Twitter Akuisisi Developer Aplikasi Chroma Stories

Berawal dari Instagram, lalu berlanjut ke Facebook dan WhatsApp, hampir semua platform sosial sekarang dibekali fitur Stories – termasuk halnya YouTube. Secara teknis, konsep feed khusus konten ephemeral ini pertama diciptakan oleh Snapchat, akan tetapi Instagram-lah yang membuatnya jadi sepopuler sekarang.

Twitter, di sisi lain, belum punya fitur serupa. Namun ada kemungkinan mereka bakal menggarapnya, atau setidaknya menyediakan fitur lain yang bertujuan untuk membuat platform-nya terkesan lebih visual. Anggapan ini berdasar pada akuisisi terbaru Twitter, yakni Chroma Labs.

Chroma Labs merupakan pengembang aplikasi iPhone bernama Chroma Stories. Aplikasi ini dirancang untuk membantu penggunanya menciptakan konten Stories yang menarik. Deretan template, filter, dan segudang tool kreatif lainnya disiapkan supaya pengguna dapat mendesain konten Stories yang lebih mengesankan ketimbang jika menggunakan fitur bawaan Instagram atau Snapchat.

Chroma Stories

Aplikasi ini dibuat oleh orang-orang yang sangat berpengalaman di bidangnya. Salah satu cofounder-nya, John Barnett, merupakan sosok yang bertanggung jawab atas lahirnya fitur Boomerang di Instagram, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan perusahaannya sendiri.

Pada kenyataannya, personil Chroma Labs inilah yang membuat Twitter terpikat. Pasca akuisisi, kru Chroma Labs bakal dialihtugaskan ke divisi produk, desain dan engineering milik Twitter, berdasarkan keterangan Kayvon Beykpour selaku Product Lead di Twitter. Aplikasi Chroma Stories sendiri tak akan lagi menerima update, namun tetap bisa digunakan sampai akhirnya ‘dirusak’ oleh update iOS versi baru.

Twitter memang tidak bilang mereka berniat meluncurkan fitur Stories, dan mereka belakangan ini justru sibuk menyempurnakan fitur percakapan di platform-nya. Namun seperti yang sudah Instagram buktikan, Stories tidak selamanya ditujukan untuk visual storytelling, tapi terkadang juga bisa menjadi conversation starter.

Sumber: TechCrunch.

Pendapatan Iklan Instagram Dikabarkan Lebih Besar daripada YouTube

Kita tahu bahwa YouTube dan Instagram sama-sama mengandalkan iklan sebagai sumber pemasukan utamanya. Namun yang mungkin membuat penasaran adalah, mana yang pendapatan dari iklannya lebih besar?

Normalnya, banyak yang akan menjawab YouTube, dengan alasan YouTube sudah lebih lama menjalani bisnis ini. Pada kenyataannya, dalam laporan finansial terbaru yang dirilis Alphabet, YouTube tercatat menghasilkan $15,15 miliar dari iklan di sepanjang tahun 2019.

Facebook di sisi lain tidak menguraikan secara merinci berapa pendapatan Instagram dalam laporan keuangannya. Namun kalau berdasarkan laporan yang diberitakan Bloomberg baru-baru ini, pemasukan iklan Instagram tahun lalu mencapai sekitar $20 miliar. Sayang Facebook enggan berkomentar soal ini.

Kalau melihat betapa agresifnya Instagram menampilkan iklan belakangan ini – di Feed, Stories, maupun di Explore – angka pendapatan ini terdengar cukup masuk akal. Hebatnya lagi, narasumber Bloomberg juga bilang bahwa lebih dari seperempat penghasilan total Facebook selama tahun lalu berasal dari Instagram sendiri.

Yang dibahas ini adalah pendapatan kotor, namun kalau membahas pendapatan bersih pun, sepertinya Instagram tetap lebih unggul ketimbang YouTube. Pasalnya, YouTube menerapkan sistem bagi hasil dengan para kreator, dan mereka bilang jumlah yang mereka bagikan melebihi separuh dari total pendapatan iklannya. Instagram tidak demikian.

Tidak berlebihan jika kita menganggap Instagram sebagai salah satu investasi terbaik Facebook. Saat diakuisisi di tahun 2012, Instagram belum punya satu pun cara untuk menghasilkan uang. Kendati demikian, Facebook tetap rela mengucurkan dana sebesar $715 juta, dan sekarang Instagram justru menjadi salah satu ‘mesin uang’ Facebook.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Pixabay.

Instagram Siap Saingi TikTok Lewat Fitur Reels

Tiga tahun lalu, Instagram ‘mencuri’ fitur andalan Snapchat dan menyulapnya menjadi Stories. Stories terbukti merupakan salah satu keberhasilan terbesar Instagram; per Januari 2019 kemarin, tercatat ada sekitar 500 juta pengguna aktif Instagram Stories setiap harinya.

Kesimpulan yang bisa diambil dari kisah sukses Instagram Stories pada dasarnya adalah, mencomot keunggulan kompetitor bukanlah hal yang buruk asalkan dieksekusi secara tepat. Instagram pun tampaknya ingin mengulang keberhasilan tersebut, akan tetapi target yang diincar kali ini adalah TikTok.

Mereka baru saja meluncurkan fitur bernama Reels, yang memungkinkan pengguna untuk membuat video musik berdurasi 15 detik dan membagikannya ke Stories (atau Close Friends bagi yang masih malu-malu). Video yang dibagikan ke publik punya potensi untuk menjadi viral berkat segmen baru berlabel “Top Reels” di Explore.

Instagram Reels

Seperti di TikTok, musik latar di Reels tidak terbatas pada katalog yang sudah Instagram sediakan saja, tetapi juga audio yang berasal dari Reels lain. Format seperti inilah yang pada akhirnya menjadikan TikTok sedemikian sukses di kalangan konsumen yang terlahir di generasi pencinta meme, dan Instagram tampaknya tidak ingin kehilangan momentum.

Reels dilengkapi editing tool yang cukup lengkap, meski beberapa tool yang populer di TikTok masih belum ada sejauh ini, spesifiknya filter dan sederet efek visual lainnya untuk disematkan ke video. Tentu saja Instagram bakal menambahkannya seiring berjalannya waktu, dan janji tersebut sejatinya sudah tidak perlu kita ragukan lagi apabila membandingkan fitur Stories yang ada sekarang dengan tiga tahun lalu.

Instagram Reels

Hal lain yang cukup menarik adalah lokasi pertama yang dipilih Instagram untuk meluncurkan Reels, yaitu Brasil. Kenapa Brasil? Selain tentu karena jumlah pengguna Instagram di sana tergolong banyak, Brasil rupanya belum terlalu ‘terjangkiti’ demam TikTok.

Ya, setidaknya dalam beberapa bulan pertama ini, Instagram hanya akan merilis Reels di negara-negara yang populasi pengguna TikTok-nya belum begitu besar. Strategi seperti ini sudah terbukti efektif; saat meluncurkan Stories tiga tahun silam, Instagram juga memilih negara-negara yang belum terjamah oleh Snapchat.

Belum diketahui kapan pastinya Reels bakal berekspansi ke negara-negara lain. Namun seandainya pertumbuhannya di Brasil cukup pesat, saya yakin Instagram tidak akan menunggu lama untuk membawanya ke skala global.

Sumber: TechCrunch.

Threads Adalah Aplikasi Baru untuk Berinteraksi Secara Khusus dengan Teman-Teman Dekat di Instagram

Ada yang baru dari Instagram, khususnya bagi Anda yang rutin menggunakan fitur Close Friends. Namanya Threads, dan ia merupakan aplikasi terpisah untuk berinteraksi secara khusus dengan teman-teman pilihan Anda di Instagram.

Sekadar mengingatkan, fitur Close Friends yang dirilis tahun lalu memungkinkan pengguna untuk membagikan konten Story secara eksklusif kepada orang-orang terdekatnya saja (ditandai dengan label berwarna hijau bertuliskan “Close Friends”). Orang-orang terdekat ini dipilih sendiri oleh masing-masing pengguna dari deretan follower-nya.

Threads

Threads pada dasarnya merupakan kelanjutan dari fitur Close Friends, yang kini telah berevolusi menjadi aplikasi mandiri. Fungsi utamanya sama persis, yakni untuk berbagi konten Story (foto, video maupun teks) ke orang-orang terdekat. Yang berbeda, Threads juga menambahkan satu tipe konten baru, yakni Status.

Lebih lanjut, Threads bahkan dilengkapi dengan fitur Auto Status. Jadi ketika fitur ini diaktifkan (sifatnya opsional), secara otomatis Threads akan membagikan secuil informasi terkait di mana Anda berada (tanpa membeberkan lokasi persisnya) kepada daftar teman dekat itu tadi.

Threads

Lalu bagaimana dengan fitur Close Friends di aplikasi Instagram? Tidak ada yang berubah. Konten dari deretan teman dekat Anda akan muncul di Instagram Direct dan Threads sekaligus. Threads pada dasarnya hanya memberikan konteks bahwa konten yang Anda jumpai di aplikasi tersebut benar-benar yang berasal dari teman-teman dekat Anda, bukan yang bercampur dengan ‘kebisingan’ di Instagram.

Bagi yang belum pernah mencoba fitur Close Friends sama sekali, jangan khawatir, sebab daftar teman dekatnya bisa dibuat langsung di Threads. Aplikasi ini sekarang sudah bisa diunduh dari Apple App Store maupun Google Play Store.

Sumber: Instagram via PetaPixel.

Cara Menghapus Akun Instagram untuk Sementara dan Permanen

Instagram adalah salah satu media sosial yang sedang populer saat ini. Hampir setiap orang memiliki akun instagram untuk dijadikan alat komunikasi dan ajang mengekspresikan diri melalui postingan berupa foto dan video. Namun beberapa orang mungkin juga ingin menghapus akun instagram dengan berbagai alasan.

Berikut adalah tutorial menghapus akun Instagram sementara dan juga menghapus akun Instagram secara permanan untuk selama-lamanya.

Menghapus akun instagram sementara

Istilah yang tepat adalah menonaktifkan, karena langkah yang dilakukan adalah menghentikan aktifitas instagram untuk sementara waktu. Sehingga suatu saat Anda dapat membuka dan menggunakannya kembali. Cara yang akan dilakukan ini tidak akan menghapus data yang sudah tersimpan dalam akun. Caranya yaitu:

    • Buka situs https://www.instagram.com/ melalui PC. Via Mobile juga bisa, dan prosedurnya sama persis.
    • Login dengan menggunakan username dan password akun instagram yang akan dinonaktifkan.
    • Buka menu profil yang berada di bagian bawah paling kanan.
    • Lalu klik ikon profil di pojok kanan atas.

cara menghapus akun instagram sementara dan permanen_1

    • Selanjutnya klik Edit Profile.
    • Scroll terus ke bawah sampai menemukan tulisan Nonaktifkan sementara akun saya / Temporarily disable my account, lalu klik.

cara menghapus akun instagram sementara dan permanen_2

    • Pada halaman selanjutnya, terdapat pertanyaan pilihan alasan menonaktifkan akun instagram sementara waktu.
    • Langkah berikutnya adalah memasukkan password akun instagram.

cara menghapus akun instagram sementara dan permanen_3

    • Lalu klik tombol Nonaktifkan sementara akun saya / Temporarily disable my account.
    • Selanjutnya akan muncul pop up konfirmasi. Pilih Yes.
    • Anda akan keluar secara otomatis, jika akun telah berhasil dihapus.

 

 

Menghapus akun instagram permanen

Ketika Anda memutuskan untuk menghapus akun instagram secara permanen, maka satu hal yang harus diingat adalah bahwa data yang tersimpan akan secara otomatis terhapus juga. Sehingga ketika akan membuat akun baru, maka harus memulai dari awal kembali. Caranya yaitu:

cara menghapus akun instagram sementara dan permanen_4

    • Selanjutnya klik tombol merah Hapus akun saya secara permanen / Permanently delete my account.
    • Nanti akan muncul konfirmasi, kemudian klik OK untuk menghapus akun instagram.
    • Selanjutnya akan ada informasi bahwa akun instagram telah dihapus secara permanen.

Selesai, akun Instagram Anda sudah dihapus untuk selama-lamanya. Jika cara kedua ini yang Anda pilih, Anda tidak bisa lagi mengaktifkan akun Anda.

Segera Diluncurkan, Dailyact Mencoba Saingi Instagram dan Facebook

Dailyact menjadi calon penantang baru sebagai aplikasi media sosial di Indonesia. Startup lokal ini dibuat dengan asumsi media sosial yang ada sekarang belum cukup mumpuni mewadahi kreativitas pengguna.

Pendiri dan CEO Dailyact Mario Michael Setiawan bercerita, ia sudah mengembangkan layanan ini sejak 2017. Mario menekankan aplikasi buatannya ini sebagai tempat berbagi pengalaman berdasarkan keahlian atau hobi.

“Karena setiap orang punya kelebihan masing-masing, kita coba push iin di dalam aplikasi media sosial kita agar pengguna mengedepankan apa yang mereka sukai atau ahli,” ujar Mario dalam perkenalan produknya di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta.

Meski aplikasi ini baru akan diluncurkan pada 21 Agustus nanti, ada sejumlah fitur yang mereka gadang-gadang bakal jadi pembeda dari media sosial lain. Misalnya adalah fitur Indicator sebagai kategorisasi kegiatan yang akan diunggah ke dalam platform dan My Favorite Things sebagai fitur kolom yang memuat hal-hal yang disukai pengguna.

Selain itu, ada juga fitur Admire yang berfungsi seperti fitur “follow” pada Instagram tapi satu lapis lebih tinggi dan Collection sebagai tempat kurasi konten yang dapat dilihat para pengikut suatu akun.

Secara tampilan, desain antarmuka Dailyact sedikit banyak menyerupai Instagram. Penuturan Mario pun menyiratkan aplikasinya ini adalah alternatif dari media sosial semacam Instagram yang identik dengan kultur influencer.

Tampilan aplikasi Dailyact
Tampilan aplikasi Dailyact

“Kasar katanya, kita dapat lebih mengenal sosok profil melalui Dailyact, seperti apa orangnya, apa kesukaannya. Dari sana kita bisa lebih akurat ke target market-nya,” imbuh Mario.

Pendanaan untuk startup ini masih bootstrap. Meski masih dalam rencana, mereka juga berniat memonetisasi layanannya. Mereka melihat potensi tersebut ada di fitur My Favorite Things yang dapat membantu pengiklan menjangkau target pasarnya.

Dailyact saat ini masih digawangi 18 orang. Kendati begitu, mereka berani menargetkan aplikasinya dipakai oleh sejuta pengguna hingga akhir tahun ini.

Dailyact bukan satu-satunya upaya warga lokal menyaingi popularitas media sosial mapan seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau Snapchat. Yogrt, Oorth, Sebangsa, atau Mindtalk, adalah contoh media sosial buatan lokal yang mencoba unjuk gigi.

Dari beberapa nama di atas, mungkin hanya Yogrt yang sanggup menembus jutaan pengguna meskipun secara keseluruhan popularitasnya tetap mungil dibanding media sosial raksasa lainnya.

Riset Wearesocial-Hootsuite pada Januari 2019 menunjukkan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau 56 persen dari total populasi. Data tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia.

Twitter Rombak Tampilan Situs Desktop-nya

Di tahun 2019 ini, masih adakah dari kita yang mengakses Twitter lewat browser di perangkat desktop? Pasti masih ada, dan kalau Anda merupakan salah satunya, Twitter punya suguhan yang amat menarik dalam wujud tampilan gres twitter.com.

Tampilan baru ini sebenarnya sudah diuji oleh Twitter selama beberapa saat, namun sekarang mereka telah siap membuka aksesnya ke seluruh pengguna tanpa terkecuali. Tema revisi yang diangkat Twitter adalah konsistensi, di mana tampilan baru situs desktop-nya ini dirancang agar menyerupai tampilan aplikasi mobile-nya.

Bukan hanya terlihat lebih bersih dan rapi, versi anyar twitter.com ini juga mendatangkan sejumlah fitur yang sebelumnya tidak tersedia di desktop, yaitu Explore dan Bookmarks. Explore, menurut Twitter, bakal menyajikan deretan live video dan konten lainnya yang bersifat lokal, disesuaikan dengan lokasi masing-masing pengguna.

New twitter.com for desktop

Bookmarks akhirnya hadir di desktop setahun lebih sejak Twitter meluncurkannya. Sesuai namanya, fitur ini berfungsi untuk menandai Tweet yang hendak diakses kembali di lain waktu. Sebelum ada fitur Bookmarks, tidak sedikit pengguna yang mengakalinya dengan cara menyukai suatu Tweet dengan maksud untuk menyimpannya.

Fitur Direct Message (DM) tidak lupa dibenahi, di mana sekarang pengguna dapat melihat daftar percakapan dan menuliskan pesan dari satu tampilan yang sama. Untuk pengguna multi-akun, aksesnya kini jauh lebih mudah melalui sidebar sebelah kiri.

Terakhir, Twitter juga menyediakan sejumlah opsi kustomisasi tampilan pada situs desktop-nya. Lewat menu pengaturan, pengguna dapat mengubah ukuran font, mengganti aksen warna biru muda menjadi warna lain, serta memilih satu dari dua pilihan dark theme (Dim dan Lights Out).

Sumber: Twitter.

Shoelace Adalah Media Sosial untuk Mempertemukan Orang-Orang Berminat Sama di Dunia Nyata

Saya rasa tidak berlebihan apabila kita beranggapan sebagian besar orang sekarang lebih suka berinteraksi di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Kalau ditanya apa penyebabnya, hampir semua mungkin bakal mengambinghitamkan media sosial macam Facebook, Instagram, atau Twitter. Padahal tidak selamanya media sosial harus seperti tiga itu.

Pendapat itu coba dibuktikan oleh Google. Melalui divisi eksperimentalnya, Area 120, mereka mengembangkan media sosial berkonsep unik bernama Shoelace. Berbekal aplikasi di platform Android dan iOS, Shoelace punya misi untuk menghubungkan orang-orang berdasarkan kesamaan minat mereka terhadap aktivitas atau event tertentu.

Anggap saja Shoelace ini sebagai tempat untuk mencari teman baru yang memiliki minat yang sama seperti kita, tapi pencarian itu tidak berhenti sampai di bertukar nomor ponsel saja, melainkan sampai kita saling berjumpa dan beraktivitas bersama di lokasi. Ya, Shoelace pada dasarnya merupakan media sosial yang mendorong kita untuk mengurangi waktu penggunaan smartphone, dan menggantinya dengan interaksi sosial di dunia nyata.

Google Area 120 Shoelace

Lalu bagaimana cara kerjanya? Pertama-tama, pengguna Shoelace dipersilakan meracik event atau aktivitas yang mereka minati untuk kemudian dibagikan ke para pengguna lain. Kalau bingung, pengguna juga bisa meminta bantuan Shoelace mencarikan aktivitas atau event di sekitar yang mungkin menarik buat kita berdasarkan info preferensi yang kita cantumkan.

Bertemu orang baru sering kali berujung pada sejumlah momen canggung. Itulah mengapa pengguna Shoelace juga bisa mengisi sejumlah informasi pada profilnya masing-masing. Harapannya kita bisa menyiapkan sejumlah topik obrolan yang asyik untuk calon teman baru kita.

Sayangnya, karena sifat Shoelace yang hyper-local seperti ini, aplikasinya sejauh ini baru bisa digunakan oleh warga kota New York, dan itu pun harus melalui undangan khusus. Ke depannya Google berniat membawa Shoelace ke kota-kota lain, tapi belum ada informasi terkait negara lain.

Terlepas dari itu, tidak menutup kemungkinan Google bakal menerapkan sejumlah fitur Shoelace ke dalam Google Maps, apalagi mengingat Maps sekarang sudah rajin merekomendasikan sejumlah lokasi menarik untuk dikunjungi di sekitar penggunanya.

Sumber: Gizmodo.

Instagram Perangi Online Bullying Lewat Dua Tool Baru

Bullying tidak mengenal tempat. Di sekolah, di tempat kerja, bahkan di media sosial pun selalu ada orang-orang dengan perilaku yang menjurus ke bullying. Tidak sedikit kasus serius yang diakibatkan oleh bullying, dan ini juga berlaku untuk online bullying di media sosial.

Sebagai salah satu media sosial dengan jumlah pengguna terbesar, Instagram merupakan panggung yang sangat pas bagi para pelaku online bullying. Untungnya pihak Instagram sendiri tidak mau tinggal diam. Mereka berkomitmen untuk membantu memberikan perlawanan terhadap online bullying dengan bekal kecanggihan AI alias kecerdasan buatan.

Eksperimen mereka terhadap AI melahirkan dua macam tool baru untuk melawan bullying. Yang pertama adalah fitur bernama Restrict, yang dirancang untuk melindungi pengguna dari interaksi-interaksi yang tidak diinginkan, yang sering kali berujung pada bullying.

Instagram Restrict feature

Restrict pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk membatasi gerak-gerik para pelaku bullying. Jadi setelah Anda me-Restrict seseorang, komentar yang datang dari orang tersebut hanya akan bisa dilihat oleh dia sendiri. Orang yang di-Restrict ini juga tidak dapat melihat kapan Anda terakhir aktif di Instagram atau apakah Anda sudah membaca DM (Direct Message) darinya.

Restrict sejatinya bisa dilihat sebagai alternatif yang tidak berisiko dari fitur Block, Unfollow dan Report. Tiga fitur itu sebenarnya sudah bisa membatasi perilaku bullying, akan tetapi sering kali malah semakin memperburuk keadaan, terutama apabila korban berinteraksi dengan pelaku di kehidupan nyata. Itulah mengapa banyak pengguna yang cenderung enggan memanfaatkan ketiga fitur tersebut meski kerap menjadi korban bullying.

Instagram undo comment

Tool yang kedua adalah implementasi AI untuk memperingatkan pengguna saat mereka hendak memberikan komentar yang bersifat ofensif. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar, fitur ini bakal memastikan kembali kepada pengguna sebelum komentarnya diunggah, sebab AI telah mendeteksi bahwa komentarnya mirip dengan komentar-komentar lain yang telah dilaporkan.

Secara teori, intervensi semacam ini bakal memberi pengguna kesempatan untuk mempertimbangkan kembali sekaligus mengurungkan niat mereka berkomentar dengan nada yang negatif. Berdasarkan pengujian awal Instagram, fitur ini terbukti dapat mendorong sejumlah orang untuk mengganti komentarnya dengan yang bersifat tidak terlalu menyinggung.

Harapannya tentu saja fitur ini dapat mencegah seseorang memanfaatkan fitur Restrict itu tadi. Instagram pada dasarnya ingin mendorong interaksi yang positif di antara para penggunanya, dan itu sangat penting mengingat mayoritas pengguna Instagram adalah kalangan muda-mudi.

Sumber: Instagram. Gambar header: Pexels.

Tips Pengaturan Grup Facebook Agar Makin Nyaman, Rapi dan Teratur

Ada banyak ragam grup yang dibuat di Facebook, mayoritas mereka berisikan orang-orang dengan ketertarikan yang sama, berasal dari sekolah yang sama, kampus yang sama dan bahkan nama yang sama.

Tetapi berinteraksi dalam sebuah grup tidak semulus yang dibayangkan. Dalam situasi tertentu, konflik sering terjadi yang biasanya dipicu karena konten yang dibagikan menyinggung, bermuatan politik, sara, ras dan agama. Terkada bahkan tak jarang berisi konten-konten tak senonoh.

Nah, untuk memastikan grup bersih dari segala bentuk gangguan semacam itu, admin grup perlu melakukan pengaturan tambahan. Beberapa di antaranya.

Menyaring Anggota Baru

Menyaring anggota baru bisa dilakukan secara manual – kalau Anda punya banyak waktu, tapi kalau pekerjaan di kantor sudah sangat menyita waktu, Facebook sudah menyediakan fitur bantuannya untuk anda, yaitu berupa pertanyaan yang ditujukan kepada calon anggota baru yang meminta bergabung.

  • Buka grup Facebook Anda, kemudian klik tanda bintang atau medali bintang di kanan paling atas tepat di sebelah tombol pencarian.

Screenshot_20190703-082656_Facebook

  • Selanjutnya akan muncul sebuah popup seperti ini, Anda tap saja menu Membership Questions.

Screenshot_20190703-082701_Facebook

  • Lanjut, akan muncul layar seperti ini. Karena saya sebelumnya sudah membuat pertanyaan untuk grup ini, maka sudah ada beberapa pertanyaan. Di layar Anda semestinya masih dalam kondisi kosong. Untuk membuat pertanyaan, tap tombol Add Question.Screenshot_20190703-082704_Facebook
  • Lalu buatlah pertanyaan spesifik yang kemungkinan besar hanya bisa dijawab dengan benar oleh calon anggota yang ingin bergabung. Jenis jawaban bisa diset berupa pilihan ganda, teks dan cek box. Terserah Anda mau yang pakai yang mana. Jika sudah selesai, tap Save.

Screenshot_20190703-082748_Facebook

Screenshot_20190703-082806_Facebook

  • Setelah pertanyaan tersimpan, maka ia akan otomatis muncul di daftar pertanyaan.

Screenshot_20190703-082824_Facebook

Mengatur Persetujuan Postingan

  • Pengaturan lain yang bisa digunakan agar grup makin nyaman adalah dengan memoderasi setiap postingan baru yang dikirimkan oleh anggota. Caranya, tap Group Settings atau Pengaturan Grup masih dari tombol medali bintang di awal tadi.
  • Kemudian temukan opsi Post Approval, tap dan ubah dari Off ke On.

Screenshot_20190703-082939_Facebook

Membatasi Stories

  • Selanjutnya, Anda juga bisa mencegah berbagai macam stori yang berseliweran di grup dengan cara membatasi level member yang boleh membuat stori.
  • Cara masih dari Group Settings, lalu klik Who Can Create Groups Story, dan ubah pengaturannya ke Only Admins.

Screenshot_20190703-082955_Facebook

Membatasi Siapa yang Bisa Membuat Chat Grup

  • Grup chat juga sering jadi sumber kegaduhan. Untuk mengatasinya, Anda juga bisa menentukan siapa yang bisa membuat grup chat, misalnya hanya Admin.
  • Caranya masih dari Group Settings, kemudian tap Who Can Create Group Chats, ubah ke posisi Only Admins.

Screenshot_20190703-082943_Facebook

Dengan langkah-langkah antisipasi di atas, grup yang Anda kelola akan jauh lebih rapi, nyaman bagi semua orang dan yang terpenting terbebas dari konflik. Selamat mencoba!

Sumber gambar header Cityspidey.