Jago Coffee Raih Pendanaan Seri A Sebesar 98 Miliar Rupiah

Jago Coffee memperoleh pendanaan seri A sebesar $6 juta (sekitar Rp98 miliar) dipimpin investor terdahulunya, yakni Intudo Ventures dan BEENEXT Accelerate, serta partisipasi dari ORZON Ventures dan D Global Ventures.

Sebelumnya, Jago Coffee meraih pendanaan pra-seri A sebesar Rp34,2 miliar pada 2022, dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT serta partisipasi dari CyberAgent Capital dan Arkblu Capital.

Perusahaan mengklaim telah mencapai profitabilitas yang stabil selama beberapa kuartal berturut-turut dan tumbuh lebih dari 13x pada 2023.

“Pendanaan ini bukan sekadar dorongan finansial, tetapi bentuk kepercayaan terhadap visi dan tim kami. Ini memberdayakan kami untuk menghadirkan pengalaman unik ke lebih banyak komunitas dan berinovasi lebih jauh, memastikan setiap cangkir yang kami sajikan memperkuat hubungan antara kualitas dan aksesibilitas,” kata Yoshua Tanu, Co-Founder dan CEO Jago Coffee.

Jago Coffee berencana memperluas cakupan layanan dan berinvestasi lebih lanjut pada teknologinya. Saat ini, Jago Coffee baru mencakup 7% dari keseluruhan wilayah Jakarta. Targetnya, Jago Coffee ingin mencakup 50% wilayah Jakarta pada akhir 2024, menambah jumlah depo menjadi 15, dan mengerahkan 1.500 armada dari 300 saat ini.

Sebagai informasi, Jago Coffee didirikan oleh Yoshua Tanu (juga pendiri Common Grounds), Christopher Oentojo (eks VP of Product di Gojek), dan Daniel Sidik. Jago Coffee meluncur pertama kali pada Juni 2020. Mereka menawarkan pendekatan hiperlokal kepada konsumen akhir yang berada di lingkungan radius 1-2 km untuk mengantarkan minuman segar dalam hitungan menit.

Produk kopi instan saat ini diketahui menguasai 90% dari total konsumsi kopi di Indonesia. Maka itu, kopinya dijual keliling dengan menggunakan gerobak listrik, juga dapat dipesan melalui aplikasi mobile.

Dengan metode ini, pihaknya dapat mempermudah akses kopi tanpa perlu membangun toko fisik yang perlu waktu dan biaya. Saat ini, Jago Coffee menawarkan sejumlah menu utama kopi, termasuk menu seasonal, juga menu non-kopi.

Ekosistem coffee chain saat ini diisi oleh sejumlah pemain, di antaranya Kopi Kenangan, Fore Coffee, dan Janji Jiwa. Rata-rata memanfaatkan outlet ritel untuk menjajakan produknya. Kopi Kenangan, salah satu pemain awal di ekosistem ini, telah memperluas bisnisnya dengan masuk ke produk kemasan siap minum (ready-to-drink).

Berdasarkan riset Statista, nilai pasar kopi dari penjualan di restoran/bar (termasuk kopi instan) di Indonesia diproyeksi mencapai $8,3 miliar pada 2024. Sementara, nilai penjualan kopi dari supermarket dan toko swalayan berkisar $2,8 miliar pada tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Coffee Chain” Jago Umumkan Pendanaan Pra-Seri A 34 Miliar Rupiah

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-seri A senilai $2,2 juta (sekitar 34,2 miliar Rupiah) yang dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT, dengan partisipasi CyberAgent Capital dan Arkblu Capital. BEENEXT adalah investor sebelumnya, memimpin pendanaan tahap awal yang diperoleh Jago pada November 2021.

Lewat penggalangan ini, Jago akan memanfaatkan dana untuk perluas armada mobile cafe hingga 200 unit yang mampu menjangkau 20 area di Jakarta. Selanjutnya, memperkuat tim inti di lini operasional dan teknologi.

Jago memosisikan diri bukan sebagai bisnis ritel yang mendukung operasionalnya dengan teknologi, melainkan sebaliknya, memungkinkan siapa saja dan di mana saja memiliki akses ke kopi berkualitas dengan harga terjangkau.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/10), Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, ada beberapa hal yang khas Indonesia daripada kopi. Jago merupakan model baru bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati kopi, mengungguli kafe tradisional dalam hal kenyamanan dan mengalahkan kopi instan dan pre-made dalam hal kualitas.

“Kami yakin dengan tim gabungan pengusaha kopi dan teknologi Jago dan menantikan momentum lanjutan mereka di pasar kopi Indonesia yang sedang booming,” kata Yip.

Partner BEENEXT Faiz Rahman menambahkan, Jago menyeduh sesuatu yang berbeda dari secangkir kopi rata-rata, memberikan pengalaman dan layanan unik kepada konsumen melalui kopi. Perusahaan ini memanfaatkan teknologi sebagai produk intinya dan memanfaatkan infrastrukturnya untuk mendefinisikan ulang ritel last-mile.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan Jago seiring dengan percepatan ekspansi perusahaan di seluruh Jakarta dan sekitarnya,” ucap Faiz.

Model bisnis Jago

Diluncurkan pada Juni 2020, Jago adalah kafe berjalan yang memberdayakan micro mobile  retail (gerobak elektrik)—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dengan armada kafe keliling yang bertenaga elektrik, Jago beroperasi di lokasi-lokasi utama di Jakarta.

Perusahaan menawarkan pendekatan hiperlokal ke konsumer akhir dengan melayani lingkungan sekitar dalam radius 1-2 km untuk menyiapkan dan mengantarkan minuman segar dengan cepat dalam hitungan menit. Gerobak beroperasi di area dengan kepadatan tinggi, dengan permintaan dari area perumahan dan bisnis, dengan populasi kedai kopi yang kurang melimpah meskipun permintaan kopi kuat.

Jago menyediakan minuman kafe berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat, termasuk panas & dingin, kopi & teh, dan minuman khusus lainnya.

Jago Coffee juga menawarkan pemesanan langsung dan pesan-antar, menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu per cangkir. Konsumen dapat menikmati alternatif kopi kualitas yang lebih tinggi untuk kopi instan, tanpa mengurangi kenyamanan dan efektivitas biaya.

Pengguna cukup mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Jago dipimpin oleh tim pengusaha Indonesia yang berpengalaman di bidang kopi dan teknologi, termasuk Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Oentojo (CTO). Selain Jago, Yoshua juga merupakan salah satu pendiri Common Grounds, jaringan kafe premium di Indonesia. Sementara, Christopher sebelumnya adalah Vice President of Product di Gojek, ia pernah memimpin peluncuran GoCar dan inisiatif pemetaan internal perusahaan.

Selain itu, Daniel Sidik baru-baru ini bergabung dengan Jago sebagai COO & CMO. Daniel membawa pengalaman di bisnis makanan & minuman yang luas, bergabung dengan perusahaan setelah mendirikan dan memimpin Reddog, rantai hotdog bergaya Korea yang populer di Indonesia dengan lebih dari 40 gerai ritel setelah dua tahun diluncurkan.

“Model bisnis inovatif kami, menggabungkan kafe seluler dengan aplikasi Jago kami, menciptakan akses kopi yang tak tertandingi kapan saja, di mana saja tanpa harus mengorbankan kualitas, harga, atau kenyamanan. Kami sedang membangun kemungkinan baru untuk ritel last-mile yang berkelanjutan dan memuaskan bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kopi dan penyegaran harian mereka,” kata Co-founder & CEO Jago Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

Jago Coffee Tutup Pendanaan Pra-Awal, Segera Perluas Jangkauan dan Rilis Kategori Baru

Startup coffee chain Jago Coffee mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar $250 ribu atau sekitar 3,5 miliar Rupiah dari BEENEXT, Prasetia Dwidharma, dengan partisipasi dari barista dan pengusaha kopi ternama Hidenori Izaki, serta sejumlah founder dan angel investor di ekosistem digital Indonesia.

Perusahaan akan menggunakan dana segar ini untuk melakukan ekspansi ke lingkungan perumahan di wilayah Jabodetabek dan meluncurkan kategori produk baru, di luar kopi, yang ditenagai oleh software dan hardware milik Jago. Langkah tersebut untuk dorong peralihan dari etalase ritel tradisional ke etalase seluler yang lebih efisien dan rendah karbon.

Dalam keterangan resmi, Partner BEENEXT Faiz Rahman menjelaskan bahwa infrastruktur perkotaan merupakan peluang dan tantangan untuk pengembangan ritel di negara berkembang seperti Indonesia, sehingga membutuhkan operator untuk beradaptasi dengan tahap dan keadaan pembangunan lokal.

Ia menilai Jago mewakili iterasi baru untuk ritel mikro, mengambil bentuk perdagangan tradisional dan menata ulangnya ke dalam konteks modern melalui mobilitas dan teknologi. “Kami senang dapat mendukung Jago dan percaya bahwa format ritel mikro menawarkan potensi tak terbatas untuk model konsumsi baru,” ujar Faiz.

Founder QAHWA (perusahaan konsultan kopi global) dan 2014 World Barista Champion Hidenori Izaki menambahkan, menemukan kopi enak yang nyaman dan terjangkau itu sulit ditemukan. Namun, Jago memberikan kualitas dan kenyamanan tak tertandingi bagi pecinta kopi Indonesia yang mencari lebih dari sekadar cepat seduh dan murah.

“Jago juga mampu sekaligus memberdayakan barista untuk menjalankan toko mereka sendiri. Sebagai barista yang berpengalaman, saya sangat senang dapat bermitra dengan tim Jago untuk membawa format kopi baru dan inovatif ini ke garis depan pasar minuman Indonesia,” kata Izaki.

Jago Coffee memulai operasionalnya sejak Juni 2020 dengan menawarkan layanan mobile retail enabler, yang menggerakkan retail mobile mikro melalui armada mobil troli listrik sepenuhnya milik perusahaan—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dimulai dengan kafe keliling yang sepenuhnya elektrik, Jago Coffee menyediakan minuman kopi berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat.

Jago Coffee menawarkan pemesanan langsung dan pesan antar, layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen. Dengan model grab-and-go, perusahaan menempatkan gerobak di lokasi strategis seperti lobi gedung perkantoran, stasiun angkutan umum, dan ruang komunitas utama sehingga pelanggan dapat memesan di muka dan langsung mengambil pesanan mereka sebelum berangkat kerja atau saat bepergian.

Pengguna dapat mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Membuka peluang usaha

Jago bercita-cita untuk memungkinkan siapa saja yang ingin menjadi wirausahawan untuk memulai bisnis ritel mikro mereka sendiri, memberdayakan wirausahawan mikro dengan kepemilikan yang lebih besar atas karier dan mata pencaharian mereka. Barista Jago memiliki dan mengoperasikan gerobak sendiri, menerima pelatihan profesional dari Jago untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi kepada konsumen.

Mayoritas operator Jago berasal dari latar belakang barista profesional dan mampu memperoleh tingkat kemandirian yang tinggi melalui Jago, yang menghilangkan modal awal yang tinggi terkait dengan pembukaan kafe atau gerai ritel, sekaligus meningkatkan margin dan gaji yang dibawa pulang.

Sebagai model ritel aset-ringan, gerobak Jago mobile: bertemu pelanggan di mana pun mereka berada, memberikan kenyamanan superior; terukur: dengan biaya modal rendah, biaya overhead rendah, dan waktu penerapan yang cepat; dan terlihat: memungkinkan merek yang berbeda kesempatan untuk menyesuaikan dan secara langsung memberikan keramahan dan layanan kepada pelanggan dan meningkatkan visibilitas merek.

Perusahaan saat ini mengoperasikan armada 20 gerobak kopi keliling, dan berencana untuk meluncurkan 280 unit pada tahun depan. Di masa depan, perusahaan berencana untuk memperluas ke bentuk baru pemberdayaan ritel, menyesuaikan gerobak untuk berbagai kasus penggunaan dalam kemitraan dengan merek populer dan pemain ritel.

Merek ritel yang bermitra dapat memanfaatkan jaringan gerobak Jago bersama yang memungkinkan mereka memiliki fleksibilitas untuk mengatur di lokasi lalu lintas tinggi sambil mengurangi biaya sewa overhead, meningkatkan margin bisnis, dan memberikan lebih banyak kenyamanan kepada pelanggan mereka.

“Lanskap perkotaan Indonesia menawarkan peluang tak terbatas untuk beragam format dan pengalaman ritel. Dengan menghadirkan kafe dan kategori ritel lainnya ke tempat di mana konsumen tinggal, bekerja, dan bermain, Jago memenuhi permintaan akan minuman segar berkualitas tinggi dan memberdayakan pengusaha mikro untuk mendapatkan kepemilikan yang lebih besar dalam karier mereka, ”kata Co-founder & CEO Jago Coffee Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

Jago Coffee Presents A New Breakthrough in the Coffee Industry With “Mobile Cafe Chain” Concept

Coffee has now become a lifestyle for Indonesian people, not just a drink to keep you awake. Even though this segment has diverse players, there are still some gaps to be explored, as what Jago Coffee‘s working on.

The startup was founded by Yoshua Tanu (CEO) and Christopher Laurence Oentojo (CTO). Yoshua alone is a barista and business owner of the St. Ali coffee and Common Grounds Coffee Roastery, while Christopher was ex-Gojek’s VP of Product.

Yoshua told DailySocial, the reason behind the mobile coffee chain concept is actually to bring coffee closer to consumers without having to visit a coffee shop or wait for online order. He said, online courier makes it easier for people to order coffee, however, the high-quality coffee might be at stake on the way.

“We want to offer high-quality coffee freshly made by personal baristas who come directly to consumers. With a cheaper price, we use high-quality ingredients, direct trading from local coffee farmers, we use Arabica coffee, fresh milk, and no canned products,” he explained, Thursday (13/8).

Jago coffee order is a whole digital experience through the application and connected to Gopay digital wallet for payment. The application will directly connect the closest Jago partner device from the consumer’s location.

Partners will go to the location and prepare orders on the spot and deliver them, therefore, consumers don’t have to visit the cafe. Some menu is available at IDR 18 thousand, from “So So Good” or iced coffee with milk, “Tanah Airku” a.k.a a brew of cold coffee with a little cinnamon, “Something Fresh” or hot black coffee, and “Something Fruity” filled with hot black coffee with a fruity taste.

UI/UX Aplikasi Jago Coffee / Jago Coffee
Jago Coffee App UI/UX / Jago Coffee

Empowering micro business

Another mission Yoshua aims to deliver is to empower micro-entrepreneurs to own their own businesses by becoming Jago partners. They are trained to be professional baristas as well as business owners.

Before going to the field, the partners will be trained for two weeks to learn soft skills to hard skills to serve consumers, how to brew coffee, and practice riding the bicycle itself. The reason is, Jago uses electric bikes for partner vehicles to meet consumers.

For every bicycle unit, partners can sell up to 125 cups with a distance of up to 35 km. This bike comes from a partnership between the company and an electric bicycle developer.

“We created this partnership program based on aspirations coming from the barista association members that they want to have their own shop. However, it will be difficult if there is no ‘name’ for marketing. Then, we introduce them to micro business owners.”

In addition, he wants to promote “cart” micro-entrepreneurs as the perception that they come from the lower economic circles. He said, they are quite confident that Jago’s coffee products are of high quality and are connected to technology.

Yoshua said partners who want to join are free of charge. They will get a starter kit to start a business worth IDR 4 million, consisting of a set of manual brewing tools (electric kettle, V60 plastic dripper, range server, digital scale, and paper filter); bicycle helmet; sling bag; microfiber cloth and plas chamois; and jackets.

All starter kits will be proprietary with an installment scheme of 12 months. Meanwhile, electric bikes will be lent as long as they’re listed as Jago’s partner. Jago will provide coffee beverage products for sale by partners and the company will get a fee for each successful sale.

“Currently we have 14 Jago partners with a radius of 8 km from Kuningan, Jakarta which can reach Pondok Indah, the North area, to Monas.”

Plans and challenges

Jago Coffee offers quite a “fresh” concept from what most coffee shop players offer. They generally rely on physical assets to bring them closer to consumers and open online stores or applications for online courier delivery. Meanwhile, Jago chose the mobile outlet concept to make it easier to reach consumers.

“We can sell at low prices because we don’t have overhead costs, labor costs because the partner is the owner and operator. They are self-employed.”

Yoshua said, since this is quite new, the company’s challenge is to educate consumers, even though the products are delivered by “modern carts” but the quality of the coffee is fresh and of high quality. Also supported by digital applications for the backbone.

The company plans to continue adding partners with targeting five people per month. He did not want it to be very aggressive to maintain the amount of supply and demand. The menu development will not be limited to coffee variations, but will spread to foods, such as snacks.

As an entity, Jago Coffee has received an undisclosed amount of investment from Common Grounds, a company where Yoshua leads. It creates the possibility of external funding next year.

“It is just an investment, Common Grounds as an investor, each entity stands alone,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bawa Terobosan Baru di Bisnis Kopi Kekinian, Jago Coffee Terapkan Konsep “Mobile Cafe Chain”

Minum kopi bagi orang Indonesia kini sudah menjadi gaya hidup, bukan lagi sekadar minuman penghilang kantuk. Meski pemain di segmen ini sudah beragam, masih ada celah yang bisa dikembangkan, seperti yang kini diupayakan oleh Jago Coffee.

Startup ini didirikan oleh Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Laurence Oentojo (CTO). Yoshua sendiri merupakan barista dan pemilik usaha dari kafe kopi St. Ali dan Common Grounds Coffee Roastery, sementara Christopher sebelumnya bekerja di Gojek sebagai VP of Product.

Kepada DailySocial, Yoshua menceritakan bahwa alasan di balik konsep mobile coffee chain sebenarnya keinginan untuk mendekatkan kopi kepada konsumen tanpa harus datang ke gerai kopi atau menunggu dari pesanan kurir online. Kurir online menurutnya memang memudahkan orang untuk memesan kopi, tapi ada yang harus dikorbankan, yakni turunnya kualitas rasa kopi.

“Kami ingin menawarkan kopi berkualitas tinggi freshly made oleh barista pribadi yang datang langsung ke konsumen. Harga kopi kami meski lebih murah, tapi menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, direct trading dari petani kopi lokal, kami pakai kopi arabika, susu segar, dan tidak ada produk dari kaleng,” terangnya, Kamis (13/8).

Pemesanan kopi Jago dilakukan sepenuhnya secara digital melalui aplikasinya dan sudah terhubung dengan uang elektronik Gopay untuk pembayarannya. Aplikasi akan menghubungkan langsung ke perangkat mitra Jago terdekat dari lokasi konsumen.

Mitra akan mendatangi lokasi dan menyiapkan pesanan di tempat dan mengantarkannya, sehingga konsumen tidak perlu pergi ke kafe. Menu kopi yang bisa dinikmati seharga Rp18 ribu, dengan pilihan mulai dari “So So Good” atau es kopi susu, “Tanah Airku” yang merupakan seduhan kopi dingin dengan sedikit kayu manis, “Something Fresh” atau kopi hitam panas, dan “Something Fruity” yang isinya adalah kopi hitam panas dengan rasa buah.

UI/UX Aplikasi Jago Coffee / Jago Coffee
UI/UX Aplikasi Jago Coffee / Jago Coffee

Berdayakan pengusaha mikro

Misi lainnya yang ingin Yoshua salurkan adalah memberdayakan pengusaha mikro untuk memiliki bisnis sendiri dengan menjadi mitra Jago. Mereka dilatih menjadi barista profesional sekaligus pemilik bisnis.

Sebelum terjun ke lapangan, mitra tersebut akan dilatih selama dua minggu untuk mempelajari kemampuan soft skill hingga hard skill untuk melayani konsumen, cara menyeduh kopi, hingga berlatih menaiki sepeda itu sendiri. Pasalnya, Jago memanfaatkan sepeda elektrik untuk kendaraan mitra menemui konsumennya.

Setiap satu unit sepeda, mitra dapat menjual hingga 125 cup dengan jarak tempuh hingga 35 km. Sepeda ini adalah hasil kemitraan perusahaan dengan pengembang sepeda elektrik.

“Program kemitraan ini kami buat karena ada aspirasi yang datang dari anggota asosiasi barista bahwa mereka ingin punya kedai sendiri. Tapi itu akan susah kalau belum ada ‘nama’ untuk marketing-nya. Jadi kami perkenalkan mereka sebagai micro business owner.”

Di tambah, ia ingin memajukan pengusaha mikro “gerobakan” dari persepsi datang dari kalangan ekonomi bawah. Menurutnya, mereka sekarang memiliki kepercayaan tinggi bahwa produk kopi yang dijual Jago punya kualitas tinggi dan sudah terhubung dengan teknologi.

Yoshua mengungkapkan mitra yang ingin bergabung tidak dikenakan biaya. Mereka akan mendapat starter kit untuk memulai usaha senilai Rp4 juta yang terdiri dari satu set alat manual brewing (electric kettle, V60 plastic dripper, range server, digital scale, dan paper filter); helm sepeda; sling bag; lap mikrofiber dan plas chamois; dan jaket.

Seluruh starter kit akan menjadi hak milik dengan skema cicilan selama 12 bulan. Sementara sepeda elektrik akan dipinjamkan selama menjadi mitra Jago. Jago akan menyediakan produk minuman kopi untuk dijual mitra dan perusahaan akan mendapat fee dari setiap penjualan yang berhasil.

“Saat ini kita ada 14 mitra Jago dengan radius 8 km dari Kuningan, Jakarta yang bisa jangkau ke Pondok Indah, daerah Utara, hingga Monas.”

Rencana dan tantangan Jago

Konsep yang ditawarkan Jago Coffee bisa dibilang segar dari apa yang ditawarkan pemain kedai kopi kebanyakan. Umumnya mereka mengandalkan aset fisik untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan membuka toko online atau aplikasi untuk pengiriman dengan kurir online. Sementara Jago memilih konsep gerai mobile agar dapat lebih mudah jemput bola.

“Kita bisa jual harga rendah karena kita enggak ada overhead cost, labor cost karena mitra itu owner sekaligus operator. Mereka sendiri yang meng-operate.”

Yoshua menuturkan karena ini masih baru maka tantangan perusahaan adalah mengedukasi kepada konsumen, meski produk diantarkan dengan “gerobak modern” tapi kualitas kopi yang disajikan fresh dan berkualitas tinggi. Juga dibantu aplikasi digital untuk backbone-nya.

Perusahaan berencana untuk terus menambah mitra dengan target tambahan lima orang per bulannya. Ia tidak ingin penambahan terlalu agresif untuk menjaga jumlah supply dan demand. Untuk pengembangan menu nantinya tidak akan terbatas di variasi kopi saja, tapi akan menyebar ke makanan, seperti snack.

Secara entitas, Jago Coffee telah menerima investasi dengan nilai dirahasiakan dari Common Grounds, perusahaan yang Yoshua pimpin sendiri. Ia membuka kemungkinan untuk melakukan pendanaan eksternal pada tahun depan.

“Bentuknya sebagai investasi saja, Common Grounds sebagai investornya, masing-masing entitas berdiri sendiri,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here