GoApotik Mudahkan Akses Obat-Obatan Secara On-Demand

Startup teknologi kesehatan merupakan salah satu ranah bisnis yang cukup banyak digeluti oleh pengusaha sebab banyak celah yang bisa diseriusi. Begitupula dengan GoApotik, salah satu marketplace yang menyediakan jasa pembelian, pencarian, bahkan pengantaran untuk obat, alat kesehatan, herbal, dan lainnya.

GoApotik sebenarnya sudah diinisiasi sejak 2014, namun pada saat itu masih berupa ide dan analisis pasar. Layanan ini awalnya beroperasi dengan konsep bisnis e-commerce, tapi pada akhir 2015 melakukan pivot ke marketplace dengan alasan ingin menyediakan produk obat lebih beragam untuk kebutuhan pasien.

Tiffany Robyn Soetikno, Co-Founder dan GM GoApotik, menjelaskan ada beberapa pertimbangan mengapa pihaknya mengubah model bisnis. Menurutnya obat harus berasal dari apotek terpercaya, baik dari kepahamannya dan segi regulasinya, dan bisa dikirim dengan mudah secara logistik.

“Dulu produk obat yang kami jual terbatas, hanya bisa jual obat tanpa resep dokter. Sekarang dengan mengubah model bisnis, variasi produk bisa jadi lebih banyak, ada obat herbal, alat kesehatan, dan obat-obat tradisional Tiongkok,” terangnya kepada DailySocial, Selasa (11/10).

Secara total, ada tujuh kategori obat yang bisa dipilih oleh konsumen. Mulai dari obat, suplemen & vitamin, nutrisi, herbal & tradisional, produk bayi, alat kesehatan, dan perawatan & kecantikan. Selain itu, konsumen juga bisa mengunggah resep dokter secara online, dan melakukan pre-order.

Total produknya mencapai 8 ribu SKU dari 130 apotek independen yang tersebar di Jadetabek.

Seleksi apotek dengan ketat

Karena obat merupakan salah satu elemen penting menyangkut hajat hidup orang banyak, pihak GoApotik menerapkan sistem akuisisi merchant yang cukup ketat. Ada beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh pihak apotek sebelum resmi menjadi merchant.

Mulai dari apotik harus mengikuti regulasi yang berlaku di Indonesia, memiliki SKU yang lengkap dan memiliki spesifikasi keahlian produk SKU, kemudian ada proses due dilligence, dan ada PIC yang memiliki passion di dunia digital. Sementara ini, sasaran apotek yang disasar oleh GoApotik adalah apotek independen.

Armada GoApotik saat mengantar pesanan / DailySocial
Armada GoApotik saat mengantar pesanan / DailySocial

“Kami juga memberikan pengarahan ke merchant bagaimana berjualan obat secara online yang baik sebagai added value untuk mereka. Sebab setelah jadi mitra, bisnis ritel offline mereka tidak akan terganggu sama sekali, malah membantu memperluas pasar.”

Untuk proses pengiriman barang, akan dilakukan oleh kurir yang sudah disediakan oleh pihak GoApotik. Mereka bisa berasal dari internal perusahaan, ritel kurir, atau dari partnership.

“Ada standarisasi pengiriman dari kami. Jadi setelah konsumen membeli obat [melalui] GoApotik di salah satu merchant, kurir akan datang ke apotek tersebut dan melakukan pengiriman langsung ke tempat tujuan.”

Target jangka panjang GoApotik

Sementara ini, GoApotik memang baru melayani Jakarta Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun, Robyn mengungkapkan pada tiga tahun mendatang ditargetkan akan bisa melayani seluruh Indonesia dengan cara organik. Perusahaan akan secara perlahan mengembangkan bisnis dan memperluas wilayah dengan meningkatkan volume penjualan, pendapatan, output melalui usaha sendiri.

[Baca juga: Kumpulan Startup Lokal Indonesia yang Memudahkan Akses Kesehatan via Online]

Pergerakan bisnis yang masif akan dimulai tahun depan dengan menambah lokasi, meluncurkan aplikasi untuk smartphone, meresmikan situs untuk situs, dan melengkapi produk obat jadi semakin bervariasi. Pada akhir tahun ini ditargetkan jumlah merchant apotek yang bermitra dapat menembus angka 200 apotek.

Secara model bisnis, sudah ada beberapa startup kesehatan yang menyediakan jasa pembelian obat secara online, yang paling dekat adalah Apotik Antar yang juga bakal co-brand dengan Go-Jek menjadi Go-Med.

Aplikasi Booking Dokter Malaysia BookDoc dan Peluangnya Jika Berekspansi di Indonesia

Startup kesehatan di Indonesia kemungkinan akan kedatangan pemain baru asal Malaysia yakni BookDoc. Bila rencana mulus, akan masuk pada akhir tahun ini. Selain Indonesia, ada sejumlah negara lainnya yang tengah dibidik untuk BookDoc masuki, Cina, Taiwan, Vietnam, dan Filipina.

Sebagai gambaran, BookDoc didirikan oleh Dato’ Chevy Beh pada tahun lalu. Aplikasi ini menawarkan layanan reservasi dokter dan mencari penyedia fasilitas kesehatan terdekat. BookDoc kini sudah beroperasi di 17 kota yang tersebar di empat negara, yaitu Malaysia, Singapura, Hong Kong dan Thailand.

Dikutip dari pemberitaan, berbagai kerja sama strategis dengan berbagai korporasi dan institusi pemerintah di jalin oleh BookDoc untuk memudahkan penggunanya. Misalnya dengan Grab dan Uber, memudahkan pengguna untuk lebih cepat sampai di fasilitas kesehatan yang hendak dituju.

BookDoc baru-baru ini juga sudah menambah kerja sama dengan perusahaan transportasi udara AirAsia dan Agoda untuk pemesanan kamar hotel dengan fasilitas khusus pasien disabilitas. Mereka juga telah bermitra dengan berbagai fasilitas kesehatan dan asosiasi kesehatan di negara asalnya.

 

“Tujuan kami untuk meningkatkan akses pasien dalam mendapatkan layanan kesehatan, dapat menjangkau, dan membuat ekosistem healthcare di wilayah tersebut jadi lebih baik,” ujar Dato’ Chevy Beh, Founder BookDoc.

Didukung berbagai partner strategis membuat Beh berambisi ingin mentransformasikan BookDoc sebagai aplikasi kesehatan ternama di Asia dan dapat menyejajarkan diri dengan pemain digital lainnya seperti Amazon atau Alibaba.

Terhitung kini pengguna BookDoc mencapai 200 ribu orang. Selain mengincar pengguna individu, BookDoc juga memiliki platform khusus untuk karyawan perusahaan. Perusahaan dapat mengakses ke dashboard untuk membantu mengevaluasi kebutuhan medis dari tiap karyawan. BookDoc rencananya akan menambah satu layanan baru yakni FitBit, sebuah aplikasi dalam smartphone yang dapat berfungsi menjaga track record kesehatan pasien.

“Perusahaan kami tergolong masih muda dan baru saja memulai usaha. Masih banyak ide lainnya yang sudah masuk ke dalam pipeline bisnis,” pungkasnya.

Kondisi nantinya bila BookDoc masuk ke Indonesia

Dilihat dari gambaran bisnisnya, sudah ada beberapa pemain startup kesehatan lokal yang memiliki konsep bisnis yang hampir sama. Ambil contoh, Doktersiaga, Konsula, Lokadok, dan MedisMap.

[Baca juga:Daftar Startup Indonesia di Bidang Kesehatan]

Lalu, apakah kedatangan BookDoc ini bisa membawa ancaman bagi pemain lokal? Belum tentu, sebab semua tergantung penerapan strateginya. Seandainya BookDoc bisa membawa kemitraannya dengan Uber, Grab, AirAsia, dan Agoda, hal tersebut bisa menjadi game changer karena belum ada aplikasi teknologi kesehatan di Indonesia yang memikirkan solusi selengkap ini.

Meskipun demikian, tak bisa dinafikkan bahwa tiap negara memiliki kultur budaya yang berbeda, sehingga tidak bisa sembarang pendekatan bisa diterapkan. Pada akhirnya, diharapkan konsumen yang membutuhkan jasa kesehatan yang semakin mudah, terpadu, dan terjangkau, akan menjadi pihak yang paling diuntungkan.

PesanLab dan Peluang Startup Teknologi di Industri Kesehatan

Startup berbasis teknologi di Indonesia yang tengah bergairah telah berhasil membuka berbagai peluang baru di berbagai sektor industri, termasuk di dunia kesehatan. Salah satu pemain yang mencoba mencicipi peluangnya lewat pemanfaatan teknologi adalah PesanLab yang berupaya menjadi penghubung antara laboratorium dengan pasien yang ingin melakukan pemeriksaan. PesanLab sendiri punya visi untuk bisa menjadi one stop solution platform di sektor kesehatan.

CEO PesanLab Dimas Prasetyo menjelaskan bahwa PesanLab adalah perusahaan teknologi yang menghubungkan lab-lab di Indonesia dengan para pasien yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up.

PesanLab sebenarnya sudah hadir sejak tahun 2014 lalu, namun dengan nama yang berbeda yaitu LabConX. Startup yang diawali dari sebuah diskusi di forum terbesar Indonesia ini pun akhirnya memutuskan berganti nama di awal tahun 2016 agar lebih familiar. Di samping itu, pada Januari 2016 PesanLab juga membukukan pendanaan awal dari perusahaan yang sama yang mendukung HaloDoc dan meresmikan berdirinya PT Mitra Digital Laboratorindo sebagai payung usaha legal.

Dimas mengatakan, “Pergantian nama itu sebenarnya agar lebih tersurat karena spelling LabConX [baca: Lab Connnect] itu masih sulit [bagi masyarakat Indonesia]. Banyak kesalahan terjadi ketika mengetik URL [dan] rekan bisnis juga sering mengalami kesalahan, baik itu ketika mendengar atau mengucapkan. Intinya kami rasa [lingkungan bisnis] belum siap kalau diberi nama yang aneh-aneh, jadi yang tersurat saja agar konsumen bisa langsung tahu kalau mau pesan [pemeriksaan] lab ke mana.”

Operasional PesanLab saat ini

Secara singkat, pengguna terdaftar bisa langsung masuk ke sistem PesanLab dan memilih jenis pemeriksaan lab apa yang dia inginkan. Pilihannya beragam, mulai dari pemeriksaan gula darah, kolesterol, hingga TORCH. Menariknya, PesanLab juga memberikan pilihan Home Service bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan di rumah.

Mengenai monetisasi, Dimas menjelaskan bahwa pihaknya memperoleh fee dari setiap transaksi yang terjadi antara pasien dengan lab. Saat ini PesanLab sendiri sudah bekerja sama dengan beberapa lab besar di Indonesia seperti Prodia, Biotest, CITO, Parahita Diagnostic Center, Lab Gunung Sahari, Primadina, dan Laboratorium Amerin Bio-Clinic (ABC Lab). Sedangkan metode pembayaran yang didukung adalah melalui kartu kredit, internet banking, dan juga Doku.

“Kami ingin memangkas alur-alur yang tidak perlu dalam pemeriksaan Lab. Misi kami adalah supaya akses terhadap kesehatan, terutama yang berhubungan dengan diagnostik, itu menjadi lebih mudah lebih praktis, dan transparan [hasilnya bisa dilihat online],” ujar Dimas.

Di sisi lain, pendanaan awal yang diperoleh PesanLab di awal tahun membuat PesanLab kini bekerja sama dengan HaloDoc dan juga ApotikAntar. PesanLab pun kini dapat diakses melalui aplikasi mobile HaloDoc. Selain itu, pendanaan juga akan dialokasikan untuk terus mengembangkan produk dan merekrut talenta-talenta lebih banyak lagi.

Ke depannya, menurut Dimas, PesanLab akan fokus dulu di ranah diagnostik namun tetap menambah kerja sama dengan para dokter. Kemudian tak menutup kemungkinan juga untuk merambah ranah kerja sama dengan perusahaan dan juga menyediakan layanan medical tourism. Lebih jauh, ia ingin PesanLab dapat menjadi one stop solution platform yang memungkinkan penggunanya berkonsultasi dengan dokter dan juga memesan obat secara langsung di PesanLab.

Dimas juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya (PT Mitra Digital Laboratorindo) tengah mengembangkan platform bernama HomeCare. Platform tersebut memungkinkan penggunanya untuk memesan perawat untuk melakukan perawatan di rumah berdasarkan paket yang tersedia. Perawat yang bergabung pun hanya perawat yang sudah memiliki sertifikasi keperawatan.

Peluang startup teknologi di sektor kesehatan

Ranah di mana PesanLab bermain dalam industri kesehatan berbasis teknologi memang ranah yang baru. Dimas sendiri menyampaikan bahwa tantangan yang paling dirasa ketika membangun PesanLab ada di partnership dan juga edukasi. Pun begitu, ia optimis bahwa peluang di sektor kesehatan untuk pasar Indonesia masih besar.

Dimas mengatakan, “Market di Indonesia untuk diagnostik saja itu hampir Rp 10 triliun setahun. Data ini sebenarnya data closed, tetapi ada yang bisa dijadikan acuan. Contohnya Prodia yang mau IPO akhir tahun ini dan market dia itu sudah Rp 1 triliun lebih setahun. Prodia juga kira-kira memegang pangsa pasar di atas 10 persen.”

“Healthcare di Indonesia itu masih jarang. Ok, konsultasi dokter sudah ada, pemesanan obat sudah ada, tetapi itu baru pra saja terhadap dunia kesehatan. 70 persen keputusan tentang kesehatan ini ada di diagnostik, di sini kuncinya yang menghubungkan antara konsultasi dokter dan obat. Di luar negeri itu sebenarnya sudah banyak, tetapi karena di Indonesia pasarnya luas dan knowledge base-nya sedikit maka entry barrier-nya juga jadi tinggi,” lanjutnya.

Selain potensi di segmen diagnostik, Dimas juga mengungkap bahwa sektor terapi masa pengobatan masih bisa optimalkan lagi lewat teknologi.

“Menyesuaikan kultur dunia kesehatan dengan teknologi itu memang ‘lumayan’ karena selama ini para lab atau rumah sakit selalu nyaman dengan cara yang sudah ada. Ketika ada teknologi yang menyentuh ke arah sana dan mempunyai effort lebih, mereka biasanya cenderung tertutup. Maka dari itu perlu ada orang yang khusus di bidang tersebut agar komunikasinya bisa lancar,” tandas Dimas.

TrustMedis Coba Hadirkan Solusi Sistem Informasi Fasilitas Kesehatan di Indonesia

PT Trust Solusion Indonesia (TrustMedis) adalah perusahaan IT berbasis di Surabaya. Perusahaan tersebut memiliki aktivitas utama pengembangan software berbasis solusi dan memberikan jasa konsultasi menyeluruh dalam implementasi teknologi informasi, khususnya bidang kesehatan.

Achmad Zulkarnain Al Jufri, founder dan CEO TrustMedis, menjelaskan semangat awal mendirikan TrustMedis adalah masih banyaknya fasilitas kesehatan (faskes) yang kesulitan saat mengatur sistem informasi. Misalnya, kurang efisien, pencatatan ganda, dan pada akhirnya merugikan rumah sakit itu sendiri.

Dalam pengembangannya, lanjut dia, TrustMedis merupakan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) dengan tiga jenis pelayanan yakni e-Doctor, e-Clinic, dan e-Hospital. Selain itu, terdapat modul rawat inap, rawat jalan, IGD, farmasi, penunjang medis, administrator, keuangan, human resource management (HRM), costumer relationship management (CRM), bank darah, instalasi gizi, manajemen, inventori, dan akuntansi.

“Seluruh pelayanan yang ditawarkan TrustMedis sudah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan. TrustMedis juga melayani pendaftaran secara online, display sistem antrian, dan ekios,” ujarnya kepada DailySocial, Selasa (16/8).

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Kesehatan]

Dia menambahkan, dari adanya sistem yang sudah terintegrasi dengan BPJS Kesehatan, hal ini dapat membantu seluruh peserta karena ada catatan rekam medis yang tersimpan dan bisa diakses oleh seluruh fasilitas kesehatan yang sudah menjadi rekanan BPJS. Terlebih, pada 2018 adalah waktu paling lambat bagi seluruh fasilitas kesehatan untuk menjadi rekanan dan terintegrasi dengan BPJS.

TrustMedis dapat digunakan oleh seluruh faskes yang bergerak di bidang kesehatan, mulai dari praktek dokter mandiri, klinik dan puskesmas, rumah sakit spesialis, rumah sakit umum, asuransi, pasien, distributor obat dan alat kesehatan, hingga pemerintah.

Pihaknya mengklaim sejumlah keunggulan yang ditawarkan dibandingkan kompetitor lainnya, misalnya aplikasi berbasis web, menggunakan software development model Hierarichal Model View Controller (HMVC), bisa membuat Application Programming Interface (API). Dari sisi user interface, ada sistem validasi sehingga dapat meminimalisir human error saat memasukkan data.

Dari segi pengaturan standar sistem, tersedia data master dan bisa dilakukan oleh rumah sakit sehingga tidak ketergantungan dengan vendor. Pihaknya menyediakan dua opsi yang bisa dipilih untuk mengaksesnya lewat internet atau intranet dengan kisaran harga mulai dari 30 juta hingga miliaran Rupiah.

Saat ini, sambungnya, TrustMedis sudah digunakan oleh 100 fasilitas kesehatan yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo, beberapa kota di Jawa Timur, Balikpapan, Banjarmasin, dan Makassar. Tahun ini pihaknya akan mulai merambah lokasi baru di Jakarta dan sekitarnya.

Secara potensi bisnis, pada 2014 tercatat ada 2.006 rumah sakit di Indonesia, rumah sakit bersalin sebanyak 2.307, poliklinik 7.396, puskesmas 9.908, puskesmas pembantu 24.949, dan apotek 8.977. Dari keseluruhan faskes, hanya 20% saja yang sudah memiliki sistem informasi yang baik.

Luncurkan MedisMap

Agar promosi brand TrustMedis menjadi lebih massive, perusahaan meluncurkan startup baru dengan ceruk layanan booking online dokter dinamai MedisMap. Menurut Achmad, MedisMap ini berbentuk aplikasi yang menawarkan fasilitas mencari dokter, faskes terdekat, dan booking online dalam perangkat smartphone dan situs website.

Achmad menjelaskan, MedisMap didirikan setelah melewati proses pengembangan sejak Desember 2015 dengan dana investasi sebesar 1 miliar Rupiah dari dana pribadi. Menurutnya, ada satu kekuatan utama yang bisa menjadi pembeda MedisMap dibandingkan startup serupa. Yakni, adanya fasilitas catat rekam medis yang bisa diakses oleh dokter karena aplikasi ini sudah terintegrasi dengan TrustMedis.

Rekam medis sangat dibutuhkan oleh dokter saat hendak menganalisa penyakit yang diderita oleh pasiennya. Mirisnya, hal ini belum sepenuhnya bisa diakomodir oleh pemerintah.

Agar semakin menarik minat, MedisMap akan menggencarkan sejumlah kerja sama strategis. Misalnya mengolaborasikan dengan startup di bidang lainnya, misalnya transportasi. Sementara ini, untuk pengguna MedisMap asal Surabaya sudah bisa menggunakan Ojesy (Ojek Syariah). Selain itu, kerja sama strategis dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Butuh investor

Achmad mengungkapkan sekarang ini pihaknya membutuhkan investor baru untuk kebutuhan perluasan server, menambah tenaga programmer, dan pemasaran. Rupanya, sudah ada sejumlah investor yang sudah menunjukkan minatnya, antara lain berasal dari Korea, Singapura, India, dan lokal.

“Sejauh ini sudah ada beberapa calon [investor] yang dekati kami. Kami pun harus seleksi lagi agar dapat investor yang tepat sesuai visi misi kami,” pungkasnya.

Di Indonesia pemain startup yang bergerak di bidang kesehatan sudah lumayan ramai. Sebut saja ada Konsula, Lokadok, HelloDoctor, Tanyadok, haiDokter, Pasienia, DokterSehat, Doktersiaga, Practo, Doktermana, Dokter.id, dan PilihDokter.

Namun, Achmad secara terang-terangan menyebut Konsula adalah kompetitor MedisMap secara head to head dan PT Buana Varia Komputama adalah kompetitor TrustMedis.

Alodokter Bukukan Pendanaan Seri A Senilai 32 Miliar Rupiah

Setelah Carousell, Modalku dan Go-Jek, kali ini berita pendanaan datang dari portal informasi kesehatan Alodokter. Startup yang didirikan oleh Nathanael Faibis ini mengumumkan telah menerima pendanaan Seri A senilai $ 2,5 juta (sekitar Rp 32 miliar) yang dipimpin oleh Golden Gate Venture (GGV) dengan partisipasi 500 Startup, dan entrepreneur Singapura Lim Dershing. Bersamaan dengan itu, Ex-VP Lazada Indonesia Daniel Stan kini bergabung dengan Alodokter untuk memimpin ekspansi internasional dan Founding Partner GGV Jefrey Payne masuk ke jajaran dewan direksi.

Dana segar yang baru diperoleh ini rencananya akan digunakan untuk menumbuhkan platform Alodokter. Mulai dari merekrut talenta, meningkatkan layanan, hingga ekspansi secara regional. Ex VP Lazada Indonesia Daniel Stan adalah orang yang dipercaya untuk memimpin langkah ekspansi internasional Alodokter di Asia Tenggara tahun ini.

Di sisi lain, sebagai bagian dari investasi, Founding Partner GGV Jeffrey Payne juga akan masuk ke jajaran dewan direksi Alodokter. Jeffrey sendiri optimis Alodokter bisa menjadi portal kesehatan terkemuka di Asia Tenggara.

“Kami senang bisa bergabung dengan Nathanael dan seluruh timnya dalam perjalanan mereka untuk menciptakan portal informasi kesehatan terkemuka di Asia Tenggara. [Sekarang] Semakin banyak orang di wilayah ini mengkonsumsi dan mengandalkan konte digital dan jasa, dan itu menjadi bagian fundamental dari perdagangan, komunikasi, dan hiburan. Kini berkat Nathanael dan timnya konsumen bisa mengandalkan Alodokter untuk mengelola kesehatan mereka,” kata Jeffrey.

Alodokter dan bisnisnya

Alodokter adalah portal informasi kesehatan yang didirikan Nathanael Faibis (CEO) pada tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena masih belum adanya sumber informasi kesehatan online yang bisa dipercaya masyarakat saat itu. Sebelum mendirikan Alodokter, Nathanael sendiri pernah bekerja sebagai Head of User Experience Lazada Asia Tenggara.

“Yang kami lakukan adalah menyediakan informasi terpercaya […] yang pada dasarnya berhubungan dengan kesehatan. Orang-orang juga bisa berkonsultasi dengan dokter di platform kami. Tapi ini bukan untuk menggantikan peran konsultasi dokter, lebih kepada menjelaskan langkah apa yang harusnya dilakukan oleh seseorang selanjutnya ketika mereka [atau yang di sekitarnya] sakit,” ujar Nathanael ketika ditemui oleh DailySocial kemarin (4/8).

Di tahun 2015 lalu, Alodokter sendiri berhasil membukukan pendanaan awal yang dipimpin oleh Fenox. Ketika itu, Alodokter mengklaim telah melayani lebih dari satu juta pengunjung unik ke platform mereka. Kemudian, di bulan maret 2016 Alodokter juga meluncurkan aplikasi mobile mereka.

Nathanael mengatakan, “Kami menghabiskan banyak waktu untuk memberikan informasi kesehatan yang berkualitas. […] Untuk menjamin hal tersebut layanan kami mencoba menjawab setiap pertanyaan dari pasien [pengunjung Alodokter] secepat mungkin. Di aplikasi mobile kami bisa menjawab [pertanyaan] dalam kurun waktu 10 menit melalui chatting. Di situs, kami menjawab dalam kurun waktu 24 jam melalui forum.”

Alodokter saat ini memonetisasi layanannya melalui iklan premium yang bekerja sama dengan pihak-pihak yang bergelut di bidang kesehatan dan sebagian besar pemasukan pun berasal dari sini.

Mengenai pertumbuhan layanan, Nathanael mengklaim bahwa Alodokter telah mengalami pertumbuhan yang impresif dalam satu tahun ini. Saat ini Alodokter mengklaim telah melayani 8 juta pengunjung unik di platform mereka, naik sekitar 700% sejak pendaan awal. Di sisi lain, lebih dari 100.000 pertanyaan diklaim telah dijawab melalui situs dan ada lebih dari 1000 pertanyaan terjawab tiap harinya melalui aplikasi mobile. Dokter yang bergabung pun kini diklaim telah berjumlah lebih dari 100.

Nathanael juga percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk kesehatan digital, terutama bila ada peran AI di dalamnya. Mengenai peluang layanan kesehatan di Indonesia, Nathanael juga optimis bahwa saat ini peluangnya masih terbuka lebar.

Nathanael mengatakan, “Kami percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk [layanan] kesehatan digital. Dengan perpaduan AI dan interaksi dokter sesungguhnya, kita bisa memberikan informasi lancar kepada pengguna. Segera, pasien akan mengharapkan informasi kesehatan yang bersifat pribadi secara langsung dan kami bekerja keras untuk menyediakan mereka dengan itu.”

“Kami juga melihat pertumbuhan kuat dalam jumlah orang yang mencari informasi kesehatan secara online. Setiap tahun, ada 20% lebih pencarian tentang kesehatan melalui Google. […] Kami pikir tren ini [layanan informasi kesehatan online] akan tumbuh lebih besar karena orang [akan] lebih terhubung dengan smartphone dan lebih peduli dengan kesehatan mereka. Jadi, tren yang kami lihat, orang Indonesia pada umumnya sudah berusaha untuk mendapatkan gaya hidup yang lebih sehat dan untuk mendapatkan itu mereka akan mencari informasinya secara online,” tandas Nathanael.

Application Information Will Show Up Here

BOOKmyFIT Hadirkan Kemudahan Berlangganan Pusat Kebugaran di Jakarta

Resmi diluncurkan tanggal 23 Juli 2016, BOOKmyFIT aplikasi yang menghadirkan pilihan pusat kebugaran di Jakarta siap membantu pengguna yang mencari rekomendasi tempat olahraga, fun activity dengan biaya bulanan yang terjangkau. Startup yang dimiliki oleh PT Fitness Inspired Technologies ini mengklaim sebagai salah satu produk karya anak bangsa.

“Kami percaya olahraga tidak harus selalu dengan satu gym atau mengikuti suatu rutinitas. BOOKmyFIT didirikan untuk memberikan fun, variety, dan convenience di dalam bentuk kebebasan waktu dan pilihan tempat untuk berlatih dan berolahraga,” kata Content Manager BOOKmyFIT Clarissa Santoso kepada DailySocial.

Sekilas konsep yang ditawarkan oleh BOOKmyFIT tidak jauh berbeda dengan layanan serupa lainnya seperti KFit, sebagai aplikasi yang menyediakan informasi lengkap pusat kebugaran dengan cara mudah dan pilihan pembayaran keanggotaan yang bervariasi.

“Beda layanan kami dengan lainnya, kami menghubungkan studio dan gym dengan user yang ingin mengikuti kelas sesuai keinginan, lokasi dan jadwal mereka. Produk dan platform kami didirikan di Indonesia. Tim kami selalu siap melayani komunitas BOOKmyFIT dan kami menawarkan harga yang sangat Indonesia-friendly,” kata Clarissa.

BOOKmyFIT menawarkan dua pilihan pembayaran untuk keanggotaan yaitu Lite dan Power. Untuk aplikasi mobile saat ini BOOKmyFIT baru tersedia di platform Android.

Fitur unik dan kemitraan yang dilancarkan

Setelah bergabung sebagai anggota BOOKmyFIT, pengguna mendapatkan kesempatan untuk mengakses ke berbagai tempat pusat kebugaran dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan. Sejak dirilis aplikasinya Sabtu lalu, jumlah pengguna BOOKmyFIT hingga saat ini telah mencapai 500 orang.

“Pengguna nantinya hanya tinggal mengakses secara online, memilih jadwal dan melakukan reservasi secara online lalu bisa langsung hadir di studio pada waktu yang dijadwalkan. Keanggotaan diperpanjang setiap bulan, dan tidak akan ada kesulitan untuk berhenti keanggotaan atau bergabung kembali menjadi anggota sesuai kebutuhan,” kata Clarissa.

Saat ini BOOKmyFIT mengklaim telah memiliki sekitar 20 mitra pusat kebugaran di Jakarta dan masih berupaya untuk menambah jumlah kemitraan tersebut dengan memberikan benefit lebih yang bisa mendongkrak pendapatan dari semua mitra yang bergabung dengan BOOKmyFIT.

“Untuk mitra studio dan gym kami, kami menawarkan end-to-end support, dari schedule upload, marketing, dan juga sistem pembayaran yang reliable. Kami juga memiliki metode search yang unik, yaitu Surprise Me! Confirmation dan cancellation sangat cepat dan mudah, semua bisa dilakukan di situs atau aplikasi mobile BOOKmyFIT,” kata Clarissa.

Aplikasi yang tepat untuk pecinta olahraga


yuy

Secara khusus aplikasi yang ditawarkan oleh BOOKmyFIT adalah menawarkan layanan yang valuable untuk pengguna menyukai olahraga, diharapkan juga kemudahan yang ditawarkan bisa meraih lebih banyak jumlah pengguna yang selama ini enggan untuk memanfaatkan tempat pusat kebugaran untuk kemudian mulai mencoba dan menjadi pengguna setia layanan BOOKmyFIT.

“Platform kami memang masih sangat baru, tapi kami memiliki komunitas fitness enthusiast lokal dan expat yang kuat dan sangat supportive akan produk kami. Selain itu, kami selalu mengutamakan kenyamanan dan kesehatan pengguna kami,” kata Clarissa.

Ke depannya BOOKmyFIT mencoba untuk menghadirkan inovasi terkini yang memiliki aspek sosial, yaitu menghubungkan antara pengguna yang satu dengan lainnya. Seperti apa cara kerja fitur tersebut nantinya, saat ini masih dalam proses pengembangan tim BOOKmyFIT.

“Kami sedang dalam proses perencanaan untuk sesuatu yang seru dan menarik, salah satunya adalah social aspect dari platform kami yang menghubungkan user dengan teman-teman anggota lainnya, supaya mereka tetap up to date dengan kegiatan teman-temannya dan termotivasi untuk membuat diri sendiri menjadi lebih sehat, bugar dan aktif,” tutup Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

ApotikAntar Kian Agresif Lakukan Ekspansi

Setelah tiga tahun memantapkan diri di segmen startup healthcare Indonesia, ApotikAntar kian bersemangat memperluas jangkauan pasarnya dengan giat melakukan ekspansi ke berbagai kota di Indonesia. Setelah beberapa waktu lalu memantapkan dirinya di Surabaya, belum lama ini melalui siaran persnya ApotikAntar juga baru saja memantapkan operasinya di Kota Medan. Tak tanggung-tanggung menurut Vice President ApotikAntar Tjan Gito saat ini di Medan pihaknya sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 apotek.

Seperti diketahui, bahwa ApotikAntar merupakan sebuah layanan pesan obat secara online melalui paltform web dan aplikasi mobile. Sebagai pengusung layanan on-demand ApotikAntar tidak bekerja sendiri, pihaknya juga menggandeng pemain ride-sharing Go-Jek untuk menjanjikan pengantaran obat dari toko tak lebih dari satu jam. ApotikAntar sendiri merupakan satu dari sekian banyak layanan digital di bidang kesehatan yang saat ini ada. Bedanya, bila kebanyakan layanan merupakan media untuk bantu berkonsultasi dengan dokter, ApotikAntar lebih memilih untuk memberikan jasa pesan antar obat secara online.

Target ApotikAntar sendiri adalah mampu menjadi penyedia jasa pembelian obat online di berbagai kota, termasuk Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Makassar, Balikpapan dan Denpasar. Startup di bawah naungan M-Health Tech ini meyakini, dengan berfokus pada jasa layanan pesan obat on-demand, dengan ketekunan tim dalam memberikan layanan, maka akan bisa membantu lebih banyak masyarakat di Indonesia.

Tak hanya memberikan kemudahan dan kecepatan saja, sebagai jaminan rasa aman, ApotikAntar menggandeng apotek-apotek yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dari Kementerian Kesehatan. Traksi yang menggairahkan cukup terbukti dengan prestasi 10.000 unduhan aplikasi mobile ApotikAntar oleh masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Pendanaan, Layanan Berlangganan Pusat Kebugaran KFit Segera Perluas Layanan ke Indonesia

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A sebesar $12 juta dari Venturra Capital, SIG, dan Axiata Digital Innovation Fund, aplikasi KFit yang menawarkan keanggotaan di berbagai pusat kebugaran tampaknya dalam waktu dekat akan berekspansi ke Indonesia. Layanan ini sempat membuka lowongan pekerjaan yang berbasis di Jakarta.

Telah hadir di 8 negara, Indonesia merupakan negara tujuan selanjutnya untuk ekspansi di Asia Tenggara. Rencana ini dibuktikan dengan sempat beredarnya iklan lowongan pekerjaan yang dibuka KFit khusus untuk Indonesia. Posisi yang dicari KFit adalah Business Development Executive.

Kapan rencana KFit akan meresmikan layanannya di Indonesia, hingga kini DailySocial belum mendapatkan konfirmasi. Indikator menarik jelas adalah masuknya Venturra Capital, yang berbasis di Jakarta, sebagai pemimpin putaran pendanaan kali ini.

Melihat kemudahan yang ditawarkan, KFit sepertinya menjawab kegelisahan masyarakat  yang ingin rutin berolahraga di pusat kebugaran dan kerap disulitkan dengan persyaratan pendaftaran, pembatalan, keterbatasan lokasi penggunaan pusat kebugaran dan tempat fitness hingga biaya bulanan yang dibebankan.

“Kami dari KFit selalu bertanya bagaimana cara terbaik untuk membantu masyarakat menemukan tempat fitness dan pusat kebugaran di sekitar. Akhirnya kami membuat aplikasi yang tepat untuk menjawab kebutuhan tersebut,” kata CEO KFit Joel Neoh kepada TechCrunch.

KFIT adalah layanan online-to-offline untuk keanggotaan di pusat kebugaran. Melalui aplikasi di iOS dan Android dan membayar biaya keanggotaan bulanan, pengguna sudah bisa berolahraga di berbagai tempat kebugaran di lokasi yang sudah bermitra. Saat ini KFIT telah bermitra dengan 4500 pusat kebugaran dan tempat fitness, serta menerima 250 ribu reservasi dari pengguna.

Ingin menjadi active lifestyle platform

Berawal dari model bisnis yang memudahkan pengguna untuk mendaftarkan diri menjadi anggota pusat kebugaran, saat ini KFit telah melakukan inovasi dengan menambahkan fitur-fitur baru serta pilihan lebih kepada pelanggan.

“Saat ini KFIT mulai berevolusi menjadi ‘active lifestyle platform’ yang nantinya akan memperluas layanannya lebih dari sekedar pusat kebugaran dan tempat fitness saja.” kata Joel.

Ekspansi tersebut nantinya akan memfokuskan seputar layanan kebugaran terpadu, bukan menjadi marketplace alat-alat olahraga dan produk terkait lainnya. Intinya KFit ingin menjadi layanan online-to-offline terlengkap untuk kebugaran dan fitness di kawasan Asia Pasifik.

Tahun 2016 ini KFit berencana secara agresif mengumpulkan pendapatan, setelah tahun sebelumnya, hingga kuartal ketiga, sekitar 80% dana yang dimiliki telah dihabiskan untuk menambah jumlah tim.

Insan Medika Hadirkan Layanan On-Demand di Bidang Keperawatan

Tingginya minat masyarakat ditangkap baik oleh pemain bisnis di berbagai sektor, tak terkecuali di sektor kesehatan. Sebuah startup bernama Insan Medika baru-baru ini meluncurkan portal online dan aplikasi berplatform Android yang didesain untuk memudahkan masyarakat melakukan pemesanan jasa perawat. Layanan ini sekaligus didesain sebagai kanal untuk menghubungkan lulusan bidang studi keperawatan dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut pemaparan CEO Insan Medika Try Wibowo, tren bertumbuhnya permintaan layanan perawat rumahan sudah ada sejak tahun 2010. Kebanyakan perawat rumahan melakukan aktivitas perawatan pasien ataupun anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus, termasuk sebagai pendamping penyandang disabilitas. Platform Insan Medika bekerja memberikan kemudahan dan opsi bagi masyarakat untuk memilih dan memesan jasa perawat yang dibutuhkan.

Secara garis besar, fitur inti layanan online Insan Medika ialah sebagai situs listing perawat yang masuk ke dalam jaringannya. Selebihnya layanan yang ada ialah sebagai sebuah sistem informasi layaknya situs pada umumnya. Pengguna yang membutuhkan jasa perawat dapat melakukan pencarian melalui menu Pesan Perawat dan menggunakan penyaringan berdasarkan kategori yang disediakan.

Dari daftar perawat yang ditampilkan, pengguna dapat melihat informasi detil data diri perawat, termasuk lampiran sertifikat dan pencapaian yang dimiliki dalam kaitannya dengan studi dan sertifikasi keperawatan. Dan ketika pengguna sudah cocok dengan kandidat perawat tertentu yang sedang tersedia, selanjutnya dapat memesan melalui tombol yang disediakan. Pengguna akan dihadapkan pada sebuah formulir pemesanan online.

Pemesanan tersebut menggunakan formulir biasa, pengguna diminta melengkapi profil data dari dan detil kebutuhan perawat. Setelah data dikirim, konsumen akan dihubungi via telepon oleh tim Insan Medika. Ya, sistem yang ada saat ini baru bertindak sebagai sebuah formulir online. Belum disediakan fungsionalitas lain. Untuk versi aplikasi Android-nya, tetap sama dengan model formulir pesan, hanya saja layanan yang diberikan sudah termasuk pesan obat dan juga jasa ambulan.

Sebagai sebuah sistem reservasi ada beberapa catatan yang dapat dipertimbangkan untuk ditambahkan pengembang ke dalam portal Insan Medika. Pertama ialah dashboard pengguna. Hal ini memungkinkan pengguna untuk memiliki profil dan catatan registrasi yang telah dimiliki. Rata-rata pengguna jasa perawat membutuhkan layanan dalam waktu periodik, terlebih untuk perawat penyandang disabilitas, anak, atau orang tua. Dengan demikian akan memberikan keleluasaan pengguna dalam melakukan transaksi di kemudian hari.

Sistem rating mendetil juga perlu ditambahkan, sebagai testimoni pelanggan lain terhadap seorang perawat atas kinerja yang telah dilaksanakan. Karena dunia keperawatan sangat bergantung dengan kenyamanan dan ketelatenan layanan perawat yang diberikan. Sistem pembayaran juga dapat menjadi tambahan inovasi pengembangan ketika dashboard pengguna sudah berhasil dikembangkan.

Januari ini Insan Medika baru saja melakukan ekspansi ke Jakarta. Basis utamanya sendiri berada di Yogyakarta. Insan Medika memiliki visi besar untuk menciptakan sebuah layanan on-demand yang menghubungkan antara kebutuhan perawat di rumah dan lulusan sekolah dan akademi jurusan keperawatan yang mencari kesempatan kerja.

Mediku Bertekad Menjadi Layanan Kesehatan Virtual Terlengkap di Indonesia

Berawal dari ide yang didapat saat mengikuti brainstorming di acara Gemastik (Pagelaran Mahasiswa TIK) UGM, startup bernama VistoWorks Studio terinspirasi untuk membuat sebuah aplikasi di bidang kesehatan. Ide tersebut diwujudkan dalam sebuah aplikasi Mediku. Aplikasi tersebut sudah tersedia di Google Play dalam versi beta. Pada awal tahun 2016, versi penuhnya akan segera dirilis.

Aplikasi Mediku saat ini terdiri dari 5 fitur utama, yakni First Aid, Symptom Checker, Medical History, Hospital Finder dan Pill Reminder. First Aid merupakan sebuah layanan sistem informasi kesehatan yang dapat diakses untuk mendapatkan tips melakukan tindakan cepat saat terjadi keadaan darurat kesehatan. Symptom Checker merupakan sebuah fasilitas yang dapat digunakan untuk memeriksa potensi penyakin dengan mengindikasi gejala-gejala yang dirasakan pengguna.

Medical History berisi catatan kesehatan yang pernah diinputkan oleh pengguna. Dengan mencatatkan keluhan penyakit yang pernah diderita, sistem akan memberikan analisis dan mengingatkan pengobatan yang harus diambil ketika mengalamai gejala yang sama.

Fitur selanjutnya ialah Hospital Finder. Tidak hanya mampu menemukan rumah sakit besar, namun juga menjangkau klinik kesehatan di seputaran lokasi pengguna. Fasilitas ini tidak hanya memberikan POI (Point of Interest) namun termasuk fitur navigasi dan informasi kontak. Dan terakhir adalah Pill Remider, sebuah pengingat otomatis untuk mengatur jadwal minum obat.

Dalam pengembangan Mediku, tim VistoWorks Studio yang terdiri dari 6 orang (saat ini semua masih dalam status mahasiswa) turut menggandeng pakar kesehatan. Mereka menggandeng tim dokter dari Ikatan Dokter Indonesia untuk mendapatkan insight seputar dunia kesehatan. Mediku ingin diciptakan untuk mampu menjadi perawat virtual yang benar-benar bisa memberikan alternatif solusi kesehatan.

Rencana pengembangan pada versi penuh aplikasi

Pada versi penuh yang akan dirilis mendatang, terdapat sebuah layanan esensial yang akan ditambahkan, yakni klinik konsultasi dokter virtual. Mediku telah merekrut bebeapa dokter yang akan siap sedia memberikan pelayanan kesehatan secara virtual melalui aplikasi.

Layanan tersebut akan menjadikan Mediku bersifat freemium. Nantinya penggunaan layanan konsultasi kesehatan akan dikenakan biaya. Proses pembayaran menggunakan sistem kredit pada aplikasi yang dapat dibeli secara virtual, mirip dengan berbagai layanan berbasis aplikasi yang ada saat ini.

“Kami sangat optimis layanan ini akan bisa membuat Mediku berkembang. Saat ini kebanyakan aplikasi kesehatan yang ada di Indonesia sifatnya baru satu arah. Kami ingin menghadirkan penyegaran dengan memungkinkan pengguna dapat berinteraksi seperti layaknya saat mereka mendatangi dokter pribadi,” ujar Product Manager Mediku Velta Azizah Destiana.

Untuk merealisasikan visi Mediku, pengembang begitu berkonsentrasi pada pembuatan user experiences yang pas. Disadari bahwa solusi kesehatan erat kaitannya “cocok-tidak cocok”, oleh karenanya desain intuitif dinilai sangat esensial untuk menciptakan sebuah value yang proporsional bagi pengguna.

“Untuk target dalam waktu dekat tidak muluk-muluk, kami ingin segera merilis aplikasi versi penuh. Dan kami ingin merangkul semua pengguna smarphone di Indonesia untuk mencicipi layanan ini, karena Mediku memang diciptakan spesial untuk masyarakat Indonesia. UX yang mudah diterima, kami rasa akan menjadi nilai plus, karena tak harus terbiasa dengan aplikasi kompleks untuk dapat menikmati layanan yang ada di Mediku,” pungkas Velta.

Saat ini Mediku juga sedang mencari funding untuk membantu memaksimalkan suksesi produk, termasuk untuk memperluas kemitraan dengan tim dokter. Beberapa waktu lalu Mediku juga sempat membuat sebuah kanal crowdfunding namun belum mendapat antusias yang baik dari masyarakat.