Louis Vuitton Luncurkan Speaker Bluetooth Mewah dengan Wujud Mirip Gasing dari Era Cyberpunk

Apa jadinya ketika brand fashion sekelas Louis Vuitton mendesain sebuah speaker Bluetooth? Well, jujur saya tidak bisa memikirkan kata lain di samping “mahal”, terutama setelah melihat produk-produk lain yang pernah LV luncurkan di ranah teknologi, macam smartwatch seharga $2.500 atau TWS seharga $1.000.

Speaker ini pun tentu juga demikian. Dinamai Louis Vuitton Horizon Light Up Speaker, perangkat ini sekarang telah dijual seharga $2.890, atau sekitar 42 juta rupiah. Apa yang membuatnya begitu mahal? Salah satunya alasannya tentu adalah keberadaan logo LV, belum lagi emblem bertuliskan “LOUIS VUITTON” yang bisa menyala pada cincin bagian tengahnya.

Yang sedikit melegakan adalah fakta bahwa produk ini bukanlah versi super-premium dari produk yang sebelumnya sudah tersedia di pasaran, yang harganya langsung melambung tinggi hanya setelah dibubuhi logo LV. Dari segi desain, speaker ini setidaknya cukup orisinal. Sepintas bentuknya langsung mengingatkan saya pada sebuah gasing, tapi terkadang juga tampak seperti sebuah UFO.

Pada kenyataannya, desainnya banyak terinspirasi oleh produk lain LV, yakni Toupie Bag. Di sekujur grille-nya, LV tak lupa menyematkan emboss logo LV dan motif bunga monogram dari bahan kulit. Lalu pada bagian atasnya, terdapat 23 LED yang akan menyala warna-warni, lagi-lagi dengan motif monogram. Speaker ini tercatat memiliki diameter 18 cm, tinggi 14 cm, dan berat 1 kg.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh woofer 3 inci dan sepasang tweeter berdiameter 0,75 inci yang menerima asupan daya dari dua unit amplifier berdaya 30 W. Selain Bluetooth 5.1, perangkat juga dibekali konektivitas Wi-Fi sekaligus kompatibel dengan AirPlay 2. LV pun tidak lupa menanamkan tiga buah mikrofon sehingga perangkat juga bisa digunakan untuk menerima panggilan telepon.

Dalam sekali charge via USB-C, speaker ini dapat beroperasi selama 15 jam pemakaian. Paket penjualannya mencakup sebuah unit docking, adaptor universal, dua kabel USB-C (1 meter dan 3 meter), strap kulit, dan sebuah travel pouch. Speaker ini sekarang sudah bisa dibeli melalui online store LV.

Sumber: Engadget.

14 Kolaborasi antara Brand Apparel dan Esports di Indonesia ataupun Dunia

Popularitas esports membuat banyak merek non-endemik tertarik untuk menjajaki dunia competitive gaming, mulai dari merek snack, perbankan, sampai otomotif. Merek pakaian, baik lokal maupun internasional, juga mulai aktif di dunia esports. Berikut beberapa merek pakaian dan sepatu lokal yang pernah bekerja sama dengan organisasi esports di Indonesia.

Thanksinsomnia

EVOS Esports menggandeng Thanksinsomnia pada Juli 2019. Ketika itu, EVOS mengungkap, alasan mereka bekerja sama dengan merek streetwear tersebut adalah karena mereka ingin dikenal tidak hanya sebagai tim esports, tapi juga brand lifestyle. Kaos menjadi salah satu produk hasil kolaborasi keduanya. Mereka juga membuat jaket hoodie. Mohan Hazian, pendiri Thanksinsomnia mengaku, mereka bersedia bekerja sama dengan EVOS karena mereka memang ingin merilis produk bertema esports.

Jaket hoodie hasil kolaborasi EVOS dengan Thanksinsomnia.
Jaket hoodie hasil kolaborasi EVOS dengan Thanksinsomnia.

W. Essentiels

Thanksinsomnia bukan satu-satunya merek streetwear yang digandeng oleh EVOS. W. Essentiels jadi merek streetwear lain yang juga digandeng oleh EVOS untuk membuat merchandise bersama. Bersama, EVOS dan W.Essentiels membuat dua kaos dan juga dua jaket hoodie. W. Essentiels sendiri merupakan merek asal Bandung yang didirikan pada 2010.

Urbain Inc

Tentu saja, EVOS bukan satu-satunya organisasi esports Tanah Air yang digandeng oleh merek apparel lokal. RRQ mengumumkan kerja samanya dengan Urbain Inc pada Oktober 2019. Kolaborasi yang bertema Vs Everybody ini ditujukan untuk “merangkul komunitas” di Indonesia. Salah satu hasil kerja sama antara Urbain Inc. dan RRQ adalah kaos. Selain itu, mereka juga membuat jaket hoodie.

Never Too Lavish (NTL)

Merek Never Too Lavish sempat ramai dibicarakan karena jaket denim buatan mereka digunakan oleh Presiden Joko Widodo. Pada 2020, mereka bekerja sama dengan Team Elvo. Kolaborasi tersebut diprakarsai oleh Andrew Tobias, pendiri Team Elvo. Dia mengungkap, alasannya menggandeng NTL adalah karena dia ingin para pemain Team Elvo tampil keren. Sementara Never Too Lavish tertarik untuk bekerja sama dengan Team Elvo karena misi dari organisasi esports tersebut.

“Mereka membawa konsep pemain harus tampil keren, harus benar baik dari sisi penampilan maupun disiplin,” kata pendiri Never Too Lavish, Bernhard “Hardthirteen” Suryaningrat, lapor Kompas. “Kami siap untuk menjadi pionir dari reformasi itu untuk scene gaming Indonesia.”

Selain itu, Never Too Lavish juga pernah bekerja sama dengan RVL Goods untuk melakukan lelang sepatu. Hasil dari pelelangan itu kemudian disumbangkan melalui Yayasan Sahabat Veteran Indonesia untuk membantu para veteran perang. Kolaborasi tersebut diadakan dalam rangka menyambut Hari Pahlawan pada 2019.

NAH Project

NAH Project menjadi salah satu merek sneakers lokal yang ikut aktif di scene esports. Bersama EVOS Esports, mereka membuat dua sneakers yang dinamai Legendary dan Coraggio. Dan meskipun NAH Project dikenal sebagai merek sneakers, mereka juga membuat produk-produk lain sebagai bagian dari kerja sama dengan EVOS, seperti kaos dan jaket.

KITC

KITC mengumumkan kerja samanya dengan ONIC Esports pada Agustus 2020. Hasil kolaborasi antara kedua merek ini beragam, mulai dari patch, masker, dan gantungan kunci sampai kaos, slingbag, dan jaket. Menariknya, KITC tidak  secara gamblang menampilkan nama atau ikon ONIC dalam produk-produk mereka. Sebagai gantinya, produk-produk tersebut menampilkan slogan khas PUBG Mobile, seperti “Winner Winner Chicken Dinner”.

Brodo

Selain NAH Project, Brodo menjadi merek sepatu lokal lain yang pernah menggandeng organisasi esports. Pada Desember 2020, mereka memamerkan sepatu edisi terbatas hasil kerja sama dengan ONIC Esports. Mereka mengklaim, sepatu ONIC x BRODO itu telah dirancang secara khusus untuk para penggemar esports dan fashion.

Esports tak hanya game atau olahraga, tapi sudah menjadi budaya dan gaya hidup untuk Gen-Z,” kata CEO ONIC Esports, Shawn Liem, dikutip dari HAI. “Karya kolaborasi kami dengan Brodo kami persembahkan sebagai bentuk apresiasi dan inspirasi agar para SONIC selalu berani melangkah dan terus maju ke depan bersama kami.”

Sepatu BRODO x ONIC.
Sepatu BRODO x ONIC.

Tren kerja sama antara merek pakaian atau sepatu dengan organisasi espots tak hanya terjadi di Indonesia. Di tingkat global pun, ada banyak merek sportswear dan luxury fashion yang menjadi sponsor atau rekan dari para pelaku dunia esports. Berikut beberapa merek pakaian dan sepatu ternama yang telah masuk ke dunia esports.

Adidas

Perusahaan asal Jerman ini telah aktif di dunia esports sejak 2018. Ketika itu, mereka menggandeng North, organisasi esports asal Nordik. Melalui kerja sama ini, Adidas menyediakan pakaian untuk para pemain North, yang akan dikenakan saat para pemain bertanding dan melakukan streaming, menurut laporan Esports Insider.

Selain itu, Adidas juga pernah bekerja sama dengan organisasi esports Prancis, Team Vitality untuk membuat sneakers edisi terbatas. Pada 2019, Adidas dan Team Vitality merilis sneakers yang dinamai VIT.01. Pada Desember 2020, mereka memperkenalkan sneakers edisi terbatas baru, yaitu VIT.02. Selain itu, mereka juga meluncurkan sepatu bertema Dragon Ball Z, X9000L3.

Nike

Sama seperti Adidas, Nike mulai aktif di dunia esports pada 2018. Mereka memasuki dunia esports ketika mereka membuat kontrak endorsement dengan Jian “Uzi” Zihao, salah satu pemain League of Legends di tim Tiongkok, Royal Never Give Up. Selain itu, Nike Tiongkok juga menjadi rekan resmi dari Laegue of Legends Pro League di Negeri Tirai Bambu tersebut. Di luar Tiongkok, mereka menjalin kerja sama dengan FURIA, organisasi esports asal Brasil, dan Vodafone Giants, yang berasal dari Spanyol. Tak hanya itu, mereka juga menjadi sponsor pakaian untuk SK Gaming asal Jerman serta T1 dari Korea Selatan.

Jian "Uzi" Zihao. | Sumber: Esports Observer
Jian “Uzi” Zihao. | Sumber: Esports Observer

Puma

Puma mulai tertarik untuk masuk ke dunia esports pada 2019. Sejauh ini, mereka sudah menggaet beberapa organisasi esports ternama, seperti Cloud9 dan Gen.G Esports. Pada awalnya, kerja sama Puma dengan Cloud9 hanya mencakup tim League of Legends mereka. Kemudian, Puma bersedia untuk membuat pakaian dari semua pemain Cloud9. Bersama Cloud9, Puma juga membuat koleksi pakaian khusus yang bisa dibeli oleh masyarakat luas. Sementara itu, salah satu bentuk kerja sama Puma dan Gen.G adalah membuat merchandise bersama.

Louis Vuitton

Kerja sama Louis Vuitton dengan Riot Games pada 2019 menjadi kali pertama merek luxury fashion itu masuk ke dunia esports. Melalui kerja sama itu, Louis Vuitton setuju untuk membuat trophy case dari Summoner’s Cup, trofi yang didapatkan oleh pemenang League of Legends World Championship. Selain itu, Louis Vuitton juga membuat koleksi pakaian bertema League of Legends.

Gucci

Mengikuti jejak Louis Vuitton, Gucci mulai masuk dunia esports pada 2020. Merek luxury fashion asal Italia itu menggandeng Fnatic, organisasi esports asal Inggris. Hasil kolaborasi mereka berupa jam tangan yang “terinspirasi dari Fnatic”. Walau dihargai £1,150 (sekitar Rp22 juta), jam tangan itu terjual habis.

Jam tangan Gucci yang terinspirasi oleh Fnatic.
Jam tangan Gucci yang terinspirasi oleh Fnatic.

Under Armour

Under Armour menandatangani kerja sama dengan organisasi esports asal Singapura, Team SMG, pada September 2020. Melalui kerja sama ini, para pemain Team SMG akan mengenakan pakaian bermerek Under Armour. Saat ini, Team SMG punya roster yang berlaga di Mobile Legends: Bang Bang, PUBG Mobile, dan Valorant.

Kappa

Kappa pertama kali masuk ke dunia esports pada 2019 dengan menggandeng organisasi esports asal Inggris, Vexed Gaming. Melalui kerja sama itu, Kappa menyediakan pakaian untuk para pemain Vexed Gaming, yang digunakan baik ketika mereka bertanding atau dalam keseharian mereka. Selain itu, keduanya juga membuat koleksi pakaian yang bisa dibeli oleh para fans.

Pada 2020, Kappa lalu bekerja sama dengan tim Dota 2 Tiongkok, Royal Never Give Up. Sejak saat itu, mereka juga aktif mendukung berbagai pelaku esports lain, mulai dari MAD Lions, London Esports, Audacity Esports, sampai ESL Premiership.

Sumber header: Daily Esports

Bagaimana Industri Game Memengaruhi Fashion?

Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk bekerja sama dengan pelaku industri game dan esports, termasuk merek fashion. Bahkan merek mewah seperti Louis Vuitton sekalipun masuk ke esports dengan bekerja sama dengan Riot Games, developer dari League of Legends. Melalui kerja sama ini, Louis Vuitton membuat travel case untuk trofi dari League of Legends World Championship, Summoner’s Cup. Tak berhenti sampai di situ, Louis Vuitton juga mendesain skin untuk karakter dalam League of Legends. Pada bulan ini, merek asal Prancis ini juga memamerkan koleksi LVxLOL dengan harga yang fantastis.

Menariknya, Louis Vuitton tidak menargetkan para gamer dengan kolaborasi mereka dengan Riot. “Koleksi LV x LoL tidak ditujukan untuk fans League,” kata Consumer Products Specialist, Mandie Roman, dikutip dari Inven Global. “Lihat berapa banyak produk yang ada dalam koleksi itu. Tapi, tidak banyak produk yang menampikan Qiyana. Demografi yang menjadi target kami tetaplah demografi yang memang biasa membeli barang mewah seperti ini.” Lebih lanjut dia menjelaskan, kerja sama antara Louis Vuitton dan Riot menjadi bahan pembicaraan di dunia marketing. “Ketika Vogue dan merek non-gamer lain membicarakan hal ini, ini memberikan dampak baik pada League,” ujarnya. Sementara itu, Louis Vuitton diuntungkan karena kolaborasi tersebut dapat meningkatkan brand awareness mereka.

Lightning menjadi model dari produk Louis Vuitton dan model yang terinspirasi oleh Lightning. | Sumber: Inven Global
Lightning menjadi model dari produk Louis Vuitton dan model yang terinspirasi oleh Lightning. | Sumber: Inven Global

Kerja sama dengan Riot bukan kali pertama Louis Vuitton masuk ke dunia game. Sebelum ini, mereka pernah membuat kolaborasi dengan Final Fantasy. Hanya saja, ketika itu, tidak ada produk Louis Vuitton yang menampilkan karakter dari game tersebut. Sebagai gantinya, Lightning — karakter dalam Final Fantasy XIII — menjadi model dari pakaian yang didesain oleh Louis Vuitton.

Louis Vuitton bukanlah satu-satunya merek fashion yang bekerja sama dengan perusahaan game. Belum lama ini, DN Handbags juga menjalin kerja sama dengan Nintendo untuk membuat koleksi tas tangan yang menampilkan karakter Super Mario dan controller NES. Produk dalam koleksi tersebut memiliki rentang harga dari US$18 (sekitar Rp250 ribu) sampai US$88 (sekitar Rp1,2 juta). Dalam koleksi LV x LoL sendiri, produk yang menampilkan gambar Qiyana memiliki harga yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan produk lainnya. Mengingat kecil kemungkinan para gamer rela menghabiskan puluhan juta rupiah untuk membeli jaket atau sepatu, maka keputusan Louis Vuitton masuk akal.

Selain bekerja sama dengan perusahaan game, merek fashion juga mengadakan kolaborasi dengan organisasi esports. Misalnya, Puma yang menggandeng Cloud9 untuk meluncurkan koleksi khusus bagi para gamer. Masing-masing merek biasanya memiliki strategi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Nike memutuskan untuk fokus mensponsori liga esports di Tiongkok sementara Li-Ning, merek sportswear asal Tiongkok, lebih fokus untuk menjadi sponsor dari atlet esports.

Louis Vuitton Luncurkan Koleksi LVxLOL, Harga Sampai Rp79 Juta

Louis Vuitton memasuki ranah esports dengan bekerja sama dengan Riot Games pada September 2019. Ketika itu, merek fashion mewah asal Prancis tersebut akan membuat travel case untuk trofi dari League of Legends World Championship, Summoner’s Cup. Selain itu, Louis Vuitton juga mendesain sejumlah skin untuk karakter League of Legends. Sekarang, mereka memamerkan koleksi pakaian terbaru mereka. Riot mengklaim, kerja sama mereka dengan Louis Vuitton merupakan kerja sama pertama antara merek fashion mewah dengan pelaku esports.

Koleksi yang dinamai LVxLOL ini didesain oleh Nicolas Ghesquière, Artistic Director of Women’s Collection dari Louis Vuitton, lapor Business Insider. Harga dari koleksi terbaru Louis Vuitton beragam, mulai dari US$170 (Rp2,4 juta) sampai US$5.600 (Rp78 juta). Sebuah kaos dengan gambar Qiyana pada bagian depan dan belakang dihargai US$670 (Rp9,4 juta). Produk paling mahal dalam koleksi ini adalah jaket kulit seharga US$5.650 (Rp79 juta).

Koleksi LVxLOL ini akan tersedia pada Februari atau Maret 2020. Sama seperti produk Louis Vuitton lainnya, pakaian dalam koleksi terbaru mereka ini memiliki logo Louis Vuitton. Selain itu, banyak pakaian yang menggunakan pola tiger stripe, yang memang tidak ada kaitannya langsung dengan game League of Legends, tapi memberikan kesan gagah pada pemakainya.

Koleksi LVxLOL. | Sumber: Louis Vuitton via Business Insider
Koleksi LVxLOL. | Sumber: Louis Vuitton via Business Insider

Keputusan Louis Vuitton untuk bekerja sama dengan Riot Games sebenarnya tidak aneh. Sekarang, tak hanya merek endemik saja yang mendukung liga dan organisasi esports. Merek non-endemik, termasuk fashion, juga mulai tertarik untuk masuk ke industri esports. Salah satu alasannya adalah untuk memenangkan hati para penonton esports, yang merupakan generasi milenial dan gen Z. Selain itu, ada beberapa alasan lain mengapa kerja sama antara merek fashion pelaku esports akan menguntungkan kedua belah pihak. Meskipun pria muda dianggap sebagai audiens utama esports dan gaming, sebenarnya hampir 40 persen audiens esports merupakan perempuan. Mereka juga cukup peduli pada penampilan mereka.

Sebelum ini, Louis Vuitton juga telah mengadakan kerja sama dengan badan olahraga tradisional, seperti FIFA untuk membuat koleksi aksesori untuk World Cup 2018. Mengingat sekarang esports semakin diakui sebagai olahraga — salah satu buktinya adalah masuknya esports dalam SEA Games — maka tidak heran jika mereka juga memutuskan untuk bekerja sama dengan pelaku industri esports.

Louis Vuitton Buat Travel Case untuk Trofi League of Legends World Championship

Riot Games baru saja mengumumkan kerja samanya dengan Louis Vuitton dalam League of Legends World Championship. Sekilas, ini mungkin membuat Anda heran, mengingat Louis Vuitton adalah merek fashion asal Prancis sementara Riot adalah developer game yang juga mengadakan turnamen untuk game buatannya, League of Legends. Namun, sebenarnya ini tidak aneh. Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik (merek yang tidak memiliki kaitan dengan dunia game atau esports secara langsung), yang tertarik untuk mendukung industri esports, mulai dari perusahaan pembuat mobil, makanan, sampai layanan keuangan.

Dengan kerja sama ini, Louis Vuitton akan membuat travel case untuk Summoner’s Cup, piala yang diserahkan untuk pemenang League of Legends World Championship. Sebelum ini, Louis Vuitton memang pernah membuat travel case untuk berbagai trofi kompetisi bergengsi, seperti Rugby World Cup dan FIFA World Cup. Namun, ini pertama kalinya mereka membuat travel case untuk kompetisi esports. League of Legends World Championship adalah turnamen tahunan yang Riot adakan. Riot menyebutkan, turnamen tingkat dunia itu diikuti oleh lebih dari 100 tim esports dan 800 pemain profesional serta ditonton oleh jutaan fans. Tahun ini, turnamen tersebut akan dimulai pada 2 Oktober di Berlin, Jerman. Sementara babak kuartal final dan semi final akan diadakan pada 26 Oktober di Madrid, Spanyol. Babak final akan diadakan di Paris, Prancis pada 10 November. Travel case buatan Louis Vuitton akan dipamerkan di Eiffel Tower selama dua hari sebelum babak final diadakan.

Sumber: VentureBeat
Summoner’s Cup. Sumber: VentureBeat

“Kedua pihak ingin memastikan bahwa kolaborasi ini menarik hati masing-masing target konsumen perusahaan,” kata Naz Aletaha, Head of Global Esports Partnerships and Business Development, Riot Games, menurut laporan The Washington Post. “Esports adalah tahap berikutnya bagi perusahaan yang selama ini terlibat dalam industri olahraga tradisional.” Memang, merek-merek yang selama ini diasosiasikan dengan dunia olahraga juga telah masuk ke esports. Misalnya, merek sportswear Nike yang menjadi sponsor dari League of Legends Pro League (LPL) serta membuat jersey untuk tim yang bertanding turnamen League of Legends di Tiongkok tersebut. Selain itu, Adidas juga mengumumkan kerja sama dengan streamer Fortnite ternama, Tyler “Ninja” Blevins.

Tidak berhenti sampai di situ, Louis Vuitton juga akan mendesain skin untuk karakter League of Legends. Desain skin tersebut akan ditangani langsung oleh Nicolas Ghesquière, Artistic Director of Women’s Collection dari Louis Vuitton. Dia juga akan membuat berbagai digital aset untuk League of Legends. Skin memungkinkan para pemain untuk membuat karakternya tampil beda. Epic Games, pembuat Fortnite, mendapatkan uang hingga jutaan dollar per bulan dengan menjual skin. Sayangnya, saat ini, belum diketahui seperti apa desain dari skin atau travel case untuk trofi League of Legends World Championship buatan Louis Vuitton.

Menurut Aletaha, konvergensi antara dunia game dan fashion bukanlah sesuatu yang aneh. Tahun ini, League of Legends akan berumur 10 tahun. Riot mengklaim, game buatannya itu merupakan “game PC terpopuler di dunia” dengan lebih dari delapan juta orang memainkan game itu setiap harinya. League of Legends juga memiliki turnamen esports di berbagai kawasan. Selain turnamen esports, League of Legends juga memiliki komik. Riot juga sukses menggabungkan game buatannya dengan musik. Tahun lalu, kompetisi dunia League of Legends menampilkan konser K-pop dengan augmented reality sebagai acara pembukaan. “Game memang mulai menjadi gaya hidup,” kata Aletaha. “Kami kini telah menjadi budaya. Tidak heran jika fashion jadi langkah berikutnya.”

Sumber: The Washington Post, VentureBeatThe Verge

Louis Vuitton Horizon Earphones Ialah Versi Super-Premium dari Master & Dynamic MW07

Tahun 2017 menandai dimulainya kiprah Louis Vuitton di ranah wearable lewat smartwatch Tambour Horizon. Langkah ini menambah jumlah anggota keluarga arloji Tambour yang telah lama dipasarkan oleh perusahaan fashion house asal Perancis itu. Kali ini, Louis Vuitton memanfaatkan branding Horizon dalam memperkenalkan perangkat audio portable mewah baru.

Menariknya, LV tidak melakukan pengembangan produk secara tradisional. Perangkat bernama Louis Vuitton Horizon Earphones itu merupakan hasil kolaborasi mereka dengan Master & Dynamic. Uniknya lagi, produk ini sebetulnya sudah pernah dilepas buat konsumen, mulai tersedia beberapa bulan lalu di bawah nama Master & Dynamic MW07 True Wireless. Penambahan huruf ‘LV’ di tubuhnya membuat harga wireless in-ear headphone ini bertambah nyaris US$ 700.

Seperti MW07, Louis Vuitton Horizon Earphones terdiri dari dua bagian terpisah untuk dipasangkan ke masing-masing telinga. Ukurannya terbilang besar ketika dibandingkan dengan earbud nirkabel sekelas, tapi berdasarkan ulasan yang saya baca, ia nyaman saat dikenakan. Di in-earphone LV itu, desainer membubuhkan pola yang jadi ciri khas sang fashion house di permukaan tubuhnya.

Louis Vuitton Horizon Earphones 3

Agar Anda tidak sungkan buat mengenakan earphone premium tersebut, Master & Dynamic dan Louis Vuitton turut membubuhkan sertifikasi tahan air IPX4 yang berarti Anda tidak perlu cemas rintikan air hujan atau basah keringat akan merusaknya. Namun tentu saja, Louis Vuitton Horizon Earphones tidak bisa diajak berenang.

Louis Vuitton Horizon Earphones 2

Terlepas dari kesamaan spesifikasi, perbedaan utama antara Horizon Earphones dan Master & Dynamic MW07 terletak pada bagian case sekaligus charging dock-nya. Ketika MW07 dibundel bersama case kotak, earbud nirkabel LV memiliki bentuk silinder bundar, yang dilengkapi tutup transparan, simbol-simbol khas serta branding Louis Vuitton. Case ini dibekali baterai yang memungkinkan kita menikmati musik hingga 20 jam (earphone sendiri mempunyai daya tahan baterai 3,5 jam).

Louis Vuitton Horizon Earphones 1

Berdasarkan informasi dari Hypebeast, Louis Vuitton Horizon Earphones kabarnya turut ditopang oleh integrasi penuh ke smartwatch Tambour Horizon via Bluetooth. Selanjutnya, produsen menawarkan sejumlah pilihan pola warna berbeda, di antaranya hitam, opsi monogram merah dan putih, atau versi kuning serta biru plus striping Louis Vuitton.

Louis Vuitton Horizon Earphones 4

Dan sesuai dugaan Anda sebelumnya, branding Louis Vuitton pada MW07 membuat harganya melambung tinggi. Dibanderol di US$ 300, Master & Dynamic MW07 saja sudah tergolong mahal. Plus logo LV, Anda harus mengeluarkan total uang US$ 995 untuk memilikinya.

Via The Verge.

Louis Vuitton Tambour Horizon Edisi 2019 Usung Chipset Terbaru Qualcomm

Ketika Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon Wear 3100 bulan September lalu, mereka bilang bahwa ada tiga brand yang siap merilis smartwatch berbekal chipset itu: Montblanc, Fossil Group, dan Louis Vuitton. Montblanc dan Fossil Group sudah lebih dulu memenuhi klaim tersebut, dan kini giliran Louis Vuitton yang menyusul.

Menjelang pergantian tahun kemarin, brand fashion asal Perancis itu mengumumkan Louis Vuitton Tambour Horizon generasi baru. Wujudnya cukup mirip seperti versi pertamanya yang dirilis di tahun 2017, akan tetapi tentu saja yang menjadi sorotan adalah chipset anyar besutan Qualcomm itu tadi.

Secara teknis, Snapdragon Wear 3100 menjanjikan konsumsi daya yang jauh lebih efisien, sehingga Tambour Horizon generasi terbaru ini sekarang bisa beroperasi selama sehari penuh sebelum perlu diisi ulang baterainya. Kalau dipakai sebagai penunjuk waktu saja, baterainya malah bisa tahan sampai enam hari.

Lousi Vuitton Tambour Horizon 2019

Lebih lanjut, Snapdragon Wear 3100 juga memungkinkan perangkat untuk mengaktifkan mode ambient yang lebih kapabel ketimbang sebelumnya, dan ini diwujudkan oleh LV melalui bezel layar yang dilengkapi indikator 24 jam dan indikator siang/malam, yang semuanya dapat dilihat meski perangkat sedang dalam mode minim fitur tapi irit daya itu.

Dari segi kosmetik, LV tentunya sudah menyiapkan pilihan warna serta motif strap baru untuk Tambour Horizon edisi 2019. Mereka yang menginginkan kemewahan ekstra juga dapat memilih varian dengan bodi berbahan keramik. Selebihnya, pembaruan yang dibawa mencakup layar beresolusi lebih tinggi, meski seberapa tinggi tepatnya tidak dijabarkan.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai jadwal pemasaran maupun harganya. Sudah pasti mahal memang, apalagi mengingat versi pertamanya dulu dibanderol seharga $2.500.

Sumber: Engadget.

Louis Vuitton Mulai Berkecimpung di Ranah Smartwatch Lewat Produk Seharga Ribuan Dolar

Tema luxury tak bisa dipisahkan dari produk-produk Louis Vuitton. Fashion house terkemuka asal Perancis itu menawarkan berbagai macam produk mewah, dari mulai sepatu, perhiasan, serta jam tangan. Koleksi arloji Tambour sendiri pertama kali diperkenalkan di 2002, dan untuk mengga-rapnya, Louis Vuitton menggaet desainer terkenal seperti Takashi Murakami dan Marc Jacob.

Dan di paruh kedua tahun 2017, Louis Vuitton tampaknya memutuskan untuk mulai bermain di segmen yang belakangan ini kepopularitasannya naik daun. Mereka memperkenalkan anggota terbaru keluarga Tambour, sebuah jam pintar bernama Tambour Horizon. Seperti produk garapan merek-merek raksasa elektronik populer, Tambour Horizon juga telah dibekali kecanggihan Android Wear.

Tak seperti produsen lain yang berupaya menekan harga produk mereka sembari memberikan fitur terlengkap, Louis Vuitton tak mau mengambil jalan pintas. Case-nya memanfaatkan bahan baja anti-karat buatan Swiss, mengusung rancangan cembung demi memaksimalkan diameter serta meminimalisir bobot. Louis Vuitton menyediakan tiga varian body, yaitu stainless steel, brushed steel dan hitam, dengan enam koleksi siap pakai. Selain itu ada 60 pilihan strap – 30 untuk pria dan 30 buat wanita.

Tambour Horizon menyuguhkan layar sentuh AMOLED 390×390p bundar selebar 1,3-inci berlapis kaca safir yang dibingkai oleh dial ring 24-jam – memudahkan pengguna mengakses zona waktu berbeda. Smartwatch hanya menyuguhkan satu tombol fisik, berada di sisi kanan tubuhnya.

Louis Vuitton Tambour Horizon 4

Dengan dibekali platform wearable Google, Tambour Horizon bisa melakukan berbagai fungsi layaknya produk Android Wear lain. Terdapat fitur alarm, timer, info cuaca, pedometer, serta notifikasi panggilan, pesan teks, dan email, kemudian Anda dipersilakan menggonta-ganti watch face sesuai keinginan. Meski demikian, analisis tubuh bukanlah keahlian utama Tambour Horizon karena ia tidak dibekali sensor detak jantung.

Louis Vuitton Tambour Horizon 2

Spesialisasi Tambour Horizon terdapat pada kemampuan discovery. Smartwatch menyajikan fitur City Guide, berguna untuk memberikan Anda rekomendasi restoran dan tempat-tempat menarik berdasarkan lokasi. Lalu ada My Flight, bertugas menginformasikan rencana perjalanan dan mengingatkan jika ada perubahan jadwal penerbangan.

Louis Vuitton Tambour Horizon 1

Louis Vuitton Tambour Horizon diotaki chip Qualcomm Snapdragon 2100, dibantu RAM 512MB, penyimpanan internal sebesar 4GB, serta ditenagai baterai 300mAh. Susunan hardware ini sebetulnya berada di bawah Fossil Q Founder dan LG Watch Style – masing-masing menyimpan RAM 1GB dan 768MB.

Louis Vuitton Tambour Horizon 3

Untuk memiliki satu unit Tambour Horizon, Anda perlu mengeluarkan uang setidaknya US$ 2.500 atau US$ 2.900 untuk model berwarna hitam. Produk sudah bisa dipesan di website Louis Vuitton.