe over-ear yang membungkus telinga secara menyeluruh sering kali lebih nyaman dipakai untuk durasi yang lama, sedangkan tipe on-ear yang hanya menempel di telinga lebih superior soal portabilitas.

Ketimbang membiarkan konsumennya bingung memilih, Master & Dynamic sudah menyiapkan solusi yang sangat menarik, yakni sebuah headphone wireless bertipe siluman. Siluman maksudnya ia bisa berganti model (over-ear atau on-ear) kapan saja penggunanya mau berkat bantalan telinga yang bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Keduanya adalah headphone yang sama, hanya diganti bantalan telinganya saja / Master & Dynamic
Keduanya adalah headphone yang sama, hanya diganti bantalan telinganya saja / Master & Dynamic

Headphone bernama Master & Dynamic MW50+ ini sejatinya merupakan penerus langsung dari MW50 yang dirilis di tahun 2016. Desainnya nyaris sama persis, namun seperti yang saya bilang tadi, bantalan telinga yang tersedia ada dua jenis: satu besar yang membungkus telinga, dan satu kecil yang menempel di telinga.

Melepas dan mengganti satu tipe bantalan dengan yang lainnya begitu mudah, tanpa sekrup maupun perekat yang menyusahkan. Masing-masing bantalannya pun diisi dengan material memory foam yang empuk, serta dibalut bahan kulit yang lembut dan premium. Saat sedang tidak digunakan, earcup-nya bisa dilipat mendatar sehingga perangkat dapat disimpan dalam pouch dengan mudah.

Master & Dynamic MW50+

Di balik setiap earcup-nya tertanam driver 40 mm dengan komponen diafragma yang terbuat dari bahan Beryllium. Tingkat impedansi yang rendah (32 ohm) berarti ia bisa dipakai bersama smartphone tanpa bantuan amplifier eksternal, dan respon frekuensinya pun sangat luas di angka 5 – 30.000 Hz.

Koneksinya mengandalkan Bluetooth 4.1, atau bisa juga menggunakan kabel 3,5 mm standar jika perlu. Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan sampai 16 jam nonstop, dan charging-nya pun sudah menggunakan kabel USB-C. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan sejumlah tombol dan tuas yang terdapat di sisi bawah earcup.

Master & Dynamic MW50+

Menariknya, dengan harga $399, banderol MW50+ lebih murah dari pendahulunya saat pertama kali diluncurkan. Paket penjualannya pun sangat lengkap, mencakup case berbahan kulit untuk salah satu tipe bantalan telinga yang sedang tidak dipakai serta case untuk kabel. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: full-hitam, silver dengan aksen hitam, dan silver dengan aksen cokelat.

Sumber: Master & Dynamic via Digital Trends.

Koss Porta Pro Wireless Adalah Evolusi dari Legenda Hidup Dunia Audio

Kalau Anda mengikuti perkembangan perangkat audio, khususnya headphone, besar kemungkinan Anda pernah mendengar nama Koss Porta Pro. Ia merupakan salah satu headphone paling legendaris yang pernah ada, masih diproduksi dan cukup laris dibeli meski sudah dipasarkan sejak tahun 1984.

34 tahun sudah lamanya headphone ini berkiprah, saya bahkan kalah tua. Namun demikian, perkembangan dalam dua tahun terakhir ini – spesifiknya tren penghapusan jack headphone oleh pabrikan ponsel – pada akhirnya memaksa Porta Pro untuk berevolusi menjadi headphone wireless.

Koss Porta Pro Wireless

Porta Pro Wireless ini tidak lebih dan tidak kurang dari Porta Pro versi Bluetooth. Desain dan komponen yang digunakan sama persis, mulai dari headband logam di atas sampai ke bantalan busa tipis nan nyamannya. Yang berbeda hanyalah kehadiran Bluetooth 4.1 dengan dukungan aptX, remote control plus mikrofon, dan baterai rechargeable berkapasitas 12 jam.

Kabar baiknya lagi, tambahan tiga fitur tersebut hanya menagih konsumen $20 ekstra dibandingkan versi standarnya. Ya, dengan banderol $80, Koss Porta Pro Wireless bisa dimasukkan ke dalam kategori terjangkau, namun di saat yang sama kemampuannya telah begitu terbukti, mulai dari kenyamanan sampai kualitas suaranya.

Selain di situs Koss sendiri, Porta Pro Wireless juga dapat dibeli melalui Amazon ataupun Massdrop. Saya pribadi cukup yakin produk ini tidak butuh waktu lama untuk menarik perhatian pihak distributor di tanah air.

Sumber: The Verge dan Koss.

Anker Soundcore Naik Pangkat Jadi Sub-Brand Khusus Audio

Besar di segmen power bank, Anker sebenarnya juga sudah cukup lama menjual speaker Bluetooth bernama Soundcore. Namun baru-baru ini, Soundcore akhirnya berevolusi menjadi satu brand sendiri di bawah Anker yang berfokus pada perangkat audio. Rencananya sub-brand Zolo juga akan dilebur menjadi satu dengan Soundcore.

Soundcore pun langsung tancap gas dalam menjalani debutnya dengan beberapa headphone, earphone dan speaker wireless sekaligus. Semuanya masuk dalam kategori terjangkau dan siap dirilis dalam rentang bulan Mei – Agustus, dengan harga paling mahal $100.

Model yang termahal itu adalah Space NC, yang merupakan headphone tipe over-ear berbekal teknologi noise cancelling. Kinerjanya ditunjang oleh sepasang dynamic driver berdiameter 40 mm, daya tahan baterai hingga 20 jam (dalam posisi NC aktif), dan kontrol berbasis sentuh.

Soundcore Space NC / Anker
Soundcore Space NC / Anker

Buat konsumen yang aktif berolahraga, Soundcore punya tiga earphone Bluetooth, yaitu Spirit, Spirit Pro dan Spirit X. Ketiganya sama-sama dilapisi material yang tahan air sekaligus keringat, serta mengandalkan sistem manajemen kabel berbasis magnet.

Spirit adalah yang paling biasa, dengan daya baterai 9 jam dan banderol $40. Spirit Pro di sisi lain menawarkan driver berbahan graphene, dukungan codec aptX dan daya baterai 10 jam, dibanderol seharga $50. Terakhir, Spirit X mengemas desain hook-style, driver 10 mm, dan daya baterai 12 jam, dibanderol $40.

Selanjutnya, Soundcore juga memperkenalkan Liberty Lite (gambar paling atas). Ia pada dasarnya merupakan versi yang lebih murah dari true wireless earphone Zolo Liberty+, dengan harga cuma $69. Pun begitu, konektivitas Bluetooth 5.0 masih menjadi andalannya, demikian pula daya baterai 3,5 jam dan tambahan 12 jam dari charging case-nya.

Soundcore Flare / Anker
Soundcore Flare / Anker

Di ranah speaker, Soundcore sudah menyiapkan Flare dan Flare+. Desainnya sepintas mirip Amazon Echo, meski keduanya sama-sama bukan smart speaker. LED warna-warni menghiasi bagian dasarnya, dan secara keseluruhan bodinya tahan air dengan sertifikasi IPX7.

Perbedaan utamanya hanyalah ukuran, volume maksimal dan daya tahan baterai, di mana Flare+ yang lebih besar dapat beroperasi sampai 20 jam nonstop. Soal harga, Flare dipatok $60, sedangkan Flare+ $100.

Dalam beberapa minggu ke depan, Anker bilang bahwa akan ada lebih banyak lagi produk di bawah bendera Soundcore. Salah satunya adalah seri Infini, yang merupakan soundbar untuk televisi sekaligus speaker Bluetooth premium.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

JLab Rewind Adalah Reinkarnasi Modern Headphone Pendamping Walkman

Bagi yang lahir di tahun 80-an seperti saya, hampir pasti Anda semua pernah setidaknya tahu perangkat Walkman buatan Sony. Mereka yang pernah memilikinya besar kemungkinan juga mengenal baik headphone yang mendampinginya, yang belakangan kembali dipopulerkan oleh film Guardians of the Galaxy.

Tiba-tiba kangen dengan headphone tersebut namun barangnya sudah hilang entah ke mana? Jangan khawatir, sebab Anda bisa membeli reinkarnasi modernnya. Adalah JLab Audio yang berjasa menghidupkan kembali headphone legendaris tersebut, dan mereka menamainya JLab Rewind.

JLab Rewind

Desainnya nyaris identik dengan headphone Walkman orisinil, dengan headband tipis tanpa bantalan, sampai ke bantalan telinga berwarna oranyenya. Satu-satunya perbedaan fisik yang begitu kelihatan adalah absennya kabel pada Rewind. Yup, ia merupakan headphone Bluetooth dengan daya tahan baterai sekitar 12 jam.

Elemen modernnya tidak berhenti sampai di situ saja. Menggunakan tombol di earcup sebelah kanan, pengguna bisa memilih satu dari tiga preset equalizer yang tersedia: Signature, Balanced dan Bass Boost. Di samping itu, tombol ini juga berfungsi untuk menyala-matikan perangkat maupun mengontrol jalannya musik.

JLab Rewind

Juga menarik adalah integrasi mikrofon di dalamnya, yang berarti pengguna dapat menerima atau melakukan panggilan telepon tanpa melepasnya. Tak hanya itu, mikrofon ini juga memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan Siri maupun Google Assistant pada ponselnya masing-masing.

Bagian terbaiknya, JLab hanya menjualnya seharga $20 saja, dan ini mungkin yang menjadi alasan mengapa stoknya langsung ludes meski statusnya masih pre-order. Selain warna hitam, Rewind juga tersedia dalam varian warna putih dan biru.

Sumber: JLab.

Marshall Rilis Headphone Noise Cancelling Pertamanya, Marshall Mid ANC

Sedikit terlambat dibanding pabrikan lainnya, Marshall akhirnya mengungkap headphone noise cancelling perdananya. Dijuluki Marshall Mid ANC, headphone ini pada dasarnya merupakan iterasi lebih lanjut dari Marshall Mid Bluetooth yang dirilis di akhir tahun 2016.

Masih dibuat oleh perusahaan bernama Zound Industries (yang mendapatkan lisensi brand dari Marshall), Mid ANC mengusung gaya desain yang nyaris identik dengan Mid Bluetooth. Perbedaan yang paling mencolok hanyalah kehadiran sebuah tuas baru di earcup sebelah kanan untuk menyala-matikan fitur noise cancelling-nya.

Di samping itu, Marshall bilang bahwa engselnya telah dibenahi agar headphone bisa sedikit lebih nyaman dikenakan. Kendati demikian, perubahan ini sejatinya tidak bisa berdampak besar mengingat Mid ANC masih merupakan headphone bertipe on-ear – buat saya, headphone over-ear masih jauh lebih nyaman untuk dipakai berlama-lama.

Marshall Mid ANC

Noise cancelling-nya sendiri dipastikan jauh lebih efektif ketimbang Mid Bluetooth yang hanya menawarkan isolasi suara secara pasif. Di sini Mid ANC mengandalkan total empat mikrofon untuk memblokir suara dari luar secara aktif, menjadikannya lebih ideal digunakan di dalam kabin pesawat maupun kereta.

Menariknya, meski fitur noise cancelling ini kita nyalakan terus, Mid ANC diyakini masih bisa beroperasi sampai sekitar 20 jam penggunaan – 30 jam tanpa noise cancelling, sama seperti Mid Bluetooth. Kualitas suaranya sendiri semestinya sama seperti Mid Bluetooth, yang dibekali sepasang driver berdiameter 40 mm.

Marshall Mid ANC sekarang sudah dipasarkan seharga $269. Sepertinya kita hanya tinggal menunggu waktu sebelum Marshall merilis penerus Monitor Bluetooth yang juga dibekali fitur active noise cancelling (ANC).

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Ramaikan CES 2018 dengan Dua Headphone Bluetooth Baru

Sudah cukup lama sejak Bang & Olufsen terakhir meluncurkan headphone Bluetooth. September lalu, mereka malah ikut meramaikan tren truly wireless earphone. Namun B&O tentunya belum lupa dengan segmen headphone premium berkonektivitas wireless. Pada kenyataannya, mereka merilis dua headphone Bluetooth sekaligus di CES 2018.

Keduanya adalah Beoplay H9i dan Beoplay H8i, masing-masing merupakan suksesor dari Beoplay H9 yang bertipe over-ear dan Beoplay H8 yang bertipe on-ear. Meski sepintas penampilannya tidak berubah, B&O sebenarnya sudah menerapkan sejumlah pembaruan yang pengaruhnya cukup signifikan.

Beoplay H9i

Sama seperti sebelumnya, noise cancelling aktif tetap menjadi sajian utama pada H9i dan H8i, akan tetapi B&O mengklaim bahwa kinerjanya kini bakal lebih efektif dalam memblokir celotehan orang-orang di sekitar pengguna. Saat diperlukan, pengguna bisa langsung menyetop jalannya musik dan mematikan noise cancelling dengan satu gesture saja.

Tidak kalah menarik adalah fitur bernama Proximity Mode. Berkat fitur ini, musik akan otomatis dihentikan ketika pengguna melepas headphone dari kepalanya, demikian pula sebaliknya.

Beoplay H8i / Bang & Olufsen
Beoplay H8i / Bang & Olufsen

Untuk Beoplay H9i, B&O memutuskan untuk sedikit menciutkan ukuran bantalan telinganya, serta menambahkan bass port untuk menyempurnakan kualitas suaranya, terutama di frekuensi rendah. Daya tahan baterainya juga ikut ditingkatkan, kini bisa bertahan selama 18 jam penggunaan.

Beoplay H8i di sisi lain tak lagi mengandalkan pengoperasian berbasis panel sentuh, melainkan deretan tombol fisik pada kedua earcup-nya. Daya tahan baterainya malah lebih dewa lagi, sampai 30 jam meski noise cancelling terus aktif.

Keduanya bakal dipasarkan mulai tanggal 25 Januari mendatang. Beoplay H9i dihargai $499, sedangkan H8i $399. Pilihan warnanya hanya ada dua: hitam atau cokelat muda.

Sumber: Trusted Reviews.