Gaet DAM dan M Cash, Alfamart Rambah Penjualan Produk Digital dalam Aplikasi

Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) menggandeng dua anak usaha Kresna Graha Investama, DAM Corp (Digital Artha Media) dan M Cash, untuk menyediakan produk digital di dalam aplikasi AlfaMikro yang diperuntukkan kepada para anggota Outlet Binaan Alfamart (OBA).

AlfaMikro memasukkan platform Wagon (Warung Goes Online) dari DAM Corp sebagai penyedia platform Payment Point Online Bank (PPOB) dengan dukungan M Cash sebagai agregrator konten digital. Wagon sendiri menyediakan layanan untuk pembelian pulsa, listrik, paket data internet, tiket perjalanan, belanja online, bayar asuransi, iuran jaminan kesehatan, hingga voucher game.

“Selama tiga tahun terakhir, kami mulai ke digital dengan dorong aplikasi kami seperti AlfaMikro. Selama ini dalam aplikasi tersebut baru menjual produk kelontong, sekarang bertambah ada produk digital sehingga OBA bisa mendapat tambahan komisi,” terang Business Development Director Alfamart Hans Harischandra Tanuraharjo, Selasa (27/2).

Pergeseran langkah ke digital ini, sambung Hans, adalah strategi perusahaan yang mulai mengurangi ekspansi gerai offline Alfamart di Indonesia. Menurutnya, ada banyak isu mulai dari sosial dan regulasi yang melatarbelakangi keputusan perusahaan tersebut. Disebutkan hingga tahun lalu jaringan Alfamart mencapai 13.477 gerai.

Kontribusi penjualan produk digital yang dihadirkan Alfamart, meski tidak disebutkan angka detailnya, setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Diterangkan lebih lanjut, OBA adalah program CSR Alfamart yang sudah dijalankan sejak 2007 dan diklaim sudah merangkul 48 ribu pengusaha. AlfaMikro sendiri adalah salah satu pilar dari Alfamart Digital Extension, sekaligus media online bagi OBA dalam mewujudkan visi perusahaan untuk menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka dengan memaksimalkan potensi dari toko tradisional. Pasalnya, toko tradisional berkontribusi terhadap 80 persen dari penjualan ritel kelontong secara nasional.

Managing Director DAM Corp Fanny Verona menambahkan kerja sama dengan Alfamart menjadi strategi perusahaan dalam mendukung UKM agar tetap turut serta dalam transformasi digital dan tidak tenggelam dalam perkembangan teknologi.

“Kami yakin melalui kerja sama ini akan mempercepat adopsi teknologi digital dan mendorong akselerasi industri fintech dalam menciptakan pemerataan ekonomi digital Indonesia,” ujar Fanny.

Dia mengungkapkan Wagon telah mengadopsi teknologi Blockchain, sehingga sistem menjadi lebih sederhana, aman, dan hack proof. Diklaim solusi ini dapat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan dan secara konsep data tidak dapat diubah dari luar.

Wagon diluncurkan secara soft lauch pada November 2017 dan kini Fanny menyebut jumlah agen Wagon telah mencapai 3 ribu orang yang tersebar di sekitar Jawa dan Bali. Dengan bertambahnya jumlah agen Wagon, setelah digabung dengan OBA dari Alfamart sebanyak 48 ribu, pihaknya menargetkan dapat menambah 50 ribu agen lagi sampai akhir tahun 2018.

“Kami juga akan tambah layanan pembelian tiket pesawat dalam Wagon, itu rencananya dalam tahun ini. Tujuan yang ingin kami sasar lewat Wagon adalah memperluas akses online kepada masyarakat unbanked lewat model bisnis O2O,” pungkas Fanny.

Kresna Graha Investama dan M Cash Rencanakan Investasi di Perusahaan Riset dan IoT

PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) bersama dengan anak perusahaannya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) mengumumkan rencana untuk berinvestasi di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang riset dan IoT PT Sistem Mikroelektronik Cerdas Co-Design (SMC). Hal ini disebutkan karena didasari oleh kekuatan inti yang dimiliki SMC di bidang kemajuan teknologi serta akses pasar untuk menggapai lebih dari 60 juta konsumen potensial di seluruh Indonesia.

KREN dan MCAS masing-masing akan berinvestasi sebesar 20% dan 30%. Rencana investasi ini dinilai menjadi langkah penting yang strategis di awal tahun 2018 untuk memperkuat posisi masing-masing perusahaan.

SMC saat ini telah memiliki sejumlah portofolio layanan teknologi digital. Beberapa di antaranya adalah proyek-proyek smart city, smart house, dan Power Management SCADA, sebuah solusi berbasis teknologi yang menggunakan Advanced Metering Infrastructure (AMI) yang mampu menyediakan laporan penggunaan energi secara real time.

Direktur Utama MCAS Martin Suharlie menyatakan, melalui teknologi Smart Digital City dan Power Management dari SMC, MCAS hendak membawa kenyamanan dari gaya hidup digital dan kemajuan teknologi lebih dekat ke masyarakat Indonesia. Melalui Meter Listrik Pintar dan Power Management SMC diharapkan konsumen bisa lebih mudah melakukan pemantauan penggunaan daya listrik rumah secara langsung dan mampu menghindari risiko terjadi overcharge atas tagihan listrik.

“Selain itu, Smart juga memampukan MCAS untuk dapat melakukan analisis perilaku konsumen dan mengembangkan profil konsumen, yang akan membantu MCAS untuk dapat membuat paket-paket promosi yang unik sesuai dengan profil mereka sebagai bagian dari platform digital MCAS. Kami percaya bahwa investasi ini tidak hanya menguntungkan MCAS tapi juga masyarakat Indonesia, karena mereka akan merasakan manfaat dari pengalaman gaya hidup digital yang praktis,” terang Martin.

Sementara itu Managing Director KREN Surjandy Jahja mengemukakan, investasi ini tidak hanya menghadirkan peluang bagi MCAS, namun juga bagi KREN, untuk mengembangkan sinergi antar perusahaan di dalam portofolio yang dimilikinya. Melalui SMC, KREN berpeluang memperbesar dampak dari pengalaman gaya hidup digital yang telah diciptakan.

“Integrasi produk SMC dengan platform pembayaran digital KREN akan meningkatkan daya tarik bisnis KREN, dan secara bersamaan hal ini juga akan menciptakan suatu fitur unik dan berbeda bagi SMC di mata para pelanggannya. Salah satu contohnya adalah seamless payment protocol melalui platform pembayaran digital yang dimiliki oleh KREN. Ke depannya, kami percaya bahwa teknologi yang dimiliki oleh SMC akan membantu KREN dalam menciptakan sinergi di dalam seluruh ekosistemnya, yang pada akhirnya akan memperkuat posisi KREN sebagai lokomotif transformasi digital di Indonesia,” ujarnya.

M Cash Creates Enterprise Partnership Program to Support Digital Kiosk Marketing

Digital kiosk provider M Cash push its business performance by launching M Cash Partnership Program targeting enterprise player to market digital kiosk machine in their area.

The partnership aims to enrich kinds of services and products offered by enterprise players, for them to follow the rapid growth of digital and e-commerce business in Indonesia.

This program allows enterprise partners to market their digital products in each business areas by offering electronic, (Electricity) PLN, multifinance, cable TV, transportation ticket, entertainment, attraction rides, games and restaurant vouchers.

A unique feature of M Cash digital is the ability to produce physical card such as telco starter pack, e-toll and gift cards.

“We see this program as an innovation to tighten the competitive act of enterprise players in order to develop more and stay relevant in the growth of market interest,” said Martin Suharlie, M Cash’s President Director, on Tuesday, (12/6).

In its implementation, M Cash offers two partnership packages called “Paket Kios Grosir”. For a mini kiosk package, including a slot of card dispenser up to 200 cards, is offered at 30 million rupiahs. For a large-scale kiosk package with 4 slots of card dispenser up to 200 cards per slot is offered at 75 million rupiahs.

In financing, M Cash team up with Bank Permata as banking partner. With 2,5 million seed funding, enterprise partners can start digital kiosk business. The loan interest rate is 9.0% per year through Public’s Business Credit (KUR) scheme up to three years tenor.

“The program along with Bank Permata vision to be a pioneer in providing innovative financial solution for Indonesians. We will continue to explore all synergi potential with numerous partners to optimize Bank Permata’s intermediate function for all business players,” Bianto Surodjo, Bank Permata’s Retail Director, said.

Besides Bank Permata, M Cash also announces partnership with Pos Indonesia to provide digital box/locker service starting next year. Charles Sitorus, Pos Indonesia’s Information and Technology’s Director explained through this service, companies are expected to provide faster and efficient delivery service.

It will be easier for consumers. For the digital box, is not only available in public companies, but also in various locations which easier to find. It has flexibility to be developed into a daycare in public places such as shopping centers.

“Therefore, looking at the potential, Pos Indonesia set this service as a strategic innovation in adopting digital era development in Indonesia and strengthening company’s network and services in the future,” said Sitorus.

Pos Indonesia currently has 58,700 service points and 4,700 post offices all around Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

M Cash Buat Program Kemitraan UMKM Dorong Pemasaran Kios Digital

Perusahaan penyedia mesin kios digital, M Cash, memacu kinerja bisnisnya dengan meluncurkan Program Kemitraan M Cash yang menyasar pelaku UMKM untuk memasarkan mesin kios digital di lokasi usaha mereka.

Program kemitraan ini bertujuan untuk memperkaya ragam layanan dan produk yang ditawarkan pelaku UMKM, sehingga mereka dapat ikut menikmati pertumbuhan bisnis digital dan e-commerce yang sedang pesat di Indonesia.

Dengan program ini, mitra UMKM dapat memasarkan produk digital di lokasi usaha masing-masing dengan menawarkan voucher elektronik, PLN, multifinance, TV berbayar, tiket transportasi, e-voucher hiburan, wahana atraksi, permainan, hingga restoran.

Fitur unik yang dimiliki kios digital M Cash adalah kemampuan mengeluarkan kartu fisik, seperti kartu perdana telco (starter pack), kartu e-toll, dan gift card.

“Kami memandang program ini adalah salah satu bentuk inovasi yang dapat memperkuat daya saing pelaku UMKM agar dapat lebih berkembang dan terus relevan dengan perkembangan selera pasar,” ujar Direktur Utama M Cash Martin Suharlie, Selasa, (6/12).

Dalam implementasi program ini, M Cash menawarkan dua paket kemitraan yaitu “Paket Kios Mini” dan “Paket Kios Grosir”. Untuk Paket Kios Mini, dilengkapi 1 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu, ditawarkan dengan harga Rp30 juta. Sementara Paket Kios Grosir dilengkapi dengan 4 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu per slot ditawarkan dengan harga Rp75 juta.

Untuk pembiayaannya, M Cash menggandeng Bank Permata sebagai mitra perbankan. Dengan modal awal Rp2,5 juta, mitra UMKM bisa memulai bisnis kios digital. Tingkat bunga pinjaman sebesar 9,0 persen per tahun melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tenor hingga tiga tahun.

“Program ini sejalan dengan visi Bank Permata untuk menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif bagi masyarakat Indonesia. Kami akan terus jajaki semua potensi sinergi dengan banyak mitra untuk mengoptimalkan fungsi intermediari Bank Permata ke seluruh pelaku usaha,” terang Direktur Ritel Bank Permata Bianto Surodjo.

Selain menggandeng Bank Permata, M Cash juga mengumumkan kemitraan dengan Pos Indonesia untuk penyediaan layanan digital box/locker yang akan dimulai pada tahun depan. Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charles Sitorus menjelaskan lewat layanan ini, perseroan diharapkan mampu memberikan layanan pengiriman yang lebih cepat dan efisien.

Konsumen pun akan lebih dimudahkan. Pasalnya layanan digital box ini tidak hanya tersedia di kantor perseroan saja, namun juga di berbagai macam lokasi yang lebih dekat dan mudah ditemukan. Digital box tersebut juga memiliki fleksibilitas untuk dikembangkan menjadi tempat penitipan di berbagai tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

“Oleh karena itu, melihat besarnya potensi yang dimiliki, Pos Indonesia memandang layanan digital box ini sebagai salah satu bentuk inovasi strategis dalam mengadopsi perkembangan era digital di Indonesia dan memperkuat jaringan serta layanan perseroan ke depannya,” pungkas Charles.

Saat ini Pos Indonesia memiliki 58.700 titik layanan dan 4.700 kantor pos online tersebar di seluruh Indonesia.

Tingkatkan Pangsa Pasar, M Cash Siap Sebar 4 Ribu Kios Sampai Akhir 2018

Setelah menggelar bookbuilding, M Cash Integrasi mengungkapkan sejumlah rencana perusahaan pasca IPO. Ambisi yang ingin dicapai adalah menjadikan M Cash sebagai perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia.

Beberapa rencana di antaranya menambah mesin kios sampai akhir tahun ini sebanyak 1.000 unit dan melipatgandakan jumlahnya hingga 4 ribu unit di akhir 2018 mendatang. Tak hanya itu, perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan inisiatif baru agar konten dalam kios semakin beragam, sehingga memancing orang untuk bertransaksi di dalamnya.

“Kita mau jadi perusahaan distributor digital terbesar di Indonesia. Untuk mencapai itu, ada banyak inisiatif yang harus kita kerjakan agar bisa memberi dampak yang besar,” terang Managing Director M Cash Jahja Suryandy, Kamis (26/10).

Adapun anggaran capital expenditure (capex) yang dibutuhkan perusahaan untuk ekspansi pada tahun depan, akan diambil dari hasil IPO. Perkiraannya dana yang dibutuhkan sekitar Rp40 miliar sampai Rp45 miliar untuk membuat mesin kios dan pengembangan software. Sisa dana IPO akan digunakan untuk diputar sebagai modal kerja perusahaan, peningkatan kompetensi dan sumber daya manusia.

Berdasarkan proyeksi, dengan pengadaan 4 ribu kios diharapkan dapat mencetak pertumbuhan pendapatan M Cash sebesar Rp2,3 triliun dengan keuntungan bersih Rp49,5 miliar sampai 2018. Sementara sampai akhir tahun ini, proyeksi M Cash dengan mengadakan 1.000 kios dapat mencetak pendapatan sebesar Rp853 miliar dengan keuntungan bersih Rp6,8 miliar.

Apabila mengacu dari laporan keuangan M Cash per April 2017, pendapatan perusahaan mencapai Rp269 miliar dengan keuntungan bersih Rp3 miliar. Adapun total kios yang telah disebar M Cash sebanyak 210 unit tersebar di beberapa kota.

“Ini proyeksi yang cukup konservatif. Dengan pertumbuhan yang konsisten, revenue Rp2,3 triliun bisa dicapai apabila kita memasang 4 ribu kios. Rencananya kami mau pasang kios M Cash di gerai Ranch Market, Hero, Carrefour, dan di daerah lainnya mengikuti lokasi mereka berada. Bisnis seperti ini di Thailand cukup meledak dan sukses.”

Sesuai dengan rencana, M Cash akan resmi melantai di BEI pada 31 Oktober 2017.

Kelebihan permintaan hingga 9,3 kali

Beberapa hari yang lalu, M Cash telah menggelar bookbuilding dan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 9,3 kali. Dalam proses ini, M Cash menjaring anchor investor dari institusi, sekitar 40% diantaranya berasal perusahaan asing (Hong Kong, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat) dan sisanya dari lokal.

Beberapa nama institusi di antaranya PAG Asia Capital dan Maybank Asset Management. Selain itu, ada sekitar 15 perusahaan aset manajemen lokal yang turut berpartisipasi, ditambah beberapa perusahaan keluarga Singapura dengan nama yang dirahasiakan.

Setelah menjaring anchor investor, perusahaan memutuskan untuk mengambil harga saham perdananya Rp1.385 per lembar. Harga tersebut ada di kisaran bawah rentang harga penawaran saham M Cash Rp1.300-Rp1.450 per lembar. Dengan perolehan tersebut, M Cash memastikan dapat meraup dana segar Rp300 miliar.

Saat ini M Cash memiliki empat model bisnis yaitu full investment, revenue sharing, rental, dan franchise. Empat model ini memiliki kelebihan masing-masing, di mana dapat menjangkau masyarakat Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Melalui kios, perusahaan menawarkan beberapa produk dan fitur seperti top up credit & billers, express kios, face & finger print recognition, pop-up advertisement, dan lainnya. M Cash juga mengeluarkan produk fisik, termasuk sim card telepon, sim card internet, voucher, gift card, dan e-money.

Pasca Bookbuilding, M Cash Patok Harga Saham Rp1.385 per Lembar

Setelah menggelar proses bookbuilding lebih dari sepekan lalu (6/10), M Cash menutup harga saham per lembarnya seharga Rp1.385, naik tipis dari harga penawaran awal dengan kisaran Rp1.300 sampai Rp1.450. Dengan demikian, perusahaan akan meraup dana segar sebanyak Rp300 miliar dari aksi korporasi ini, setelah melepas 25% saham baru atau setara 216 juta saham.

Dikutip dari DealStreetAsia, M Cash juga mendapat komitmen dari berbagai perusahaan swasta sebagai anchor investor. Beberapa nama di antaranya PAG Asia Capital dan Maybank Asset Management. Selain itu, ada sekitar 15 perusahaan aset manajemen lokal yang turut berpartisipasi, di tambah beberapa perusahaan keluarga dari Singapura dengan nama yang dirahasiakan.

“Beberapa nama besar lainnya ada yang ikut berpartisipasi, kebanyakan berasal dari Hong Kong, Singapura, Amerika Serikat, Australia dan Indonesia. Namun tidak dapat diungkapkan karena ada compliance-nya,” terang Direktur M Cash sekaligus Managing Director Kresna Investama Suryandy Jahja.

Sesuai dengan rencana, M Cash akan menerima pernyataan efektif dari OJK pada 20 Oktober. Kemudian, periode penawaran akan dijadwalkan pada 24-26 Oktober. Saham M Cash akan resmi dicatatkan di BEI pada 31 Oktober.

Founder Kresna Graha Investama Michael Steven menuturkan aksi IPO yang dilakukan M Cash adalah bagian rencana awal dari perusahaan. Kresna Graha berencana untuk mendorong tiga anak usaha yang lainnya untuk masuk ke bursa pada tahun depan.

“Akan ada lagi yang bakal IPO. Kami mencoba dorong perusahaan asuransi kami untuk go public tahun depan, bersama dengan satu atau dua anak perusahaan Kresna lainnya,” pungkas Michael.

Mengapa Kioson dan M Cash Lebih Memilih “Go Public”?

Pekan pertama bulan Oktober ini kita mendapat kabar lanjutan mengenai dua perusahaan startup yang secara kebetulan menyelenggarakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu yang berdekatan.

Kioson dengan kode KIOS, secara resmi telah tercatat sebagai emiten ke-24 tahun ini pada Kamis kemarin, (5/10). Sementara M Cash baru menyelenggarakan paparan publik (6/10) untuk mengumumkan rencana listing di BEI pada 31 Oktober 2017 mendatang.

Kedua perusahaan teknologi yang masih tergolong startup ini memberi gebrakan dan semangat baru bahwa startup dapat menempuh opsi pendanaan dari dana pasar modal. Startup dapat memperoleh dana segar di luar cara standar, yang umumnya diperoleh lewat modal ventura atau private equity (PE) dengan tahapan seri tanpa batasan.

Ketika suatu perusahaan sudah tercatat di BEI, mereka memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dengan memilih dua opsi, yaitu menerbitkan saham baru (rights issue) atau surat hutang (obligasi dan sukuk). Karena ada saham publik di sana, maka perusahaan wajib bertanggung jawab dengan membuka seluruh kinerja dan melaporkannya secara rutin ke regulator.

Perbedaannya sangat kontras dibanding ketika startup masih memakai penggalangan dana mulai dari tahap awal, pra seri A, seri A, hingga menyandang status unicorn. Mereka akan cenderung tertutup dengan kinerja maupun kepemilikan saham perusahaan. Hal ini lumrah terjadi dan tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk terbuka, kecuali terhadap investor ataupun calon investor.

“Bagi perusahaan, ketika mendapat dana publik akan lebih mudah untuk scaling. Memang dari segi ongkos operasional ada beban lebih, namun di satu sisi dari perpajakan dan utilisasi saham sebagai alat jaminan akan jauh sangat memudahkan mereka,” terang Managing Director Ideosource Andi S Boediman.

Lalu dari perlakuan emiten terhadap investor akan jauh lebih adil karena semua pemegang saham menjadi common share (pemegang saham biasa). Beda halnya bila perusahaan masih tertutup yang masih membedakan dua jenis pemegang sahamnya, dengan masih memiliki saham preferen.

Saham preferen itu maksudnya, jika saham perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham tersebut dapat langsung menerima bagian lebih dahulu daripada pemegang saham biasa.

“IPO jadi alternatif yang murah ketimbang pakai cara lain. Dari sisi investor, kami melihatnya positif karena investor lama dapat likuiditas yang dapat digunakan untuk berinvestasi di tempat lain. Ini yang terjadi dengan Ideosource. Kebetulan pernah menjadi investor indirect di salah satu perusahaan yang kemudian diakuisisi M Cash, lalu saham kami ditukar dengan saham. Ini jadi win win solution.”

Dorong startup lakukan hal disruptive

Paparan publik M Cash / M Cash
Paparan publik M Cash / M Cash

Founder dan CEO Kioson Jasin Halim mengatakan memilih aksi IPO merupakan hasil akhir yang dipilih perusahaan setelah mendapati jalan buntu ketika bertemu dengan berbagai investor asing. Disebutkan terjadi perbedaan penghitungan nilai valuasi perusahaan.

“Startup banyak yang pakai penggalangan dana dengan seri A, seri B. Kita coba pakai jalur tersebut tapi tidak sampai. Sebab ada pertimbangan, di mana valuasi kita dengan yang mereka hitung itu beda. Jadinya tidak cocok,” ucapnya saat berbincang dengan media.

Dia melanjutkan, “Ketika kita coba pelajari tentang IPO, ini tidak tabu. Kenapa tidak coba cara yang tidak dilakukan startup pada umumnya, kita pakai cara yang disruptive. Kita juga mencoba disrupt pasar untuk tidak lagi secretive. Kami akan comply dengan corporate governance, keterbukaan informasi, karena kami sudah jadi perusahaan terbuka.”

Jasin menerangkan paling tidak dalam setahun mendatang pihaknya belum memikirkan aksi korporasi lainnya untuk mencari dana segar. Kioson saat ini masih fokus ke pengembangan produk dan layanan secara vertikal maupun horizontal sebagai upaya memperbaiki kinerja agar dapat memperoleh kepercayaan dari investor.

“Belum ada rencana karena untuk raise funding harus melihat dari kebutuhan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan apakah strategis untuk rights issue.”

Sementara itu, langkah IPO bagi M Cash merupakan pertanda telah dicapainya titik kematangan perusahaan dari awalnya adalah startup. Ada juga pengaruh yang ditularkan oleh salah satu pemegang saham M Cash, yakni Kresna Graha Investama, yang notabene adalah emiten investasi.

Menurutnya, menjadi emiten akan memicu timbulnya ide baru mengingat ada banyak investor baru yang ingin saling bersinergi satu sama lain.

“Ada dua alasan yang dorong kami IPO. Pertama, dari Kresna Graha yang jadi share holder kami. Dua, karena kita lihat masuk ke pasar modal itu buat akuntabilitas kita jadi lebih transparan dan bisa dinikmati banyak orang,” ucap CEO M Cash Martin Suharlie.

Animo tinggi, harga terus naik

Animo publik yang tinggi terhadap Kioson sebagai startup pertama yang melantai di BEI cukup tercermin dari proses penawaran saham, pemesanan atas saham perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Harga saham KIOS terus menunjukkan penguatan dari harga penawaran awal sebesar Rp300 menjadi Rp700 per lembar, pada perdagangan sesi II yang ditutup sore tadi (9/10).

Tujuan awal Kioson melakukan IPO lantaran perusahaan ingin menggunakan dana segar yang didapat untuk ekspansi bisnis, bukan untuk restrukturisasi hutang.

“Kalau tujuannya untuk restrukturisasi hutang, sebenarnya bagi sebagian investor jadi kurang menarik. Beda halnya apabila tujuannya untuk ekspansi bisnis, artinya ada prospek cerah yang ditawarkan perusahaan,” ucap Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta, saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Dia melanjutkan pergerakan saham Kioson yang cenderung menguat, menjadi indikasi yang umum pada saat perusahaan baru melantai. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah volatilitas pasar ke depannya, komposisi antara supply dan demand harus dijaga.

“Karena baru melantai, harga saham terus menguat. Artinya masih lebih banyak demand daripada supply. Kalau harga terus menurun, artinya investor mulai profit taking karena khawatir dengan fundamental perusahaan itu sendiri.”

Melihat kiprah Kioson dan M Cash di BEI, Andi mengungkapkan setidaknya ada dua startup mulai serius melakukan IPO sebagai opsi mendapat pendanaan segar. Meski tidak menyebutkan dua identitas perusahaan, Andi hanya mengatakan kedua perusahaan tersebut masih memiliki segmen bisnis yang sama dengan Kioson dan M Cash.

“Tunggu saja tahun depan. Ada satu atau dua startup yang serius prepare untuk IPO. Masih e-commerce kok, lihat saja tahun depan bagaimana,” pungkas Andi.

Kios Digital M Cash Segera “Go Public” Awal November 2017, Lepas 25% Saham Baru

PT M Cash Integrasi (MCI), perusahaan penyedia kios digital, diungkapkan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia. Rencananya aksi korporasi tersebut akan berlangsung pada awal November 2017 dengan melepas 25% saham baru ke publik. M Cash akan menjadi startup teknologi kedua yang go public setelah Kioson.

“Tahun ini ada dua perusahaan startup yang melantai, Kioson dan M Cash. Kioson sudah [paparan publik], menyusul M Cash. Mengingat aturan IPO untuk startup belum ada, jadi mereka berdua akan listed dengan mengacu pada aturan lama dan tercatat dengan sektor usaha ritel,” terang Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, Senin (11/9).

Samsul melanjutkan kedua perusahaan ini tercatat sebagai perusahaan ritel lantaran bisnisnya sebagai penyedia sarana transaksi ritel yang berbentuk digital. Barang-barang yang dijual lebih mengarah untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti pulsa, token listrik, dan lainnya.

Mereka tidak tergolong perusahaan teknologi karena penentuan bidang usaha di bursa, bila mengacu pada aturan yang berlaku saat ini, dilihat dari sumber pendapatannya yang terbesar.

“Nah, pendapatan terbesar mereka dari sektor ritel. Sejauh ini M Cash sudah selesai melakukan perjanjian pencatatan di kami, kira-kira prosesnya sudah 40%. Tinggal proses review lagi.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja membenarkan pernyataan Samsul. Rencana IPO untuk M Cash tetap berjalan seperti rencana awal, akan terdaftar di BEI pada awal November 2017 mendatang.

Kresna Graha merupakan salah satu pemegang saham di M Cash dengan kepemilikan saham sebesar 17,6%.

Dia mengungkapkan saat ini M Cash sedang mempersiapkan tahapan penawaran awal (book building). Saham baru yang akan dilepas sebanyak 25%, dengan target dana yang akan didapat sebanyak Rp300 miliar, lebih banyak dari prediksi awal Rp250 miliar. Namun harga saham M Cash per lembarnya masih dirahasiakan.

Menurut Suryandy, penggunaan dana yang didapat dari hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja sekitar 60%, belanja modal 30%, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya.

“Rencana masih seperti semula, tidak ada yang berubah. IPO awal November dan pubex (public expose) awal Oktober. Sekarang lagi anchors book building,” terang Suryandy.

Secara kondisi keuangan, sambungnya, diklaim M Cash sudah tergolong perusahaan yang sehat dan sudah mencetak laba. Hanya saja, besaran angkanya tidak disebutkan Suryandy.

“Sudah laba, seharusnya [setelah IPO] sudah big growth [pertumbuhan laba] ke depannya.”

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.