Headphone Wireless Sony WH-1000XM4 Kini Sudah Tersedia di Indonesia

Hanya seminggu setelah diluncurkan di panggung internasional, Sony WH-1000XM4 kini langsung tersedia secara resmi di tanah air. Sony mematok harga Rp 4.999.000 untuk headphone wireless terbarunya tersebut, lebih terjangkau daripada kurs rupiahnya ($350 = ± Rp 5,2 juta).

Namun yang lebih menarik adalah, banderolnya ini satu juta rupiah lebih murah daripada harga pendahulunya saat diluncurkan di Indonesia dua tahun lalu. Sebagai suksesor, 1000XM4 tentu menawarkan sejumlah pembaruan, meski memang penyempurnaan-penyempurnaannya ini tidak terlihat secara kasat mata.

Peningkatan yang paling terasa adalah seputar kinerja noise cancelling-nya. Prosesor khusus QN1 kembali digunakan, tapi sekarang juga sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain pada 1000XM4. Chip tambahan ini diklaim mampu menganalisa musik dan suara di sekitar pengguna sebanyak 700 kali per detik, dan hasil akhirnya adalah pemblokiran suara yang lebih efektif.

Perwakilan Sony Indonesia bilang, 1000XM4 mampu meredam suara pesawat terbang hingga 15% lebih baik, atau 20% lebih efektif untuk sumber-sumber kebisingan lain yang konsumen jumpai sehari-hari. Singkatnya, 1000XM3 sebenarnya sudah sangat cekatan dalam mengeliminasi suara-suara pengganggu di sekitar, dan 1000XM4 malah lebih jago lagi.

Saat saya tanyakan mengenai kualitas suaranya – apakah identik dengan pendahulunya – pihak Sony Indonesia mengiyakan mengingat unit driver yang terdapat pada kedua perangkat memang sama. Kendati demikian, Sony yakin masih ada sedikit peningkatan yang bakal konsumen rasakan berkat penggantian versi Bluetooth (dari 4.2 menjadi 5.0 pada 1000XM4).

Sayang berhubung acara peluncurannya diselenggarakan secara online, saya tidak punya kesempatan untuk mendengar langsung suara yang dihasilkan headphone ini seperti apa.

Fitur-fitur pintar yang sudah ada sebelumnya kini turut disempurnakan, semisal fitur Adaptive Sound Control. Pada 1000XM4, fitur ini juga bisa mengingat-ingat lokasi yang sering pengguna kunjungi, sehingga saat pengguna datang ke tempat itu lagi di kemudian hari, perangkat bisa langsung mengatur tingkatan kinerja noise cancelling-nya secara otomatis sesuai kebutuhan di tiap lokasi.

Jadi saat berada di stasiun MRT misalnya, karakteristik kinerja noise cancelling-nya akan langsung disesuaikan sehingga dapat memblokir semua suara di sekitar kecuali suara pengumuman. Juga unik adalah fitur baru bernama Speak-to-Chat, yang akan menghentikan jalannya musik secara otomatis ketika pengguna sedang berbicara, sehingga ia bisa berbincang sebentar dengan orang lain tanpa perlu melepaskan headphone.

Tentu saja fitur ini bisa dimatikan jika tidak perlu, atau jika pengguna ternyata hobi bernyanyi sendiri selagi mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Sony WH-1000XM4 memiliki daya tahan baterai hingga 30 jam dalam sekali charge, serta turut mendukung fitur pengisian daya cepat – 10 menit charging cukup untuk pemakaian selama 5 jam.

Melihat pandemi yang tak kunjung berakhir, sebagian dari kita mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Sony harus berusaha menghadirkan 1000XM4 dengan cepat ke tanah air. Toh konsumennya masih harus sebisa mungkin mendekam di kediaman sendiri-sendiri, sehingga sebagian besar mungkin belum membutuhkan headphone dengan fitur noise cancelling sebagai salah satu gadget andalan selagi berada di tempat umum.

Well, Sony justru optimis produk seperti 1000XM4 masih punya tempat di hati konsumen selama pandemi. Mereka pada dasarnya ingin bilang kalau noise cancelling masih sangat relevan meski kita semua sedang bekerja dari rumah. Kalau Anda setiap harinya harus bekerja sambil mendengarkan teriakan dua orang anak seperti saya, Anda semestinya bakal langsung paham dengan maksud Sony.

Bagi yang tertarik, Sony sudah menerima pre-order 1000XM4, dan jika Anda memesannya sebelum 24 Agustus, Anda akan menerima bonus berupa speaker Bluetooth Sony SRS-XB01 senilai Rp 499.000 (selama persediaannya masih ada). Pilihan warnanya sendiri ada dua, yakni hitam atau silver.

Sony WH-1000XM4 Hadirkan Kinerja Noise Cancelling yang Lebih Baik dalam Kemasan yang Identik

Sony punya headphone wireless andalan baru. Perangkat bernama WH-1000XM4 ini merupakan penerus langsung dari WH-1000XM3 yang dirilis dua tahun lalu. Meski selisih umurnya cukup jauh, rupanya desain keduanya cukup identik satu sama lain.

Sony memang sepertinya tidak menerapkan perubahan yang berarti dari segi desain dan ergonomi terhadap 1000XM4, tapi toh desain 1000XM3 sendiri sudah jauh lebih sempurna ketimbang pendahulunya. Penampilannya masih kelihatan premium dan elegan, sedangkan kenyamanannya juga terjamin berkat bantalan telinga dan kepala yang gemuk.

Juga masih dipertahankan sebagai nilai jual utamanya adalah prosesor QN1 yang bertugas mewujudkan segala trik noise cancelling yang diperlukan untuk mengeliminasi suara-suara yang mengganggu di sekitar pengguna. Yang berbeda, pada 1000XM4 prosesor tersebut sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain yang mampu menganalisa musik dan suara di sekitar sebanyak 700 kali setiap detiknya. Hasil akhirnya tentu adalah kinerja noise cancelling yang kian sempurna lagi.

Sony tidak lupa menyempurnakan fitur upscaling yang ditawarkan menggunakan AI hasil kolaborasinya dengan divisi Sony Music, akan tetapi kualitas suara 1000XM4 sendiri semestinya sama seperti yang dihasilkan oleh pendahulunya, sebab driver 40 mm yang digunakan memang identik.

Selain performa fitur noise cancelling yang lebih baik, 1000XM4 juga hadir membawa fitur multi pairing, yang berarti ia dapat disambungkan ke dua perangkat secara bersamaan, semisal smartphone dan laptop. Jadi ketika pengguna sedang mendengarkan musik di laptop lalu ada panggilan telepon yang masuk di smartphone, pengguna bisa langsung menerimanya dan berbicara tanpa perlu menjalani proses pairing ulang.

Fitur baru lainnya yang tidak kalah menarik adalah Speak-to-Chat. Berkat fitur ini, perangkat bisa menyetop jalannya musik secara otomatis ketika mendeteksi pengguna sedang berbicara. Sangat berguna ketika pengguna hendak berbincang-bincang sebentar dengan seseorang tanpa perlu melepas headphone-nya.

30 detik setelah mereka selesai bercakap-cakap, musik akan diputar kembali dengan sendirinya. Speak-to-Chat semestinya bisa diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai kebutuhan, karena saya membayangkan fitur ini bisa jadi menyebalkan bagi pengguna yang hobi bernyanyi sendiri selagi menikmati lagu-lagu favoritnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sony tidak lupa menyempurnakan kualitas lima mikrofon yang tertanam pada 1000XM4 menggunakan teknologi Precise Voice Pickup. Fitur Speak-to-Chat tadi juga tidak akan eksis tanpa pembaruan di sektor mikrofon ini.

Selebihnya, Sony WH-1000XM4 tidak terlalu berbeda dari pendahulunya. Daya tahan baterainya pun sama persis, hingga 30 jam dalam sekali pengisian, dan tetap mendukung fitur quick charging. Di Amerika Serikat, perangkat ini akan segera dipasarkan seharga $350, lagi-lagi sama seperti harga jual pendahulunya saat pertama diluncurkan.

Sumber: The Verge dan Sony.

Berdesain Elegan, Razer Opus Unggulkan Active Noise Cancelling dan Sertifikasi THX

Jujur saya agak kaget melihat nama Razer terpampang pada perangkat di atas. Pasalnya, sebagian besar produk produsen periferal tersebut biasanya berdesain agak norak dan selalu dihiasi pencahayaan warna-warni alias RGB.

Namun headphone ini tidak demikian. Andai tak ada label Razer di headband-nya, mungkin saya bakal mengiranya sebagai headphone noise cancelling bikinan Sony. Dan kebetulan active noise cancelling (ANC) memang merupakan salah satu keunggulan utama perangkat bernama Razer Opus ini.

Kemampuannya mengeliminasi suara di sekitar pengguna itu diwujudkan oleh total empat buah mikrofon. Seperti halnya mayoritas headphone ANC lain yang ada di pasaran, Razer Opus turut dibekali mode transparan atau ambient, yang bekerja berlawanan dengan fitur noise cancelling, mengamplifikasi suara-suara di sekitar supaya pengguna tak harus melepas headphone saat perlu mendengarkan pengumuman atau ada yang mengajak berbicara.

Razer Opus

Mode transparan ini dapat diaktifkan dengan satu klik tombol pada perangkat. Tidak ada kontrol sentuh pada headphone seberat 260 gram ini, semua pengoperasiannya mengandalkan tombol fisik. Fitur auto-pause dan auto-play akan aktif dengan sendirinya saat pengguna melepas dan mengenakan headphone.

Kinerja audionya ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 40 mm, lengkap dengan dukungan codec AAC maupun aptX, baik via Bluetooth 4.2 atau via kabel audio standar. Sertifikasi audio THX tidak lupa dijadikan suguhan ekstra, apalagi mengingat THX memang sudah diakuisisi Razer sejak 2016.

Dalam sekali pengisian via USB-C, Opus diestimasikan dapat beroperasi sampai 25 jam pemakaian. Kelemahannya sejauh ini cuma satu: ia hanya tersedia di Tiongkok saja, sama seperti true wireless earphone Pikachu yang Razer rilis belum lama ini. Di sana, Opus dijajakan seharga 1.799 yuan (± Rp 3,9 juta).

Sumber: Engadget.

 

Sony Luncurkan True Wireless Earphone dan Headphone Noise Cancelling Baru

Sony mengumumkan dua perangkat audio baru: WF-XB700 di kategori true wireless earphone, dan WH-CH710N di segmen closed-back headphone. Keduanya sama-sama mengadopsi desain yang minimalis sekaligus elegan.

Untuk WF-XB700, perangkat ini bisa dilihat sebagai alternatif yang lebih terjangkau dari Sony WF-1000XM3. Berhubung lebih murah, tentu saja ada fitur yang dipangkas; WF-XB700 tidak dilengkapi active noise cancelling (ANC) seperti kakaknya yang lebih premium itu.

Kendati demikian, WF-XB700 masih menyimpan keunikan tersendiri, utamanya buat konsumen yang masuk kategori basshead mengingat ia merupakan bagian dari lini “Extra Bass” Sony. Desainnya pun unik, dan diklaim sangat ergonomis sekaligus stabil karena menyentuh telinga di tiga titik yang berbeda.

Terkait ketahanan air, WF-XB700 hadir membawa sertifikasi IPX4. Pengoperasiannya tidak mengandalkan kontrol sentuh, melainkan tombol kecil di kedua unit earpiece-nya. Perangkat ini mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.0, dan masing-masing unitnya akan terhubung ke sumber audio secara terpisah (kiri dan kanan).

Dalam sekali pengisian, WF-XB700 mampu bertahan sampai 9 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 9 jam daya ekstra (total 18 jam). Fast charging turut menjadi fitur unggulan perangkat ini; pengisian selama 10 menit cukup untuk penggunaan selama 1 jam.

Sony WH-CH710N

Untuk WH-CH710N, perangkat ini justru berfokus pada kapabilitas noise cancelling-nya, spesifiknya yang bersifat adaptif dan mengandalkan kecerdasan buatan (AI). Sony bilang perangkat ini akan menganalisis kondisi di sekitar pengguna secara konstan, lalu memilih sendiri mode noise cancelling yang paling efektif.

Sony tidak menyebutkan apakah teknologi noise cancelling-nya sama seperti yang terdapat pada Sony WH-1000XM3, yang merupakan salah satu yang terbaik saat ini. Namun yang pasti perangkat ini tetap menawarkan mode transparan/ambient, yang berarti pengguna dapat dengan mudah membiarkan suara dari luar masuk ketika dibutuhkan.

WH-CH710N mengusung driver berdiameter 30 mm. Baterainya sangat irit dengan klaim daya tahan selama 35 jam pemakaian per charge, dan ia turut mendukung fitur fast charging yang sama seperti WF-XB700 tadi.

Sony belum menetapkan jadwal pemasaran yang pasti untuk kedua perangkat ini, namun harganya sudah diungkap: $130 untuk WF-XB700, dan $200 untuk WH-CH710N.

Sumber: The Verge.

Montblanc Perkenalkan Headphone Wireless dengan Active Noise Cancelling

Sejak 2017, Montblanc telah resmi berkiprah di industri teknologi. Portofolio gadget brand asal Jerman tersebut sejauh ini mencakup dua smartwatch, yakni Summit dan Summit 2. Namun sekarang Montblanc rupanya sudah siap menyasar kategori lain, yaitu headphone.

Produk pertama mereka di ranah ini adalah Montblanc Smart Headphones. Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, penampilannya terkesan mewah dan elegan, pantas untuk mengusung logo bintang khas Montblanc. Konstruksinya banyak mengandalkan bahan logam dan kulit, sedangkan kombinasi warnanya ada tiga macam.

Montblanc Smart Headphones

Tidak kalah penting untuk disoroti adalah fakta bahwa Montblanc mengaku merancang headphone ini bersama seorang ahli audio. Sosok tersebut adalah Alex Rosson, pendiri produsen headphone Audeze yang cukup populer di kalangan audiophile.

Beliau rupanya juga cukup populer di kalangan produsen jam tangan premium yang tertarik untuk terjun ke bisnis headphone, sebab Montblanc bukanlah klien pertamanya. Sebelum ini, Shinola sudah lebih dulu memercayakan keahlian Rosson perihal audio engineering. Dan selama sekitar dua tahun memimpin divisi audio Shinola, Rosson bersama timnya melahirkan beragam produk audio, mulai dari turntable, headphone sampai earphone wireless.

Montblanc Smart Headphones

Label “Smart” pada namanya merujuk pada sejumlah hal. Yang pertama adalah konektivitas wireless dan dukungan Google Assistant – perangkat bahkan dilengkapi tombol khusus untuk memanggil sang asisten pintar tersebut tanpa mengharuskan pengguna membuka ponselnya terlebih dulu.

Yang kedua, seperti halnya headphone wireless lain yang dirilis dalam satu hingga dua tahun terakhir, adalah active noise cancelling (ANC) di samping isolasi pasif yang ditawarkan earcup besarnya. Dalam satu kali pengisian via USB-C, perangkat disebut mampu beroperasi selama 20 jam nonstop.

Nama Montblanc pada dasarnya merupakan jaminan bahwa harganya sudah pasti mahal. Perangkat ini rencananya bakal dijual seharga $600, hampir dua kali lipat headphone ANC dari brandbrand audio kenamaan seperti Bose, Sony maupun Sennheiser.

Sumber: HypeBeast dan Engadget.

Fiio Luncurkan Headphone dan Portable Amplifier Wireless Kelas Hi-Fi

Fiio meluncurkan dua perangkat audio wireless baru yang menarik. Yang pertama adalah headphone Bluetooth bernama Fiio EH3 NC, dan seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, perangkat ini mengemas active noise cancelling (ANC) sebagai salah satu fitur unggulannya.

Fiio bilang sistem ANC yang diusung sekelas dengan yang terdapat pada headphone kelas atas. Kemampuannya mengeliminasi suara luar ini diwujudkan oleh empat buah mikrofon yang bertugas menangkap suara ambient, sebelum akhirnya suara tersebut dibuat sirna oleh chip DSP (digital signal processing) terpisah.

Fiio EH3 NC

Kualitas suaranya sendiri dijamin oleh sepasang driver yang berukuran sedikit lebih besar daripada biasanya (45 mm). Desain driver yang mengandalkan diaphragm dua sisi berlapis titanium ini diyakini mampu menyajikan bass yang menendang. Hal ini turut didukung oleh fakta bahwa EH3 NC telah mengantongi sertifikasi Hi-Res Audio dan Hi-Res Audio Wireless.

Wireless? Ya, Fiio dengan bangga menyebut bahwa headphone noise cancelling pertamanya ini mengemas chip Bluetooth 5.0 unggulan Qualcomm, CSR8675. Codec yang didukung pun beragam, mulai dari aptX, aptX Low Latency, aptX-HD, sampai SBC dan LDAC. Juga mengesankan adalah daya tahan baterainya: hingga 50 jam pemakaian, atau hingga 30 jam kalau ANC-nya terus diaktifkan.

Fiio BTR5

Perangkat yang kedua adalah Fiio BTR5, portable amplifier sekaligus DAC (digital-to-analog converter) yang juga dibekali konektivitas Bluetooth 5.0 dari chip Qualcomm CSR8675 yang sama. Codec yang didukung pun identik, dan perangkat ini mampu memproses file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96kHz meski sedang tersambung via Bluetooth.

Sambungkan sebagai DAC biasa via USB-C, maka resolusi yang didukung bisa mencapai angka 384kHz sekaligus format native DSD. Untuk memantau formatnya, BTR5 mengemas layar OLED kecil yang dapat menampilkan beragam indikator, termasuk indikator baterainya, yang diklaim tahan sampai 9 jam penggunaan.

Di Singapura, kedua perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga S$329 (Fiio EH3 NC) dan S$179 (Fiio BTR5).

[Review] Huawei Freebuds 3: TWS Noise Cancelling, Cocok untuk Musik dan Gaming

Tren mendengarkan musik dengan perangkat nirkabel memang meningkat akhir-akhir ini. Para produsen pun berlomba-lomba untuk mengeluarkan perangkat audio bluetooth mulai dari yang memiliki kabel hingga benar-benar tanpa kabel atau yang dikenal dengan True Wireless Stereo (TWS). Salah satu yang sedang gencar untuk mengeluarkan perangkat audio tersebut adalah Huawei.

Huawei Freebuds 3

Setelah sebelumnya saya menguji wireless earphone mereka yang bernama Huawei Freelace, kali ini Huawei kembali mengirimkan kepada kami TWS terbaru mereka. Nama dari TWS tersebut adalah Huawei FreeBuds 3. Dan bentuknya pun mengingatkan saya akan Airpods buatan Apple.

Huawei Freebuds 3 sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 4,5 gram per earbuds, 48 gram case
Chipset Hisilicon Kirin A1
Versi Bluetooth 5.1
Ukuran Driver ⌀14.2 mm dynamic
Dimensi 41.5 x 20.4 x 17.8 mm (earbud), ⌀60.9 x 21.8 mm (case)
Kapasitas Baterai 30 mAh (per earbud), 420 mah (case)

Huawei sangat mengedepankan feature Active Noise Cancelling pada TWS ini. Selain itu, Huawei juga mengklaim bahwa Freebuds 3 memiliki latensi yang sangat kecil sehingga cocok digunakan untuk bermain game. Oleh karena itu, simak saja pengujian saya di bawah ini.

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan Huawei Freebuds 3

 

Desain

Saat pertama kali melihat desain dari earbuds-nya, tentu saja saya langsung teringat dengan TWS buatan Apple. Walaupun begitu, keduanya tidak mirip 100% seperti yang dilakukan vendor-vendor lainnya. Bahannya pun masih sama, terbuat dari plastik yang cukup kokoh. Perangkat yang saya dapatkan memiliki warna putih.

Huawei Freebuds 3 - Tombol

Pada setiap earbuds nya terdapat dua buah sensor dan sebuah speaker. Pada ujung bagian atas dari batangnya, terdapat sensor sentuh yang bisa diubah fungsinya. Secara default, klik dua kali pada earbuds sebelah kiri akan mengaktifkan noise cancelling.

Pada charging case-nya sendiri, terdapat baterai yang cukup besar yang bisa mengisi baterai pada earbuds-nya secara cepat. Pada bagian belakangnya terdapat konektor untuk melakukan wireless charging, yang sering disangka orang merupakan bagian depan yang dapat dibuka pada perangkat ini. Di sisi sebelah kanannya, terdapat sebuah tombol pairing yang cukup kasat mata. Charging case ini sendiri menggunakan USB-C untuk diisi baterainya.

Huawei Freebuds 3 - USB -C

TWS ini dapat diatur penggunaannya dengan memakai aplikasi buatan Huawei. Aplikasi yang dinamakan Huawei AI Life ini bisa mengetahui isi baterai dari setiap earbuds dan juga charging case-nya. Noise Cancelling nya juga bisa diatur jika memang masih terdengar suara dari luar. Fungsi klik ganda pada setiap earbuds juga bisa diatur pada aplikasi ini.

Pengalaman menggunakan

Sebenarnya, TWS dengan model seperti ini akan sangat tergantung dengan bentuk lubang kuping semua orang. Jika memang pas, maka penggunanya akan dapat menikmati semua feature dan suara yang baik dari Freebuds 3 ini. Sayangnya, saya mungkin salah satu orang yang bentuk kupingnya tidak pas menggunakan TWS dengan model ini.

Huawei Freebuds 3 - Budds

Saat diletakkan di kuping, setiap kali pula earbuds-nya tergeser sedikit keluar sehingga lubang kuping tidak tertutup dengan benar. Hasilnya? Bass akan menjadi lebih rendah, noise cancelling akan sangat berkurang fungsinya, dan juga was-was akan jatuh. Untungnya, Huawei mendesain dengan baik sehingga walaupun saya melakukan “head bang“, earbuds-nya tidak jatuh dari kuping saya.

Pengujian kali ini saya menggunakan file-file Ogg Vorbis dengan bitrate 320 Kbps. Walaupun belum merupakan lossless compression, namun suaranya sudah cukup sulit dibedakan dengan FLAC.

Saat Huawei Freebuds 3 ada pada posisi yang benar, suaranya memang sangat baik. Bass yang ada terasa “nendang”, mid juga terdengar dengan tajam, serta high yang tidak cempreng, namun dapat terdengar dengan baik. Namun, Freebuds 3 memiliki masalah dari kebanyakan TWS yang ada diluar sana, yaitu staging yang kecil sehingga suara terdengar sedikit tercampur.

Saya juga mencoba menggunakan Freebuds 3 untuk bermain CS:GO, yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan suara. Uniknya, Freebuds 3 tidak memiliki lag saat digunakan untuk bermain, tidak seperti kebanyakan earphone bluetooth yang ada di pasaran. Hal yang sama juga terjadi pada setiap game yang saya mainkan.

Saya dapat menggunakan kedua earbuds ini sampai dengan empat jam. Pengisian baterai pada earbuds yang dilakukan ternyata hanya membutuhkan kurang dari 20 menit untuk penuh. Tentunya, hal ini akan membuat kita dapat mendengarkan musik sampai hampir seharian.

Untuk pengisian baterai tanpa kabel, saya berhasil melakukannya dengan memakai reverse charging pada perangkat Huawei dan Samsung. Sayangnya, beberapa powerbank yang memiliki kemampuan wireless charging gagal mengisi Freebuds 3. Padahal, semua perangkat smartphone bisa saya isi baterainya tanpa kabel dengan menggunakan powerbank tersebut.

Verdict

Dengan maraknya tren penggunaan TWS di Indonesia, tentu saja pasar audio terbuka lebar untuk disusupi. Hal ini pula yang dilakukan Huawei, mengingat mereka sedang marak masuk ke dalam pasar audio. Salah satu perangkat yang mereka andalkan di Indonesia adalah Huawei Freebuds 3.

Suara yang ditawarkan oleh Huawei pada Freebuds 3 memang sangat baik. Dari kanal low hingga high dapat dikeluarkan dengan baik. Dengan catatan, kuping Anda pas dengan bentuk dari Freebuds 3. Feature yang ditawarkan juga cukup baik seperti hadirnya noise cancelling.

Huawei juga membuka lebar penggunaan TWS untuk para gamers. Hal ini dibuktikan dengan minimnya latensi yang membuat suara menjadi tidak lagging saat dipakai bermain. Tentunya, hal ini akan membuat para penggemar FPS game tidak akan telat menembak saat mendengar langkah musuhnya.

Dengan desain yang premium, tentu saja membuat Huawei Freebuds 3 dijual dengan harga yang tinggi pula. Huawei Freebuds 3 dijual dengan harga Rp. 2.299.000 di toko-toko yang bekerja sama dengan Huawei.

Sparks

  • Latensi rendah!
  • Bass yang cukup nendang
  • Noise Cancelling
  • Vokal yang clear
  • Mendukung wireless charging
  • Cocok untuk digunakan bermain

Slacks

  • Harga cukup tinggi
  • Pairing cepat hanya untuk perangkat Huawei
  • Tidak semua perangkat wireless charging didukung

JBL Reflect Eternal Adalah Headphone Wireless yang Tidak Perlu Di-Charge

JBL punya headphone wireless baru. Namanya cukup mencolok: JBL Reflect Eternal, dan ini menggambarkan salah satu keunggulannya, yakni baterai yang ‘abadi’. Well, kata “eternal” mungkin terkesan hiperbolis. Saya pribadi lebih sreg dengan penggunaan kata “self-sustaining“, tapi ini jelas kurang menarik dipakai sebagai nama produk.

Menggunakan headphone ini, kita tidak perlu bingung soal charging. Semakin sering Reflect Eternal kita kenakan selagi berada di luar rumah, semakin panjang pula daya tahan baterainya. Ya, perangkat ini dapat mengubah energi cahaya menjadi listrik. Cahaya, bukan sebatas matahari saja.

JBL Reflect Eternal

Semakin terang cahayanya, semakin besar energi listrik yang bisa didapat, itulah mengapa skenario penggunaan paling idealnya adalah ketika sedang berada di luar rumah di pagi atau siang hari. Cahaya dalam ruangan pun juga dapat dimanfaatkan, dan andai benar-benar kepepet, charging via USB masih bisa dilakukan.

Teknologi yang digunakan bukan rancangan JBL sendiri, melainkan besutan perusahaan asal Swedia bernama Exeger. Diestimasikan bahwa 1,5 jam penggunaan selama di luar bisa menyuplai energi yang cukup untuk pemakaian selama 68 jam. Self-sustaining, seperti yang saya bilang.

JBL Reflect Eternal

Seperti yang sudah bisa ditebak, komponen penyerap cahayanya ini disematkan pada bagian-bagian yang terekspos, macam headband dan sisi luar earcup. Reflect Eternal sendiri mengadopsi tipe on-ear, dan di masing-masing earcup-nya tertanam driver berdiameter 40 mm.

Fitur-fitur pendukung, macam multi-point connection dengan bekal Bluetooth 5.0, mode ambient untuk mempersilakan suara luar masuk, serta dukungan terhadap Google Assistant maupun Amazon Alexa, semuanya telah tersedia sebagai standar.

Juga menarik adalah metode pemasaran yang diterapkan. JBL memilih platform crowdfunding Indiegogo untuk memperkenalkan Reflect Eternal. Harga paling murah yang bisa didapat saat ini adalah $99, sedangkan harga ritelnya diperkirakan berkisar $165.

Sumber: Exeger.

Boss Waza-Air Adalah Amplifier Gitar yang Menyamar Sebagai Headphone Wireless

Inspirasi terkadang muncul di tengah malam, dan bagi seorang gitaris, ini kerap menjadi masalah. Mencolokkan gitar elektrik ke amplifier di malam hari bukanlah suatu tindakan yang bijak, apalagi kalau ternyata sang gitaris sudah punya buah hati atau malah tetangga yang cerewet.

Solusi yang diambil sering kali adalah dengan menyambungkan headphone ke amplifier, supaya melodi yang dimainkan tidak mengganggu orang-orang di sekitar. Namun sekarang ada cara yang lebih praktis lagi, yakni dengan menggunakan headphone wireless bikinan produsen pedal gitar elektrik asal Jepang, Boss.

Boss Waza-Air

Perangkat bernama Boss Waza-Air ini bukanlah sembarang headphone wireless, melainkan yang mengemas amplifier gitar terintegrasi. Cukup tancapkan transmitter 2,4 GHz ke gitar, maka suaranya bisa langsung didengar melalui headphone, tanpa ada seuntai kabel yang terlibat.

Istimewanya, Waza-Air turut mengemas gyroscope untuk melacak posisi kepala pengguna sekaligus mewujudkan efek suara spasial (3D). Sederhananya, pengguna dapat memilih tiga mode soundscape yang berbeda. Salah satu modenya bahkan dapat menyimulasikan skenario konser di atas panggung, dengan suara dari amplifier yang terdengar dari sisi belakang.

Kustomisasi juga menjadi salah satu fitur unggulan Waza-Air. Melalui aplikasi pendampingnya di ponsel, pengguna dapat memilih lima jenis amp yang tersedia, serta mengaktifkan lebih dari 50 efek suara. Kombinasinya pun dapat disimpan, lalu diaktifkan kapan saja melalui tombol fisik pada headphone.

Boss Waza-Air

Sebagai headphone itu sendiri, Waza-Air mengunggulkan driver berdiameter 50 mm. Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 5 jam pemakaian. Tergolong boros, tapi wajar mengingat ia juga merangkap peran sebagai amplifier gitar. Proses charging-nya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam.

Boss Waza-Air saat ini telah dipasarkan seharga $400. Mahal memang, dan dengan dana sebesar itu sebenarnya konsumen sudah bisa membeli amplifier tradisional yang cukup mumpuni. Namun sekali lagi, kalau inspirasi datangnya selalu di tengah malam, headphone ini bakal sangat bermanfaat.

Sumber: New Atlas.

Rayakan Ultah Kelima, Master & Dynamic Luncurkan Versi Wireless dari Headphone Pertamanya

Nama Master & Dynamic mungkin belum begitu dikenal di industri headphone. Cukup wajar mengingat perusahaan tersebut baru saja merayakan ulang tahunnya yang kelima. Guna merayakan hari spesial tersebut, M&D melirik kembali produk pertama yang menjadi andalan mereka dalam membangun reputasinya, yakni headphone over-ear MH40.

Selang lima tahun sejak headphone tersebut diluncurkan, M&D akhirnya memperkenalkan versi wireless-nya. Secara fisik, nyaris tidak ada yang berbeda antara MH40 Wireless dan MH40 standar. Desainnya masih terkesan retro, dan konstruksinya pun masih mengandalkan perpaduan material-material premium seperti aluminium, kanvas, dan kulit domba asli yang membalut bantalan memory foam-nya.

Master & Dynamic MH40 Wireless

Satu-satunya perbedaan fisik yang tampak dari MH40 Wireless adalah adanya sejumlah tombol pengoperasian beserta port USB-C di earcup sebelah kanannya. Yang cukup mengejutkan adalah, bobot MH40 Wireless jauh lebih ringan ketimbang MH40 standar di angka 276 gram. Mengejutkan karena sebagai perangkat wireless, ia tentu harus mengemas unit baterainya sendiri.

Daya tahan baterainya pun terbilang cukup lumayan, dengan klaim hingga 18 jam pemakaian dalam sekali pengisian, dan ini bisa terwujud berkat penggunaan Bluetooth 5.0 yang memang lebih efisien ketimbang versi sebelumnya. Selain ketambahan Bluetooth, MH40 Wireless juga hadir membawa sepasang mikrofon beam-forming yang bisa membantu mengeliminasi suara luar selagi pengguna melakukan panggilan telepon atau berinteraksi dengan voice assistant.

Master & Dynamic MH40 Wireless

Satu detail yang membuat saya cukup bertanya-tanya adalah seputar driver-nya. MH40 Wireless mengusung sepasang driver berdiameter 40 mm, sedangkan MH40 standar dibekali driver 45 mm. Lebih besar memang tidak selalu berarti lebih baik, akan tetapi headphone kelas high-end yang ada di pasaran umumnya mengemas driver berukuran besar.

Master & Dynamic MH40 Wireless saat ini telah dipasarkan seharga $299, selisih $50 dari MH40 standar. Tiga pilihan warna yang tersedia untuk versi wireless-nya ini masih sama persis: hitam-silver, cokelat-silver, dan hitam sepenuhnya.

Sumber: Master & Dynamic.