Samsung Kabarnya Kembangkan Headset VR Baru, Kali Ini Dibekali Layar 2.000PPI

Lewat kerja sama dengan  Oculus untuk menggarap Gear VR, Samsung menjadi pionir di ranah penyajian virtual reality berbasis perangkat bergerak. Dan di bulan April kemarin, raksasa elektronik asal Korea Selatan itu meluncurkan versi refresh dari headset mereka. Device memperoleh sedikit update pada desain dan memperoleh dudukung controller dedicated.

Namun sepertinya Samsung masih belum puas dalam menggarap headset VR portable yang betul-betul ideal. Berdasarkan laporan dari narasumber PocketNow, sang produsen kabarnya telah menetapkan target baru. Mereka mencoba mengembangkan device next-gen dengan layar beresolusi super-tinggi – lebih tajam lagi dibanding panel yang dimiliki handset flagship Samsung. Jika informasi ini akurat, maka HTC dan Oculus VR akan punya kompetitor baru.

Perangkat tersebut dikabarkan mengusung layar OLED build-in dengan resolusi ‘ultra-high‘ dan menyuguhkan kepadatan 2.000-pixel per inch. Itu berarti, level PPI-nya hampir empat kali Galaxy S8 (di 570PPI), dan jauh melampaui Vive dan Rift di kurang lebih 460PPI. Device mampu bekerja secara mandiri, tak lagi memerlukan dukungan handset. Tentu saja pertanyaan terbesarnya adalah, di mana Samsung meletakkan unit prosesornya? Apakah ada di dalam atau terpisah dari headset?

Angka-angka di atas memang terdengar fantastis, tetapi sebetulnya Samsung sudah pernah memperkenalkan teknologi layar berspesifikasi hampir serupa. Di acara Society for Information Display 2017 yang diadakan di Los Angeles bulan Mei kemarin, perusahaan memamerkan panel LCD 1,96-inci buat menunjang kebutuhan virtual reality, agumented reality serta hologram. Display tersebut mempunyai resolusi 3.840×2.160-pixel berkepadatan 2.250ppi.

Selain itu, Samsung juga sempat menyingkap display OLED 5.09-inci ‘glass-free‘ untuk virtual reality, game-game 3D dan buku-buku pop-up AR; lalu ada pula layar OLED fleksibel selebar 9,1-inci yang dapat dikembangkan seperti balon dan bisa kembali ke kondisi semula.

Di tahun 2016, kepala divisi riset dan pengembangan Samsung Injong Rhee sempat mengonfirmasi bahwa timnya sedang mengerjakan head-mounted display mobile VR berkonsep stand-alone. Perangkat tersebut dipisahkan dari keluarga Gear VR, dimasukkan dalam kategori brand Odyssey. Brand ini cukup unik karena juga merangkul perangkat notebookgaming ready bersenjata prosesor Intel Core i7 Kaby Lake dan GPU GeForce GTX 10 Series.

Jika memang benar headset virtual reality baru itu jadi anggota keluarga Odyssey, maka ada probabilitas HMD tersebut dirancang agar kompatibel dengan laptop gaming.

Co-Founder Oculus VR Palmer Luckey Mundur dari Facebook

Satu tahun sudah lewat setelah Palmer Luckey dan timnya melepas head-mounted display Oculus Rift ke tangan konsumen, dan saat ini, Oculus VR menginjak tahun ketiga sejak mereka memutuskan buat menjadi bagian dari Facebook. Akuisisi senilai US$ 2 miliar tersebut meyakinkan banyak orang mengenai potensi pemanfaatan teknologi VR secara mainstream.

Dan di tanggal 30 Maret kemarin, terungkap sebuah berita mengagetkan. Palmer Luckey, salah satu pendiri Oculus VR, mengundurkan diri dari Facebook. Hari ini merupakan Jumat terakhir bagi Luckey bekerja sebagai karyawan sosial media raksasa itu. Kabarnya, sang co-founder berhenti secara sukarela, tapi Facebook enggan memberikan komentar karena dilarang mendiskusikan masalah personal.

Berkenaan dengan mudurnya Palmer Luckey, Facebook segera mengeluarkan pernyataan resmi: “Palmer akan sangat dirindukan, dan warisannya jauh melampaui berdirinya Oculus. Semangat Luckey-lah yang mencetus revolusi virtual reality modern dan membantu membangun industri ini. Kami sangat berterima kasih untuk semua hal yang ia kerjakan buat perusahaan serta ranah VR, dan kami berharap ia selalu sukses.”

Di awal kiprah Oculus VR, Luckey pernah menyampaikan bahwa virtual reality merupakan masa depan industri hiburan, ‘The Matrix’ di dunia nyata. Dan dengan rendah hati, ia juga mengaku terobosan-terobosan yang Oculus VR manfaatkan bukan murni kreasi mereka. Perusahaan tersebut hanya sekedar ‘beruntung’ karena mengenalkan kembali VR di momen yang tepat. Walau demikian, Oculus bertanggung jawab memicu persaingan virtual reality – dimeriahkan oleh Valve, HTC, Samsung dan banyak nama terkenal lain.

Meski menjadi pionir, perjalanan Palmer Luckey bersama Oculus VR tidak selalu mulus. Pandangan dan dukungan politiknya terkait pemilihan presiden di Amerika tahun lalu berdampak buruk pada citra perusahaan.

Lalu di bulan Januari 2017 silam, Luckey (ditemani oleh Mark Zuckerberg) dipanggil ke pengadilan sebagai saksi atas tuduhan ZeniMax terhadap Oculus VR terkait ‘pencurian’ teknologi yang dilakukan sang CTO, John Carmack. Di tanggal 1 Februari, juri mengumumkan bahwa Oculus tidak bersalah, namun karena menurut mereka Luckey gagal mematuhi NDA yang ia tanda tangani, Facebook harus membayarkan uang sebesar US$ 500 juta pada Zenimax.

Facebook sendiri sudah menyuarakan langkah buat naik banding, dan perseteruan ini bisa berlangsung hinga bertahun-tahun ke depan. Tak lama setelah kasus gugatan itu, terdengar desas desus bahwa ada kemungkinan Luckey akan mengundurkan diri. Tapi terhitung di bulan Desember 2016 kemarin, ia dikonfirmasi masih bekerja untuk Facebook.

Via Venture Beat. Sumber: Upload VR. Gambar header: Business Insider.

Samsung Gear VR Baru Beserta Controller-nya Siap Dirilis Bulan Depan

Keseriusan Google menggarap headset virtual reality mobile kelas high-end tampaknya memicu sang pionir di ranah itu untuk ikut meramu pesaingnya. Di ajang Mobile World Congress 2017, Oculus VR dan Samsung memperkenalkan versi baru dari perangkat Gear VR, kali ini juga disertai unit controller motion sebagai metode berinteraksi dengan lingkungan virtual.

Dan dalam acara Unpacked Galaxy S8 dan the S8+ yang dilangsungkan di kota New York semalam, sang raksasa elektronik asal Korea Selatan itu turut mengumumkan informasi mengenai harga, waktu ketersediaan, hardware, serta detail lebih jauh tentang kompatibilitas controller Gear VR. Melalui langkah ini, S8 serta S8 Plus bukan lagi disajikan sebagai sekadar smartphone flagship, namun juga jantung dari platform VR Samsung.

Gear VR 2

Selain warna (kini mengusung penampilan yang lebih gelap), Gear VR baru masih mengusung komposisi hardware serupa pendahulunya. Galaxy S8 dan S8 Plus berfungsi sebagai komponen pengolah konten, disematkan di bagian depan visor. Walaupun dioptimalkan untuk handset Samsung high-end terbaru, Gear VR anyar tetap mendukung varian lama seperti S7, S6 serta Galaxy Note 5.

Gear VR 3

Controller Gear VR memiliki penampilan seperti versi mini dari HTC Vive Controller ketimbang Oculus Touch, tanpa lingkaran sensor. Periferal ini menyajikan touchpad melingkar, tombol back, home dan volume di atas, serta trigger button di bawah. Penyajian tombol trigger memungkinkan kita menggunakannya sebagai pistol dalam game atau pointer. Lalu ketika tidak digunakan, ia dapat disematkan di strap headset.

Kabarnya sudah ada 20 game yang menunjang fungsi controller Gear VR dan dalam beberapa bulan ke depan, Samsung berencana buat menambah jumlahnya jadi 70 judul. Sejauh ini, sang produsen telah menyediakan kurang lebih 700 aplikasi Gear VR. Sayangnya, aksesori tersebut tidak dibekali baterai rechargeable khusus, ia membutuhkan sepasang baterai AAA agar bisa bekerja.

Gear VR 1

Selain aspek hardware, Oculus VR telah memperbaiki ekosistem Oculus Home, mengganti game engine Unity dengan kreasi mereka sendiri agar akses konten tiga kali lebih cepat. Kemudian, upgrade tersebut juga menghemat penggunaan baterai hingga 30 persen. Dipadu controller, proses navigasi jadi lebih intuitif, apalagi di sana ada Oculus Explore yang siap membantu Anda menemukan app-app baru.

Gear VR 4

Akan mulai didistribusikan pada tanggal 21 April 2017 besok, bundel headset Gear VR dan controller dijajakan seharga US$ 130. Controller dapat dibeli secara terpisah, dibanderol US$ 40, atau bisa diperoleh gratis dengan mem-pre-order Galaxy S8 dan S8+.

Via BGR, Wired, & Engadget.

Simak Detail Lebih Lanjut Mengenai Headset VR Baru Buatan LG

Langkah perdana LG memasuki ranah virtual reality boleh dikatakan kurang mulus. Dirancang sebagai kompetitor Gear VR, reviewer mengeluhkan banyak hal mengenai LG 360 VR: dari mulai masalah bocornya cahaya, buruknya desain, ketidaknyamanan, hingga minimnya konten. Tapi tak berarti LG menyerah. Awal minggu ini, terdengar berita soal rencana LG membuat device VR baru.

Dan sesuai agenda, LG memamerkan head-mounted display yang mereka racik untuk menyaingi HTC Vive dan Oculus Rift di Game Developers Conference 2017. Sejauh ini LG memang belum mengumumkannya secara resmi, namun beberapa media yang berkesempatan mencobanya turut membeberkan sejumlah detail terkait hardware dari headset versi developer-nya.

LG VR Headset 2

Struktur headset kabarnya lebih menyerupai PlayStation VR dibanding Vive; memiliki ring untuk dipasang di dahi dan bisa dipererat dengan menyesuaikan bagian belakangnya, ditambah satu head band lagi buat menyeimbangkannya. Uniknya, konstruksi MHD memungkinkan Anda tidak perlu melepasnya saat ingin ‘keluar’ dari alam virtual. Pengguna bisa mengangkat visor ke atas (hingga 90 derajat) – mirip kaca di helm motor. Bobotnya sendiri masih belum diketahui.

LG VR Headset 3

Head-mounted display tersebut memanfaatkan sebuah panel seluas 3,64-inci buatan LG sendiri dengan resolusi 2560×1440 – artinya tiap mata memperoleh 1280×1440-pixel. Menakar dari angka ini, headset mempunyai resolusi setara Samsung Gear VR dan sedikit lebih tinggi di atas Rift dan Vive. Device menyuguhkan field of view seluas 110-derajat dan refresh rate 90Hz, sama seperti perangkat kreasi HTC dan Oculus VR.

Di unit developer ini, headset belum didukung oleh komponen output audio terintegrasi. Artinya, Anda harus memenambahkan headphone.

Komponen lensanya sedikit berbeda dari kompetitor. LG menempatkan lensa 110 derajat di jarak 12-milimeter dari mata, lalu menaruh lensa 120 derajat di jarak 10mm. Namun bukannya menggunakan lensa Fresnel seperti di Vive dan Rift, headset LG memanfaatkan jenis refraktif. Selain itu, layaknya HMD SteamVR, metode tracking-nya mengusung solusi base station Lighthouse.

LG VR Headset 1

Untuk controller, LG tampaknya mengadopsi punya HTC Vive dengan thumb pad serupa. Tapi ketika sensor controller Vive diposisikan di struktur melingkar, unit kendali milik LG di taruh di konstruksi segi enam/heksagon.

Saat artikel ini ditulis, LG juga belum menginformasikan nama yang diusung oleh device, harga, dan kapan kira-kira headset tersebut akan tersedia.

Sumber: The Verge & PC Gamer. Sumber foto: Upload VR.

LG Kembangkan Headset Virtual Reality Untuk Tandingi Vive dan Rift

Kompetisi virtual reality di kelas high-end diisi oleh dua brand besar: Oculus VR yang didukung penuh oleh Facebook versus HTC dengan sokongan teknologi SteamVR garapan Valve. Persaingan tersebut akan jadi tambah seru setelah satu raksasa elektronik asal Korea Selatan dikabarkan sedang menyiapkan head-mounted display VR premium sekelas Rift dan Vive.

LG Electonics punya agenda untuk memperkenalkan perangkat headset virtual reality baru, digarap secara kolaboratif bersama Valve Corporation. Seperti HTC Vive, LG mengerjakan bagian hardware-nya, sedangkan Valve bertanggung jawab di sisi perangkat lunak, khususnya fokus pada teknologi tracking SteamVR. Langkah ini menempatkan LG sebagai kompetitor langsung HTC dan juga Oculus VR.

Untuk sekarang, baik Valve maupun LG masih belum memberikan banyak informasi mengenai perangkat VR baru itu, termasuk spesifikasi hardware. Mereka hanya bilang, headset ini didesain buat menyuguhkan ‘pengalaman virtual reality generasi selanjutnya lewat konten berkualitas tinggi’. SteamVR sendiri berperan menjadi platform sekaligus solusi sistem tracking tiga dimensi bebas-royalti, diadopsi oleh LG setelah HTC memanfaatkannya lebih dulu.

Secara teknis, perangkat ini bukanlah headset VR pertama buatan LG. Di ajang MWC tahun lalu, sang produsen sempat menyingkap LG 360 VR, perangkat HMD yang dirancang untuk menyaingi Samsung Gear VR. Namun berbeda dari milik rivalnya itu, Anda tidak perlu memasangkan smartphone karena perangkat sudah menyimpan layar. Pengguna hanya perlu menyambungkannya ke handset LG G5 via USB type-C. Sayang sekali, banyak reviewer setuju performa 360 VR terbilang mengecewakan.

Khusus untuk headset barunya, LG berencana memamerkan dan mendemonstraikan kapabilitas versi purwarupanya di Game Developers Conference 2017 San Francisco yang dilangsungkan minggu ini – tepatnya di booth Valve. Doug Lombardi selaku perwakilan Valve bilang bahwa di ajang itu, LG akan bertemu dengan para developer buat mengumpulkan respons dan masukan, sebelum akhirnya headset dibawa ke tahap produksi.

Informasi mengenai harga, waktu rilis, dan lokasi peluncuran device akan diungkap di lain waktu. Satu hal yang sudah dikonfirmasi adalah, head-mounted display ini tersambung via kabel ke PC, tak jauh berbeda dari Vive.

Berita mengenai headset VR baru LG muncul tak lama setelah Sony memberitahukan mereka berhasil menjual lebih dari 900 ribu unit PlayStation VR, dan juga pengumuman Oculus VR soal kesuksesan penjualan Samsung Gear VR yang sudah melewati lima juta perangkat.

Sumber: Engadget, Polygon & TweakTown.

Oculus VR dan Samsung Umumkan Controller Untuk Headset Gear VR

Setelah teknologi virtual reality kelas konsumen semakin matang, para produsen dan developer kini memusatkan perhatian mereka untuk menyempurnakan penyajiannya lewat teknologi pendukung, dan menyediakan sistem kendali yang andal merupakan salah satu aspek krusial. Alasannya sederhana: tak seperti konten hiburan lain, VR mengisolasi penggunanya.

Sejauh ini, baru perangkat VR high-end yang mendapatkan dukungan periferal kontrol secara komprehensif. Hal ini mendorong beberapa pengembang untuk turut memberikan alternatif input, satu contohnya adalah Nolo yang kompatibel ke beberapa tipe headset VR berbasis mobile. Namun jika masih Anda menanti solusi kendali ‘resmi’ buat Gear VR kesayangan, Oculus dan Samsung baru saja mengungkap kabar gembira.

Di pembukaan Mobile World Congress 2017, Oculus VR memperkenalkan periferal Controller khusus untuk head-mounted display Samsung Gear VR. Seperti Oculus Touch, Gear VR Controller dirancang buat memudahkan pengguna berinteraksi dengan permainan virtual reality. Pengumuman ini merupakan langkah penting bagi Samsung mengingat ekosistem Gear VR terus berkembang pesat – kini dihuni oleh ratusan game, app, film dan video.

Gear VR Controller mempunyai wujud seperti versi mini dari Oculus Touch minus lingkaran sensor. Penampilannya mungil dan ergonomis, memiliki touchpad melingkar di ujung atas, lalu terdapat tombol home, volume, serta back sehingga navigasi bisa dilakukan tanpa mengganggu faktor ‘immersion‘. Periferal ini memungkinkan Anda melangsungkan manuver seperti menggenggam objek, membidik, serta menembak.

Selain menyingkap Gear VR Controller, Oculus juga menginformasikan akan ada lebih dari 70 aplikasi dan permainan baru yang akan ditunjang oleh controller. Dan di hari perilisannya nanti, app-app Gear VR yang sudah ada juga siap mendukung periferal tersebut (Oculus VR telah membuka pendaftaran akses SDK dan permintaan hardware Gear VR Controller khusus buat developer).

Rencananya, Oculus VR dan Samsung akan membeberkan informasi lebih lengkap mengenai Gear VR Controller di ajang Game Developer Conference 2017 – juga dilaksanakan minggu ini, di Moscone Center, San Francisco. Jika kebetulan ada di sana, Oculus mengundang Anda untuk mampir di Booth 1014 North Hall, dibuka di tanggal 1 sampai 3 Maret dari jam 14:00 hingga 15:00. Di sana Anda bisa bertemu langsung dengan para co-founder serta tim pencipta konten.

Saat ini terhitung ada 550 lebih aplikasi tersedia di Oculus Store, dan Oculus VR sangat bangga dengan melimpahnya konten library Samsung Gear VR.

Sumber: Oculus.

Betulkah Nintendo Switch Siap Hidangkan Virtual Reality?

Saat Sony dan Microsoft sibuk mempersiapkan console mereka untuk menangani konten-konten yang semakin menuntut performa hardware, Nintendo melakukan manuver berbeda dengan Switch. Platform game hybrid ini memadukan konsep console tradisional dan kepraktisan perangkat permainan handheld, sebuah upaya Nintendo menciptakan pengalaman baru dalam gaming.

Meski sempat memamerkan premis device lewat trailer first look, Nintendo baru akan menyingkap segala kapabilitas Switch dalam presentasi di bulan Januari besok. Anda mungkin sudah memperoleh gambaran soal cara penggunaan Switch: ia bisa dibawa layaknya tablet dalam perjalanan, lalu dapat disematkan ke dock untuk mengaktifkan mode console. Dan berdasarkan info dari pengajuan paten, ada indikasi Switch siap mendukung konten VR.

Seorang user  NeoGAF bernama Rösti menemukan sejumlah dokumen dari US Patent and Trademark Office yang memperlihatkan bagaimana Switch bisa disematkan dalam perangkat mirip headset virtual reality – penyajiannya boleh jadi menyerupai Samsung Gear VR dan Google Daydream View: ada dua lubang lingkaran mirip slot lensa, ilustrasi lengkungan yang menyerupai strap, serta slot untuk ‘menaruh’ komponen layar Switch.

Paten tersebut memang menyebutkan kata HMD (head-mounted display), menjelaskan bahwa device mempunyai komponen sabuk detachable, terpasang di ujung housing, memungkinkan pengguna mengenakannya. Dokumen juga mengatakan, “Tidak ada keterbatasan khusus di mekanisme tersebut, sehingga aksesori HMD dapat mudah dipasangkan di kepala user.”

Deskripsi paten tersebut juga membahas pemakaian layar sentuh di panel utamanya (walaupun belum divalidasi apakah mengusung varian touchscreen capacitive atau masih memanfaatkan tipe resistive seperti di Wii U GamePad), kehadiran gyroscope, sensor ambient, hingga sistem pendingin berupa kipas.

Tentu saja pengajuan paten bukanlah konfirmasi dari penjabaran yang Nintendo tuangkan di sana. Faktanya, sang perusahaan hiburan asal Jepang itu tampak masih ragu-ragu untuk menyajikan virtual reality. Di E3 2016, presiden Nintendo of America Reggie Fils-Aime sempat bilang bahwa di masa-masa awal ketersediaannya ini, khalayak umum belum siap mengadopsi VR. Agar bisa diterima dengan baik oleh publik, produsen harus memastikan teknologi pendukungnya tersedia secara luas terlebih dulu.

Terlepas dari berbagai bocoran info, pengumuman Nvidia mengenai chip mereka yang digunakan buat mentenagai console, serta janji Nintendo dalam reveal trailer, kemampuan sesungguhnya dari Switch masih misterius dan baru akan terungkap di acara tanggal 13 Januari 2017 nanti.

Sumber: Games Industry, Gamasutra & Eurogamer.

EyeMynd Coba Sajikan Sistem Kendali Virtual Reality Berbekal Pikiran

Setelah perangkat virtual reality hadir buat publik, para produsen kini bertekad untuk menyempurnakan pengalaman penggunaannya. Mereka melakukannya lewat berbagai cara: menciptakan sistem kendali berbasis gerakan, menyediakan omni treadmill, hingga menyiapkan solusi audio 3D. Tapi inventor bernama Dan Cook mempunyai ide yang sangat tidak biasa.

Bersama tim EyeMynd, Dan Cook mencoba mengintegrasikan teknologi futuristis yang dahulu cuma muncul di film-film sci-fi ke ranah VR. Ketika virtual reality semakin mainstream, Cook percaya sudah saatnya membubuhkan kemampuan membaca pikiran di sana. Buat memenuhi visinya itu, EyeMynd menggarap sistem yang sanggup mengubah gelombang otak jadi input kendali, memungkinkan Anda berinteraksi dengan dunia virtual tanpa controller.

Sebagai langkah awal, EyeMynd berencana untuk meluncurkan headset berbekal 16 unit EEG atau electroencephalography, yaitu sensor pendeteksi aktivitas otak. Perangkat bernama Developer Brainwave VR tersebut sengaja diramu agar kompatibel dengan HTC Vive, dan demi melengkapinya, EyeMynd turut menyajikan sistem operasi Brainwave OS – tugasnya ialah menerjemahkan data EEG menjadi perintah yang dapat dibaca komputer.

Sesuai namanya, versi awal headset tersebut disediakan khusus bagi developer, dimaksudkan sebagai alat pengembangan aplikasi-aplikasi berbasis input gelombang otak. Buat sekarang, EyeMynd memang belum menyingkap info lebih spesifik baik tentang Developer Brainwave VR maupun Brainwave OS. Mereka hanya bilang, perangkat headset-nya merupakan produk ternyaman di kelasnya yang ada di pasar saat ini.

Headset Developer Brainwave VR akan dibundel bersama permainan berjudul Smile with Lucy, berfungsi jjadi tutorial sekaligus proses kalibrasi. Prosesnya membutuhkan waktu kira-kira satu jam, namun di versi retail-nya nanti, prosedur kalibrasi dijanjikan hanya memakan tiga menit saja. Di sana, pemain diminta mengikuti ekspresi wajah karakter game, lalu software akan memantau pola gelombang otak sang user.

Tim EyeMynd berharap penemuan uniknya ini bisa meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap aksesori-aksesori penunjang VR. Pengembang juga yakin, sistem seperti ini akan jadi hal lumrah kira-kira 10 tahun lagi. Cook mengestimasi, di masa itu, komputer dapat bekerja sangat cepat sehingga sanggup menginterpretasikan sinyal otak secara real-time, memungkinkannya membaca info pancaindra dan keadaan emosi Anda.

Kecanggihan EyeMynd merupakan hasil dari kerja keras Dan Cook dan timnya selama dua dekade. Pengerjaannya bermula dari proyek sang inventor bersama badan pemerintah buat menciptakan alat pendeteksi kebohongan yang lebih canggih.

Device dan software kreasi EyeMynd itu rencananya akan mulai tersedia untuk developer di musim semi tahun 2017, tapi sang produsen belum menyingkap detail soal harga.

Sumber: The Guardian.

Apa Itu Google Daydream dan Apa yang Membuatnya Istimewa?

Kabar mengenai rencana Google menggarap perangkat VR yang ‘lebih serius’ dari Cardboard sudah terdengar sejak awal 2016, dan di acara Google I/O 2016, mereka resmi menyingkapnya. Upaya tersebut dilakukan Google dengan fokus pada dua aspek: penyediaan platform virtual reality serta menyiapkan hardware, berupa headset serta segala faktor pendukungnya.

Lewat Daydream, Google tampak bersungguh-sungguh ingin mematangkan dan menetapkan standar baru penyajian VR secara portable via perangkat bergerak. Daydream mengacu pada platform, dibangun di atas sistem operasi Android, memanfaatkan Material Design, terdiri dari software serta daftar spesifikasi hardware untuk memenuhi kriteria ‘Daydream-Ready’.

Perangkat Daydream View sendiri lebih menyerupai Samsung Gear VR ketimbang Cardboard, namun bedanya, ia tidak eksklusif mendukung headphone dari produsen tertentu saja. Pencipta hardware lain dapat berpartisipasi dalam program ini. Pengoperasiannya juga serupa Gear VR: user tinggal membuka tutup di depan, memasukkan handset Android-nya dan mengaktifkan mode VR.

Dalam konferensi pers di bulan Oktober, Clay Bavor selaku perwakilan dari tim pengembang menyampaikan bahwa faktor kenyamanan Daydream View merupakan perhatian utama mereka. Developer memanfaatkan bahan kain lembut dan memangkas bobotnya agar 30 persen lebih ringan dibanding ‘produk rival’. Pemakaian kain juga mencegah smartphone kesayangan Anda baret akibat keluar-masuk headset.

Google memang belum mengungkap info lebih rinci mengenai komponen View, tapi yang jelas ia turut dibekali tombol sentuh kapasitif serta chip NFC buat menyederhanakan proses pairing.

Google Daydream View 1

Keunikan utama Daydream View sendiri terletak pada kehadiran controller motion wireless di tiap bundelnya. Periferal ini memberikan Anda keleluasaan berinteraksi dengan dunia virtual lewat klik pada tombol atau gerakan – bisa dipakai untuk navigasi menu, bermain game sampai ‘jalan-jalan’ di Google Street View. Sensor on-board di View mampu melacak orientasi controller (membaca enam arah gerakan) dan dapat memperkirakan posisi tangan Anda. Saat tidak digunakan, controller bisa disimpan di dalam headset.

Sudah ada cukup banyak app yang dikonfirmasi mendukung Daydream, di antaranya ada CNN VR, Mekorama VR, Hunters Gate, The Turning Forest, The Guardian VR, Fantastic Beasts, Hulu VR, YouTube VR, permainan Daydream: Danger Goat, Wonderglade, Gunjack 2: End of Shift, Need for Speed: No Limits VR, dan Home Run Derby; serta ada pula versi virtual reality dari kreasi Google sendiri: Google Play, Street View, Play Movies dan Google Photos.

Google Daydream View 2

Baru smartphone Google Pixel dan Pixel XL yang dikonfirmasi siap menunjang Daydream. Agar kompatibel, handset setidaknya harus ditenagai chip Qualcomm Snapdragon 820 dengan RAM minimal 4GB, berjalan di Android 7.0 Nougat dan punya layar AMOLED.

Daydream View sudah mulai dipasarkan di tanggal 10 November, dijual di harga yang cukup kompetitif, hanya US$ 80. Sayangnya, produk baru tersedia di kawasan Amerika, Kanada, Inggris, Jerman dan Australia.

Via Digital Trends. Sumber: Google.

Analis: Di 2020, Konsumen Akan Keluarkan $ 11,2 Miliar Untuk Menikmati Hiburan Berbasis VR

Di akhir September kemarin, Berkarya!Indonesia mengumpulkan para pakar dan praktisi industri teknologi di Indonesia untuk berdiskusi seputar virtual reality. Meski ada banyak potensi pemanfaatannya, peserta setuju, masa depan VR masih misterius dan sulit menerka perkembangannya di masa yang akan datang. Tapi ada kabar gembira bagi mereka yang berniat investasi di ranah ini.

Belakangan, VR menjadi tema studi utama para analis dan firma riset, dan tim IHS Markit mengambil arahan yang sedikit ‘konservatif’ dalam mempelajari potensi teknologinya. Diungkap oleh Games Industry, IHS mengumumkan data Virtual Reality Market Opportunity Report 2016, dan di sana mereka memprediksi bahwa di tahun 2020 nanti, konsumen akan mengeluarkan dana kurang lebih US$ 11,2 miliar demi menikmati hiburan berbasis VR.

Angka itu sudah meliputi perkiraan pembelian hardware dan software, yaitu US$ 7,9 miliar untuk headset ditambah US$ 3,3 miliar buat kontennya. Angka tersebut memang terlihat banyak, namun director of games IHS Technology Piers Harding-Rolls berpendapat, jumlahnya tidak sebesar dugaan kita. Menurutnya, nilai US$ 3,3 miliar hanyalah satu persen dari total yang dikeluarkan konsumen di tahun 2020.

Harding-Rolls menekankan, penciptaan konten premium untuk platform virtual reality perlu ditingkatkan, dan untuk memaksimalkan seluruh teknologinya memang memakan waktu. Ada satu pertanyaan yang juga sering dilontarkan: akan lebih populer mana nantinya, headset VR portable ala Gear VR dan Cardboard, atau ada lebih banyak user mengadopsi device high-end seperti Rift dan Vive? IHS punya jawabannya.

Sang analis memperkirakan, produk-produk mutakhir premium bakal mendominasi monetisasi konten. Penggunanya meningkat drastis empat tahun lagi, berpeluang menyentuh 81 juta pengguna. Pembagian antara produk entry-level dan high-end tetap ada, dan volume pembelian perangkat-perangkat terjakau sudah pasti akan lebih tinggi.

Headset VR berbasis smartphone adalah pilihan favorit user, kemungkinan menguasai 87 persen hingga akhir tahun ini. Gear VR merupakan ‘rajanya’ headset virtual reality terjangkau, diproyeksikan memimpin penjualan dengan 5,4 juta unit. Tetapi IHS percaya, Gear VR akan segera disusul oleh Google DayDream View sebagai produk terpopuler di tahun 2019 berkat harganya yang murah dan dukungan ranah dindustri.

Di segmen premium, IHS mengestimasi besar peluang bagi PlayStation VR untuk melangkahi HTC Vive dan Oculus Rift. Analis yakin, Sony sanggup menjual 1,4 juta unit headset di 2016, mendorong user mengeluarkan uang US$ 134 juta. Alasannya cukup sederhana: karena harga PSVR lebih terjangkau dibanding kedua kompetitornya itu.