Detil Rencana Kioson Melantai di Pasar Modal

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, mengumumkan rencana aksi korporasi dengan melantai di Bursa Efek Indonesia dalam paparan publik yang diselenggarakan hari ini, Kamis (7/9).

Sesuai jadwal, manajemen mengungkapkan Kioson akan secara resmi melantai pada 3 Oktober 2017 mendatang. Adapun per hari ini hingga 11 September 2017, sudah dimulai masa penawaran awal (bookbuilding).

Kioson menawarkan saham baru sebanyak-banyaknya 150 juta lembar saham ke publik atau sebanyak-banyak 23,07% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan IPO. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp280 sampai Rp300 per lembar saham. Dengan demikian, asumsi perolehan dana yang didapat dari aksi ini dapat mencapai Rp42 miliar sampai Rp45 miliar.

CEO Kioson Jasin Halim mengatakan rencana IPO ini sebenarnya sudah mulai direncanakan sekitar lima sampai enam bulan lalu.

“Alasan kami memilih IPO karena saat roadshow banyak investor, terutama VC, yang tertarik bila mereka mengambil porsi mayoritas. Kami sendiri tidak ingin melepas mayoritas, makanya lebih memilih IPO. Semoga langkah yang kami pilih bisa menginspirasi startup lainnya, banyak pihak yang dukung langkah kami,” terangnya.

Saham Kioson mayoritas dimiliki PT Artav Mobile Indonesia sebesar 70,06%, PT Seluler Makmur Sejahtera (12,50%), PT Sinar Mitra Investama (12,50%), dan PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (4,94%).

Perusahaan menunjuk PT Sinarmas Sekuritas menjadi underwriter dalam pelaksanaan ini.

Rencana penggunaan dana IPO

Showcase produk Kioson yang digelar pada toko kelontong di daerah
Showcase produk Kioson yang digelar pada toko kelontong di daerah

Jasin melanjutkan sekitar 75,76% dana hasil IPO akan digunakan untuk mengakuisisi kepemilikan saham PT Monjes Investama di PT Narindo Solusi Komunikasi sebesar 99,34%. Nilai akuisisinya diperkirakan sebesar Rp30 miliar.

Narindo Solusi merupakan distributor produk digital yang menjual e-voucher. Perusahaan tersebut telah terhubung ke hampir semua mitra online shop di tanah air. Per April 2017, Narindo mencatatkan pendapatan sekitar Rp400 miliar.

Narindo nantinya akan menjadi bottom line Kioson untuk memperkuat struktur dan menambah portofolio, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif pada kinerja keuangan perusahaan.

“Jadi nanti Narindo yang akan menopang pencatatan kinerja kami agar positif. Kontribusi bisnis dari Narindo menjadi 80%-90% dari total pendapatan kami.”

Selain akuisisi, perusahaan akan menggunakan sekitar 13,13% dana untuk modal kerja. Di antaranya pengadaan persediaan barang-barang elektronik, gadget, serta membiayai operasional perusahaan.

Pasca IPO, pihaknya menargetkan ekspansi mitra kios meningkat hingga 100% sampai akhir tahun ini, dari saat ini 19 ribu mitra menjadi 30 ribu mitra.

Optimis catat kinerja positif

Jasin mengakui saat ini Kioson masih mencatat kerugian dalam laporan keuangannya. Per April 2017, penjualan bersih yang diperoleh Kioson sebesar Rp25,96 miliar. Akan tetapi besaran penjualan, belum sepadan dengan beban perusahaan yang masih membengkak Rp32 miliar. Menghasilkan kerugian sebesar Rp4,45 miliar.

Namun bila melihat dari catatan dibandingkan tahun lalu, Kioson justru mencatatkan penipisan kerugian sebesar Rp11,29 miliar.

“Kami proyeksikan tahun depan catatan kinerja mulai positif. Mungkin sampai akhir tahun ini masih negatif, tapi sudah tidak terlalu besar lagi.”

Proyeksi kinerja yang dipasang Kioson cukup ambisius. Perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan pada tahun depan mencapai Rp2 triliun. Kemudian merangkak naik hingga pada 2021 dapat mencetak penjualan sebesar Rp3,8 triliun.

Untuk laba, Kioson memproyeksikan dapat mencetak sekitar Rp9 miliar. Lalu pada 2021 dapat mencapai lebih dari Rp30 miliar.

“Meski startup ini baru berdiri selama dua tahun, namun pengalaman manajemen sudah puluhan tahun. Kami pilih aksi akuisisi perusahaan berkinerja baik agar dapat memperbaiki catatan keuangan. Sehingga, hal ini kami harapkan saat resmi, investor dapat percaya dengan bisnis kami, saham pun dapat terserap dengan baik,” pungkas Jasin.

Hingga kini, Kioson telah memiliki lebih dari 19 ribu mitra kios yang tersebar di 384 kota di seluruh Indonesia dengan mayoritas berada di kota lapis kedua. Produk dan layanan yang tersedia di aplikasi Kioson fokus pada tiga kategori, yakni layanan digital dan payment point online bank (PPOB), layanan keuangan, dan layanan e-commerce. Kioson juga bermitra dengan perusahaan lainnya, seperti gadget, perbankan, asuransi, dan e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Kioson Segera Menjadi Startup Teknologi Pertama yang “Go Public” di Bursa Efek Indonesia

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, segera menjadi startup teknologi pertama yang go public di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bendera PT Kioson Komersial Indonesia, mereka berharap menjual 150 juta saham baru, atau sebesar 23,08% dari total, ke publik yang diharapkan mulai tercatat awal Oktober mendatang.

Menurut informasi, sebagian besar dana yang diperoleh disebutkan bakal digunakan untuk mengakuisisi saham perusahaan afiliasi yang saat ini menjadi mitra aggregator perusahaan telekomunikasi dan perusahaan-perusahaan teknologi mitranya.

Saat ini kepemilikan saham Kioson dipegang PT Artav Mobile Indonesia, PT Seluler Makmur Sejahtera, PT Sinar Mitra Investama, dan PT Media Komunikasi Nusantara Tbk.

Kioson berdiri sejak tahun 2015, dengan Founder Roby Tan dan Viperi Limiardi, bertujuan membantu UKM menjadi agen digital, serupa dengan Kudo dan Ruma/Arisan Mapan. Kioson mengubah pemilik toko kelontong menjadi pusat pembayaran (misalnya PLN, Telkom, PAM), bisnis ritel (pembelian pulsa telepon, token listrik, atau gadget), dan program keagenan pinjaman dan bank.

Disebutkan sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan di berbagai kota di Indonesia. Kioson juga sudah mulai memberikan pinjaman (dalam bentuk saldo Kioson) kepada para mitranya.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia,” sebut CEO Jasin Halim kepada DailySocial di sebuah kesempatan.

IPO startup teknologi adalah hal yang baru di Indonesia. Startup-startup besar sekalipun, bahkan yang berstatus unicorn, sampai sekarang belum meniatkan diri untuk melantai di bursa.

Masuknya Kioson bakal menjadi test case bagaimana reaksi publik terhadap startup teknologi dan bagaimana startup teknologi, seperti Kioson, bisa menjawab keraguan publik tentang kemampuan perusahaan menjaga cashflow dan pendapatan.

Application Information Will Show Up Here

Kioson Rambah Sektor Fintech, Hadirkan Layanan “Lending” untuk Mitra UMKM

Startup penyedia sistem digital payment enabler Kioson mengumumkan perluasan bisnisnya ke ranah fintech. Memanfaatkan tren peer-to-peer lending (p2p lending) yang mulai dinikmati masyarakat, Kioson mulai menawarkan layanan khusus pinjaman modal usaha untuk mitranya. Fokus Kioson menyajikan layanan ini ialah penyediaan modal, menambah produk dan layanan di aplikasi Kioson, dan menambah jaringan kemitraan di seluruh Indonesia.

Layanan pinjaman modal usaha ini hanya berlaku untuk mitra Kioson dengan plafon hingga 7 juta rupiah, berupa saldo Kioson. Saat diluncurkan awal Juli 2017, tercatat 1.000 mitra sudah mengajukan pinjaman dan 70%-nya sudah disetujui. Dengan adanya layanan P2P ini diharapkan semakin melengkapi Kioson dalam penyediaan instrumen keuangan. Sebelumnya Kioson sudah membuka layanan branchless banking, penjualan produk asuransi dan agen referensi multi-finance.

[Baca juga: Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital]

“Sebagai perusahaan aplikasi yang menunjang kebutuhan pemilik usaha kecil dalam meningkatkan penjualan toko/kios mereka, fitur pinjaman modal usaha ini dapat mendorong perputaran biaya sebagai modal usaha di aplikasi Kioson. Bermodalkan kepercayaan serta pemilik usaha yang berkelanjutan, kami yakin bahwa Mitra Kioson dapat memanfaatkan layanan ini untuk mengembangkan usahanya,” sambut CEO Kioson Jasin Halim.

Di sisi lain, saat ini semakin banyak aplikasi yang merambah ke layanan industri fintech, dari mulai crowdfunding, investasi, tabungan, pinjaman cepat, installment dan lain-lain. Hampir semua perusahaan fintech menawarkan produk pinjaman, khususnya p2p perantara bagi pinjam-meminjam dana.

“Kami menargetkan 500 hingga 1000 mitra setiap bulannya untuk dapat memanfaatkan layanan ini. Dari pantauan kami beberapa mitra Kioson menggunakan modal tambahan untuk jasa transfer dana yang juga menjadi salah satu produk unggulan Kioson, kategori e-commerce dan bill payment,” imbuh Jasin.

[Baca juga: Optimis dengan Peluang Besar O2O, Kioson Terus Lakukan Ekspansi Pasar]

Sebelumnya Kioson menghadirkan sebuah skema sistem O2O (Online-to-Offline) untuk memfasilitasi UMKM (seperti warung kelontong atau kios) untuk memiliki sebuah layanan yang mampu digunakan dalam membantu masyarakat melakukan berbagai pembayaran digital. Dari keterangan yang kami terima, saat ini Kioson sudah bekerja di 430 kota di seluruh wilayah Jawa dan Sumatera. Sekurangnya sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan.

“Kioson kini sudah menjadi kendaraan untuk inklusi keuangan dengan beragamnya layanan dan produk perbankan dan asuransi dari perusahaan/institusi keuangan ternama. Dengan basis mitra kami dan konsumennya yang memang berada di kota lapis kedua, kami optimis bahwa dapat menjembatani kesenjangan digital sekaligus membuka akses inklusi keuangan,” tutup Jasin.

Application Information Will Show Up Here

Optimis dengan Peluang Besar O2O, Kioson Terus Lakukan Ekspansi Pasar

Kioson sebagai startup yang memfokuskan diri sebagai e-commerce enabler dengan skema bisnis O2O (Online-to-Online) mendapatkan pendanaan dari Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT). Nilai pendanaan yang didapat adalah $450 ribu atau senilai 6 miliar rupiah. Pendanaan ini turut mengantarkan MKN pada kepemilikan saham di Kioson senilai 4,95 persen.

Ini sekaligus sebagai awal jalinan kerja sama strategis antara Kioson dan MKNT sebagai aksi korporasi memperkuat distribusi penjualan melalui kanal online. MKNT adalah emiten yang bergerak pada penjualan gadget dan voucher di Indonesia.

“Sinergi ini tentu akan saling memperkuat keduanya. MKNT yang memang sangat kuat di industri telekomunikasi akan memberikan akses kepada kami atas produk dan layanan yang dimiliki oleh MKNT. Sebaliknya jaringan Kioson yang sudah tersebar banyak sangat menunjang untuk menjadi jalur distribusi MKNT,” terang CEO Kioson Jasin Halim kepada DailySocial.

Sejak memulai debutnya di tahun 2015 untuk menjembatani UMKM ke ranah digital, Kioson mencoba terus berinovasi menghadirkan ragam layanan. Yang terbaru dari Kioson antara lain saat ini sudah tersedia produk jasa keuangan seperti asuransi. Selain itu Kioson kini juga dapat ditempatkan sebagai payment point di beberapa merchant toko online.

 

[Baca juga: Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital]

Siapkan ekspansi secara masif untuk akuisisi pasar

Dari keterangan yang kami terima, saat ini Kioson sudah bekerja di 430 kota di seluruh wilayah Jawa dan Sumatera. Sekurangnya sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan. Pendanaan yang didapat kali ini akan dioptimalkan sepenuhnya untuk strategi ekspansi dan akuisisi pasar. Setidaknya target yang ingin dicapai meningkatkan jumlah mitra menjadi 100 ribu unit.

Kioson adalah aplikasi digital diperuntukkan bagi seluruh toko kecil dan UMKM, yang menjembatani seluruh transaksi digital. Selama ini dengan konsep O2O operasional bisnis yang paling diunggulkan Kioson adalah membantu masyarakat dalam berbelanja online dan melakukan transaksi keuangan (penjualan pulsa, pembayaran tagihan dan transfer antar bank). Selain itu Kioson juga turut menghadirkan produk-produk dari layanan e-commerce.

Mitra Kioson dapat mendaftarkan diri dan mengisi saldo melalui ATM. Lalu ketika ada konsumen yang hendak melakukan pembayaran atau pembelian online, bisa dilakukan secara langsung melalui aplikasi. Sedangkan konsumen dapat membayarkan secara tunai kepada mitra Kioson tersebut.

Jasin memaparkan optimismenya terhadap pangsa pasar O2O di Indonesia. Penetrasi internet dan keberadaan ponsel pintar masih menjadi landasan penting bagi pertumbuhan bisnis di sektor ini. Namun demikian pasar O2O yang sangat luas memerlukan strategi khusus melahirkan capaian bisnis yang menjanjikan.

“Pasar O2O sangat luas sekali terutama di kota lapis ke-2 dan ke-3. Pasar yang d maksud adalah pasar offline yang tidak bisa dijangkau online karena faktor non-bankability dan edukasi. Dengan meningkatnya penetrasi internet yang semakin luas, kebutuhan akan transaksi online atau e-commerce meningkat tetapi banyak masyarakat tidak bisa berpartisipasi dikarenakan kesenjangan ekonomi digital, jadi terlebih dahulu ada ekosistem yang mendukung kepercayaan masyarakat dalam melakukan transaksi online dan e-commerce,” ujar Jasin.

 

Application Information Will Show Up Here

Kioson Fasilitasi UMKM Lakukan Pendekatan Digital

PT Kioson Komersial Indonesia, sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bisnis online, hari ini mengumumkan secara lebih luas kehadirannya ke ranah publik. Sebelumnya Kioson dikenal sebagai perusahaan yang menjembatani Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di kota-kota lapis kedua Indonesia untuk melakukan digitalisasi layanan jual beli. Dengan mengumumkan kehadirannya secara lebih luas, Kioson berharap dapat menjangkau kalangan UMKM lebih luas di Indonesia.

Menceritakan latar belakang pendirian Kioson, Founder Kioson Roby Tan mengungkapkan:

“Kioson didirikan untuk memberikan solusi bagi UMKM yang usahanya menurun di tengah kondisi ekonomi yang makin terpuruk. Hal tersebut disebabkan penguasaan teknologi yang masih tertatih-tatih serta keterbatasan dalam persaingan dengan retailer modern yang saat ini banyak bermunculan. Untuk ke depannya, kami berharap Kioson dapat mendorong retailer UMKM menjadi e-tailer atau retailer yang menjalankan bisnis e-commerce.”

Kioson mengklaim dirinya sebagai perusahaan e-commerce pertama di Indonesia yang melibatkan pedagang UMKM melalui sistem belanja online yang aman dan menguntungkan. Setiap UMKM akan diberikan fasilitas perangkat tablet sebagai sarana bertransaksi. Kioson menjalin relasi dengan semua pihak dalam rantai perdagangan, baik supplier, retailer maupun pelanggan untuk dapat melakukan transaksi secara online. Saat ini dikabarkan telah lebih dari 1.000 tablet yang sudah terinstalasi di toko-toko yang menjadi mitra Kioson.

Sistem yang didirikan Kioson berusaha untuk mengerti local value yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dalam berbelanja, yaitu tetap ingin berinteraksi langsung antara penjual dan pembeli (karena adanya unsur saling percaya), senang barang murah namun berkualitas, adanya komunikasi yang terjalin dari proses pembelian barang hingga sampai ke tangan pembeli.

Hal tersebut dinilai menjadi landasan fundamental Kioson, karena penjual dan pembeli bertemu di mitra Kioson yang ada bentuk fisiknya (toko/kios), dan barang-barang yang ditawarkan secara online jauh lebih murah. Kioson selalu memberikan update melalui SMS, mulai dari transaksi pembelian, proses penerimaan uang, pengiriman barang hingga barang sampai ke tangan pembeli.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia. Berdasarkan hasil survei tentang kebiasaan masyarakat Indonesia, terdapat 64% penduduk Indonesia yang belum dapat mengakses Internet (Euro Monitor 2015), 60% tidak memiliki rekening bank dan 95,5% tidak memiliki kartu kredit (Vela 2014). Segmen masyarakat tersebutlah yang menjadi target Kioson,” ujar Chief Executive Officer Kioson Jasin Halim.