“Asia IoT Business Platform” Soroti Tiga Isu Industri “Internet of Things” di Indonesia

Asia IoT Business Platform yang diselenggarakan selama dua hari, tanggal 7-8 Agustus 2017 akan menyoroti isu utama dalam lanskap Internet of Things (IoT) di Indonesia. Di antaranya masalah mengenai biaya, infrastruktur, dan kebijakan. Selain itu, topik terkait industri, seperti perkembangan digital terbaru, tantangan, dan masalah yang dihadapi perusahaan dan organisasi di berbagai industri vertikal.

Lebih dari 400 eksekutif senior dan pemimpin IT dari Indonesia ikut serta dalam diskusi yang membangun pengetahuan dan jaringan bisnis strategis di wilayah tersebut. Tujuan akhir yang ingin disasar dari konferensi ini adalah mendorong seluruh industri untuk mengadopsi IoT lebih cepat seiring dimulainya transformasi digital, baik di kalangan pemerintah maupun swasta.

Director Asia IoT Business Platform Irza Suprapto mengatakan acara ini menjadi platform untuk para pemimpin industri dan IT dari berbagai sektor untuk berkompul dan ikut serta dalam diskusi. Dari pertemuan tersebut diharapkan dapat membuahkan kontribusi terhadap pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman dalam industri.

“Ini salah satu langkah penting dalam mendorong transformasi digital di Indonesia, yang memungkinkan pemangku kepentngan untuk membawa masalah dan tantangan untuk mendapatkan jawabannya dari penyedia solusi dan vendor,” katanya Senin (7/8).

Division Head of IoT & Vertical Apps Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa menambahkan masih banyak konsumen yang masih beranggapan IoT sebagai teknologi dengan ongkos yang mahal. Menurutnya, hal ini terjadi karena proses edukasinya yang masih minim.

“Dari sisi pelanggan, bagaimana adopsi teknologi baru ini masih minim pengetahuannya. Ada yang bilang ini kompleks, tidak compatible, dan cost-nya tinggi. Ini harus di-address dengan cara yang benar. Edukasi yang cukup adalah kuncinya,” terang dia.

Minimnya edukasi, cukup tercermin dari hasil survei yang dilakukan Asia IoT Business Platform baru-baru ini terhadap pemimpin IT di ASEAN mengenai pandangannya mengenai IoT. Hasilnya ditemukan, sebanyak 73,3% perusahaan dan organisasi lokal saat ini sedang dalam proses eksplorasi atau menemukan solusi IoT yang mungkin untuk diimplementasikan.

Namun, hanya 7% yang melaporkan telah menerima keuntungan dari implementasi IoT berbentuk apapun dengan menyebutkan biaya, ketidakcocokan dengan sistem baru, dan kompleksitas sebagai tantangan terbesar.

“Memahami tantangan dan kekhawatiran pengguna, serta mampu menjawab tantangan adalah elemen penting yang dapat mendorong sekaligus mempertahankan tingkat adopsi IoT di sini,” terang Irza.

Dorong standarisasi jaringan dan lelang spektrum

Hendra melanjutkan bagi operator seluler, untuk mendukung percepatan implementasi IoT di Indonesia dibutuhkan kehadirannya jaringan khusus yang dialokasikan pemerintah. Sebab, pengembangan IoT membutuhkan jaringan khusus yang perlu menyesuaikan berdasarkan penggunaannya. Dia juga menekankan perlunya standarisasi jaringan.

“Karena IoT itu use case-nya berbeda-beda, maka dibutuhkan jaringan khusus. Oleh karena itu peran pemerintah yang kami paling butuhkan adalah membuat standarisasi dan spektrum,” terangnya.

Untuk sektor yang diperkirakan paling banyak diadopsi, menurut Hendra, secara berurutan adalah mobilitas, industri, ritel, utilitas, dan smart city.

“Empat sektor tersebut yang menurut kami bakal paling banyak menggunakan teknologi IoT untuk ke depannya di Indonesia,” pungkasnya.

Indosat Ooredoo Business Resmikan Platform IoT Manajemen Armada NextFleet

Indosat Ooredoo Business resmikan peluncuran platform internet of things (IoT) NextFleet sebagai solusi manajemen armada demi memudahkan korporasi untuk mengomptimalkan proses distribusi jadi lebih akurat dan aktual dengan menggunakan aplikasi mobile dan perangkat IoT.

NextFleet merupakan pengembangan produk vertikal lapis kedua dari platform IoT sebelumnya, yaitu NexThing, yang sudah lebih dulu diluncurkan pada akhir 2015. Peluncuran ini sekaligus menandakan ambisi Indosat Ooredoo untuk menjadi IoT platform leader di Indonesia pada tiga tahun mendatang.

“Dalam tiga tahun ke depan, kami akan memperkuat posisi sebagai preferred digital partner di Indonesia. Ini sudah kami lakukan sejak dua tahun lalu lewat peluncuran NexThing dengan fokus lebih ke smart city. Untuk vertikal produk kedua dari NexThing adalah NextFleet untuk solusi transportasi, logistik, dan distribusi. Ke depannya akan ada vertikal produk lainnya yang siap kami hadirkan,” terang Division Head of IoT & Vertical Apps Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa, Senin (7/8).

Kehadiran NextFleet, sambungnya, menjadi solusi yang ingin dihadirkan Indosat dalam mengatasi permasalahan tingginya ongkos logistik di Indonesia. Indosat melihat tingginya ongkos disebabkan 60% di antaranya dikontribusikan oleh transportasi. Selain itu, utilitas armada yang rendah karena sebanyak 50% kendaraan dalam perjalanan pulang berada dalam kondisi yang kosong.

Solusi yang dihadirkan pemain lainnya untuk mengatasi masalah tersebut diklaim kurang menjawab keadaan, lantaran fitur yang dihadirkan hanya sekadar GPS untuk melacak keberadaan barang.

Hendra mengklaim NextFleet sebagai solusi manajemen secara menyeluruh untuk konsumen karena adanya fitur aplikasi berbeda untuk tiga pihak yang terlibat dalam proses supply chain armada distribusi logistik. Mulai dari fleet manager, pengemudi, dan pelanggan. Ketiganya disebut sebagai Three Persona.

Three Persona menyebabkan ketiga pihak saling terintegrasi karena di dalam masing-masing aplikasi memiliki fitur yang berbeda dan dapat berbagi data. Hal ini memudahkan terjadinya kolaborasi dalam memantau armada dan proses distribusinya.

Kelebihan lainnya adalah Multi Point Destination dengan kemampuan melakukan aktivitas distribusi ke beberapa lokasi, memonitor posisi dan aktivitas secara aktual, dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

“Di samping itu, NextFleet juga menggunakan teknologi yang sudah kami kembangkan sebelumnya yakni Vehicle Telematics. NextFleet ini diperuntukkan untuk perusahaan yang bergerak di sektor logistik, supply chain, manufaktur, transportasi, dan ritel.”

Dapat dioperasikan di luar jaringan Indosat

Director and Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo Herfini Haryono menambahkan NextFleet menggunakan konsep telco agnostic, yang berarti dapat dijalankan di luar jaringan Indosat. Tidak mewajibkan konsumen untuk menjadi pelanggan Indosat terlebih dahulu dalam menikmati produknya.

Terlebih, dalam menghadirkan produk untuk korporasi konsep ini harus dipakai tidak lagi melihat operatornya. Selain itu, dapat mengurasi potensi terjadinya blank spot untuk daerah tertentu. Lantaran, masih ditemuinya jaringan Indosat yang masih lemah untuk beberapa titik, terutama di pedalaman.

“Meski telco agnostic, kami juga adakan versi bundling-nya, sehingga penggunaan paling ekonomis bila sekaligus menjadi pelanggan Indosat. Akan tetapi sebelumnya kami sudah bekerja sama dengan operator lainnya untuk produk korporasi dapat menggunakan dual SIM,,” terang Herfini.

Terkait efisiensi yang dapat dirasakan konsumen lewat NextFleet, Herfini memprediksi bahwa konsumen akan mendapat tambahan hemat antara 15%-20% dari produk ini.

“Dari layanan machine-to-machine (M2M), konsumen sudah bisa merasakan efisiensi. Akan tetapi dengan NextFleet, kira-kira mereka akan dapat tambahan efisiensi antara 15%-20%,” pungkasnya.

Indosat Ooredoo Business Luncurkan Teknologi IoT Sistem Pemantau Kapal

Memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT), Indosat Ooredoo Business meluncurkan Sistem Pemantau Kapal atau Vessel Monitoring System (VMS) di Indonesia. Teknologi ini diklaim merupakan pertama kalinya dihadirkan di tanah air. Berdasarkan peraturan kementerian yang ada, setiap kapal perikanan berukuran lebih besar dari 5GT yang beroperasi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) untuk memasang transmitter SPKP yang dilengkapi dengan logbook.

“Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indosat Ooredoo siap untuk mendukung industri perikanan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital. Bekerja sama dengan SISFO, kami bangga dapat ikut mensukseskan program pemerintah dan membantu para nelayan dengan Vessel Monitoring System, solusi teknologi IOT buatan anak bangsa Indonesia untuk bidang perikanantangkap yang pertama ada di Indonesia,” ungkap Division Head M2M and IoT Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa dalam rilisnya.

Layanan VMS ini terdiri dari perangkat junction box, access point, transmitter hybrid dan monitor, berbeda dengan solusi lain yang hanya menyediakan informasi seperti jenis ikan dan peraturan di perangkat mobile atau smartphone. Solusi VMS akan menginformasikan pergerakan kapal dan aktifitasnya, informasi produksi tangkap ikan termasuk informasi keselamatan dan kondisi kapal kepada pemilik dan pihak yang berkepentingan.

Solusi VMS juga dilengkapi dengan dengan sistem e-logbook yang mencatat spesifikasi alat penangkap ikan, area operasi penangkapan ikan dan produksinya secara real-time. Dengan fitur tersebut dan penggunaan jaringan hybrid selular dan satelit, pemerintah akan mendapatkan informasi aktifitas kapal yang akurat. Sementara bagi nelayan, VMS sekaligus memberikan solusi komunikasi antar kapal dan kapal ke darat yang efisien.

Fishtech mungkin menjadi istilah tepat dengan adanya penerapan teknologi digital di industri perikanan. Dengan kapal yang terkoneksi, kita dapat memanfaatkan informasi pergerakan kapal dan produksinya secara real time. Ke depan, kita akan melengkapi solusi bagi industri perikanan dengan ekosistem digital yang akan memudahkan proses hulu ke hilir di industri perikanan sehingga dapat meningkatkan perekonomian di industri perikanan,” kata Hendra.

Untuk tahap pertama, Indosat Ooredoo dan SISFO siap untuk mendistribusikan solusi VMS di lima pelabuhan perikanan besar di Indonesia, yaitu Probolinggo, Bitung, Karangsong, Belitung, dan Pekalongan dengan estimasi lima ribu kapal penangkap ikan.

Indosat and DoCoMo to Present eSIM Solution

Recently, Indosat officially ratified an MoU with Japan-based DoCoMo to conduct a trial for international M2M (machine to machine) using DoCoMo’s eSIM device (3/8). The partnership will enable users to use only one SIM Card while traveling internationally. Continue reading Indosat and DoCoMo to Present eSIM Solution

Indosat dan DoCoMo Sepakat Jalin Kemitraan Hadirkan Solusi eSIM

 

eSIM memungkinkan proses bisnis menjadi optimal / Shutterstock

Hari ini (3/8), Indosat secara resmi telah sepakat dengan salah satu operator dari Jepang DoCoMo guna melakukan ujicoba layanan M2M (machine to machine) lintas negara menggunakan perangkat eSIM milik DoCoMo. Nantinya kerja sama ini akan mengintegrasikan satu SIM Card mampu beroperasi dalam koneksi jaringan seluler di lintas negara tanpa perlu menggantinya.

Continue reading Indosat dan DoCoMo Sepakat Jalin Kemitraan Hadirkan Solusi eSIM

Identifying the Potential of M2M Market in Indonesia

As the fourth most populated country on earth, Indonesia possesses the fastest mobile user ecosystem growth in the world. Based on that fact, the potential of M2M (Machine-to-Machine) market in Indonesia is very vast, with around 40 to 50 percent of growth a year, Indosat’s Head of M2M Hendra Sumiarsa stated. Continue reading Identifying the Potential of M2M Market in Indonesia

Mengidentifikasi Potensi Pasar M2M di Indonesia

Pemanfaatan perangkat M2M terus bertumbuh di Indonesia / Shutterstock

Berpredikat negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 dunia, Indonesia memiliki pertumbuhan ekosistem pengguna perangkat mobile tercepat. Didasari fakta tersebut, potensi pasar M2M (Machine-to-Machine) di Indonesia sangatlah besar. Diperkirakan pertumbuhannya antara 40 hingga 50 persen per tahun. Hal tersebut diungkapkan oleh Head of M2M Indosat Hendra Sumiarsa dalam sebuah kesempatan wawancara. Continue reading Mengidentifikasi Potensi Pasar M2M di Indonesia

Indosat Perkenalkan Layanan Vehicle Telematics

Jajaran Direksi Indosat Dalam Peluncuran Layanan Vehicle Telematics

Dewasa ini persaingan di dunia bisnis menjadi semakin kompetitif dan menuntut para pelaku usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam mengefesiensikan semua lini operasionalnya, termasuk armada operasional perusahaan. Menyadari hal tersebut, hari ini (28/4), PT. Indosat Tbk. resmi memperkenalkan layanan Machine to Machine (M2M) terbarunya, yaitu Vehicle Telematics.

Continue reading Indosat Perkenalkan Layanan Vehicle Telematics

Layanan M2M Indosat Dukung Pengembangan Smart City di Kota Surakarta

Henra Sumiarsa Memberikan Cinderamatta Kepada FX Hadi Rudyatmo / Indosat

Guna mendukung perwujudan rencana pengembangan smart city di Kota Surakarta, Indosat bersama anak perusahaannya, PT StarOne Mitra Telekomunikasi (SMT), bekerja sama mengembangkan pemasaran produk dan solusi end to end Machine to Machine (M2M). Smart city saat ini menjadi tren global sebagai tuntutan masyarakat masa depan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang kini juga mulai digelar di berbagai kota di tanah air. Sementara M2M merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan sebuah smart city. Continue reading Layanan M2M Indosat Dukung Pengembangan Smart City di Kota Surakarta