5 Mouse Gaming Wireless Terbaik yang Dapat Dibeli di Indonesia

Tidak seperti dulu, mouse gaming nirkabel zaman sekarang sudah canggih-canggih. Akurasi dan latensi tidak lagi menjadi masalah berkat kemajuan pesat di bidang pengembangan sensor dan konektivitas wireless, sementara daya tahan baterai juga terus ditingkatkan berkat sederet optimasi yang diterapkan oleh masing-masing pabrikan.

Singkat cerita, mouse gaming nirkabel sekarang sudah pantas menggantikan mouse gaming berkabel sepenuhnya, bahkan dalam konteks kompetitif sekalipun. Pilihannya pun banyak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan sekaligus bujet masing-masing.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 mouse gaming wireless terbaik yang dapat dibeli di Indonesia. Berikut daftarnya.

1. Razer Naga Pro

Saya sengaja menempatkan Razer Naga Pro sebagai pilihan pertama karena satu hal: kustomisasi. Seperti yang kita tahu, genre game yang berbeda membutuhkan kombinasi tombol yang berbeda pula. Saat bermain game FPS, kita mungkin cuma butuh dua tombol ekstra untuk ibu jari. Namun ketika memainkan MMORPG dengan karakter yang memiliki begitu banyak skill, dua tombol saja jelas tidak cukup.

Ketimbang harus membeli dua mouse yang berbeda, satu Naga Pro saja sebenarnya sudah cukup, sebab panel kirinya dapat dilepas-pasang secara magnetis. Ketika hendak bermain Valorant, pasang panel yang dilengkapi 2 tombol. Ketika hendak bermain Dota 2, pasang panel yang mengemas 6 tombol. Lalu saat tiba waktunya untuk raid di Final Fantasy XIV, pasang panel yang mempunyai 12 tombol.

Sulit mencari mouse gaming wireless yang lebih fleksibel dari Naga Pro. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp2.399.000. Review lengkapnya juga bisa dibaca di sini.

Link pembelian: Razer Naga Pro

2. Razer Viper Ultimate

Buat yang menyukai mouse dengan desain ambidextrous, alias simetris sisi kiri dan kanannya, Anda bisa melirik Razer Viper Ultimate. Dari segi performa, Viper Ultimate sama persis seperti Naga Pro tadi, dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS. Kedua mouse turut mengemas optical switch pada tombol klik kiri dan kanannya.

Di angka 74 gram, Viper Ultimate tergolong ringan untuk sebuah mouse wireless, apalagi mengingat ia tidak mengadopsi desain honeycomb. Mouse ini datang bersama aksesori charging dock yang amat praktis; cukup letakkan mouse di atasnya, maka baterainya akan langsung diisi ulang. Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 70 jam (tanpa RGB).

Viper Ultimate saat ini sudah bisa dibeli juga dengan harga Rp2.399.000. Bedanya, paket penjualan Viper Ultimate sudah mencakup aksesori charging dock, sementara Naga Pro tadi tidak.

Link pembelian: Razer Viper Ultimate

3. Logitech G Pro X Superlight

Butuh yang lebih ringan lagi daripada Viper Ultimate, tapi tetap tidak suka dengan desain bolong-bolong? Silakan lirik persembahan Logitech yang satu ini. Dengan bobot hanya 63 gram, label “Superlight” pada namanya betul-betul akurat. Bobotnya bahkan bisa ditekan lagi sampai menjadi 60 gram dengan melepas cover magnetis yang menutupi rumah dongle USB-nya.

Bobot yang sangat ringan itu turut ditunjang oleh performa yang mumpuni, dengan sensor yang memiliki sensitivitas maksimum 25.600 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya pun tetap termasuk awet, bisa bertahan hingga 70 jam dalam sekali pengisian.

Di Indonesia, G Pro X Superlight sekarang sudah bisa dibeli dengan harga Rp1.889.000 dan dalam dua varian warna: hitam atau putih.

Link pembelian: Logitech G Pro X Superlight

4. SteelSeries Aerox 3 Wireless

Sebaliknya, bagi yang menyukai desain honeycomb supaya tangannya jadi tidak mudah berkeringat, maka SteelSeries Aerox 3 Wireless bisa jadi pilihan. Yang istimewa, mouse ini tercatat memiliki sertifikasi ketahanan air dan debu IP54 terlepas dari begitu banyaknya lubang di bodinya. Dengan demikian, Anda tak perlu khawatir seandainya ia tidak sengaja ketumpahan minuman.

Bobotnya sudah pasti ringan, persisnya di angka 66 gram. Perangkat mengemas sensor TrueMove Air dengan sensitivitas 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya cukup untuk 80 jam pemakaian, dan ia turut mendukung fitur fast charging berkat pemakaian port USB-C.

Aerox 3 Wireless juga ideal untuk mendampingi sesi bekerja di luar menggunakan laptop. Pasalnya, ia juga mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, dan dalam mode ini, baterainya malah bisa tahan sampai 200 jam. Harganya? Rp1.325.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless

5. Logitech G304 Lightspeed

Terakhir, buat yang memiliki modal terbatas tapi tetap menginginkan mouse gaming wireless dengan konektivitas sekaligus kinerja yang konsisten, pilihannya jatuh pada Logitech G304 Lightspeed. Mouse ini harganya cuma Rp509.000, akan tetapi ia sudah dibekali sensor dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, dan pengguna juga dapat menyimpan hingga lima level DPI pada onboard memory-nya.

Seperti halnya mouse gaming nirkabel high-end Logitech, G304 juga dibekali konektivitas wireless Lightspeed dengan latensi yang sangat minim. G304 tidak punya baterai rechargeable. Sebagai gantinya, ia membutuhkan satu baterai AA. Namun jangan khawatir, sebab Logitech mengklaim daya tahannya bisa mencapai angka 250 jam, atau sekitar satu bulan seandainya digunakan selama 8 jam per hari.

Link pembelian: Logitech G304 Lightspeed

5 Tablet dengan Stylus untuk WFH dan SFH yang Bisa Dibeli di Indonesia

Setipis dan seringan apapun sebuah laptop, tentu tidak akan bisa menyamai portabilitas yang ditawarkan sebuah tablet. Kecuali Anda betul-betul sering mengetik, menggunakan tablet selama WFH atau SFH semestinya bakal terasa lebih praktis.

Apalagi jika ternyata Anda lebih suka corat-coret menggunakan tangan, kombinasi tablet dan stylus bakal terdengar lebih masuk akal ketimbang laptop. Kabar baiknya, konsumen kini punya semakin banyak opsi tablet plus stylus di pasaran.

Di artikel ini, saya telah merangkum lima tablet dengan stylus untuk WFH dan SFH yang dapat dibeli di Indonesia. Pada beberapa model, stylus-nya harus dibeli secara terpisah.

1. Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G

Bagi yang memiliki modal 9,5 juta rupiah, Anda bisa melirik tablet besutan Samsung yang satu ini. Paket penjualannya sudah mencakup sebuah stylus, dan stylus-nya pun bukan sembarangan, melainkan yang memiliki 4.096 tingkatan sensitivitas tekanan dan latensi kurang dari 30 milidetik. Saat sedang tidak digunakan, stylus-nya dapat ditempelkan secara magnetis ke sisi belakang tablet demi memudahkan penyimpanan.

Tab S7 FE mengemas layar 12,4 inci dengan resolusi 2560 x 1600. Performanya ditunjang oleh chipset Qualcomm Snapdragon 750G, RAM 6 GB, serta penyimpanan internal sebesar 128 GB (plus slot kartu microSD). Di angka 10.090 mAh, kapasitas baterainya tergolong cukup besar. Semuanya dikemas dalam bodi setipis 6,3 mm dan seringan 608 gram.

Link pembelian: Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G

2. Huawei MatePad 11

Baru dirilis pada bulan Agustus kemarin, Huawei MatePad 11 menawarkan keseimbangan yang apik antara harga dan spesifikasi. Dengan banderol hanya Rp7.299.000, ia sudah bisa menawarkan performa sekelas smartphone flagship berkat penggunaan chipset Snapdragon 865, tidak ketinggalan pula layar dengan refresh rate 120 Hz.

Layarnya sendiri merupakan panel IPS 10,95 inci dengan resolusi 2560 x 1600. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB, storage internal 128 GB (plus slot microSD), serta baterai 7.250 mAh. Fisiknya tercatat memiliki tebal 7,25 mm dan berat cuma 485 gram. Sayang, stylus-nya harus ditebus secara terpisah seharga Rp1.299.000.

Link pembelian: Huawei MatePad 11 dan Huawei M-Pencil 2nd Gen

3. Xiaomi Pad 5

Paling gres di antara yang lain, Xiaomi Pad 5 juga merupakan yang paling agresif soal harga (tipikal Xiaomi). Tablet ini akan segera dijual dengan harga cuma Rp4.999.000, tapi spesifikasinya sudah mencakup chipset Snapdragon 860 yang terbukti kencang, plus layar 120 Hz. Untuk panelnya, Xiaomi menggunakan jenis IPS dengan ukuran 11 inci dan resolusi 2560 x 1600.

Xiaomi Pad 5 datang membawa RAM 6 GB, kapasitas penyimpanan internal sebesar 256 GB (tanpa slot microSD), dan baterai 8.720 mAh. Tebal bodinya cuma 6,85 mm, dan bobotnya 511 gram. Sesuai kriteria, Xiaomi Pad 5 juga didampingi sebuah stylus, akan tetapi stylus-nya ini Xiaomi jual secara terpisah, dan sejauh ini belum ada info seputar harganya. Satu hal yang pasti, stylus tersebut dapat ditempelkan secara magnetis ke samping tablet untuk disimpan sekaligus di-charge.

Link pembelian: Xiaomi Pad 5

4. Apple iPad generasi ke-9

Pembahasan mengenai tablet tidak akan lengkap tanpa menyinggung iPad, dan kebetulan Apple baru saja merilis generasi terbarunya. iPad generasi ke-9 ini memang belum masuk secara resmi ke pasar Indonesia, tapi yang pasti ia nanti bakal jadi opsi termurah dari seluruh lineup iPad yang tersedia. Jadi alangkah bijaknya apabila Anda menunggu sampai versi yang terbaru hadir ketimbang membeli yang lama. Dengan banderol mulai $329, iPad generasi ke-9 semestinya akan dijual di kisaran 5-6 jutaan rupiah.

Seperti generasi sebelumnya, iPad terbaru ini hadir dengan layar IPS 10,2 inci dengan resolusi 2160 x 1620. Yang berbeda, performanya kini lebih gegas berkat chip A13 Bionic, dan varian termurahnya kini hadir dengan penyimpanan 64 GB ketimbang 32 GB. Juga tidak berubah adalah kompatibilitas dengan Apple Pencil, tapi cuma generasi yang pertama yang dihargai Rp1.999.000.

5. Lenovo Yoga Duet 7i

Bagi yang tidak bisa lepas dari ekosistem Windows — mungkin karena aplikasi yang dipakai bekerja cuma tersedia di perangkat desktop — maka Lenovo Yoga Duet 7i bisa jadi pilihan. Perangkat ini merupakan sebuah tablet tulen, sebab ketimbang mengandalkan engsel 360 derajat, layarnya memang bisa dicopot dari keyboard-nya. Panel yang digunakan adalah IPS 13 inci dengan resolusi 2160 x 1350.

Dapur pacunya mencakup prosesor terbaru Intel Core i7-1165G7 dengan 4-core dan 8-thread, serta GPU Intel Iris Xe yang mumpuni. RAM 16 GB melengkapi spesifikasinya, demikian pula SSD NVMe berkapasitas 1 TB. Storage-nya masih bisa ditambah lagi dengan menjejalkan kartu microSD, tapi RAM-nya tidak bisa ditambah.

Di harga Rp21.499.000, perangkat ini jelas tidak murah, tapi ia merupakan opsi ideal bagi pengguna yang mendambakan pengalaman persis laptop dalam wujud tablet, apalagi mengingat paket penjualannya sudah mencakup sebuah stylus. Sebenarnya ada varian yang lebih murah (selisih 3,6 juta rupiah), tapi berhubung RAM-nya disolder dan tidak bisa ditambah, saya lebih menyarankan varian teratasnya ini.

Link pembelian: Lenovo Yoga Duet 7i

7 Monitor Gaming Terbaik untuk Gamer Kasual Maupun Kompetitif

Sebagai periferal komputer yang masih relevan di era modern, monitor kini dapat dibagi berdasarkan target pasarnya: gaming atau non-gaming. Namun kalau mau kita kerucutkan lagi, monitor gaming pun sebenarnya masih bisa kita bagi lagi menjadi gaming kasual dan gaming kompetitif. Sama-sama gaming, tapi kebutuhannya berbeda.

Untuk gaming kasual, yang diincar biasanya adalah fitur-fitur untuk memperindah kualitas visual macam HDR maupun dukungan fitur adaptive sync (AMD FreeSync atau Nvidia G-Sync) yang lengkap. Untuk gaming kompetitif, entah yang masih amatiran atau sudah masuk level esports, yang dicari biasanya adalah refresh rate setinggi mungkin dan motion blur seminimal mungkin.

Artikel ini bermaksud untuk memberikan referensi bagi yang hendak membeli monitor gaming di pasar tanah air. Berhubung kita mempunyai bujet dan spesifikasi PC yang berbeda, saya sengaja mengelompokkan pilihannya berdasarkan subkategori seperti “kasual 1080p”, “kasual 4K”, “kompetitif 240 Hz”, dan seterusnya.

Kasual 1080p, alias monitor gaming kelas bujet terbaik

Kalau sebatas mencari monitor untuk bermain di resolusi 1080p 60 fps, jujur Anda tidak perlu mengumpulkan referensi banyak-banyak, sebab monitor non-gaming pun saja sebenarnya sudah cukup untuk itu. Namun kalau Anda punya bujet di kisaran 3,1 jutaan rupiah, maka AOC 24G2 bisa jadi pilihan yang tepat.

Monitor ini mengemas panel IPS 23,8 inci dengan resolusi 1920 x 1080, refresh rate 144 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (MPRT). Ia mendukung FreeSync Premium, tapi kehadiran DisplayPort berarti Anda juga dapat mencobanya dengan G-Sync meski tidak ada sertifikasi resmi dari Nvidia.

Namun yang paling saya suka darinya adalah, ergonomic stand-nya benar-benar ergonomis, apalagi mengingat bagian ini memang paling sering dikompromikan di kisaran harganya. Jadi selain bisa di-tilt, monitor ini juga bisa swivel, bisa diatur ketinggiannya, ataupun diputar orientasinya dari landscape ke portrait.

Link pembelian: AOC 24G2

Monitor terbaik untuk gaming kasual di resolusi 1440p

Bagi yang memiliki kartu grafis di atas kelas mainstream, tidak ada salahnya mengincar monitor 1440p. Dan bagi yang cukup beruntung sempat meminang RTX 3070, tidak ada salahnya juga mencari monitor yang sepenuhnya kompatibel dengan G-Sync. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pilihannya pun jatuh pada ViewSonic Elite XG270Q

Monitor ini mengusung panel IPS 27 inci dengan resolusi 2560 x 1440, refresh rate 165 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Panelnya memiliki color gamut 95% DCI-P3, serta telah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 400. Kompatibilitasnya dengan G-Sync pun dijamin tanpa masalah karena sudah diuji langsung oleh Nvidia sendiri.

Harganya? Rp8.199.000.

Link pembelian: ViewSonic Elite XG270Q

Monitor terbaik untuk gaming di resolusi 4K

 

Tidak peduli stoknya langka atau tidak, eksistensi kartu grafis seperti RTX 3080, RTX 3090, maupun RX 6800 XT dan RX 6900 XT pada akhirnya membuat 4K gaming jadi kenyataan. Namun agar dapat menikmatinya dengan maksimal, Anda butuh dukungan monitor yang tepat. Salah satu opsi terbaik yang tersedia di pasaran saat ini adalah LG UltraGear 27GN950-B, yang bisa dibeli seharga Rp11.990.000.

Perangkat ini mengemas panel Nano IPS 27 inci dengan resolusi 3840 x 2160, refresh rate 144 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Dengan color gamut 98% DCI-P3 dan sertifikasi DisplayHDR 600, kualitas visual yang disajikan tentu bakal sangat prima. Bagi yang membutuhkan G-Sync, Anda tak perlu khawatir mengingat monitor ini memang telah tercantum di situs Nvidia.

Link pembelian: LG UltraGear 27GN950-B

Monitor 240 Hz terbaik untuk gaming kompetitif

 

Monitor gaming besutan Zowie (BenQ) kerap menjadi pilihan di banyak turnamen esports profesional. Tentu ada alasan kuat yang mendasarinya, dan salah satunya adalah teknologi DyAc+ (Dynamic Accuracy Plus) yang BenQ implementasikan.

Secara mendasar, DyAc+ merupakan sebuah teknik motion blur reduction (MBR). Saya tidak perlu menjelaskan terlalu teknis karena artikelnya bakal kepanjangan, tapi yang pasti DyAc+ sangatlah efektif dalam hal meminimalkan motion blur, dan Anda bisa menonton sendiri demonstrasinya di YouTube. Saking efektifnya, monitor dengan DyAc+ kerap disebut memiliki motion clarity setara monitor CRT.

Salah satu monitor yang dibekali DyAc+ adalah BenQ Zowie XL2546K. Ia mengemas panel TN 24,5 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 240 Hz. Jujur spesifikasinya di atas kertas terkesan tidak menarik, apalagi kalau melihat harganya yang mencapai angka Rp9.603.000. Namun saya kira memang tidak ada orang yang membeli monitor ini karena spesifikasinya. Yang diincar murni adalah teknologi DyAc+ itu tadi.

Link pembelian: BenQ Zowie XL2546K

Monitor 360 Hz terbaik untuk gaming kompetitif

Memainkan CS:GO dengan frame rate yang konstan berada di kisaran 360 fps itu sangat mungkin dilakukan di tahun 2021 ini. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah monitor Anda cukup kencang untuk menampilkan frame sebanyak itu setiap detiknya?

Kalau jawabannya tidak, maka sudah saatnya Anda upgrade monitor tersebut ke Asus ROG Swift PG259QN. Monitor seharga Rp14.645.000 ini istimewa karena mengemas panel dengan refresh rate sebesar 360 Hz. Tipe panel yang digunakan pun sudah IPS, dengan bentang diagonal 24,5 inci dan resolusi 1080p. Seandainya membutuhkan, monitor ini pun juga sudah sepenuhnya mendukung Nvidia G-Sync.

Link pembelian: Asus ROG Swift PG259QN

Monitor gaming terbaik dengan layar curved

Saya tahu tidak semua orang suka dengan layar curved, dan itulah mengapa saya memilih untuk menyendirikannya. Namun kalau Anda suka, sekalian saja pilih yang paling melengkung yang ada di pasaran saat ini, yaitu Samsung Odyssey G7 32″.

Monitor ini memiliki layar dengan angka kurvatur 1000R, dan tingkat kelengkungannya diklaim setara kontur mata manusia, sehingga mampu menghadirkan sensasi immersive yang lebih mantap ketimbang monitor curved dengan kurvatur 1500R atau 1800R.

Spesifikasi panelnya pun tidak main-main: VA 31,5 inci dengan resolusi 2560 x 1440, refresh rate 240 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Untuk keperluan gaming kasual, Odyssey G7 32″ juga telah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 600, plus sepenuhnya kompatibel dengan G-Sync. Siapkan dana sebesar Rp13.299.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Samsung Odyssey G7 32″

Monitor gaming terbaik dengan layar curved dan ultrawide

Kalau Anda punya dana yang lebih besar sekaligus kartu grafis yang lebih perkasa, maka pilihan yang lebih tepat adalah Samsung Odyssey G9 49″. Jujur belum ada monitor lain dengan bentuk seekstrem ini. Layarnya luar biasa lebar dengan bentang diagonal 49 inci, dan tingkat kelengkungannya pun juga berada di angka 1000R.

Menggunakan monitor ini pada dasarnya sama seperti mendempetkan dua monitor 27 inci, dengan total resolusi sebesar 5120 x 1440. Dari segi refresh rate atau waktu respon, ia identik dengan adiknya tadi (Odyssey G7). Yang lebih superior adalah tingkat kecerahannya, yang mampu mencapai angka 1.000 nit, membuatnya pantas menyandang sertifikasi DisplayHDR 1000 dari VESA.

Tertarik? Siapkan saja bujet sebesar Rp22.999.000.

Link pembelian: Samsung Odyssey G9 49″

10 Kursi Kerja Pilihan untuk WFH

Tidak terasa sudah sekitar 1,5 tahun kita menjalani tren WFH (work from home). Dalam kondisi kurang ideal seperti ini, tentu saja kita punya banyak keluhan. Dari sekian banyak komplain, dua yang paling populer mungkin adalah rindu suasana kantor dan sering sakit punggung karena terlalu banyak duduk.

Keluhan yang pertama sulit ditangani, sebab bagaimanapun juga, bercengkerama via video call itu tidak akan pernah sama dengan bertemu langsung. Namun untuk keluhan yang kedua, kita bisa meminimalkan dampaknya dengan bantuan kursi yang tepat.

Membeli kursi kerja itu mirip seperti membeli kasur: kalau kita bakal menghabiskan banyak waktu di atasnya, alangkah bijaknya kita memilih yang mampu menopang postur tubuh dengan baik.

Lumbar support pada kursi Herman Miller Aeron / Herman Miller

Dalam memilih kursi kerja, sebagian dari kita sering kali hanya berfokus pada kenyamanan dudukan, sandaran punggung, dan terkadang sandaran kepala. Padahal, atribut lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah sandaran lumbar alias punggung bawah.

Di artikel ini, saya telah merangkum 10 kursi kerja pilihan untuk WFH. Kriteria utama yang saya tetapkan adalah semua kursi wajib memiliki lumbar support, sebab sebagian besar kursi kerja yang paling basic memang tidak menawarkan fitur ini. Mengacu pada kriteria tersebut, berikut pilihan kursinya.

1. Sunon Winger

Namanya merujuk pada bentuk sandaran lumbarnya yang menyerupai sayap (wing). Oke, aman, syarat utamanya sudah terpenuhi meski harganya termasuk terjangkau di Rp2.399.200. Namun ternyata sandaran lumbarnya ini juga bisa dinaik-turunkan, sehingga dapat lebih disesuaikan dengan tinggi masing-masing pengguna.

Kursi ini turut menawarkan pengaturan sandaran tangan (armrest) yang cukup lengkap; bisa dinaik-turunkan, dimaju-mundurkan, dan dibelokkan ke kiri atau kanan demi mengakomodasi posisi duduk yang berbeda-beda.

Link pembelian: Sunon Winger

2. Pexio Jervis

Rp3.300.000 sepintas mungkin terdengar mahal untuk kursi dari brand yang belum begitu dikenal, tapi pendapat Anda mungkin bisa berubah setelah mengetahui kelengkapan fitur yang ditawarkan kursi ini; mulai dari pengaturan sandaran tangan, pengaturan sandaran lumbar, penguncian kemiringan sandaran punggung, sampai pengaturan sandaran kepala.

Desainnya pun cukup elegan, dan material-material yang digunakan bukan murahan, seperti misalnya kaki aluminium dan roda nilon.

Link pembelian: Pexio Jervis

3. Sieben Stevenn

Saat mencari informasi mengenai kursi ini, jujur hal pertama yang mencuri perhatian saya adalah perpaduan warna ungu, putih, dan birunya yang apik. Namun setelah ditelaah, fiturnya pun juga lengkap, dan yang paling penting, sandaran lumbarnya bisa diatur letak ketinggiannya sehingga mampu menopang punggung bawah secara optimal. Harganya? Rp3.699.000.

Link pembelian: Sieben Stevenn

4. Informa Utopia

Sandaran kepala? Ada. Sandaran lumbar? Ada. Sandaran kaki? Ada juga. Kursi ini adalah pilihan tepat bagi yang gemar bersantai di atas kursi kerjanya, entah selagi menonton film di laptop, atau selagi asyik push rank Mobile Legends. Juga cukup unik adalah, bahan jaring-jaringnya (mesh) bukan cuma di bagian punggung, melainkan juga di bagian dudukan. Siapkan bujet Rp3.999.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Informa Utopia

5. Sieben Gion

Dalam memilih kursi kerja, salah satu faktor penting yang juga sering terlupakan adalah kedalaman dudukan kursi; terlalu pendek berarti bagian paha tidak bisa tertopang dengan baik, terlalu panjang berarti tidak ada sirkulasi udara di bagian belakang lutut. Masalahnya, panjang kaki setiap orang berbeda-beda, bahkan pada yang tinggi badannya sama sekalipun.

Solusinya, pilih kursi yang menawarkan pengaturan kedalaman dudukan, seperti misalnya kursi seharga Rp4.504.150 ini. Cukup dengan mengklik tombol, maka bagian dudukannya bisa dimajukan atau dimundurkan, sehingga dapat disesuaikan dengan panjang kaki pengguna. Tentu saja, sandaran lumbar yang adjustable juga tidak boleh kita lupakan, dan itu pun bisa kita temui di kursi ini.

Link pembelian: Sieben Gion

6. Comfort Pofit

Sebagian orang mungkin bakal mengernyitkan dahi ketika disarankan membeli kursi kerja dengan harga di atas 8 juta rupiah. Namun demi kesehatan punggung selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu, tidak ada ruginya memilih kursi yang memang bisa membantu menjaga kesehatan punggung.

Kursi bernama Pofit ini diklaim mampu menopang tulang belakang secara lebih menyeluruh, plus memiliki sandaran lumbar yang dapat diatur posisinya secara merinci untuk mengakomodasi pengguna dengan tinggi 150 – 190 cm. Uniknya lagi, ia hadir bersama aplikasi smartphone yang dapat mengingatkan pengguna ketika postur duduknya kurang ideal. Tertarik? Sisihkan uang Rp8.499.000.

Link pembelian: Comfort Pofit

7. Herman Miller Sayl

Nama besar Herman Miller tentu menjadi salah satu daya tarik utama kursi ini di samping desainnya yang amat mencolok. Dirancang oleh sang maestro, Yves Béhar, Sayl memiliki rongga-rongga yang berukuran lebih besar dari biasanya, sehingga sirkulasi udara sama sekali tidak akan menjadi masalah baginya.

Selain estetik, Sayl juga dirancang untuk mempertahankan bentuk alami tulang belakang yang menyerupai huruf S. Secara default, Sayl memang tidak dilengkapi sandaran lumbar, tapi konsumen yang membutuhkan bisa membeli sandaran lumbar opsional seharga Rp341.000. Harga kursinya sendiri Rp10.136.500, dengan jaminan garansi selama 12 tahun.

Link pembelian: Herman Miller Sayl

8. Ergohuman Plus

Di rentang harga 10 juta ke atas, sudah sewajarnya sebuah kursi kerja menawarkan fitur pengaturan yang lengkap. Yang membuat kursi ini berbeda dari biasanya adalah betapa mudahnya pengguna dapat mengakses pengaturan-pengaturan tersebut.

Menggunakan satu tuas yang sama, pengguna bisa mengatur tiga bagian yang berbeda: tarik ke atas untuk mengatur tinggi kursi, tarik ke depan untuk mengatur kedalaman dudukan, tarik ke belakang untuk mengatur kemiringan sandarannya. Siapkan modal Rp10.799.100 untuk membeli kursi ini.

Link pembelian: Ergohuman Plus

9. Steelcase Gesture

Jangan tertipu oleh penampilannya yang minimalis, sebab kursi ini dikenal sangat nyaman sekaligus kokoh. Hampir semua bagian dari kursi ini dapat diatur posisinya, dan pengoperasiannya pun mudah sekali dipahami.

Pada sisi kanannya, pengguna bisa menemukan dua buah kenop; yang belakang berfungsi untuk mengatur semua yang berhubungan dengan bagian sandaran, sementara yang depan dapat dipakai untuk mengatur semua yang berkaitan dengan bagian dudukan. Pengaturan armrest-nya pun juga sangat fleksibel (360°) sekaligus mudah dioperasikan.

Di Indonesia, produk-produk Steelcase didistribusikan oleh Vivere, dan Anda bisa membeli kursi ini seharga Rp22.000.000. Sayang sekali garansi yang ditawarkan di sini cuma 2 tahun, padahal di negara asalnya (Amerika Serikat), Steelcase menawarkan garansi sampai 12 tahun.

Link pembelian: Steelcase Gesture

10. Herman Miller Aeron

Pembahasan mengenai kursi kerja tidak akan lengkap tanpa menyinggung Herman Miller Aeron. Kursi ini sudah eksis sejak tahun 1994, dan hingga sekarang masih menjadi salah satu opsi terpopuler di AS. Desainnya nyaris tidak berubah dari yang pertama kali diproduksi hampir tiga dekade lalu, dan itu merupakan indikasi kuat akan betapa ergonomisnya kursi ini.

Seperti halnya kursi-kursi lain Herman Miller, build quality turut menjadi alasan utama mengapa Aeron laris dibeli, dan kabar baiknya, konsumen di Indonesia pun ikut kebagian jatah masa garansinya yang sangat panjang (12 tahun). Ini penting mengingat harganya jauh dari kata murah: Rp26.532.550.

Bagi yang tertarik membeli Aeron, perlu diketahui bahwa kursi ini sebenarnya hadir dalam tiga ukuran yang berbeda: Size A (kecil), Size B (sedang), dan Size C (Large). Masing-masing ditujukan untuk rentang tinggi badan dan bobot yang berbeda. Size B misalnya, cocok untuk yang memiliki tinggi badan antara 157 – 182 cm. Referensi lengkapnya soal ukuran Aeron bisa langsung diunduh dari situs Herman Miller.

Link pembelian: Herman Miller Aeron

5 Contoh Bisnis Startup di Indonesia

Beberapa tahun belakang ini, contoh bisnis startup kian akrab di telinga para milenial. Bisnis startup adalah bisnis baru atau perusahaan rintisan yang sedang dalam tahap pengembangan untuk menemukan sasaran pasar yang tepat dan dapat menjadi bisnis yang jauh lebih besar.

Menurut Paul Graham, startup adalah perusahaan yang didesain untuk berkembang dengan cepat. Sedangkan menurut David Kidder, penulis buku startup playbook (2012) mengatakan startup sebagai sebuah bisnis baru yang digagas dengan original yang berfokus pada pertumbuhan.

Perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai startup memiliki beberapa ciri, diantaranya; usia perusahaan kurang dari 3 tahun, jumlah pegawai kurang dari 20 orang, masih dalam tahap berkembang, pendapatan kurang dari US$100,000 per tahun, umumnya beroperasi dalam bidang teknologi, dan biasanya beroperasi melalui website.

Indonesia sendiri berada di posisi lima dunia dengan 2.193 startup pada tahun 2019 setelah Amerika Serikat, India, Inggris dan Kanada. Hal tersebut menandakan bahwa banyak sekali contoh bisnis startup di Indonesia yang bermunculan dan berkembang sehingga menjadi perusahaan yang mapan.

Berikut 5 contoh bisnis startup yang ada di Indonesia dari berbagai kategori:

1. Gojek

contoh bisnis startup
Sumber gambar : depositphotos.com

Gojek pertama kali didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi dan Michaelangelo Moran. Gojek merupakan perusahaan startup asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Gojek mengembangkan fitur-fitur yang sederhana dan berguna, sehingga perusahaan ini sukses memberikan dampak positif pada kehidupan sehari-hari masyarakat.

Unduh di sini 

2. Tokopedia

 startup tokopedia
Sumber gambar : tokopedia.com

Tokopedia merupakan perusahaan startup bidang e-commerce atau toko belanja online yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009. Perusahaan yang telah bertransformasi menjadi unicorn ini, berpengaruh untuk Indonesia bahkan Asia Tenggara, lho! Terbukti hingga saat ini, Tokopedia menjadi marketplace yang paling banyak dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Unduh di sini 

3. Traveloka

 startup traveloka
Sumber gambar: travel.detik.com

Traveloka adalah perusahaan startup yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat, kereta api, bus dan hotel secara online dengan fokus perjalanan domestik di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma dan Albert Zhang pada tahun 2012. Sempat terkikis pada tahun 2020 akibat pandemi, namun Traveloka mampu bertahan dan bangkit hingga dapat bersaing untuk IPO di New York pada tahun 2021.

Unduh di sini 

 

4. Akulaku

startup akulaku
Sumber gambar : akulaku.com

Akulaku adalah perusahaan startup multifinance Indonesia yang menyediakan pinjaman tanpa jaminan, KTA tanpa kartu kredit dan fasilitas belanja di berbagai e-commerce. Perusahaan ini didirikan oleh Li Wenbo pada tahun 2016. Sepanjang tahun 2020, Akulaku membukukan pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 40%.

Unduh di sini 

5. Teman Startup

contoh bisnis startup teman startup
Sumber gambar : temanstartup.com

Teman Startup adalah sebuah wadah sosial media untuk para pebisnis yang didirikan oleh Leivino Krisdeni pada akhir tahun 2020. Startup ini sebagai wadah yang didasarkan komunitas, konten-kontennya seputar informasi bisnis seperti berita, fakta, pembelajaran, dan berbagi melalui Instagram, Spotify (podcast), serta aktivitas offline; seminar ataupun workshop. Teman Startup melayani dan memenuhi kebutuhan oleh UMKM.

Home

Nah, itulah 5 contoh bisnis startup yang ada di Indonesia. Nggak asing kan mendengar beberapa startup di atas? Tentunya dengan memanfaatkan teknologi yang ada, layanan contoh bisnis startup yang disebutkan dapat membantu kita menjadi lebih produktif setiap harinya.

***

Disclosure : Artikel ini ditulis oleh Muhamad Dika Wahyudi

5 Webcam Pilihan untuk WFH dan SFH, Dari yang Murah Sampai yang Mahal

Tidak seperti laptop ataupun headset, webcam adalah kategori produk elektronik yang popularitasnya melejit tanpa disengaja karena pandemi. Tren WFH dan SFH secara langsung menjadikan webcam bak suatu komoditas, terutama di kalangan konsumen yang menggunakan PC ketimbang laptop untuk menjalani kesehariannya selama pandemi.

Kendati demikian, saya juga kenal beberapa pengguna laptop yang mempertimbangkan untuk membeli webcam karena sejumlah alasan, mulai dari yang webcam bawaan laptop-nya rusak, sampai yang sebatas ingin tampil lebih prima dalam rapat virtual bersama koleganya.

Kalau Anda termasuk salah satunya, semoga artikel ini bisa membantu. Berikut adalah 5 webcam pilihan untuk WFH dan SFH, urut dari yang paling murah sampai yang paling mahal.

1. M-Tech WB600

Saya yakin Anda bisa menemukan banyak webcam lain yang lebih murah dari yang satu ini di platform e-commerce lokal, akan tetapi saya pribadi memilihnya karena dua alasan: garansinya cukup panjang (1 tahun), dan kebetulan saya sendiri pernah mencoba dan cukup puas dengan webcam dari brand yang sama, meski memang model yang saya gunakan adalah versi yang lebih lawas (WB500).

Sama seperti pendahulunya, WB600 menawarkan resolusi maksimum 1920 x 1080 pixel (tanpa autofocus) dan mekanisme plug-and-play (dapat langsung digunakan tanpa perlu instalasi driver). Yang berbeda, ia mengemas lampu LED terintegrasi yang dapat menyala dalam tiga opsi warna (putih, putih hangat, kuning) untuk membantu meningkatkan kualitas gambar di ruangan dengan kondisi pencahayaan yang kurang optimal.

Harganya? Rp220.000 saja.

Link pembelian: M-Tech WB600

2. Logitech C615

Dengan budget Rp618.000, Anda sebenarnya sudah bisa mendapatkan webcam beresolusi 1080p dari brand sekelas Logitech. Bukan cuma itu, webcam bernama Logitech C615 ini juga mendukung autofocus, yang berarti ketika Anda mendekatkan sesuatu yang memiliki teks ke lensanya — entah itu buku atau smartphone — teksnya bakal tetap kelihatan tajam.

Satu keunikan C615 yang tidak dimiliki mayoritas webcam lain adalah fitur swivel 360 derajat. Jadi selagi dijepitkan ke atas layar, bodi kameranya dapat diputar-putar untuk membantu mendapatkan gambar pada sudut yang tepat. Saat sedang tidak digunakan, ia juga dapat dilipat menjadi datar, memudahkan penyimpanan tanpa khawatir lensa kacanya bakal tergores.

Link pembelian: Logitech C615

3. Logitech C920

Salah satu kekurangan terbesar Logitech C615 tadi adalah mikrofonnya masih mono. Kalau Anda membutuhkan kualitas audio yang lebih baik berkat mikrofon stereo, maka Logitech C920 ini bisa jadi pilihan. Harganya memang lebih mahal — Rp999.000 — tapi beruntung yang di-upgrade bukan cuma dari sektor audionya saja.

Resolusinya memang sama-sama 1080p, akan tetapi C920 menjanjikan kualitas video secara keseluruhan yang lebih baik daripada C615, lengkap beserta kinerja autofocus yang lebih bisa diandalkan. Kabelnya juga lebih panjang 55 cm, memberikan fleksibilitas ekstra dalam hal penempatan kamera.

Link pembelian: Logitech C920

4. Razer Kiyo

Dengan pilihan resolusi 1080p 30 fps atau 720p 60 fps, webcam yang satu ini memang lebih dikhususkan untuk kebutuhan para streamer ketimbang keperluan WFH dan SFH secara umum. Terlepas dari itu, cincin LED yang mengitari lensanya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang kondisi pencahayaan di ruang kerja atau ruang belajarnya tidak begitu optimal.

Total ada 12 LED yang tertanam, dan lampu ini bisa menyala paling terang sampai 10 lux dari jarak 1 meter. Tingkat kecerahan lampunya bisa diatur semudah memutar-mutar kenop bergerigi yang mengitari bodi kamera. Siapkan dana Rp1.849.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Razer Kiyo

5. Logitech Brio

4096 x 2160 pixel, itulah resolusi video maksimum yang dapat dihasilkan oleh webcam yang satu ini. Berkat resolusi sebesar itu, Logitech Brio pun bisa menawarkan fitur digital zoom bagi yang membutuhkan. Bukan cuma itu, Brio turut mendukung teknologi HDR sehingga wajah pengguna tidak akan tampil seperti siluet ketika berada dalam posisi membelakangi sumber cahaya (backlight), semisal jendela di siang hari.

Kelebihan lain webcam seharga Rp3.250.000 ini adalah kompatibilitas dengan Windows Hello, fitur facial recognition bawaan Windows 10. Jadi selama kamera ini terhubung ke PC dan menyala, pengguna tidak perlu sekali pun mengetikkan kata sandinya setiap kali hendak login ke Windows.

Link pembelian: Logitech Brio

10 Laptop Pilihan dengan Harga Terjangkau untuk Sekolah Online

School From Home (SFH), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sekolah online, kelas daring, apapun istilahnya, para pelajar pasti butuh bantuan gadget agar bisa menjalaninya dengan baik. Tidak heran kalau kemudian banyak orang tua yang kelimpungan harus membeli laptop baru karena yang ada sudah tergolong butut.

Kalau Anda termasuk salah satunya, saya harap artikel ini bisa membantu menjadi referensi tambahan. 10 laptop pilihan yang tercantum di bawah ini semuanya punya harga kurang dari 8 juta rupiah, dan semestinya bisa menjadi alternatif yang tepat bagi yang membutuhkan laptop baru untuk kegiatan sekolah online.

Perlu dicatat, Anda memang bisa menemukan banyak laptop lain yang berharga lebih murah, akan tetapi kemungkinan performanya masih kalah andal dibanding deretan laptop berikut, terutama saat harus digunakan untuk mengerjakan tugas seperti mengedit video.

Tanpa perlu berlama-lama lagi, berikut adalah 10 laptop pilihan dengan harga terjangkau untuk sekolah online.

1. Xiaomi RedmiBook 15

Salah satu laptop yang paling banyak diincar belakangan ini, RedmiBook 15 menawarkan spesifikasi yang amat mumpuni di harga yang terjangkau. Ia ditenagai prosesor Intel Core i3-1115G4 (2-core, 4-thread), RAM 8 GB, dan SSD SATA 256 GB. Layar 15,6 incinya mengemas resolusi 1080p, dan di atasnya tentu sudah tertanam webcam 720p.

Baterainya tercatat memiliki kapasitas 46 Wh, dan paket pembeliannya sudah mencakup OS Windows 10 Home. Semua itu seharga Rp6.999.000 saja, atau malah Rp5.999.000 saja jika Anda cukup beruntung dan berhasil menggaetnya di periode flash sale.

Link pembelian: Xiaomi RedmiBook 15

2. Infinix INBook X1

Meluncur di waktu yang hampir bersamaan dengan RedmiBook 15, INBook X1 juga punya value for money yang sangat tinggi. Spesifikasinya meliputi prosesor Intel Core i3-1005G1 (2-core, 4-thread), RAM 8 GB, dan SSD NVMe 256 GB. Layarnya yang berukuran 14 inci sudah menggunakan panel IPS dengan resolusi 1080p, dan tentu saja ada webcam 720p di atasnya.

Laptop ini mengemas baterai berkapasitas 55 Wh, dan pengisiannya sudah bisa menggunakan kabel USB-C. Harganya? Rp6.899.000, sudah termasuk sistem operasi Windows 10 Home.

Link pembelian: Infinix INBook X1

3. Acer Aspire 3 Slim (A314-22)

Bagi yang memiliki budget kurang dari 6 juta, mereka bisa melirik penawaran Acer yang dihargai Rp5.799.000 berikut ini. Ia ditenagai prosesor AMD Athlon Silver 3050U (2-core, 2-thread), lengkap beserta RAM 4 GB dan HDD 1 TB. Layarnya punya bentang diagonal 14 inci, sedangkan resolusinya berada di angka 1366 x 768 pixel. Sayang webcam-nya cuma 480p.

Untuk pemakaian sehari-hari, Acer mengklaim daya tahan baterai hingga 7 jam. Selain Windows 10 Home, paket pembeliannya turut mencakup software Office Home and Student 2019.

Link pembelian: Acer Aspire 3 Slim (A314-22)

4. Dell Inspiron 15-3505

Dibanderol Rp6.999.000, laptop besutan Dell ini datang membawa prosesor AMD Ryzen 3 3250U (2-core, 4-thread), RAM 4 GB, dan HDD 1 TB. Layarnya cukup luas di angka 15,6 inci, dan resolusinya pun sudah 1080p alias FHD. Webcam sudah pasti tersedia, resolusinya 720p.

Laptop ini mengemas baterai berkapasitas 42 Wh. Perangkat menjalankan OS Windows 10 Home, dan Office Home and Student 2019 pun juga sudah termasuk dalam bundel.

Link pembelian: Dell Inspiron 15-3505

5. HP 245 G7 (2E6K2PA)

Masih di kisaran Rp6.999.000, ada HP 245 G7 yang dibekali prosesor AMD Ryzen 3 3300U (4-core, 4-thread), RAM 4 GB, dan SSD SATA 256 GB. Di atas kertas, performanya terkesan mantap, tapi kekurangan laptop ini terletak di layarnya, yang berukuran 14 inci dengan resolusi 1366 x 768 pixel, serta baterai yang tergolong kecil di angka 31 Wh.

Kualitas webcam-nya juga bukan yang terbaik dengan resolusi 480p. Beruntung konsumen tidak perlu keluar uang lagi untuk OS Windows 10 Home.

Link pembelian: HP 245 G7 (2E6K2PA)

6. ASUS VivoBook A416JAO-FHD322

Seri VivoBook sudah lama menjadi pilihan di kategori entry-level. Model yang satu ini mengemas prosesor Intel Core i3-1005G1 (2-core, 4-thread), RAM 4 GB, dan SSD NVMe 256 GB. Layar 14 incinya sudah beresolusi FHD, tapi sayang webcam-nya cuma VGA alias 480p.

Perangkat ini menerima asupan daya dari baterai 37 Wh, dan ia juga sudah dilengkapi port USB-C. Asus mematok harga Rp7.199.000, dan itu sudah termasuk OS Windows 10 Home beserta Office Home and Student 2019.

Link pembelian: ASUS VivoBook A416JAO-FHD322

7. Acer Aspire 3 Slim (A314-41)

Berbekal prosesor AMD Ryzen 5 3500U (4-core, 8-thread), RAM 8 GB (dual-channel), dan SSD NVMe 256 GB, laptop ini benar-benar ditujukan bagi konsumen yang memprioritaskan soal performa, yang budget-nya tidak lebih dari Rp7.399.000 (sudah termasuk OS Windows 10 Home). Konsekuensi yang harus dibayar ada dua: layar 14 incinya cuma beresolusi 1366 x 768 pixel, dan webcam-nya pun masih VGA.

Link pembelian: Acer Aspire 3 Slim (A314-41)

8. Lenovo Flex 5 14ARE

Kurang dari 8 juta tapi touchscreen? Coba lirik penawaran Lenovo berikut ini, yang hadir membawa layar sentuh IPS 14 inci dengan resolusi FHD, lengkap beserta webcam 720p. Performanya pun cukup reliabel berkat prosesor AMD Ryzen 3 4300U (4-core, 4-thread), RAM 4 GB, serta SSD NVMe 256 GB.

Laptop convertible ini juga sudah dilengkapi port USB-C, dan baterainya tercatat punya kapasitas sebesar 52,5 Wh. Siapkan modal Rp7.699.000 untuk meminangnya (sudah termasuk OS Windows 10 Home).

Link pembelian: Lenovo Flex 5 14ARE

9. HP Chromebook 11 G8

Budget cuma 5 juta dan tidak harus menggunakan Windows? Anda tentu bisa melirik kategori Chromebook, dan salah satu kandidatnya adalah HP Chromebook 11 G8 yang dihargai Rp4.999.000 berikut ini. Spesifikasinya cukup standar: prosesor Intel Celeron N4020 (2-core, 2-thread), RAM 4 GB, dan storage eMMC 32 GB. Layarnya pun cuma 11,6 inci dengan resolusi 1366 x 768 pixel.

Namun semua itu tidak terlalu menjadi masalah mengingat Chrome OS memang tidak menuntut spesifikasi yang terlalu tinggi. Perangkat tentu saja sudah dilengkapi webcam 720p, dan yang cukup mengejutkan, baterai 47 Wh-nya sudah bisa di-charge via USB-C.

Link pembelian: HP Chromebook 11 G8

10. Acer Chromebook Spin 513 (CP513-1H)

Terakhir, giliran Chromebook lain tapi yang sudah dilengkapi layar sentuh dan berwujud convertible. Layarnya pun bukan sembarangan, melainkan panel IPS 13,3 inci dengan resolusi FHD. Urusan kinerja, ia mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 7c, RAM 4 GB, serta eMMC 64 GB.

Penggunaan chipset Qualcomm tersebut mengindikasikan konsumsi daya yang efisien, dengan klaim daya tahan hingga 14 jam per charge. Tentu saja laptop SFH tak akan lengkap tanpa webcam 720p, dan itu sudah bisa didapat pada laptop seharga Rp6.899.000 ini.

Link pembelian: Acer Chromebook Spin 513 (CP513-1H)

Gambar header: Depositphotos.com.

8 Smartphone Pilihan yang Masih Dibekali Jack Audio 3,5 mm

Jack audio 3,5 mm, atau biasa juga dikenal dengan istilah headphone jack, adalah jenis konektor yang sudah eksis sejak zaman Walkman masih merajalela. Namun di tahun 2016, Apple memutuskan untuk menghapuskannya dari iPhone 7, dan sejak saat itu tren smartphone tanpa headphone jack pun terus bertambah populer.

Hingga akhirnya kita tiba di titik di mana keberadaan headphone jack bisa dianggap sebagai salah satu fitur smartphone. Di tahun 2021 ini, jumlah smartphone yang dilengkapi headphone jack kian berkurang, terutama di segmen flagship, dan itulah mengapa kategori produk TWS terus bertambah populer setiap harinya.

Kendati demikian, di luar sana masih banyak konsumen yang belum bisa move on dari headphone jack. Alasannya sederhana: headphone atau earphone kesayangan mereka masih menggunakan kabel 3,5 mm sebagai konektornya. Buat mereka, smartphone yang dibekali headphone jack masih memiliki nilai plus tersendiri.

Kalau Anda termasuk salah satunya, artikel ini bisa Anda jadikan referensi saat membeli smartphone baru. Berikut adalah 8 smartphone pilihan yang masih memiliki jack audio 3,5 mm.

1. Asus ROG Phone 5

ROG Phone 5 bisa dianggap sebagai spesies smartphone flagship yang langka karena masih dilengkapi colokan 3,5 mm pada bagian bawahnya, apalagi mengingat colokan ini sempat hilang dari pendahulunya (ROG Phone 3). Bukan cuma itu, Asus bahkan juga menjejalkan sistem Quad DAC demi memenuhi ekspektasi tinggi kalangan audiophile.

Sebagai ponsel flagship, spesifikasinya tentu tidak main-main: Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage internal 256 GB, dan baterai 6.000 mAh dengan dukungan fast charging 65 W. Layarnya menggunakan panel AMOLED 6,78 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 144 Hz. Kamera belakangnya ada tiga: kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 13 megapixel, dan kamera macro 8 megapixel.

Ponsel ini sekarang sudah bisa dibeli dengan harga Rp14.499.000. Anda juga bisa baca review lengkapnya di sini.

Link pembelian: Asus ROG Phone 5

2. Samsung Galaxy A52

Samsung memang sudah tidak punya lagi smartphone flagship yang dibekali headphone jack, tapi setidaknya tren ini belum memengaruhi lini ponsel kelas menengahnya, salah satunya Galaxy A52. Penggunaan chipset Snapdragon 720G yang sudah sangat terbukti merupakan indikasi akan kinerjanya yang mumpuni, ditambah lagi dengan RAM 8 GB, storage 256 GB, dan baterai 4.500 mAh yang mendukung fast charging 25 W.

Susunan kamera belakang Galaxy A52 juga terbilang lengkap, mencakup kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 12 megapixel, kamera macro 5 megapixel, dan kamera depth 5 megapixel. Layarnya menggunakan panel Super AMOLED 6,5 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Semua itu bisa didapat dengan harga Rp5.399.000.

Link pembelian: Samsung Galaxy A52

3. OPPO Reno6

Desain yang stylish sekaligus nyaman di tangan, ditambah performa kelas menengah yang sangat reliabel, merupakan daya tarik utama dari Reno6. Kebetulan ia juga masih punya jack audio 3,5 mm di sisi bawahnya, sehingga ia layak menerima rekomendasi ekstra buat konsumen yang mementingkan pengalaman audio superior.

Spesifikasi Reno6 meliputi chipset Snapdragon 720G, RAM 8 GB, penyimpanan internal 128 GB, dan baterai 4.310 mAh dengan dukungan fast charging 50 W. Perangkat dibekali layar AMOLED 6,4 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Di belakang, kita bisa menemukan kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan sisanya kamera macro beserta kamera depth.

Buat yang tertarik dengan Reno6, siapkan dana sebesar Rp5.199.000. Ulasan lengkapnya juga dapat Anda baca di sini.

Link pembelian: OPPO Reno6

4. Realme 8

Realme 8 menawarkan spesifikasi yang sangat menarik di harga Rp3.599.000. Mulai dari chipset MediaTek Helio G95, RAM 8 GB, penyimpanan internal 128 GB, baterai 5.000 mAh dengan dukungan fast charging 30 W, sampai layar Super AMOLED 6,43 inci dengan resolusi 1080p, semua tersedia di sini, demikian pula headphone jack.

Perangkat mengemas kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro dan kamera depth. Sebagai pelengkap, Realme tak lupa menyematkan NFC beserta sensor sidik jari di balik layar.

Link pembelian: Realme 8

5. Xiaomi Redmi Note 10 Pro

Seperti halnya Samsung, lini flagship Xiaomi tidak ada yang mengusung headphone jack, tapi untungnya seri Redmi Note tidak ikut terdampak. Dibanderol Rp3.899.000, Redmi Note 10 Pro menawarkan spesifikasi yang cukup menggiurkan: Snapdragon 732G, RAM 8 GB, storage 128 GB, dan baterai 5.020 mAh yang mendukung fast charging 33 W.

Layar juga menjadi daya tarik utama dari ponsel ini, dengan panel AMOLED 6,67 inci beresolusi FHD+, lengkap dengan refresh rate 120 Hz. Di sektor kamera, Redmi Note 10 Pro mengunggulkan kamera utama 108 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 5 megapixel dan kamera depth 2 megapixel. Perangkat juga sudah dibekali dengan NFC.

Silakan baca review-nya jika masih penasaran dengan performa sekaligus kapabilitas kameranya.

Link pembelian: Redmi Note 10 Pro

6. Poco X3 Pro

Bukan Poco namanya kalau tidak menawarkan value yang sangat menarik. Dengan harga jual cuma Rp3.999.000, Poco X3 Pro hadir membawa spesifikasi hampir setara flagship: Snapdragon 860, RAM 8 GB, penyimpanan internal 256 GB, dan baterai 5.160 mAh dengan dukungan fast charging 33 W. Dari sisi kinerja, Poco X3 Pro sangat bisa diandalkan, seperti yang sudah dibuktikan oleh pengujian tim DailySocial.id.

Melengkapi spesifikasinya adalah layar IPS 6,67 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz. Kamera belakangnya terdiri dari kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro beserta kamera depth masing-masing dengan resolusi 2 megapixel. Semua itu tentu tanpa melupakan fitur yang kerap disepelekan, macam keberadaan headphone jack dan NFC.

Link pembelian: Poco X3 Pro

7. Black Shark 4

Spesifikasi kelas gaming tapi terjangkau sudah ibarat motto Black Shark sejak lama, dan beruntung di tahun 2021 ini pun mereka belum tergoda untuk mengikuti tren smartphone tanpa headphone jack. Black Shark 4 mengandalkan chipset Snapdragon 870, lengkap beserta RAM 8 GB dan storage internal 128 GB. Kapasitas baterainya memang cuma 4.500 mAh, tapi kecepatan fast charging-nya mencapai angka 120 W.

Smartphone seharga Rp8.499.000 ini datang membawa layar Super AMOLED 6,67 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz. Sisi belakangnya yang kini tampak jauh lebih elegan ketimbang sebelumnya mengemas kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 5 megapixel.

Link pembelian: Black Shark 4

8. RedMagic 6 Pro

Perpaduan chipset Snapdragon 888 dan RAM 16 GB mungkin terdengar agak berlebihan, tapi tidak kalau itu dibarengi dengan layar yang juga sangat kencang, seperti yang ditawarkan oleh RedMagic 6 Pro berikut ini. Bukan 120 Hz atau 144 Hz, layarnya tercatat memiliki refresh rate 165 Hz. Panelnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,8 inci dengan resolusi 1080p.

Perangkat datang membawa baterai 5.050 mAh, lengkap dengan dukungan fast charging 66 W. Kamera belakangnya terdiri dari kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 2 megapixel. Semua itu dihargai cuma Rp11.999.000 saja untuk varian dengan penyimpanan 256 GB. Tentu saja, sesuai persyaratan utama artikel ini, kita bisa menemukan jack audionya di sisi atas.

Link pembelian: RedMagic 6 Pro

Gambar header: Depositphotos.com.

8 Chromebook dari Berbagai Kelas Harga dan Pabrikan

Rencana pengadaan laptop untuk pelajar dengan anggaran sebesar 2,4 triliun rupiah yang diumumkan oleh Kemendikbudristek baru-baru ini memicu perbincangan hangat mengenai Chromebook. Pasalnya, spesifikasi minimum yang diajukan memang mencakup Chrome OS sebagai sistem operasi laptop-nya.

Sepanjang eksistensinya sejak tahun 2011, Chromebook memang kerap diasosiasikan sebagai laptop berharga terjangkau yang ideal untuk kalangan pelajar. Kategori Chromebook bisa dibilang sudah berevolusi secara matang, dan variasi produknya pun terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Kalau dulunya Chromebook high-end macam Chromebook Pixel kerap dianggap sebagai sebuah anomali, segmen tersebut sekarang sudah banyak pemainnya. Di saat yang sama, Chromebook murah pun juga tetap eksis, sebab relevansinya memang semakin nyata di era serba online seperti sekarang.

Di artikel ini, saya akan membahas mengenai beberapa Chromebook yang tersedia di pasaran. Jujur saja pilihannya di Indonesia tidak banyak, sebab popularitasnya memang masih kalah jauh dibanding laptop Windows maupun MacBook. Oleh karena itu, saya turut mengikutsertakan sejumlah opsi Chromebook yang sejauh ini cuma tersedia di luar pasar tanah air.

1. Asus Chromebook C204

Di Indonesia, Asus Chromebook C204 dapat dibeli langsung dari situs resmi Asus seharga Rp5.389.000. Spesifikasinya jauh dari kata mengesankan, tapi setidaknya sesuai dengan syarat minimum yang Kemendikbudristek ajukan: prosesor Intel Celeron N4020 (dual-core 1,1 GHz), RAM 4 GB LPDDR4, storage eMMC 32 GB, layar 11,6 inci beresolusi 1366 x 768, dan masa garansi selama satu tahun.

2. Samsung Chromebook 4

Alternatifnya, ada Samsung Chromebook 4 yang berspesifikasi identik. Yang berbeda hanyalah port konektivitasnya; Asus Chromebook C204 mengemas masing-masing dua port USB-A dan USB-C, sedangkan Samsung Chromebook 4 hanya dibekali satu port USB-A dan satu port USB-C saja. Itulah mengapa harganya bisa lebih murah; di marketplace, sejumlah seller menjualnya seharga 4,5 jutaan rupiah.

3. HP Chromebook 11 G8 Education Edition

Sekali lagi kita melihat perangkat dengan spesifikasi yang sangat menyerupai Asus Chromebook C204 tadi. Bedanya, HP Chromebook 11 G8 Education Edition mengemas RAM berkapasitas 8 GB. Di situs HP, harganya dipatok Rp6.850.000.

Selisih harga yang cukup jauh itu tentu bukan hanya untuk menebus RAM yang dua kali lebih besar saja, melainkan juga rancangan fisik yang lebih tangguh. HP mengklaim bahwa laptop ini mampu bertahan meski jatuh ke lantai kayu dari ketinggian 122 cm, atau ke lantai beton dari ketinggian 76 cm, atau seandainya tersiram minuman bersoda. HP bahkan percaya diri para murid yang usil bakal kesulitan mencabut satu demi satu tombol keyboard-nya.

4. Acer Chromebook Spin 513

Sesuai namanya, layar sentuh milik Acer Chromebook Spin 513 dapat diputar 360 derajat sehingga bisa digunakan layaknya sebuah tablet. Ia bahkan ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 7c yang mendukung prinsip “always on, always connected“, sehingga karakteristiknya benar-benar mirip seperti tablet, dengan estimasi daya tahan baterai hingga 14 jam pemakaian.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 4 GB dan storage eMMC 64 GB. Layarnya sendiri merupakan panel IPS 13,3 inci dengan resolusi 1080p. Di situs Acer, harga jual yang tertera adalah Rp6.999.000.

5. Lenovo Chromebook Duet

Dengan mengadopsi model detachable, Lenovo Chromebook Duet sebenarnya lebih pantas dikategorikan sebagai tablet ketimbang laptop. Namun berhubung ia menjalankan sistem operasi Chrome OS, maka sah-sah saja menggunakan nama tersebut. Lebih penting lagi, paket penjualannya sudah mencakup aksesori keyboard sekaligus trackpad, serta cover belakang yang dilengkapi kickstand, sehingga perangkat dapat langsung digunakan dalam mode laptop.

Spesifikasinya meliputi chipset MediaTek Helio P60T, RAM 4 GB, storage internal 64 GB atau 128 GB, dan layar sentuh IPS 10,1 inci dengan resolusi 1920 x 1200 pixel. Sayang sekali sejauh ini belum ada tanda-tanda Lenovo Chromebook Duet bakal tersedia di Indonesia. Padahal harganya cukup terjangkau di angka $280.

6. Dell Inspiron Chromebook 14 2-in-1

Rancangan convertible merupakan nilai jual utama Dell Inspiron Chromebook 14 2-in-1, dan itu kian disempurnakan oleh adanya stylus bawaan yang punya rumah sendiri di bagian bawah laptop. Spesifikasinya sendiri cukup lumayan: prosesor Intel Core i3-8130U, RAM 4 GB, storage 128 GB, dan layar sentuh IPS 14 inci beresolusi 1080p. Di Amazon, harganya dipatok $629.

7. Google Pixelbook Go

Bicara soal Chromebook, kita tentu tidak bisa melupakan Pixelbook Go selaku produk rancangan Google sendiri. Desain yang atraktif merupakan salah satu aspek unggulannya, demikian pula konfigurasi spesifikasi yang amat variatif: pilihan prosesor Intel Core m3 sampai Core i7 generasi ke-8, RAM 8 GB atau 16 GB, storage 64 GB hingga 256 GB, serta opsi layar 1080p ataupun 4K.

Harganya pun bervariasi antara $649 sampai $1.399. Pixelbook Go pada dasarnya eksis untuk membuktikan bahwa Chromebook tidak selamanya harus terkesan murahan.

8. Acer Chromebook Spin 713

Edisi 2021 dari Acer Chromebook Spin 713 menunjukkan bahwa laptop Chrome OS pun bisa mengikuti tren yang ditetapkan oleh kategori laptop Windows. Mulai dari prosesor Intel generasi ke-11, port Thunderbolt 4, Wi-Fi 6, sampai layar dengan aspect ratio 3:2, semuanya bisa didapat di laptop ini.

Sentuhan premium bahkan turut Acer sematkan dalam wujud lapisan kaca Gorilla Glass yang memproteksi layar sekaligus touchpad-nya. Di AS, perangkat ini dipasarkan dengan banderol mulai $699.

Gambar header: Google.

7 Contoh Platform E-commerce di Indonesia

Pertumbuhan e-commerce selama lima tahun terakhir telah memberi perubahan struktural sebuah industri, seperti peningkatan penetrasi smartphone, penerimaan investasi asing langsung dalam platform e-commerce serta percepatan evolusi infrastruktur pembayaran yang memungkinkan pelanggan tanpa rekening bank (konsumen yang tidak memiliki rekening bank) untuk melakukan pembelian online. Hal tersebut juga mendorong pembelian produk di berbagai kalangan masyarakat karena efektivitas dan juga kemudahan dalam berbelanja.

Seperti beberapa contoh platform e-commerce Indonesia berikut ini: 

1. Bhinneka

Ecommerce - Bhinneka.com
Ecommerce – Bhinneka.com

Bhinneka.com merupakan salah satu pelopor e-commerce di Indonesia yang sampai saat ini terus berkembang, disebut sebagai pelopor karena Bhinneka.com sebagai e-commerce pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1999. Perusahan ini bergerak di bidang distribusi dan penjualan produk- produk teknologi informasi sebagai inti bisnisnya, seperti PC Build Up dan PC Compatible, Peripherals, jaringan (Lan/Wan), solusi video editing hingga pusat servis. E-commerce Bhinneka termasuk ke dalam jenis e- commerce B2B. 

2. Ralali

Ecommerce Ralali
Ecommerce Ralali

Ralali.com dapat menghubungkan pemasok produk dan pelaku bisnis melalui situs online maupun aplikasi mobile. Ralali berdiri sejak tahun 2013, ralali juga menyediakan layanan fitur RFQ( Request for Quotation) yang bisa membantu para buyer dalam mencari produk yang tidak tersedia di Ralali. Ralali.com termasuk ke dalam jenis e-commerce B2B.

3. Blibli.com

Ecommerce - Blibli
Ecommerce – Blibli

Blibli.com adalah salah satu situs web perdagangan elektronik di Indonesia. Blibli adalah produk pertama PT Global Digital Niaga yang merupakan anak perusahaan Djarum di bidang digital yang didirikan pada tahun 2010. Blibli bekerja sama dengan penyedia jasa teknologi, mitra logistik, perbankan serta mitra dagang dengan standar tertentu untuk menciptakan sistem back-end yang bisa memenuhi kebutuhan pengguna blibli. Blibli.com merupakan jenis e-commerce B2C yang telah memiliki lebih dari 19 juta pengunjung bulanan. 

 

4. Lazada

Ecommerce - Lazada
Ecommerce – Lazada

Lazada merupakan situs penjualan online yang berada di bawah naungan Lazada group. Lazada diluncurkan pada tahun 2012 oleh Rocket Internet, dan pada April 2016, Grup Alibaba China mengakuisisi saham pengendali. Lazada Indonesia melakukan penjualan langsung dan ‘bermitra’ dengan sekitar 15.000 penjual pihak ketiga di Indonesia. Lazada menjual barang dagangan umum, seperti elektronik, fashion, dan peralatan rumah tangga. Lazada adalah e-commerce yang termasuk ke dalam jenis bisnis B2C.

5. JD.ID

Ecommerce - JD.ID
Ecommerce – JD.ID

JD.ID mulai beroperasi di Indonesia sejak Oktober 2015. Pada awalnya fokus JD.ID adalah menyediakan produk elektronik dan gadgets yang sulit ditemukan, seperti iPad Pro dari Apple dan A2010 dari Lenovo yang baru launching pada akhir tahun 2015. Namun, sejak saat itu JD.ID memperluas pasar bisnisnya dengan menambah kategori penjualan seperti fashion, produk kesehatan dan kecantikan. JD.ID merupakan jenis e-commerce B2C dan telah mendapatkan lebih dari 3 juta pengunjung bulanan. Selain dapat diakses melalui situs web, JD.ID dapat di download melalui app store dan playstore. 

Link photo Tokopedia : 

6. Tokopedia

 

Ecommerce - Tokopedia
Ecommerce – Tokopedia

Sebagai pasar C2C terbesar di Indonesia, Tokopedia mengklaim mendapatkan pengunjung dengan total 100 juta pengunjung bulanan. Tokopedia didirikan pada tahun 2009 sebagai pasar bisnis yang berfokus pada UMKM di Indonesia. Saat ini Tokopedia telah melebarkan pasar bisnisnya ke financial technology dan pembayaran, logistic dan pemenuhan serta retail baru. Perusahaan juga menyediakan layanan O2O untuk penjual ecer tradisional untuk menjual produk digital melalui aplikasi mitra tokopedia. Sebagai marketplace domestik, tokopedia hanya memfasilitasi transaksi di Indonesia.

7. Shopee

Ecommerce - Shopee
Ecommerce – Shopee

Didirikan pada tahun 2015, Shopee yang berbasis di Singapura adalah cabang belanja C2C di Asia Tenggara. Pertumbuhan Shopee menuntun perangkat seluler, menggabungkan alat untuk penjual UMKM yang memungkinkan mereka untuk mengelola toko online mereka atau mengunggah konten yang ada dari platform lain seperti Instagram atau Facebook. Shopee menjual berbagai macam produk impor dari penjual global di sebagian besar kategori utama.

Dari ketujuh platform e-commerce di atas, Anda paling sering menggunakan apa? 

Selain memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berbelanja, platform e-commerce ini juga telah membantu bisnis, konsumen, atau pemegang kepentingan pemerintah mengaktifkan penjualan dan transaksi secara online, lho. Atau biasa disebut dengan digitalisasi UMKM di Indonesia.

Dengan peningkatan tersebut membuat para investor mengalokasikan dana investasi sebesar 75% diberikan untuk e-marketplace dan 25% untuk e-commerce yang memungkinkan terciptanya sebuah usaha. Berkat pertumbuhan e-commerce di Indonesia yang sangat baik ini membuat perekonomian tanah air berkembang sangat pesat. 

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Srikandy Indah Karina