Kresna Graha Investama dan M Cash Rencanakan Investasi di Perusahaan Riset dan IoT

PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) bersama dengan anak perusahaannya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) mengumumkan rencana untuk berinvestasi di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang riset dan IoT PT Sistem Mikroelektronik Cerdas Co-Design (SMC). Hal ini disebutkan karena didasari oleh kekuatan inti yang dimiliki SMC di bidang kemajuan teknologi serta akses pasar untuk menggapai lebih dari 60 juta konsumen potensial di seluruh Indonesia.

KREN dan MCAS masing-masing akan berinvestasi sebesar 20% dan 30%. Rencana investasi ini dinilai menjadi langkah penting yang strategis di awal tahun 2018 untuk memperkuat posisi masing-masing perusahaan.

SMC saat ini telah memiliki sejumlah portofolio layanan teknologi digital. Beberapa di antaranya adalah proyek-proyek smart city, smart house, dan Power Management SCADA, sebuah solusi berbasis teknologi yang menggunakan Advanced Metering Infrastructure (AMI) yang mampu menyediakan laporan penggunaan energi secara real time.

Direktur Utama MCAS Martin Suharlie menyatakan, melalui teknologi Smart Digital City dan Power Management dari SMC, MCAS hendak membawa kenyamanan dari gaya hidup digital dan kemajuan teknologi lebih dekat ke masyarakat Indonesia. Melalui Meter Listrik Pintar dan Power Management SMC diharapkan konsumen bisa lebih mudah melakukan pemantauan penggunaan daya listrik rumah secara langsung dan mampu menghindari risiko terjadi overcharge atas tagihan listrik.

“Selain itu, Smart juga memampukan MCAS untuk dapat melakukan analisis perilaku konsumen dan mengembangkan profil konsumen, yang akan membantu MCAS untuk dapat membuat paket-paket promosi yang unik sesuai dengan profil mereka sebagai bagian dari platform digital MCAS. Kami percaya bahwa investasi ini tidak hanya menguntungkan MCAS tapi juga masyarakat Indonesia, karena mereka akan merasakan manfaat dari pengalaman gaya hidup digital yang praktis,” terang Martin.

Sementara itu Managing Director KREN Surjandy Jahja mengemukakan, investasi ini tidak hanya menghadirkan peluang bagi MCAS, namun juga bagi KREN, untuk mengembangkan sinergi antar perusahaan di dalam portofolio yang dimilikinya. Melalui SMC, KREN berpeluang memperbesar dampak dari pengalaman gaya hidup digital yang telah diciptakan.

“Integrasi produk SMC dengan platform pembayaran digital KREN akan meningkatkan daya tarik bisnis KREN, dan secara bersamaan hal ini juga akan menciptakan suatu fitur unik dan berbeda bagi SMC di mata para pelanggannya. Salah satu contohnya adalah seamless payment protocol melalui platform pembayaran digital yang dimiliki oleh KREN. Ke depannya, kami percaya bahwa teknologi yang dimiliki oleh SMC akan membantu KREN dalam menciptakan sinergi di dalam seluruh ekosistemnya, yang pada akhirnya akan memperkuat posisi KREN sebagai lokomotif transformasi digital di Indonesia,” ujarnya.

M Cash Creates Enterprise Partnership Program to Support Digital Kiosk Marketing

Digital kiosk provider M Cash push its business performance by launching M Cash Partnership Program targeting enterprise player to market digital kiosk machine in their area.

The partnership aims to enrich kinds of services and products offered by enterprise players, for them to follow the rapid growth of digital and e-commerce business in Indonesia.

This program allows enterprise partners to market their digital products in each business areas by offering electronic, (Electricity) PLN, multifinance, cable TV, transportation ticket, entertainment, attraction rides, games and restaurant vouchers.

A unique feature of M Cash digital is the ability to produce physical card such as telco starter pack, e-toll and gift cards.

“We see this program as an innovation to tighten the competitive act of enterprise players in order to develop more and stay relevant in the growth of market interest,” said Martin Suharlie, M Cash’s President Director, on Tuesday, (12/6).

In its implementation, M Cash offers two partnership packages called “Paket Kios Grosir”. For a mini kiosk package, including a slot of card dispenser up to 200 cards, is offered at 30 million rupiahs. For a large-scale kiosk package with 4 slots of card dispenser up to 200 cards per slot is offered at 75 million rupiahs.

In financing, M Cash team up with Bank Permata as banking partner. With 2,5 million seed funding, enterprise partners can start digital kiosk business. The loan interest rate is 9.0% per year through Public’s Business Credit (KUR) scheme up to three years tenor.

“The program along with Bank Permata vision to be a pioneer in providing innovative financial solution for Indonesians. We will continue to explore all synergi potential with numerous partners to optimize Bank Permata’s intermediate function for all business players,” Bianto Surodjo, Bank Permata’s Retail Director, said.

Besides Bank Permata, M Cash also announces partnership with Pos Indonesia to provide digital box/locker service starting next year. Charles Sitorus, Pos Indonesia’s Information and Technology’s Director explained through this service, companies are expected to provide faster and efficient delivery service.

It will be easier for consumers. For the digital box, is not only available in public companies, but also in various locations which easier to find. It has flexibility to be developed into a daycare in public places such as shopping centers.

“Therefore, looking at the potential, Pos Indonesia set this service as a strategic innovation in adopting digital era development in Indonesia and strengthening company’s network and services in the future,” said Sitorus.

Pos Indonesia currently has 58,700 service points and 4,700 post offices all around Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

M Cash Buat Program Kemitraan UMKM Dorong Pemasaran Kios Digital

Perusahaan penyedia mesin kios digital, M Cash, memacu kinerja bisnisnya dengan meluncurkan Program Kemitraan M Cash yang menyasar pelaku UMKM untuk memasarkan mesin kios digital di lokasi usaha mereka.

Program kemitraan ini bertujuan untuk memperkaya ragam layanan dan produk yang ditawarkan pelaku UMKM, sehingga mereka dapat ikut menikmati pertumbuhan bisnis digital dan e-commerce yang sedang pesat di Indonesia.

Dengan program ini, mitra UMKM dapat memasarkan produk digital di lokasi usaha masing-masing dengan menawarkan voucher elektronik, PLN, multifinance, TV berbayar, tiket transportasi, e-voucher hiburan, wahana atraksi, permainan, hingga restoran.

Fitur unik yang dimiliki kios digital M Cash adalah kemampuan mengeluarkan kartu fisik, seperti kartu perdana telco (starter pack), kartu e-toll, dan gift card.

“Kami memandang program ini adalah salah satu bentuk inovasi yang dapat memperkuat daya saing pelaku UMKM agar dapat lebih berkembang dan terus relevan dengan perkembangan selera pasar,” ujar Direktur Utama M Cash Martin Suharlie, Selasa, (6/12).

Dalam implementasi program ini, M Cash menawarkan dua paket kemitraan yaitu “Paket Kios Mini” dan “Paket Kios Grosir”. Untuk Paket Kios Mini, dilengkapi 1 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu, ditawarkan dengan harga Rp30 juta. Sementara Paket Kios Grosir dilengkapi dengan 4 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu per slot ditawarkan dengan harga Rp75 juta.

Untuk pembiayaannya, M Cash menggandeng Bank Permata sebagai mitra perbankan. Dengan modal awal Rp2,5 juta, mitra UMKM bisa memulai bisnis kios digital. Tingkat bunga pinjaman sebesar 9,0 persen per tahun melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tenor hingga tiga tahun.

“Program ini sejalan dengan visi Bank Permata untuk menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif bagi masyarakat Indonesia. Kami akan terus jajaki semua potensi sinergi dengan banyak mitra untuk mengoptimalkan fungsi intermediari Bank Permata ke seluruh pelaku usaha,” terang Direktur Ritel Bank Permata Bianto Surodjo.

Selain menggandeng Bank Permata, M Cash juga mengumumkan kemitraan dengan Pos Indonesia untuk penyediaan layanan digital box/locker yang akan dimulai pada tahun depan. Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charles Sitorus menjelaskan lewat layanan ini, perseroan diharapkan mampu memberikan layanan pengiriman yang lebih cepat dan efisien.

Konsumen pun akan lebih dimudahkan. Pasalnya layanan digital box ini tidak hanya tersedia di kantor perseroan saja, namun juga di berbagai macam lokasi yang lebih dekat dan mudah ditemukan. Digital box tersebut juga memiliki fleksibilitas untuk dikembangkan menjadi tempat penitipan di berbagai tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

“Oleh karena itu, melihat besarnya potensi yang dimiliki, Pos Indonesia memandang layanan digital box ini sebagai salah satu bentuk inovasi strategis dalam mengadopsi perkembangan era digital di Indonesia dan memperkuat jaringan serta layanan perseroan ke depannya,” pungkas Charles.

Saat ini Pos Indonesia memiliki 58.700 titik layanan dan 4.700 kantor pos online tersebar di seluruh Indonesia.

Rencana Platform E-Wallet MatchMove Pasca Diakuisisi Kresna Graha dan M Cash

Perusahaan dompet elektronik MatchMove Indonesia (MMI) mengungkapkan sejumlah rencana agresif pasca masuknya Kresna Graha Investama dan M Cash Indonesia sebagai pemegang saham yang memiliki kepemilikan masing-masing sebesar 14,81%. Mulai dari kemitraan strategis dengan BRI, M Cash, DAM, e-mas, Collega, Ayopop, Harga Hot, dan lainnya.

Selain bermitra dengan berbagai perusahaan, MatchMove juga akan mengikuti jejak M Cash melantai tahun depan.

Komitmen serius tersebut dibuktikan dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat bisnis MatchMove. Untuk kebutuhan mengembangkan produk, riset dan pengembangan (R&D), operasional, dan lainnya.

Soft launch dengan BRI akan diumumkan pada akhir tahun ini. Nasabah BRI dapat menggunakan kartunya di luar negeri. Di luar itu, kami juga mempersiapkan rencana IPO untuk MatchMove pada tahun depan,” terang Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja, Senin (20/11).

Khusus dengan BRI, MatchMove akan menjadi menjadi penyedia teknologi untuk dompet elektronik perseroan. Kemudian, co-branding untuk berbagai fitur seperti P2P transfer, top up dari banyak channel, pilihan pembayaran terbuka atau tertutup, reward, dan promosi.

Sementara dengan M Cash, MatchMove akan menyediakan produk on demand bank account, on boarding dan e-KYC dari kios, deposit dan collect cash, top up dan pembayaran tagihan.

“Kalau maskapai penerbangan kan ada berbagai merek. Tapi yang buat pesawat sendiri ada Boeing dan Airbus. Nah kami menjadi Boeing dan Airbus. Orang-orang tinggal pakai saja, daripada bangun sendiri butuh waktu lama.”

Menurut Jahja, yang terpenting dari sini adalah konektivitasnya. Pengguna kartu bisa lintas negara dengan kartunya sendiri. Pasalnya, MatchMove telah bermitra dengan MasterCard.

Dia mencontohkan, saat ini untuk belanja online di platform e-commerce seperti Amazon, nasabah tidak bisa menggunakan pembayaran lewat platform e-wallet lokal yang beredar saat ini. Namun dengan MatchMove, transaksi tersebut dapat dilakukan.

Dari segi jaminan keamanan pun sudah dijamin karena ada dukungan sistem keamanan yang tinggi digunakan MasterCard. Sementara, untuk perizinan yang diperlukan Bank Indonesia, Jahja mengaku masih diurus.

Pihaknya meyakini proses akan berjalan cepat karena telah ada kerja sama dengan pihak perbankan dan sistem pembayaran internasional dari MasterCard.

Bekal jaringan global yang dibangun MatchMove dianggap menjadi nilai lebih bagi seluruh pihak terkait. MMI juga diuntungkan dengan infrastruktur digital dan ekosistem milik Kresna, termasuk lebih dari 9 juta pengguna demi mempercepat penetrasi MMI ke pasar Indonesia.

Sementara bagi M Cash, kehadiran MatchMove memberi keuntungan adanya kepastian kehadiran produk yang terus berkelanjutan di masa mendatang. Kini setiap produk yang dihadirkan MatchMove akan hadir dalam kios digital M Cash.

“M Cash itu distribution channel. Apapun produk yang dikeluarkan MatchMove, akan didistribusikan ke seluruh jaringan kami. Rencananya sampai akhir tahun ini ada 1000 titik dan tahun depan ada 5 ribu titik,” ucap Direktur Utama M Cash Marthin Suharlie.

Belum kantungi persetujuan dari BKPM

Kendati sudah berbadan hukum resmi, PT MMI belum memiliki persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi terkait lainnya. Mengingat MMI adalah perusahaan patungan antara perusahaan lokal terbuka dengan asing, Jahja memastikan dalam sebulan ini persetujuan sudah bisa diperoleh dari BKPM.

“Kita masih menunggu persetujuan dari BKPM karena ada beberapa hal yang kita jaga, mengingat Kresna Graha dan M Cash adalah perusahaan publik. Jadi segala sesuatu yang kita sampaikan ke publik akan ditanya. Harusnya bulan ini [November] selesai.”

Secara global, pemegang saham mayoritas MMP adalah Vickers Venture Partners, yang di dalamnya terdapat Kresna Graha sebagai salah satu pemegang sahamnya. Untuk memiliki langsung saham MMP, Kresna Graha dan M Cash masuk melalui anak usaha patungan MMP di Indonesia dengan nama badan hukum PT MatchMove Indonesia (MMI).

MatchMove Pay (MMP) merupakan perusahaan platform-as-a-service (PaaS) berbasis berbasis di Singapura yang sudah berdiri sejak 2009. Perusahaan ini menyediakan solusi pembayaran secara end-to-end membantu bisnis memiliki fitur dompet elektronik dalam layanannya.

Pemilik aplikasi memiliki fleksibilitas untuk menawarkan fully branded dan secure mobile banking wallet solution, seperti P2P transfer, remitansi, top up channel, virtual payment cards, loyalty points, dan rewards.

Dalam cakupan operasional bisnis, MMP telah beroperasi di India, Filipina, Amerika Serikat, Chili, dan Vietnam. Setelah Indonesia, perusahaan akan berekspansi ke Malaysia, Brazil, UAE, Afrika Selatan, dan Australia.

Beberapa perusahaan global yang sudah menggunakan layanan MMP adalah GlobalRoam (Singapura), Paul Fincap (India), Ongo (India), Bonfleet (India), VTC (Vietnam), dan BlackHawk Network (Singapura)

Tingkatkan Pangsa Pasar, M Cash Siap Sebar 4 Ribu Kios Sampai Akhir 2018

Setelah menggelar bookbuilding, M Cash Integrasi mengungkapkan sejumlah rencana perusahaan pasca IPO. Ambisi yang ingin dicapai adalah menjadikan M Cash sebagai perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia.

Beberapa rencana di antaranya menambah mesin kios sampai akhir tahun ini sebanyak 1.000 unit dan melipatgandakan jumlahnya hingga 4 ribu unit di akhir 2018 mendatang. Tak hanya itu, perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan inisiatif baru agar konten dalam kios semakin beragam, sehingga memancing orang untuk bertransaksi di dalamnya.

“Kita mau jadi perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia. Untuk mencapai itu, ada banyak inisiatif yang harus kita kerjakan agar bisa memberi dampak yang besar,” terang Managing Director M Cash Jahja Suryandy, Kamis (26/10).

Adapun anggaran capital expenditure (capex) yang dibutuhkan perusahaan untuk ekspansi pada tahun depan, akan diambil dari hasil IPO. Perkiraannya dana yang dibutuhkan sekitar Rp40 miliar sampai Rp45 miliar untuk membuat mesin kios dan pengembangan software. Sisa dana IPO akan digunakan untuk diputar sebagai modal kerja perusahaan, peningkatan kompetensi dan sumber daya manusia.

Berdasarkan proyeksi, dengan pengadaan 4 ribu kios diharapkan dapat mencetak pertumbuhan pendapatan M Cash sebesar Rp2,3 triliun dengan keuntungan bersih Rp49,5 miliar sampai 2018. Sementara sampai akhir tahun ini, proyeksi M Cash dengan mengadakan 1.000 kios dapat mencetak pendapatan sebesar Rp853 miliar dengan keuntungan bersih Rp6,8 miliar.

Apabila mengacu dari laporan keuangan M Cash per April 2017, pendapatan perusahaan mencapai Rp269 miliar dengan keuntungan bersih Rp3 miliar. Adapun total kios yang telah disebar M Cash sebanyak 210 unit tersebar di beberapa kota.

“Ini proyeksi yang cukup konservatif. Dengan pertumbuhan yang konsisten, revenue Rp2,3 triliun bisa dicapai apabila kita memasang 4 ribu kios. Rencananya kami mau pasang kios M Cash di gerai Ranch Market, Hero, Carrefour, dan di daerah lainnya mengikuti lokasi mereka berada. Bisnis seperti ini di Thailand cukup meledak dan sukses.”

Sesuai dengan rencana, M Cash akan resmi melantai di BEI pada 31 Oktober 2017.

Kelebihan permintaan hingga 9,3 kali

Beberapa hari yang lalu, M Cash telah menggelar bookbuilding dan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 9,3 kali. Dalam proses ini, M Cash menjaring anchor investor dari institusi, sekitar 40% diantaranya berasal perusahaan asing (Hong Kong, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat) dan sisanya dari lokal.

Beberapa nama institusi di antaranya PAG Asia Capital dan Maybank Asset Management. Selain itu, ada sekitar 15 perusahaan aset manajemen lokal yang turut berpartisipasi, ditambah beberapa perusahaan keluarga Singapura dengan nama yang dirahasiakan.

Setelah menjaring anchor investor, perusahaan memutuskan untuk mengambil harga saham perdananya Rp1.385 per lembar. Harga tersebut ada di kisaran bawah rentang harga penawaran saham M Cash Rp1.300-Rp1.450 per lembar. Dengan perolehan tersebut, M Cash memastikan dapat meraup dana segar Rp300 miliar.

Saat ini M Cash memiliki empat model bisnis yaitu full investment, revenue sharing, rental, dan franchise. Empat model ini memiliki kelebihan masing-masing, di mana dapat menjangkau masyarakat Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Melalui kios, perusahaan menawarkan beberapa produk dan fitur seperti top up credit & billers, express kios, face & finger print recognition, pop-up advertisement, dan lainnya. M Cash juga mengeluarkan produk fisik, termasuk sim card telepon, sim card internet, voucher, gift card, dan e-money.

Pasca Bookbuilding, M Cash Patok Harga Saham Rp1.385 per Lembar

Setelah menggelar proses bookbuilding lebih dari sepekan lalu (6/10), M Cash menutup harga saham per lembarnya seharga Rp1.385, naik tipis dari harga penawaran awal dengan kisaran Rp1.300 sampai Rp1.450. Dengan demikian, perusahaan akan meraup dana segar sebanyak Rp300 miliar dari aksi korporasi ini, setelah melepas 25% saham baru atau setara 216 juta saham.

Dikutip dari DealStreetAsia, M Cash juga mendapat komitmen dari berbagai perusahaan swasta sebagai anchor investor. Beberapa nama di antaranya PAG Asia Capital dan Maybank Asset Management. Selain itu, ada sekitar 15 perusahaan aset manajemen lokal yang turut berpartisipasi, di tambah beberapa perusahaan keluarga dari Singapura dengan nama yang dirahasiakan.

“Beberapa nama besar lainnya ada yang ikut berpartisipasi, kebanyakan berasal dari Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat, Australia dan Indonesia. Namun tidak dapat diungkapkan karena ada compliance-nya,” terang Direktur M Cash sekaligus Managing Director Kresna Investama Suryandy Jahja.

Sesuai dengan rencana, M Cash akan menerima pernyataan efektif dari OJK pada 20 Oktober. Kemudian, periode penawaran akan dijadwalkan pada 24-26 Oktober. Saham M Cash akan resmi dicatatkan di BEI pada 31 Oktober.

Founder Kresna Graha Investama Michael Steven menuturkan aksi IPO yang dilakukan M Cash adalah bagian rencana awal dari perusahaan. Kresna Graha berencana untuk mendorong tiga anak usaha yang lainnya untuk masuk ke bursa pada tahun depan.

“Akan ada lagi yang bakal IPO. Kami mencoba dorong perusahaan asuransi kami untuk go public tahun depan, bersama dengan satu atau dua anak perusahaan Kresna lainnya,” pungkas Michael.

Menjelang IPO, M Cash Tawarkan Saham Seharga Rp1.300-Rp1.450 per Lembar

Menjelang rencanago public“, startup penyedia mesin kios digital PT M Cash Integrasi (MCI) siap melepas 25% saham baru atau sebanyak 216 juta lembar saham baru, seharga Rp1.300-Rp1.450 per saham. Diharapkan dari rencana tersebut, M Cash dapat memperoleh dana segar untuk kebutuhan ekspansi sekitar Rp280 miliar-Rp315 miliar.

Perusahaan pun telah mendapatkan komitmen yang kuat dari anchor investor untuk bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer), setelah melakukan roadshow pada beberapa waktu lalu. Kebanyakan dari mereka berasal dari perusahaan asing yang berlokasi di Hong Kong, Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja mengungkapkan pihaknya sempat mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 7 kali saat anchor book building. Dia mengklaim hal ini terjadi karena minat investor yang sangat tinggi dan keyakinan mereka yang positif terhadap prospek perusahaan teknologi di Indonesia.

“[Anchor investor] ada yang dari lokal dan asing. Namun yang asing lebih banyak, minat mereka lebih tinggi. Mungkin karena keyakinannya yang tinggi dengan prospek perusahaan teknologi di Indonesia,” katanya kepada DailySocial.

Rencananya M Cash beserta salah satu pemegang sahamnya Kresna Graha Investama akan menyelenggarakan paparan publik pada 5 Oktober 2017. Pada tanggal tersebut, perusahaan akan membuka book building untuk investor lainnya, di luar anchor investor.

Adapun periode booking untuk para anchor investor itu sendiri telah ditutup pada Rabu (27/9) lalu. Setelah itu, M Cash akan menyelenggarakan pencatatan perdana (listing) pada akhir bulan ini.

“Kita baru dapet info, kalau bisa akhir bulan ini, tanggal 31 Oktober, sudah listed.”

Anchor investor adalah investor dari institusi besar, seperti wealth fund, mutual fund, dan dana pensiun, yang diundang untuk membeli saham menjelang IPO. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas saham tersebut dan memberikan kepercayaan kepada calon investor potensial.

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market yang berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Kios Digital M Cash Segera “Go Public” Awal November 2017, Lepas 25% Saham Baru

PT M Cash Integrasi (MCI), perusahaan penyedia kios digital, diungkapkan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia. Rencananya aksi korporasi tersebut akan berlangsung pada awal November 2017 dengan melepas 25% saham baru ke publik. M Cash akan menjadi startup teknologi kedua yang go public setelah Kioson.

“Tahun ini ada dua perusahaan startup yang melantai, Kioson dan M Cash. Kioson sudah [paparan publik], menyusul M Cash. Mengingat aturan IPO untuk startup belum ada, jadi mereka berdua akan listed dengan mengacu pada aturan lama dan tercatat dengan sektor usaha ritel,” terang Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, Senin (11/9).

Samsul melanjutkan kedua perusahaan ini tercatat sebagai perusahaan ritel lantaran bisnisnya sebagai penyedia sarana transaksi ritel yang berbentuk digital. Barang-barang yang dijual lebih mengarah untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti pulsa, token listrik, dan lainnya.

Mereka tidak tergolong perusahaan teknologi karena penentuan bidang usaha di bursa, bila mengacu pada aturan yang berlaku saat ini, dilihat dari sumber pendapatannya yang terbesar.

“Nah, pendapatan terbesar mereka dari sektor ritel. Sejauh ini M Cash sudah selesai melakukan perjanjian pencatatan di kami, kira-kira prosesnya sudah 40%. Tinggal proses review lagi.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja membenarkan pernyataan Samsul. Rencana IPO untuk M Cash tetap berjalan seperti rencana awal, akan terdaftar di BEI pada awal November 2017 mendatang.

Kresna Graha merupakan salah satu pemegang saham di M Cash dengan kepemilikan saham sebesar 17,6%.

Dia mengungkapkan saat ini M Cash sedang mempersiapkan tahapan penawaran awal (book building). Saham baru yang akan dilepas sebanyak 25%, dengan target dana yang akan didapat sebanyak Rp300 miliar, lebih banyak dari prediksi awal Rp250 miliar. Namun harga saham M Cash per lembarnya masih dirahasiakan.

Menurut Suryandy, penggunaan dana yang didapat dari hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja sekitar 60%, belanja modal 30%, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya.

“Rencana masih seperti semula, tidak ada yang berubah. IPO awal November dan pubex (public expose) awal Oktober. Sekarang lagi anchors book building,” terang Suryandy.

Secara kondisi keuangan, sambungnya, diklaim M Cash sudah tergolong perusahaan yang sehat dan sudah mencetak laba. Hanya saja, besaran angkanya tidak disebutkan Suryandy.

“Sudah laba, seharusnya [setelah IPO] sudah big growth [pertumbuhan laba] ke depannya.”

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Rencana Kios Digital M Cash Pasca Diakuisisi Kresna Graha

Beberapa hari yang lalu, Kresna Graha Investama dalam keterbukaan informasi mengumumkan aksi korporasi lewat akuisisi 17,6% saham perusahaan kios digital PT M Cash Integrasi (MCI) dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. Lewat aksi tersebut, MCI siap melancarkan sejumlah rencana ekspansif sepanjang tahun ini diantaranya memiliki 1.000 outlet kios digital dan melantai di bursa.

Sekadar informasi, MCI adalah perusahaan distribusi digital dengan produk utama kios yang didirikan sejak 2010. Kios digital yang kembangkan secara mandiri oleh MCI memungkinkan pengguna dapat bertransaksi produk digital mulai dari pulsa, tiket konser, token listrik, pembayaran tagihan.

Tak hanya itu, pengguna dapat membeli kartu SIM dari empat provider dan kartu e-money. Diklaim saat ini MCI sudah bermitra dengan lebih dari 200 diler.

Saat dihubungi DailySocial, CEO MCI Martin Suharlie mengatakan dengan resminya Kresna Graha masuk ke perusahaan diharapkan dapat memperlancar sejumlah rencana perusahaan yang akan direalisasikan pada tahun ini. Perusahaan menargetkan dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia lewat kemitraan dengan perusahaan ritel modern.

Sementara ini kios digital MCI bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market yang berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya, kios digital akan segera hadir di gerai Hero, Hypermart, beberapa merek ritel minimarket lokal di Bali, pinggiran Jakarta, dan lainnya.

“Penjualan produk jasa adalah tulang punggung bisnis MCI, kini kami menambah fitur yang lebih bersifat fisik seperti menyediakan starter pack kartu SIM. Itu demand-nya tinggi karena dibutuhkan oleh para turis. Kami juga akan terus mengembangkan teknologi dan fitur lainnya pasca masuknya Kresna Graha,” kata Martin.

Lewat ekspansi ini, perusahaan berharap dapat mengantongi pendapatan dengan kisaran Rp600 miliar sampai Rp700 miliar dari posisi di 2016 sebesar Rp490 miliar. Dengan perolehan pendapatan tersebut, dapat mempermulus jalan MCI yang ingin melantai di bursa pada Oktober 2017 mendatang. Hanya saja, besaran saham yang akan dilepas masih ditutup rapat-rapat oleh perusahaan.

“Ya kami menargetkan pada Oktober ini sudah IPO.”

Martin berharap, dari seluruh rencana ini dapat menggiring perusahaan jadi pemain utama di bidang distribusi digital di Indonesia.

Alasan Kresna Graha berinvestasi di MCI

Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja mengungkapkan alasan pihaknya mengakuisisi MCI karena perusahaan ingin melengkapi saluran distribusi. Sehingga dapat mempertajam penetrasi pasar dari produk digital yang sudah dimiliki Kresna Graha, mulai dari saluran online hingga offline, modern hingga tradisional, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Bertambahnya MCI dalam portofoli perusahaan, memungkinkan terjadinya kolaborasi baru yang dihadirkan. Beberapa produk yang tersedia dalam Kresna di antaranya Mandiri e-cash (termasuk Line Pay e-cash) dan Padipay sebagai alternatif pembayaran non tunai; Padiciti untuk pemesanan online kereta, pesawat, dan hotel; DominoPOS untuk direktori mal dan promosinya; serta Kesupermarket untuk flash grocery shopping.

“Dengan ini kami percaya MCI akan membawa nilai komersial yang sangat besar dan menghasilkan dampak finansial yang instan bagi kinerja bisnis Kresna,” kata Jahja.

Keputusan Kresna untuk membeli saham MCI juga didukung laporan dari Wellesley, BBC Research berbasis di Massachusetts. Dalam laporan tersebut menyebutkan prediksi pasar dunia untuk teknologi swalayan (self-service) akan mencapai US$59,2 juta pada 2017 dan CAGR tumbuh 8,9% pada lima tahun mendatang jadi US$83,5 miliar di 2021.

Untuk pasar kios, yang merupakan segmen dengan pertumbuhan tertinggi, diperkirakan akan mencapai US$9 miliar pada tahun ini dan tumbuh jadi US$17,2 miliar di 2021.

Laporan lainnya dari Harvard Business Review mengungkapkan bahwa kios-kios swalayan dari toko ritel modern telah membuat kocek para konsumen jauh lebih banyak.

“Kami percaya Indonesia akan mengikuti tren ini juga dan kami ingin menjadi yang terdepan di dalam transformasi gaya hidup digital tersebut,” pungkas Jahja.

Layanan Direktori Mal GoToMalls Gandeng Indosat Ooredoo dan Grab

Hari ini (21/3), layanan direktori mal GoToMalls mengumumkan kerja sama strategis dengan Indosat Ooredoo dan Grab. Kerja sama ini nantinya diharapkan dapat mendongkrak jumlah pengunjung ke mal/pusat perbelanjaan.

Dengan Grab, pengunjung nantinya akan mendapat kode promo khusus untuk destinasi mal tertentu yang sudah bekerja sama dengan GoToMalls. Serta memperoleh poin untuk GrabReward yang dapat ditukar dengan peritel tertentu. Sementara itu, dengan Indosat Ooredoo lewat aplikasi e-money Dompetku akan memungkinkan kemudahan transaksi dengan merchant di GoToMalls dengan promo dan kupon.

GoToMalls adalah platform online real time berbasis lokasi terdekat memberi informasi mengenai promosi, diskon, kupon, dan acara di mal/pusat perbelanjaan. Informasi tersebut dipakai untuk mendongkrak jumlah pengunjung lebih banyak lagi.

GoToMalls merupakan platform yang dibangun DominoPos Pte Ltd, sebuah perusahaan teknologi yang bergerak di pengembangan perangkat lunak untuk mobile payment dan CRM berbasis di Singapura. DominoPos adalah salah satu investment arm yang 30% sahamnya dimiliki oleh perusahaan investasi PT Kresna Graha Investama Tbk.

Sebenarnya, GoToMalls sudah diresmikan sejak Juli 2016. Hingga kini sudah menjaring 375 mal/pusat perbelanjaan, lebih dari 5 ribu merek ritel dan 19 ribu outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari segi kunjungan, situs GoToMall telah menembus di angka 1 juta orang perbulannya, dengan total page views sekitar 2,1 juta.

Setelah Indonesia, pada Februari 2017 GoToMalls telah menyambangi Singapura dan telah bekerja sama dengan 20 mal. Negara berikutnya yang akan dibidik GoToMalls masih berada di kawasan Asia Tenggara dan pastinya sudah memiliki jumlah mal yang banyak.

“Kami sudah ekspansi ke Singapura, mungkin sekitar dua atau tiga bulan lagi akan menyasar negara baru yang masih berada di kawasan Asia Tenggara. Namun sebelum ekspansi kami ingin memastikan basis bisnis di Indonesia dan Singapura sudah kuat, baru melanjutkan ke negara lainnya,” ucap CEO GoToMalls Bruno Zysman, Selasa (21/3).

Jembatani mal dengan strategi online to offline (O2O)

Zysman melanjutkan GoToMalls dihadirkan untuk menjembatani kegiatan belanja secara offline dengan teknologi dalam platform GoToMalls. Pengunjung hanya cukup mengunjungi satu website dan mereka akan mendapatkan semua informasi di pusat perbelanjaan dalam waktu yang bersamaan.

Strategi ini dinilai cukup ampuh untuk mendorong jumlah pengunjung mal lebih banyak lagi. Pasalnya, sejak 2015 pertumbuhan jumlah pengunjung secara tahunan hanya tembus satu digit saja secara industri atau sekitar 7%-8%. Padahal sebelumnya pertumbuhan di 2013-2014 tembus di angka 10%-15%.

“Yang kami lakukan dengan GoToMalls adalah membantu para peritel offline agar dapat mempromosikan produk maupun jasa mereka secara online dan efisien,” terang Zysman.

Ke depannya, GoToMalls akan terus mengembangkan fitur lainnya seperti integrasi pembayaran online untuk pembelian kupon belanja, meluncurkan aplikasi GoToMalls untuk Android dan iOS, dan lainnya.

Pergeseran pola belanja konsumen di mal

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menambahkan sejak tiga tahun terakhir industri mal/pusat berbelanjaan mengalami kelesuan, tetap bertumbuh namun hanya satu digit bukan dua digit. Faktornya meliputi perubahan pola belanja masyarakat yang lebih banyak berbelanja untuk kebutuhan food and beverages (FnB) dan entertainment.

Kehadiran toko online (e-commerce) juga turut mempengaruhi untuk kebutuhan elektronik, terutama gadget mengalami penurunan drastis karena tingkat persaingan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan e-commerce.

“Mal tetap bertumbuh, tapi cuma satu digit. Faktornya karena terjadi pergeseran pola belanja. Secara faktor ekonomi makro, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah tapi jumlah kunjungan ke mal tetap tumbuh. Ini terjadi karena faktor melemahnya nilai tukar Rupiah, berefek pada orang-orang yang sebelumnya sering belanja ke mal di luar negeri kini beralih ke mal lokal,” terang Alphonzus.

Untuk mengembalikan kejayaan mal, pemilik usaha mal harus mengubah strategi mereka agar banyak melakukan promosi lewat platform digital. Mereka juga harus memposisikan mal bukan lagi sebagai tempat belanja, melainkan sebagai sarana lifestyle dengan konsep yang jelas.

“Misalnya sering mengadakan event offline, atau menyediakan spot khusus untuk selfie. Gunanya untuk tetap menarik orang-orang tetap mengunjungi mal. Bila mal tidak melakukan ini, pasti akan tergerus oleh e-commerce. Mal itu punya kelebihan yang tidak bisa disediakan e-commerce, yakni pengalaman berbelanja,” pungkasnya.