Cara Tepat Merekrut Pegawai yang Sesuai dengan Kultur Perusahaan

Bagi startup yang sedang bertumbuh, proses perekrutan pegawai baru dalam jumlah tertentu menjadi kegiatan yang wajib dilakukan. Meskipun demikian, di lapangan, ketika perekrutan sudah dilakukan, bakal muncul dinamika antara pegawai baru dan pegawai lama. Seorang pegawai yang tidak cocok dengan dinamika startup akan mudah mengundurkan diri, walaupun baru saja masuk ke dalam perusahaan.

Penting bagi startup memikirkan dengan benar proses perekrutan. Idealnya dari awal, CEO atau jajaran C-Level lain yang terlibat, bisa melakukan kurasi dengan baik saat proses wawancara dilakukan.

“Di Akseleran dulunya saya sebagai CEO masih terlibat untuk semua proses perekrutan pegawai baru. Dari awal sudah bisa terlihat apakah orang ini bisa beradaptasi dengan baik atau tidak dengan perusahaan, jika terlihat kurang bisa beradaptasi biasanya tidak kami lanjutkan proses perekrutan,” ungkap CEO Akseleran Ivan Tambunan menceritakan pengalamannya.

Media sosial sebagai “citra perusahaan”

Saat ini media sosial menjadi salah satu platform ideal untuk mempromosikan perusahaan. Mulai dari suasana kantor, job description hingga perkembangan perusahaan, semua bisa diteliti calon pegawai yang tertarik untuk melamar pekerjaan di perusahaan. Citra perusahaan yang dikenalkan di media sosial bisa membantu perusahaan merekrut pegawai yang sesuai

Setelah pegawai yang tepat direkrut, lakukan proses adaptasi dengan baik. Hindari adanya konflik antara pegawai lama dan baru yang menimbulkan pengelompokan antar pegawai. Menurut CEO Telunjuk Hanindia Narendrata, hal tersebut bisa mempengaruhi kecepatan jalannya perusahaan.

“Di Telunjuk sendiri kami sempat mengalami kendala antar pegawai sehingga kolaborasi di perusahaan terganggu. Hal tersebut terjadi karena saya sebagai CEO kurang terlibat dalam proses adaptasi pegawai baru dan lama,” kata Hanindia.

Ia melanjutkan, menjadi penting bagi startup untuk melakukan proses yang benar saat pegawai baru masuk ke perusahaan. Mulai dari menjelaskan dengan benar kultur perusahaan, memperkenalkan ke semua tim hingga membiasakan antar pegawai melakukan kolaborasi. Dengan demikian konflik atau pengelompokan di antara pegawai bisa diminimalisir.

“Dalam hal ini menjadi tugas kita sebagai CEO dan jajaran C-Level lainnya untuk bisa menciptakan lingkungan kerja yang positif, sarat dengan kolaborasi antar pegawai,” katanya.

Penambahan secara bertahap

Salah satu kunci agar proses perekrutan pegawai bisa berjalan dengan baik adalah melakukan secara bertahap. Jangan samakan kemampuan yang dimiliki dengan perusahaan teknologi besar yang melakukan proses perekrutan secara besar-besaran dan berkelanjutan. Dengan demikian proses adaptasi antara pegawai baru dan lama bisa berjalan lebih baik.

“Di Akseleran sendiri kami biasa melakukan perekrutan secara bertahap, misalnya satu bulan lima pegawai, disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing tim. Dengan demikian pegawai baru bisa lebih mudah melakukan adaptasi. Intinya adalah rekrut pegawai yang memang sesuai dengan kriteria perusahaan itu sendiri,” kata Ivan.

Hal lain yang mulai menjadi norma bagi startup adalah menciptakan peraturan yang fleksibel. Mulai dari fleksibilitas bekerja secara remote, jam masuk kerja yang fleksibel, hingga dress code yang informal. Suasana “work hard play hard” bisa tercipta tanpa meninggalkan semangat kerja dan kinerja pegawai.

Ketika jumlah pegawai makin bertambah, tempatkan satu orang supervisor atau manajemen untuk memonitor dan mengawasi kerja masing-masing tim. Dapatkan informasi terkini tentang kinerja pegawai langsung dari masing-masing supervisornya.

“Intinya adalah prioritaskan proses perekrutan pegawai dengan benar. Kalau bisa semua tim hingga jajaran manajemen terlibat saat proses ini. Karena pada akhirnya proses perekrutan di awal, mempengaruhi jalannya perusahaan di masa mendatang,” kata Hanindia.

DStour #63: Memanfaatkan Ruang Terbatas di Kantor Akseleran

Meskipun memiliki ruangan kantor dengan luasan terbatas, kantor pusat Akseleran mampu mengakomodasi kebutuhan kerja yang dilengkapi fasilitas pendukung untuk pegawai. Kuncinya adalah menempatkan tim yang relevan dalam satu area dan memanfaatkan semua ruangan untuk bekerja.

Dipandu CEO Akseleran Ivan Tambunan, berikut liputan #DStour DailySocial selengkapnya.

Akseleran Kantongi Dana Segar Baru 35 Miliar Rupiah, Fokus Kejar Izin Resmi dari OJK

Platform P2P lending Akseleran menyebutkan telah mendapatkan dana segar senilai $2,5 juta atau sekitar Rp 35 miliar dari bank dan sejumlah perusahaan modal ventura asing dan lokal. Dalam acara temu media hari ini (07/02), CEO Akseleran Ivan Tambunan menyebutkan, target awal perusahaan untuk putaran pendanaan Seri A ini adalah $7,5 juta atau sekitar Rp 105 miliar. Jika sesuai dengan rencana, keseluruhan penggalangan dana akan final pada bulan Maret atau April 2019.

Dengan dana tersebut, Akseleran berniat mengembangkan teknologi, terutama mempermudah penggunaan aplikasi (UI/UX), menambah jumlah tim, dan memperluas area layanan di Pulau Bali dan Sulawesi. Perusahaan juga berencana meluncurkan sejumlah produk baru.

Akseleran menyebutkan di awal tahun ini mereka telah bekerja sama dengan Tokopedia dan Bukalapak. Dengan menggandeng dua platform marketplace besar ini, perusahaan berharap bisa menambah jumlah penerima pinjaman tahun ini.

“Targetnya hingga akhir tahun 2019 Akseleran telah memiliki lebih dari 2000 penerima pinjaman. Saat ini kami telah mendapatkan sekitar 450 penerima pinjaman. Kami juga memiliki rencana untuk memperluas kolaborasi dengan [pihak] B2B untuk menambah jumlah penerima pinjaman,” kata Ivan.

Sepanjang tahun 2018 lalu, Akseleran menyalurkan total pinjaman Rp210 miliar. Hingga akhir tahun ini, Akseleran memiliki target menyalurkan dana senilai Rp 1,2 triliun.

“Kami juga telah mengalami peningkatan dari jumlah pemberi pinjaman hingga 56 ribu setelah sebelumnya pada tahun 2018 sebanyak 25 ribu. Kebanyakan berasal dari kalangan individu dan tiga instansi finansial [Indo Surya, Global Indo, dan Andalan],” kata Ivan.

Saat ini perusahaan telah memiliki empat produk pinjaman untuk bisnis, yaitu jaminan invoice (berkontribusi 85% terhadap total pinjaman), inventory financing, capital expenditure (capex), dan online merchant financing.

“Selama ini kita mencatat 75% adalah repeat transaction. Hal ini menunjukkan keseriusan pemberi pinjaman terhadap daftar penerima pinjaman yang bergabung dalam platform Akseleran,” kata Ivan

Finalisasi izin dan penambahan produk

Akseleran juga mulai menambah produk consumer loan yang dirilis ke publik sejak Januari lalu. Khusus di segmen ini, Akseleran ingin menggandeng mitra yang relevan. Di awal Akseleran menggandeng Best Finance.

“Kita juga memiliki rencana untuk meluncurkan employee loan. Meskipun masih dalam tahap persiapan, namun jika sudah siap dirilis layanan ini kami pastikan bisa berguna untuk pegawai berdasarkan rekomendasi langsung dari perusahaan,” kata Ivan.

Sebagai layanan P2P, Akseleran mengklaim mampu menekan nilai NPL menjadi 0,5%. Angka ini berhasil dicapai sesuai dengan komitmen yang hanya fokus kepada bisnis midsize, seperti minyak dan gas, ritel, dan konstruksi. Bisnis tersebut, menurut Ivan, bersifat pasti sesuai dengan kontrak yang telah didapatkan penerima pinjaman. Hal tersebut meyakinkan pemberi pinjaman untuk terus memberikan pinjaman melalui Akseleran.

Untuk memperkuat posisi sebagai platform P2P lending, Akseleran berharap bisa mengantongi izin OJK tahun ini. Proses tersebut membutuhkan waktu dan persiapan, termasuk proses seamless digital signature dan permintaan OJK agar fintech lending menyimpan uang di rekening perantara (escrow account) tidak lebih dari dua hari.

“Sesuai dengan regulatory sandbox dari OJK, kami pun berniat untuk bisa melengkapi semua permintaan dan persyaratan yang ada agar kemudian izin resmi bisa segera kami kantongi dari OJK tahun 2019 ini,” kata Ivan.

Application Information Will Show Up Here

Akseleran Luncurkan Aplikasi Android, Telah Salurkan Dana Pinjaman Rp115 Miliar

Platform P2P lending, Akseleran hari ini meluncurkan aplikasi mobil versi Android. Dalam acara temu media, CEO Akseleran Ivan Tambunan mengatakan, sebelumnya Akseleran hanya menawarkan akses dalam versi web based. Untuk versi iOS akan segera diluncurkan pada bulan November 2018 mendatang.

“Bukan hanya meluncurkan aplikasi mobile, kami juga meluncurkan fitur baru yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna, seperti Auto Investment dengan maksimal investasi sebesar Rp 100 ribu / pinjaman,” kata Ivan.

Hingga kini Akseleran telah menyalurkan dana pinjaman sebesar Rp115 miliar dengan jumlah lender (pemberi pinjaman) sebanyak 25 ribu dan kebanyakan berasal dari kalangan individu dan 3 instansi finansial (Indo Surya, Global Indo dan Andalan) dan jumlah borrower (peminjam) sebanyak 250. Targetnya hingga akhir tahun 2018, Akseleran bisa menambah jumlah borrower hingga 500 dan 42 ribu lender.

Saat ini Akseleran mengklaim mampu menekan nilai NPL menjadi 0,47%.

“Karena fokus kita adalah borrower yang membutuhkan tambahan modal dalam jumlah yang besar, yaitu di atas 50 juta untuk online dan 75 juta untuk konvensional. Jadi kami tidak melakukan akuisisi secara masif borrower untuk saat ini,” kata Ivan.

Akseleran mencatat, kebanyakan borrower yang mengajukan pinjaman di platform Akseleran adalah perusahaan konstruksi, real estate hingga ritel yang melakukan bisnis dalam jumlah besar.

“Ke depannya kita juga memiliki rencana untuk meluncurkan supply chain services yang bisa dimanfaatkan oleh supplier perusahaan besar, seperti Unilever hingga perusahaan BUMN lainnya, sebagai alternatif tambahan modal,” kata Ivan.

Ekspansi layanan di Jawa Tengah

Setelah mendapatkan pendanaan Pra-Seri A bulan Juni 2018 lalu, saat ini Akseleran berencana untuk memperluas wilayah layanan ke Jawa Tengah. Sejak diluncurkan, Akseleran mengklaim telah mendapatkan jumlah lender dan borrower yang cukup besar di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.

“Dengan dana yang telah kami kantongi selanjutnya kami akan memperluas wilayah layanan, menambah tim, meluncurkan aplikasi dan melakukan kegiatan pemasaran lebih masif lagi,” kata Ivan.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, bulan Desember 2018 ini Akseleran berencana melanjutkan fundraising Seri A senilai $5-10 juta. Saat ini Akseleran sudah melakukan pembicaraan dengan investor asing dan lokal. Jika sesuai dengan target, penggalangan dana tersebut akan diumumkan kuartal pertama tahun 2019.

“Sebelumnya kita sudah mendapatkan funding dari Bintraco Dharma Tbk, perusahaan keluarga di New York, AS, dan beberapa angel investor. Untuk tahapan Seri A masih dalam proses pembicaraan dengan investor lokal dan asing,” kata Ivan.

Selain menambah jumlah lender dan borrower, Akseleran juga masih fokus menjalin kemitraan dengan layanan e-commerce dan startup layanan fintech. Dalam waktu dekat mereka berencana mengumumkan kerja sama dengan Bukalapak, Tanamduit (untuk produk reksa dana), Jurnal, dan Moka.

“Kita juga telah menjalin kolaborasi dengan Kadin dan HIPMI. Dalam waktu dekat kita juga akan melakukan pendekatan dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDP) Koperasi dan UMKM,” kata Ivan.

Application Information Will Show Up Here

Pertumbuhan dan Target Layanan P2P Lending Akseleran Tahun Ini

Geliat pertumbuhan industri peer to peer lending (P2P) di Indonesia mengalami petumbuhan cepat. Selain mulai matangnya sistem masing-masing penyedia layanan, pengetahuan masyarakat mengenai layanan ini dan peran aktif pemerintah memberikan dampak positif. Salah satu yang mengklaim mendapatkan pertumbuhan adalah Akseleran. Selama delapan bulan perusahaan beroperasi, Akseleran telah berhasil menyalurkan dana lebih Rp50 miliar.

“Tersalurkannya Rp50 miliar dan pinjaman usaha ke UKM-UKM Indonesia hanya dalam waktu delapan bulan menunjukkan bahwa memang kebutuhan untuk pinjaman usaha yang lebih fleksibel. Dengan skema pinjaman usaha kami yang sangat fleksibel, kami yakin akan lebih banyak UKM yang bisa kami bantu ke depannya. Kami pun ingin lebih banyak masyarakat yang berinvestasi di P2P Lending, karena selain bisa mendapat imbal hasil rata-rata 18% per tahun, mereka pun dapat berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia,” terang CEO Akseleran Ivan Tambunan.

Pertumbuhan signifikan Akseleran juga disampaikan Chief Marketing Officer Akseleran Andri Madian. Kepada DailySocial, Andri menyebutkan bahwa mereka sekarang sudah mendapatkan 14.381 pengguna yang tersebar di wilayah Indonesia. Termasuk untuk para investor yang kebanyakan berada di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Makassar dan Surabaya.

Andri lebih jauh juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang mengembangkan aplikasi mobile untuk mengakselerasi akuisisi pengguna baru dan juga memudahkan transaksi yang ada. Pembaruan lain yang disiapkan adalah pembaruan situs untuk menyesuaikan dengan tone aplikasi mobile yang sedang dibangun. Pembaruan ini rencananya akan rampung pada akhir Juni mendatang.

“Fitur baru yang akan diluncurkan bersamaan dengan mobile app adalah Auto-Investment yang berguna bagi investor yang punya dana tetapi tidak punya waktu. Investor tinggal menentukan kriteria yang diinginkan dan sistem akan otomatis mengalokasikan investasi,” imbuh Andri.

Hibernasi dari equity crowdfunding

Di awal kemunculannya Akseleran mengusung konsep equity crowdfunding, namun seiring berjalannya waktu konsep P2P lebih berkembang di Akseleran. Menanggapi hal ini Andri menjelaskan bahwa mereka saat ini sedang menghentikan sementara konsep equity crowdfunding. Hal tersebut akibat belum ada regulasi dan pasar yang jelas.

“Untuk equity crowdfunding, saat ini masih kami hibernasikan. Faktor belum adanya regulasi serta pasar yang belum siap dengan konsep equity crowdfunding membuat kami harus ‘menidurkan’ layanan ini. Apabila situasinya berubah, bisa kami aktifkan kembali. Kami saat ini fokus membesarkan P2P lending yang market dan regulasinya sudah lebih siap,” jelas Andri.

Di sisa tahun 2018 ini pihak Akseleran cukup optimis dengan capaian dan pertumbuhan mereka. Andri menegaskan pihaknya menargetkan mendapatkan 45.000 pengguna dan mampu menyalurkan dana hingga Rp200 miliar di akhir tahun 2018 ini.

Akseleran Hadirkan Layanan P2P Lending

Platform equity crowdfunding Akseleran hari ini mengumumkan hadirnya layanan baru dalam situsnya. Masih seputar investasi finansial, kali ini yang dihadirkan ialah peer to peer lending (p2p lending). Sama seperti layanan investasi penyertaan saham yang telah dibuat sebelumnya, p2p lending milik akseleran ini juga ditargetkan untuk membantu kalangan UKM mendapatkan permodalan.

“Akseleran ingin selalu berinovasi untuk menghadirkan layanan yang dapat membantu perekonomian inklusif di Indonesia. Kami menyadari jika masih banyak UKM yang belum mempunyai akses pendanaan. Di sinilah kami berharap bahwa layanan tambahan kami, p2p lending, dapat memberi opsi pendanaan bagi UKM,” ungkap CEO Akseleran Ivan Tambunan.

Kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mengalami peningkatan dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir. Namun sumbangan UKM ke rantai pasok produksi global masih sangat minim yaitu hanya sebesar 0,8%. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sektor permodalan yang mempengaruhi rendahnya tingkat produktivitas UKM.

Menurut Ivan, salah satu tantangan yang dihadapi oleh UKM adalah minimnya pengetahuan dan ketertarikan dalam berinvestasi terutama di kalangan profesional muda. Oleh sebab itu edukasi dan layanan yang memudahkan dalam berinvestasi di Indonesia menjadi penting.

“Karena itulah di Akseleran, kami memberikan banyak insentif dan keamanan bagi masyarakat yang ingin berinvestasi melalui portal kami, termasuk dengan telah terdaftarnya Akseleran pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” imbuh Ivan.

Di Akseleran, dana yang dapat diinvestasikan sebagai pinjaman modal usaha bagi UKM akan menghasilkan imbal hasil sebesar 11.75%-30% efektif per tahun. Hanya dengan menyisihkan mulai dari Rp100.000 masyarakat dapat berinvestasi melalui portal Akseleran. Sedangkan UKM, mendapat fasilitas pinjaman hingga Rp 2 miliar dengan bunga ringan mulai dari 6.35% flat per tahun.

“Kami berharap melalui portal Akseleran dan dengan menyediakan dua layanan dari equity crowdfunding serta p2p lending, kami dapat menjadi jembatan antara investor dan UKM. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Indonesia dapat semakin berkembang,” tutup Ivan.

Platform Equity Crowdfunding Akseleran Resmi Meluncur

Industri fintech di Indonesia kehadiran Akseleran sebagai pemain baru yang secara khusus mendedikasikan dirinya menggarap sektor equity crowdfunding untuk membantu para pegiat startup digital tahap awal maupun UKM yang masih bergerak di sektor offline.

Akseleran membantu pengusaha yang ingin menggalang dana dengan cara menjual kepemilikan saham kepada investor yang tertarik. Syaratnya mereka harus memiliki rencana usaha yang jelas dan layak secara keuangan. Kedua hal ini menjadi patokan Akseleran untuk memastikan bisnis yang siap dipublikasi tidak tergolong penipuan, sekaligus melindungi investor.

Adapun jumlah penggalangan dana yang dapat melalui Akseleran berkisar antara Rp100 juta sampai Rp25 miliar. Komitmen menjadi investor dalam suatu usaha pun tak terbatas, bisa bertahun-tahun tergantung keputusan masing-masing.

Akseleran didirikan pada Mei 2016 oleh tiga orang. Mereka adalah Ivan Tambunan, Mikhail Tambunan, dan Christopher Gultom. Ketiganya memiliki hubungan keluarga dan berasal dari latar belakang pekerjaan sebagai pengacara, konsultan finansial, dan akuntan.

Pada bulan lalu, Akseleran mendapat pendanaan tahap awal dari angel investor dengan nilai yang tidak disebutkan.

Tim Akseleran / DailySocial
Tim Akseleran / DailySocial

Dalam sesi wawancara terpisah dengan DailySocial, Co-Founder dan CEO Akseleran Ivan Tambunan menjelaskan sejak Desember lalu pihaknya mengklaim telah membuka kesempatan untuk para pengusaha untuk mulai menyiapkan materi kampanye, meski proses penggalangan dana belum dibuka. Jumlah aplikasi yang masuk mencapai lebih dari 50, namun yang lolos hanya tiga usaha.

Ketiga usaha tersebut kini sudah mulai proses penggalangan dana sejak kemarin (21/3) dan sudah terpampang dalam situs Akseleran. Masing-masing usaha tersebut memiliki kebutuhan dana yang berbeda, besaran saham yang dilepas pun juga bervariasi. Mereka tidak melepas mayoritas saham agar tetap memiliki kendali penuh atas usahanya sendiri.

Sebelum kampanye terpampang dalam situs, mereka harus menyiapkan materi untuk pra kampanye. Waktu yang dibutuhkan diperkirakan sekitar dua hingga empat minggu atau tergantung kecepatan pengusaha tersebut menyiapkan materinya.

Sebagai contoh, Elleanor Batik kini mengajukan kampanye untuk menambah modal usaha. Mereka adalah produsen dan penjual baju batik yang menjual produknya secara online dan offline. Kebutuhan dana yang mereka cari adalah Rp600 juta dan berani melepas 40% sahamnya untuk investor.

Masa waktu yang diberikan Akseleran untuk proses penggalangan dana adalah 60 hari. Bila dalam kurun waktu tersebut berhasil terpenuhi kebutuhan dananya, Elleanor Batik akan melanjutkan ke proses berikutnya yakni verifikasi final terhadap pengusaha terkait dan usahanya.

Pihak Akseleran akan meminta sekaligus membantu pengusaha dalam mempersiapkan dokumen legal seperti perjanjian pengambilan saham, perjanjian pemegang saham, dan amandemen anggaran dasar perusahaan. Proses ini memakan waktu sekitar 30 hari tergantung kompleksitas proses verifikasi.

Apabila proses penggalangan dana tidak berhasil terkumpul sesuai jumlah yang diinginkan pengusaha, dana yang diinvestasikan investor akan dikembalikan ke akun masing-masing.

Setelah pengusaha lolos proses verifikasi final, pihak Akseleran atau afiliasi akan melakukan penandatanganan dokumen-dokumen legal dengan perusahan terkait untuk mengambil saham dan menerima sertifikat saham, dan mengirimkan dana investasi kepada perusahaan tersebut sebagai penyetor modal. Akseleran atau afiliasi akan mengeluarkan sertifikat manfaat partisipasi modal kepada pengusaha sehubungan dengan investasi yang diterima.

Belum memiliki regulasi

Konsep equity crowdfunding merupakan hal yang benar-benar baru di Indonesia, sehingga belum ada regulasi yang mengatur aturan main Akseleran. Kendati demikian, sebelum meluncurkan layanan ini pihak Akseleran sudah menemui perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mempresentasikan bisnis mereka.

Ivan mengungkapkan bahwa pihak OJK cukup terbuka untuk inovasi baru yang ditawarkan Akseleran karena mendukung ketersediaan likuditas permodalan dalam membantu usaha UKM di Indonesia. Hanya saja, regulator mengingatkan Akseleran untuk tetap prudent dan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen.

Model bisnis yang dijalankan Akseleran sebenarnya mengacu ke perusahaan serupa yang telah lama beroperasi di Inggris, di antaranya Crowdcube dan Seedrs.

“Kami mengacu model bisnis Crowdcube dan Seedrs untuk Akseleran, dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Di Asia Tenggara sendiri, pemain equity crowdfunding masih sangat sedikit. Sementara di Inggris, industri fintechnya sudah mature, banyak sekali pemain equity crowdfunding di sana,” kata Ivan.

Perlindungan untuk investor

Usaha yang sedang dalam proses penggalangan dana di Akseleran
Usaha yang sedang dalam proses penggalangan dana di Akseleran

Mengingat belum ada regulasi yang menjadi payung hukum bisnis equity crowdfunding, maka Akseleran tetap melakukan proses bisnis yang prudent sedari awal agar bisnisnya tetap bertahap dalam jangka waktu yang lama.

Akseleran menerapkan keamanan berlapis untuk investor dan pengusaha. Untuk menjadi investor, mereka harus berkewarganegaraan Indonesia, memiliki KTP, dan menjawab sekitar 8-9 pertanyaan singkat untuk memastikan investor paham tentang risiko dalam investasi saham.

Setelah itu akan ada proses verifikasi. Bila lolos mereka akan menjadi pengguna terdaftar dan dapat hak akses penuh situs Akseleran secara penuh, termasuk melihat detil kampanye penggalangan dana yang sedang berlangsung. Bila tidak mendaftar, investor hanya dapat melihat sekelumit informasi saja dan tidak berinvestasi.

Lewat informasi yang tersedia, investor dapat melihat setiap kampanye beserta informasi detilnya mengenai usaha, deskripsi produk, informasi pasar, manajemen usaha, keadaan keuangan hinggan pencapaian usaha. Investor juga dapat meminta rencana bisnis kepada pengusaha, atau berinteraksi langsung dengan mereka.

Jumlah investasi minimal untuk menjadi investor sebesar Rp100 ribu. Dana tersebut dimasukkan ke dalam rekening bersama.

Setiap investor yang tergabung dalam Akseleran tidak akan memegang secara langsung saham usaha yang diinvestasikan. Akseleran atau afiliasi dari Akseleran akan bertindak sebagai kustodian. Kustodian akan memberikan seluruh pendapatan yang diterima dari saham terkait kepada para investor dan melakukan tindakan sehubungan dengan saham tersebut sesuai instruksi yang diterima investor.

Kustodian, lanjut Ivan, berfungsi untuk menyederhanakan proses administrasi yang harus dilalui investor dan usaha yang menggalang modal lewat Akseleran. Setiap investor tidak perlu menandatangani dan menghadiri dokumen atau rapat yang harus dihadiri pemegang saham.

Begitu pula untuk proses penawaran umum yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan, umumnya bila mengacu pada aturan pasar modal harus dilakukan publikasi lewat media. Agar tidak tergolong sebagai penawaran umum, maka penawaran hanya terbatas lewat platform Akseleran dan diperuntukkan untuk investor yang sudah teregistrasi.

“Kami menerapkan keamanan berlapis untuk investor, ada proses edukasi, detil usaha penggalang dana, uji tuntas hukum dan keuangan terbatas, dokumentasi hukum yang layak dan rekening terpisah. Kami lindungi mereka karena kami tahu investasi saham itu risky.”

Untuk memastikan usaha yang dijalankan seorang pengusaha benar-benar nyata dan valid, setelah penggalangan dana selesai pengusaha diharuskan untuk rutin membuat laporan non audited secara bulanan dan tahunan.

Monetisasi dan Target Akseleran

Ivan menjelaskan dalam proses monetisasi, perusahaan hanya akan meminta komisi sebesar 3% dari total penggalangan dana yang berhasil terpenuhi. Lainnya, ada biaya administrasi sebesar Rp5 juta untuk membayar biaya persiapan dokumen hukum, biaya notaris, dan administrasi lainnya. Biaya tersebut hanya perlu dibayar bila kampanye berhasil dirampungkan.

Akseleran juga akan membantu setiap usaha yang belum berbentuk perseroan terbatas. Pengusaha harus menyisihkan dana untuk melakukan pengurusan pembentukan perseroan terbatas, biayanya sekitar Rp5 juta. Biaya tersebut akan diambil dari dana kampanye yang terkumpul.

“Biaya ini sangat minim sekali bila pengusaha harus menyewa konsultan atau notaris, bisa memakan puluhan juta.”

Ivan berharap kehadiran Akseleran dapat membantu menyelesaikan gap pendanaan untuk UKM yang diperkirakan dapat mencapai US$50 juta pada 2020 mendatang. Konsep equity crowdfunding diharapkan dapat menjadi alternatif solusi bagi UKM, selain solusi pendanaan yang ditawarkan angel investor, modal ventura, dan P2P lending dinilai masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Bagi UKM dan startup, equity crowdfunding memiliki keuntungan. Mereka tidak dibebankan dengan bunga dan utang. Prosesnya juga aman dan efisien, seluruhnya memakai jalur online. Pengusaha hanya perlu pastikan kampanyenya tepat dan visible dari skala bisnis. Kami bahkan siap bantu mereka untuk membuat rencana bisnis dan perencanaan keuangannya.”

Tahun ini Ivan menargetkan Akseleran dapat menyukseskan 60 kampanye dengan nilai kisaran masing-masing per kampanye sekitar Rp1 miliar.

Akseleran Usung Konsep “Equity Crowdfunding”

Modal adalah salah satu isu paling populer di ranah bisnis, tak terkecuali startup. Jika membahas startup tentu tak pernah lepas dari modal yang dikeluarkan atau berapa banyak modal yang dikeluarkan. Meski tidak semua kebanyakan startup membutuhkan modal besar untuk berkembang, sebut saja kebutuhan server, kebutuhan iklan, dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pengembangan startup.

Semua itu butuh modal yang tidak sedikit, dan startup yang tidak punya modal dan pemasukan masih sedikit pasti kelimpungan mempertahankan bisnis. Masalah ini yang coba diselesaikan Akseleran. Hadir di Indonesia dan memposisikan diri sebagai portal equity crowdfunding, Akseleran mencoba membantu startup maupun UKM untuk mendapatkan tambahan modal melalui sistem urun dana berbasis ekuitas.

Akseleran membantu startup maupun UKM mendapatkan bantuan dana dengan cara “menjual” kepemilikan saham kepada siapa pun yang tertarik. Jika selama ini konsep bantuan modal dalam bentuk pinjaman yang diusung Akseleran ini merupakan bentuk bantuan modal dengan cara menjual kepemilikan, atau menjual saham.

CEO Akseleran Ivan Tambunan kepada DailySocial bercerita bahwa mereka berusaha membantu memangkas funding gap antara startup dan UKM yang membutuhkan modal usaha dengan orang-orang atau investor yang memiliki dana. Startup, UKM, dan kebanyakan usaha pada tahap awal pada umumnya kesulitan mengakses pemodalan dari bank karena cash flow yang belum stabil  dan mungkin alasan-alasan lain. Di sinilah Akseleran berusaha membantu dengan melakukan apa yang disebut dengan kampanye penggalangan modal.

Kampanye penggalangan modal dimulai startup, UKM, atau usaha di tahap awal melalu portal Akseleran dengan menjanjikan kompensasi berupa saham kepada calon investor atau memegang dana. Dalam kampanye ini, tim pencari modal akan menjelaskan mengenai usaha yang dilakukan, bentuk model bisnis, target pasar, pencapaian saat, kondisi keuangan, taktik pemasaran, dan tim manajemen. Selanjutnya tim Akseleran akan me-review materi yang masuk dengan melakukan legal dan financial due diligence terbatas untuk mencegah adanya informasi yang tidak sesuai.

Tim Akseleran juga menyatakan siap jika diminta menyiapkan business plan dan financial forecast. Setelah materi dirasa siap maka kampanye dijalankan selama 60 hari. Selama proses tersebut setiap orang yang telah mendaftar di portal Akseleran dapat menginvestasikan dananya pada usaha tersebut untuk mendapatkan sebagian saham sebagai kompensasinya. Jika target dana sudah dicapai, kampanye dinyatakan sukses dan masuk ke tahap finalisasi. Jika tidak maka kampanye dianggap gagal dan dana akan dikembalikan ke setiap investor.

Ivan mengatakan, “Kami percaya Akseleran dibutuhkan oleh startup, usaha tahap awal dan UKM di Indonesia. Di sisi lain, portal kami juga dibutuhkan oleh kalangan menengah dan atas di Indonesia, yang jumlahnya saat ini terus meningkat, sebagai alternatif investasi bagi mereka karena kami memberikan akses yang tadinya tidak mereka miliki, yaitu akses untuk melakukan investasi pada startup, usaha tahap awal dan UKM, yang biasanya hanya dapat dilakukan oleh investor profesional atau venture capital firm.”

“Bayangkan apabila dulu orang-orang mempunyai kesempatan untuk berinvestasi pada Go-Jek, Traveloka atau Tokopedia pada waktu usaha-usaha tersebut baru didirikan dan masih berada di tahap awal. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan meningkatnya nilai usaha tersebut pada saat ini. Dengan hadirnya Akseleran, maka setiap orang di Indonesia kini juga dapat melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal dan UKM-UKM yang inovatif,” paparnya.

Meluncur tahun depan

Saat ini portal dan sistem Akseleran masih dalam tahap pengembangan dan rencananya baru akan dilakukan peluncuran versi beta pada pertengahan bulan Desember ini. Meski demikian Ivan menyebutkan dalam beberapa acara dan kesempatan Akseleran sudah banyak mendapat sambutan positif dari berbagai startup,

Hal ini akan menjadi tugas berat Akaseleran untuk menjaga kualitas verifikasi bisnis yang melakukan kampanye penggalangan modal. Jika ditilik dari konsep yang diusung, equity crowdfunding sedikit berbeda dengan layanan bantuan pendanaan lain yang sudah ada yang kebanyakan memiliki konsep pinjaman.

Sisi buruknya adalah sistem equity crowdfunding malah menjadi ajang “jual beli startup”, terutama bagi mereka yang mendirikan startup hanya untuk dijual, bukan sebagai solusi atau bisnis yang dijalankan. Sisi baiknya ini akan menjadi alternatif lain pemodalan dan alternatif untuk investasi.

“Harapan kami, dengan adanya Akseleran, akan muncul banyak pengusaha-pengusaha baru di Indonesia dengan usaha-usaha yang inovatif, yang menghasilkan keuntungan bukan saja bagi para pengusaha tersebut, tapi juga bagi para investor yang mendukungnya. Selain itu, kami juga berharap bahwa melalui Akseleran setiap orang Indonesia mempunyai akses untuk melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal, atau UKM yang inovatif dan layak untuk diinvestasikan,” tutup Ivan.