Forza Horizon 5 Akhirnya Tunjukkan Map Mexico yang Luas

Forza Horizon 5 mungkin menjadi game balap yang paling ditunggu-tunggu tahun ini. Apalagi Microsoft dan pengembang Playground Games menjanjikan banyak peningkatan terhadap seri terbarunya ini, mulai dari pilihan mobil baru, modifikasi, suara mobil yang lebih realistis, dan tentunya map baru yang lebih luas.

Sebelumnya, Playground Games sudah mengumumkan bahwa map Mexico di Forza Horizon 5 ini akan 1,5 kali lebih besar dari map Inggris yang mereka buat untuk Forza Horizon 4. Setelah beberapa bulan tanpa informasi baru, Playground Games akhirnya menunjukkan secara penuh map dari Forza Horizon 5.

Lewat postingan di akun Twitter-nya, Forza Horizon 5 menunjukkan map yang memang terasa lebih luas daripada instalasi sebelumnya. Dan terlihat dari warna dalam map tersebut, akan ada berbagai macam lingkungan geografis yang berbeda-beda pada map tersebut.

Pada bagian barat map yang didominasi oleh padang gurun pasir luas mungkin akan cocok bagi para pecinta reli dakar. Di sebelah timur gurun tersebut terdapat gunung api La Gran Caldera yang menjadi daya tarik utama dalam konten marketing Forza Horizon 5.

Menuju bagian selatan maka para pemain dapat menemukan jalan tol yang membelah map dari barat ke timur. Jalan tol ini akan menjadi tempat yang cocok bagi para pemain yang ingin memacu mobil-mobil supernya tanpa perlu takut adanya tikungan tajam. Jalan tol ini juga disebut sebagai yang terpanjang di sejarah Forza Horizon.

Sayangnya, meskipun punya banyak jalan panjang dengan belokan cukup sedikit map dari Forza Horizon 5 ini hampir tidak memiliki kota yang luas. Satu-satunya kota besar yang ada tentunya Guanajuato yang ada di bagian utara. Namun dari yang terlihat di map, kota tersebut juga tidak sebesar kota Edinburgh di Forza Horizon 4.

Image source: Playground Games

Memang ada beberapa kota kecil yang tersebar di sekitar map. Namun jalanannya sepertinya tidak akan signifikan bila nantinya akan digunakan untuk balapan perkotaan. Sehingga sepertinya tidak akan ada balapan melewati jalanan sempit dengan belokan-belokan tajam nantinya.

Beberapa lokasi menarik lainnya dalam map tersebut antara lain stadion El Estadio Horizon yang berada di antara gunung dan kota Guanajuato. Bandara Aerodromo En La Selva di ujung barat daya map. Dan tentunya hutan tropis di bagian utara dan selatan map yang juga akan dipenuhi dengan reruntuhan yang nanti bisa dieksplorasi para pemain.

Forza Horizon 5 akan dirilis 3 bulan lagi yaitu pada 9 November mendatang untuk PC, Xbox One, dan juga Xbox Series X|S.

Tren Toko Game Digital Turunkan Potongan untuk Developer

Saat ini, Steam masih menjadi platform distribusi game PC paling dominan. Meskipun begitu, kebanyakan developer game merasa, potongan yang Steam dapatkan dari para developer — sebesar 30% dari total pemasukan sebuah game — terlalu besar. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan oleh Game Developers Conference (GDC) pada lebih dari tiga ribu pelaku industri game.

Dari survei GDC tersebut, diketahui bahwa hanya 3% responden yang menganggap, Steam dan GOG pantas untuk mendapatkan potongan sebesar 30% dari total pemasukan game. Sebanyak 3% responden lainnya mengatakan, potongan tersebut sudah sangat adil. Namun, sebagian besar responden merasa, platform distribusi digital seperti Steam seharusnya menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer. Sebanyak 43% responden menganggap, platform distribusi seharusnya hanya mengenakan potongan sebesar 10-15%.

Survei yang GDC lakukan merupakan survei tahunan. Pada 2020, survei GDC juga memuat pertanyaan tentang potongan yang dikenakan oleh platform distribusi digital game. Tahun lalu, hanya 7% responden yang merasa bahwa Steam pantas untuk mendapatkan potongan sebesar 30% dari total pemasukan game. Sementara pada 2019, GDC secara gamblang menanyakan pada para responden apakah Steam pantas untuk mengambil potongan sebesar 30% dari para developer game. Saat itu, sebanyak 32% responden menjawab “tidak”, sementara 27% lainnya menjawab “sepertinya tidak”.

Selama bertahun-tahun, potongan 30% yang didapatkan oleh platform distribusi digital game dianggap sebagai standar industri. Namun, beberapa tahun terakhir, muncul diskusi yang membahas tentang apakah platform distribusi game memang pantas untuk menetapkan potongan sebesar 30%. Peluncuran Epic Games Store pada akhir 2018 menjadi pemicu diskusi tersebut. Pasalnya, Epic berani menawarkan potongan yang jauh lebih kecil, hanya 12%.

Strategi Epic Games

Sebenarnya, platform distribusi digital game tidak menetapkan potongan sebesar 30% secara asal. Angka ini didasarkan pada potongan yang diambil oleh penjual retail di era CD, DVD, dan game disc. Ketika itu, penjual retail akan mengambil potongan sebesar 30% dari total penjualan game yang dijual di toko mereka. Walau dapat potongan, para penjual retail tidak bertanggung jawab atas biaya pengiriman dan produksi dari CD/DVD game yang hendak dijual. Berdasarkan laporan IGN pada 2019, toko retail — seperti Amazon, Gamestop, Best Buy dan Walmart — juga masih mengenakan potongan biaya 30% pada developer game.

Besar potongan yang diambil oleh penjual retail. | Sumber: IGN

Berbeda dengan toko fisik, platform digital tidak memerlukan biaya untuk membangun atau menyewa ruangan. Lalu, kenapa developer tetap dikenakan potongan? Alasannya, karena platform distribusi digital tetap membutuhkan biaya untuk membangun dan mempertahankan infrastruktur yang mereka miliki serta mengurus manajemen copy rights digital. Meskipun begitu, seperti yang dibuktikan oleh survei GDC, sebagian developer tetap merasa bahwa potongan sebesar 30% yang dikenakan oleh platform distribusi digital terlalu mahal.

Diskusi tentang potongan yang dikenakan oleh platform distribusi digital pada developer game dimulai ketika Epic Games meluncurkan platform distribusi mereka sendiri, yaitu Epic Games Store (EGS). Ketika itu, EGS berjanji bahwa mereka hanya akan mengambil 12% dari total pemasukan sebuah game. Meskipun begitu, platform distribusi lain tidak serta-merta mengikuti Epic dan menurunkan potongan yang mereka berikan pada developer game. Faktanya, Microsoft baru menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer pada April 2021.

Walau EGS menawarkan potongan yang lebih kecil untuk developer, tak bisa dipungkiri, Steam tetap lebih populer baik di kalangan gamers maupun developer. Berdasarkan survei GDC, hanya 6% developer yang mendapatkan untung besar dari dari EGS. Sebanyak 78% bahkan mengaku, mereka tidak menjual game mereka di EGS. Sementara itu, sebanyak 47% developer mengatakan bahwa lebih dari setengah pemasukan mereka berasal dari Steam. Dan hanya 40% developer yang memutuskan untuk tidak menjual game mereka via Steam.

Persentase potongan yang dikenakan oleh EGS. | Sumber: EGS

Selain masalah popularitas, EGS juga masih kalah dari Steam dari segi fitur, apalagi soal konten dari komunitas. Jumlah game yang tersedia di EGS juga jauh lebih sedikit. Alasannya, Epic masih menyaring game apa saja yang boleh masuk ke EGS. Sementara di Steam, semua developer bisa memasukkan game mereka di platform tersebut selama mereka bersedia membayar biaya sebesar US$100. Menurut PC Gamer, Epic berencana untuk membuka akses ke EGS ke lebih banyak developer pada akhir tahun ini. Mereka juga terus menambah fitur baru ke EGS agar tidak kalah dari Steam.

Untuk bersaing dengan Steam, salah satu strategi yang Epic gunakan adalah dengan menyediakan game eksklusif di EGS. Untuk itu, mereka telah menghabiskan ratusan juta dollar. Hanya saja, strategi ini membuat banyak gamers PC berang. Saat ini, EGS juga masih belum bisa mendapatkan untung. Namun, Epic percaya, di masa depan, EGS akan menghasilkan untung walau mereka hanya mengambil potongan sebesar 12% dari para developer game. Jika Epic bisa merealisasikan visi mereka tersebut, tak tertutup kemungkinan, akan ada lebih banyak developer yang tertarik untuk merilis game mereka di EGS.

Microsoft Juga Turunkan Potongan untuk Developer Game PC

Pada April 2021, Microsoft memutuskan untuk mengikuti jejak Epic Games dan menurunkan besar potongan yang mereka kenakan untuk developer game,dari 30% menjadi 12%. Ketentuan baru ini akan berlaku per 1 Agustus 2021. Seperti yang disebutkan oleh Polygon, keputusan Microsoft ini akan menguntungkan developer. Namun, alasan Microsoft melakukan hal ini tidak sepenuhnya altruistik. Dengan menurunkan potongan yang dikenakan pada developer, Microsoft berharap, akan ada semakin banyak developer yang tertarik untuk merilis game mereka di platform milik Microsoft.

“Developers game punya peran penting dalam usaha kami untuk menyediakan game-game hebat pada para gamers kami, dan kami ingin para developer bisa meraih sukses di platform kami,” kata Matt Booty, Head of Xbox Game Studios, Microsoft, seperti dikutip dari The Verge. “Sistem bagi hasil yang jelas berarti para developers akan bisa membuat lebih banyak game berkualitas untuk para gamers dan bisa menjadi lebih sukses.”

Microsoft berharap akan ada semakin banyak developer yang mau merilis game di Windows Store. | Sumber: The Verge

Sayangnya, Microsoft hanya menurunkan persentase potongan untuk developer game PC. Jadi, developer game Xbox akan tetap dikenakan potongan sebesar 30%. Microsoft tidak menjelaskan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Kemungkinan, alasan mengapa mereka membedakan besar potongan yang dikenakan pada para developer game PC dan Xbox adalah karena model bisnis gaming Xbox yang memang berbeda dari PC.

Selain untuk menarik lebih banyak developer, keputusan Microsoft untuk mengikuti jejak Epic juga akan menjadi pendorong bagi Steam untuk melakukan hal yang sama. Memang, pada November 2018, Steam mengubah kebijakan mereka tentang potongan yang mereka kenakan pada developer. Namun, mereka masih mengenakan potongan sebesar 30%. Persentase potongan di Steam akan turun menjadi 25% ketika pemasukan sebuah game mencapai US$10 juta. Setelah itu, jika sebuah game mendapatkan pemasukan lebih dari US$50 juta, maka potongan yang Steam kenakan akan kembali turun, menjadi 20%.

Berapa Besar Potongan yang Dikenakan Pada Developer Mobile?

Pada awalnya, platform distribusi aplikasi mobile, seperti App Store dan Play Store, juga mengenakan potongan sebesar 30% pada developer aplikasi. Namun, belakangan, besar potongan yang dikenakan pada developer telah turun. Pada November 2020, Apple mengumumkan program bernama App Store Small Business. Program tersebut bertujuan untuk membantu developer kecil.

Program App Store Small Business berlaku per 1 Januari 2021. Untuk ikut serta dalam program ini, para developer harus mendaftarkan diri. Melalui program itu, developer yang pemasukan tahunannya tidak mencapai US$1 juta per tahun hanya perlu membayar potongan sebesar 15%. Namun, ketika pemasukan sebuah developer menembus US$1 juta, mereka akan dikeluarkan dari program ini dan harus membayar potongan sebesar 30%, seperti yang disebutkan oleh The Verge.

Apple mulai menurunkan potongan yang dikenakan pada developer aplikasi kecil.

Sementara itu, Google mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi besar potongan yang mereka kenakan pada developer pada Maret 2021. Sama seperti Apple, Google hanya akan mengenakan potongan sebesar 15% pada developers yang pemasukannya kurang dari US$1 juta. Begitu pemasukan sebuah developer menembus batas US$1 juta, maka mereka harus membayar potongan sebesar 30%.

Menurut laporan VentureBeat, alasan Google dan Apple menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer aplikasi tidak hanya karena tren serupa terjadi di industri game PC. Alasan lain Apple dan Google melakukan hal itu adalah karena adanya ancaman dari pihak ketiga, yaitu Huawei. Tahun lalu, Huawei menawarkan developer bahwa mereka hanya akan mengambil potongan sebesar 0-15%. Hal ini bisa membahayakan keberadaan App Store dan Play Store karena saat ini, Huawei punya lebih dari 530 juta pengguna aktif. Dan setiap tahunnya, ada 384 miliar aplikasi yang dipasang di perangkat buatan Huawei.

Sumber header: VentureBeat

The Witcher: Monster Slayer Diunduh 1 Juta Kali Dalam Seminggu, Riot Games Buka Studio Baru di Shanghai

Hanya dalam waktu seminggu, game The Witcher: Monster Slayer telah diunduh sebanyak satu juta kali. Sementara itu, Krafton diperkirakan akan mendapatkan US$3,75 miliar saat melakukan IPO di 10 Agustus 2021 mendatang. Microsoft mengungkap, penjualan konsol Xbox Series X|S berhasil mendorong pemasukan divisi gaming mereka. Selain itu, Riot Games berencana untuk membuka studio baru di Shanghai, Tiongkok.

Riot Games Bakal Buat Studio Baru di Shanghai

Riot Games akan membuat studio game baru di Shanghai, Tiongkok. Studio itu akan fokus pada game-game yang telah Riot luncurkan, kata Vice President dan Head of Operations Riot Games di Tiongkok, Leo Lin pada CNBC. Alasan Riot membuka kantor baru di Tiongkok adalah karena mereka percaya, pasar gaming Tiongkok masih punya potensi besar. Memang, sejak diluncurkan pada 2011, League of Legends berhasil menjaring banyak pemain dari Tiongkok.

“Di Tiongkok, ada banyak pemain League of Legends yang sangat berdedikasi,” kata Lin, seperti dikutip dari Dot Esports. “Karena itu, kami ingin mengerahkan lebih banyak tenaga untuk pasar Tiongkok. Kami tidak hanya akan fokus esports, tapi juga hal lain, seperti pengembangan game dan media hiburan lain.”

Pemasukan Divsii Gaming Microsoft Naik Berkat Penjualan Xbox Series X|S

Minggu lalu, Microsoft memberikan laporan keuangan Q4 tahun fiskal 2021 —  yang berlangsung sejak 1 April 2021 sampai 30 Juni 2021 — pada para investor. Dari laporan itu, diketahui bahwa pemasukan Microsoft naik 21%, menjadi US$46,2 miliar. Menariknya, divisi yang mendorong pertumbuhan pemasukan Microsoft bukan divisi computing, tapi divisi Intelligent Cloud. Pemasukan dari segmen Intelligent  Cloud mencapai US$17,4 miliar, naik 30% dari kuartal sebelumnya. Sementara itu, pemasukan dari Azure naik 51%. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa segmen cloud Microsoft bisa tumbuh begitu pesat.

Xbox Series X. | Sumber: CNET

Sayangnya, Microsoft menyebutkan bahwa pemasukan dari konten dan layanan Xbox turun 4%. Kabar baiknya, pemasukan dari segmen gaming justru naik 11% menjadi US$357 juta. Penjualan konsol Xbox menjadi alasan di balik pertumbuhan pemasukan segmen gaming. Tidak tanggung-tanggun, penjualan hardware Xbox naik 172%. Pertumbuhan ini terjadi karena larisnya Xbox Series X|S. Selain itu, harga dari konsol tersebut yang cukup mahal, menurut laporan Dot Espots.

Krafton Diperkirakan Bakal Dapat US$3,75 Miliar Saat IPO

Krafton, perusahaan induk dari Player Unknown’s Battleground, akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 10 Agustus 2021. Ketika itu, mereka diperkirakan akan mendapatkan kucuran dana sebesar US$3,75 miliar. Meskipun begitu, angka itu sebenarnya 25% lebih rendah dari perkiraan. Alasannya adalah karena pihak regulator meminta Krafton untuk merevisi rencana IPO mereka, menurut Reuters. Meskipun begitu, IPO Krafton tetap akan menjadi IPO terbesar kedua di Korea Selatan.

Dana dari IPO ini akan Krafton gunakan untuk merger dan akuisisi dari perusahaan-perusahaan game global. Selain itu, mereka juga ingin melakukan ekspansi dari intellectual property mereka, yaitu PUBG. Tak hanya game, mereka juga ingin menyajikan PUBG dalam format lain, seperti film dan animasi, lapor GamesIndustry. Krafton mendaftarkan dokumen IPO pada April 2021. Ketika itu, para analis memperkirakan bahwa mereka akan mendapatkan modal segar sebesar US$17,9 miliar.

Dalam Seminggu, The Witcher: Monster Slayer Telah Diunduh Sebanyak 1 Juta Kali

Hanya dalam waktu seminggu setelah diluncurkan, The Witcher: Monster Slayer  berhasil mendapatkan satu juta downloads. Menurut Sensor Tower, game itu paling banyak diunduh di Polandia, yang merupakan markas sang developer. Selain 1 juta downloads, The Witcher: Monster Slayers juga berhasil meraup US$500 ribu dalam seminggu. Sebagian besar pemasukan ini datang dari para pemain di Amerika Serikat, lapor GamesIndustry.

The Witcher: Monster Slayer menggunakan teknologi AI.

Dibuat oleh Spokko, The Witcher: Monster Slayer adalah mobile RPG yang menggunakan teknologi AR. Dengan begitu, pemain bisa memburu monster di dunia nyata, serupa dengan Pokemon Go. Game itu telah tersedia di App Store dan Play Store.

Smilegate Investasi ke Studio Baru dari Para Veteran Industri Game

Smilegate menanamkan investasi sebesar US$100 juta ke That’s No Moon Entertainment. Studio game baru ini ingin fokus pada game AAA. Memang, That’s No Moon berisi para veteran industri game, seperti Taylor Kurosaki, mantan Narrative Director di Infinity Ward dan mantan Narrative Design Lead di Naughty Dog. Di That’s No Moon, dia akan menjabat sebagai Creative Director. Dia juga akan memimpin proyek pertama dari That’s No Moon.

Selain Kurosaki, That’s No Moon juga punya Jacob Minkoff, mantan Design Director dari Call of Duty: Modern Warfare di Infinity Ward dan Lead Game Designer untuk The Last of Us di Naughty Dog. Sekarang, dia akan menduduki posisi Game Director. Sementara di posisi CEO, That’s No Moon mempekerjakan mantan Head of PlayStation’s Visual Arts Group, Michael Mumbauer. Dia  ikut serta dalam pembuatan berbagai game populer, seperti Ratchet & Clank, God of War, dan seri Uncharted.

Saat ini, That’s No Moon telah beroperasi selama 6 bulan dan memiliki 40 pekerja. Pada akhir 2022, mereka berencana untuk menambahkan pekerja mereka menjadi 2022. Sebagai studio, That’s No Moon ingin mengkhususkan diri pada pembuatan game AAA yang fokus pada cerita. Mumbauer mengungkap, That’s No Moon ingin bisa mengalahkan studio-studio besar dan mendorong standar kualitas game dari AAA, lapor GamesIndustry.

Microsoft Umumkan Layanan Streaming OS Windows 365 untuk Kalangan Bisnis

Microsoft baru saja mengumumkan Windows 365, layanan baru yang memungkinkan kalangan bisnis untuk mengakses PC berbasis Windows 10, atau kalau sudah tersedia nantinya, Windows 11, dari perangkat apapun yang dilengkapi browser modern.

Secara mendasar, layanan ini tak ubahnya sebuah layanan cloud gaming, namun yang di-stream adalah satu sistem operasi penuh ketimbang cuma suatu video game. Microsoft menyebutnya dengan istilah Cloud PC, dan tiap-tiap Cloud PC ini bakal memberikan pengalaman yang sama meski diakses lewat perangkat yang berbeda-beda.

Menariknya, sebelum ini Microsoft sebenarnya sudah punya layanan serupa bernama Azure Virtual Desktop. Yang berbeda dari Windows 365 adalah terkait kemudahan penggunaan sekaligus manajemennya. Microsoft pada dasarnya menargetkan Windows 365 untuk perusahaan atau organisasi yang selama ini enggan menjajal Azure Virtual Desktop maupun layanan virtualisasi lain karena alasan-alasan seputar biaya maupun kompleksitas.

Windows 365 akan tersedia mulai tanggal 2 Agustus 2021 dengan skema berlangganan, namun Microsoft sejauh ini belum mengungkapkan rincian tarifnya. Usai berlangganan, pemilik bisnis bisa langsung menciptakan Cloud PC dengan mudah untuk setiap karyawan, dengan spesifikasi yang disesuaikan terhadap kebutuhan masing-masing.

Berhubung semuanya mengandalkan infrastruktur cloud, ini sangat ideal untuk perusahaan yang tengah merekrut pekerja remote. Ketimbang mengirimkan unit fisik laptop buat mereka bekerja, tentunya bakal jauh lebih mudah mengirimkan Cloud PC kepada masing-masing pekerja remote.

Skenario serupa juga sangat cocok untuk perusahaan yang merekrut karyawan dengan sistem kontrak berdurasi pendek. Pemilik bisnis pun juga tidak perlu khawatir soal keamanan, sebab semua informasi dan data yang diolah oleh tiap-tiap Cloud PC akan selalu disimpan di cloud ketimbang di perangkat. Pada akhirnya, pekerjaan admin IT suatu perusahaan bakal dimudahkan dengan adanya Windows 365.

Apa yang Windows 365 hadirkan (virtualisasi dan remote access) sebenarnya sudah eksis sejak lama, hanya saja kini Microsoft mengemasnya secara lebih intuitif, dan timing peluncurannya pun dipaskan dengan tren hybrid working yang sedang mencuat akibat pandemi.

Sumber: Microsoft.

Komunitas Minecraft Korsel Tidak Terima Game-nya Dapatkan Rating Dewasa

Minecraft merupakan salah satu video game yang aman dimainkan untuk semua umur. Kebebasan untuk membuat apapun dari balok-balok layaknya lego membuat banyak gamer dengan berbagai umur mau menghabiskan banyak waktu di sana.

Namun hal tersebut berbeda bagi para gamer di Korea Selatan. Karena, di sana pemerintahnya memberikan rating terhadap game yang sudah ada sejak 2011 rating dewasa (19+). Rating dewasa tersebut muncul karena adanya ‘Cinderella Law‘ atau Hukum Cinderella.

Hukum Cinderella ini mengatur seluruh anak-anak dan remaja berumur di bawah 16 tahun dilarang untuk bermain game online pada kurun waktu jam 12 malam hingga jam 6 pagi.

Meskipun hukum ini telah diimplementasikan sejak 2011 tetapi Microsoft tidak menyediakan server terpisah khusus anak-anak ataupun pembatasan jam bermain. Namun hanya memberikan batasan umur bagi pemain di Korea Selatan yang akan membuat akun baru pada 2012. Di sisi lain, para pemain juga masih bebas untuk mendaftar lewat situs Mojang tanpa memerlukan verifikasi umur.

Image Credit: Microsoft

Seiring berjalannya waktu, pada 2020 lalu akhirnya Microsoft memperketat peraturan mereka dengan mengharuskan para pemain di Korsel untuk masuk menggunakan akun Xbox Live/Microsoft mereka, alih-alih cukup dengan akun Mojang.

Hal tersebut menyebabkan para pemain Minecraft di Korea Selatan sekarang harus memiliki akun Microsoft dan wajib melewati tahap verifikasi batas umur minimal 19 tahun untuk dapat membeli dan memainkan game-nya.

Keputusan tersebut itulah yang membuat komunitas pemain Minecraft di Korea Selatan marah. Bahkan mereka membuat website yang berisi petisi kepada pemerintah Korea Selatan yang meminta untuk menghapuskan Hukum Cinderella dan pembatasan terhadap Minecraft.

Minecraft JAVA edition (image credit: Mojang)

Petisi tersebut kini telah ditandatangani oleh lebih dari 98.000 orang. Dengan isi di dalamnya menyebutkan bahwa hukum jam malam tersebut kini sudah berlaku untuk Minecraft, yang dianggap sebagai lambang permainan edukatif dan kreatif. Dan hanya Korea Selatan satu-satunya pasar yang menjadikan Minecraft sebagai game dewasa.

Pihak Microsoft merespon kejadian tersebut dengan menyatakan bahwa mereka tengah melanjutkan migrasi global akun Mojang ke akun Minecraft untuk Minecraft: Java Edition termasuk untuk para pemain di Korea Selatan.

Mereka juga mengatakan tengah mengerjakan solusi jangka panjang untuk pemain lama maupun pemain baru yang masih berusia di bawah 19 tahun di Korea Selatan. Microsoft mengakhiri pernyataannya bahwa akan ada lebih banyak hal yang akan mereka bagikan akhir tahun ini.

OneDrive, Fitur Bawaan Windows untuk Backup Data di Cloud

Pada artikel kali ini, kami akan membahas apa itu Onedrive, salah satu layanan penyimpanan file berbasis online yang jadi rekomendasi Microsoft. Banyaknya aplikasi penyimpanan file berbasis online membuat kita harus dengan teliti menentukan mana yang tepat untuk kita gunakan.

Continue reading OneDrive, Fitur Bawaan Windows untuk Backup Data di Cloud

App Annie & IDC: A Year after the Pandemic Started, Gamers Still Love Spending Money

The COVID-19 pandemic has highly benefited the growth of the gaming industry. In addition to the boost in sales of games, consoles, and gaming hardware, the pandemic has also increased the average playing time of most gamers. Although citizens of some countries have been freed from the COVID-19 calamity and went back to living life normally, the trends that emerged due to the pandemic — such as playing more games and watching more gaming streams — are surprisingly persisting.

The Driving Force of the Game Industry’s Growth: Mobile Gaming

Currently, mobile gaming seems to have the largest contribution in terms of consumer spending growth in digital games. According to the report published by App Annie and IDC, the total expenditure of mobile gamers around the world was over $120 billion USD, 2.9 times as much as the total spending of PC gamers, which only reached $41 billion USD. Console and handheld console players, on the other hand, had a total expenditure of $39 billion USD and $4 billion USD, respectively.

In the case of mobile gaming, Asia Pacific is still the region with the largest contribution to gamer’s total spendings, 50% to be exact. Interestingly, this figure actually plateaued throughout the pandemic. Instead, gamers in other regions, like NA and Western Europe, experienced an increase in gaming expenditure. Although the Asia Pacific region had massive spending in mobile games, expenses from PC/Mac gamers in the region declined marginally by 4%. This trend can be explained perhaps by the unfortunate closing of many internet cafes in the pandemic.

Gamers’ Spending in each platform. | Source: App Annie

On the other hand, the total worldwide expenditure in the realm of console gaming is expected to rise due to the launch of PlayStation 5 and Xbox Series X/S at the end of 2020. App Annie and IDC also mentioned that the console gaming audience has the potential to grow exponentially in the Asia Pacific region. With the recent launch of Xbox Series X in China on June 10, 2021, and PlayStation 5 on May 15, 2021, we should expect to see a surge in the console player population in Asia. In terms of handheld consoles, Nintendo Switch Lite is currently the only console that incentivizes consumption growth. As of September 2020, Nintendo has discontinued the production of the 3DS. Fortunately, the e-shop of the 3DS is still accessible.

In the United States, console sales increased rapidly in April 2020 after the US government announced the country’s lockdown. As console sales increase, more and more people subsequently download companion apps — such as Steam, PlayStation App, Nintendo Switch, and Xbox — that allow their PC/console game accounts to be accessible through their smartphones. Additionally, these companion apps also has chatting features so users can interact with their friends. Some apps also offer cloud gaming features that allows gamers to play their console games via smartphones.

Cross-Platform Games

One of the gaming trends that persisted after the COVID-19 pandemic is the rate of mobile game downloads. In the first quarter of 2021, there were over 1 billion mobile game downloads globally. This figure is 30% greater compared to Q4 of 2019. Expenditures on mobile games also increased in the same period. In Q1 2021, the total spending of mobile gamers around the world reached $1.7 billion USD per week, an astounding increase of 40% from the pre-pandemic period. Many game publishers, as a result, began placing their interest in launching games on the mobile platform.

Global weekly game downloads and consumer spendings. | Source: App Annie

Just like the mobile game segment, PC gaming also experienced some degree of growth during the pandemic. We can find this trend in the rise of Steam’s concurrent users and players. From October 2019 to April 2020, the number of daily concurrent users on Steam increased by 46% to a staggering 24.5 million users. Steam’s daily concurrent players also surged by 61% to 8.2 million. However, if we extend the period to March 2021, Steam’s daily users and player numbers reached 26.85 million (46% increase) and 7.4 million (60% increase), respectively. As we see from the statistics above, Steam’s player and user count did not decline but, instead, persisted after the pandemic.

What makes games so popular in the pandemic? According to App Annie and IDC, online real-time features — such as PvP — are highly common in today’s popular games, regardless of the gaming platform. In other words, most gamers want to play and interact with each other. After all, games can help cope with the loneliness of the pandemic isolation by providing a medium to connect with friends. Another feature that is rising in popularity is cross-play: a feature that allows gamers to play one game on multiple platforms. For example, players can start a game on PC and continue playing it on mobile or vice versa.

Steam’s daily concurrent users and players. | Source: IDC

An example of a game that, by far, has implemented the best cross-play feature is Genshin Impact. Since its launch in September 2020, miHoYo (the game dev of Genshin Impact) immediately released the game on several platforms at once: PC, console, and mobile. miHoYo’s decision to prioritize cross-play features — such as cross-save and co-op modes across platforms — is one of the reasons why Genshin Impact has successfully become a phenomenon in the gaming world.

Another popular cross-platform game is Among Us. In the span of just a few months in 2020, the player count of Among Us skyrocketed. In January 2020, the number of concurrent players in Among Us was less than a thousand. However, in September 2020, over 400 thousand people around the world were playing the game. Among Us is also incredibly popular on the mobile platform. At some point, Among Us download numbers in mobile were able to peak in the US, UK, and South Korea.

Gaming Stream Watch Times

The pandemic has also increased the amount of time people spend watching gaming content broadcasts. Up until April 2021, user engagement rates from Twitch and Discord continue to rise. In China, the watch times of game streaming platforms such as bilibili, Huya, and DouyuTV, have also gone up. The largest increase, uncoincidentally, occurred in the first half of 2020, which is when the COVID-19 pandemic started to emerge and forced people into quarantining in their homes.

 

The average time users spend watching gaming streams per month in different streaming platforms. | Source: App Annie

Viewers also become less hesitant in spending money on these platforms as they become more invested in them. Recently, there has been a steady rise in the total expenditure of Twitch and Discord users. In Q4 2020, Twitch managed to enter the list of 10 non-gaming applications with the largest total revenue. Twitch even climbed to 8th place on the list during the first quarter of 2021.

Featured Image: Unsplash. Translated by: Ananto Joyoadikusumo.

Bos Bethesda Ungkap Bahwa The Elder Scrolls 6 Masih dalam Tahap Desain

Impian para gamer untuk segera memainkan seri terbaru dari The Elder Scroll (TES) kelihatannya harus sirna. Sebab, meskipun The Elder Scroll 6 telah diumumkan sejak 3 tahun lalu namun kenyataannya game ini masih jauh dari kata selesai.

Hal ini disampaikan langsung oleh sang sutradara dan executive producer Todd Howard yang diwawancari oleh The Telegraph. Howard mengatakan bahwa seri keenam dari The Elder Scroll tersebut masih dalam tahap desain. Tim pengembangnya kini masih menguji coba berbagai teknologi untuk memastikan game-nya berjalan dengan sempurna.

Game ini nantinya akan menggunakan Creation Engine 2 yang juga digunakan untuk game besar Bethesda lainnya, yaitu Starfield. Howard mengakui bahwa engine ini merupakan basis teknologi baru baik untuk Starfield maupun TES 6.

“Sebagian besar tim pengembangan kami sedang fokus mengerjakan Starfield sekarang, tetapi semua orang mengerjakan semuanya sehingga proyek-proyek tersebut saling terkait.” Ungkap Howard.

“Ada baiknya untuk menganggap The Elder Scrolls 6 masih dalam [fase] desain… tetapi kami terus memerhatikan teknologinya: ‘Apakah (sistem) ini akan mampu menangani hal-hal yang ingin kami lakukan dalam game tersebut?’ Setiap game akan memiliki beberapa rangkaian teknologi baru sehingga Elder Scrolls 6 akan memiliki beberapa tambahan pada Creation Engine 2 yang akan dibutuhkan untuk game tersebut.” Lanjut Howard.

The Elder Scroll 6 sebelumnya diumumkan pada gelaran E3 2018 lalu. Setelah 3 tahun berlalu, hampir tidak ada informasi baru apapun mengenai game ini. Namun keputusan Bethesda tersebut dapat dipahami karena mereka tengah fokus pada pengerjaan Starfield — mengingat Starfield juga telah dinanti oleh para gamer hampir 1 dekade.

Apalagi dengan kegagalan game Bethesda sebelumnya yaitu Fallout 76 serta akusisi Microsoft yang baru saja terjadi, tidak mengejutkan bila Bethesda ingin memperbaiki citra mereka dengan tidak terburu-buru mengeluarkan game baru sebelum benar-benar sempurna.

Kemungkinan besar Bethesda baru akan mulai berfokus pada pengembangan The Elder Scrolls 6 ketika Starfield telah dirilis. Game RPG bertema luar angkasa baru tersebut memang telah mengumumkan perilisannya pada 11 November 2022 mendatang. Berarti, The Elder Scroll 6 kemungkinan baru dirilis antara tahun 2023 hingga 2025.

CEO Epic Games Sebut Google Lakukan Bisnis Tanpa Etika

Kesuksesan Unreal Engine dan juga popularitas Fortnite memang membawa Epic Games menjadi salah satu raksasa baru dalam industri video game. Hal ini tentu dirasakan juga oleh sang CEO Tim Sweeney yang kini menjadi semakin berani untuk memperjuangkan produk-produknya.

Sebelumnya, industri video game dikejutkan dengan perseteruan antara Epic Games melawan Apple yang berlanjut ke meja hijau. Ketika perkara dengan Apple masih menunggu keputusan pengadilan, Tim kelihatannya mengalihkan perhatiannya kepada Google.

Hal ini dilakukan oleh Tim lewat cuitannya di Twitter yang mengutip berita tentang Google melakukan instalasi otomatis aplikasi pelacakan kontak (untuk COVID-19) pada smartphone tanpa seizin penggunanya yang berada di Amerika Serikat.

Seperti yang terjadi sebelumnya dengan Apple, Tim langsung menyerang Google dengan menyebut bahwa para pengguna yang malang diblokir untuk memasang Fortnite lewat Google Play Store. Namun Google malah memasang aplikasi tanpa persetujuan penggunanya.

Tim bahkan menyebut apa yang dilakukan Google tersebut sebagai ‘bisnis tanpa etika’. Cuitan ini pun mendapat dukungan dari para pengikut Tim yang bahkan mendorong sang CEO untuk membuat mobile store mereka sendiri.

Dalam cuitan-cuitan setelahnya, Tim Sweeney juga masih menyerang baik Apple maupun Google. Namun uniknya, ia memberikan apresiasi terhadap Microsoft terutama pada kehadiran Windows 11 dengan mengatakan bahwa “versi 2021 dari Microsoft adalah versi terbaik dari Microsoft yang pernah ada.”

Meskipun tidak menyinggungnya secara langsung, kelihatannya Sweeney memuji Microsoft atas keputusan untuk memperbolehkan para pengembang di store-nya dapat menggunakan sistem pembayaran sendiri dan menyimpan 100% pendapatannya.

Apakah selain untuk menyerang raksasa Google, cuitan-cuitan dari Tim Sweeney ini juga mengindikasikan bahwa mereka tidak akan bekerja sama untuk pasar mobile? Apalagi di cuitannya yang lain, ia me-retweet informasi bahwa Windows 11 akan mendukung aplikasi Android.

Ataukah cuitan ini akan berakhir juga sebagai tuntutan kepada Google ke jalur hukum oleh Epic Games? Apalagi dengan posisinya sekarang, Tim dengan Epic Games memang telah mampu melawan raksasa teknologi yang dianggap merugikan mereka.

Microsoft Luncurkan Windows 11: Segudang Fitur Termasuk Jalankan Aplikasi Android

Sistem operasi PC yang paling banyak dipakai, yaitu Windows 10, saat ini sudah mendapatkan sang penerus. Pasalnya Microsoft pada tanggal 24 Juni 2021 jam 22.00 WIB meluncurkan sistem operasi terbarunya, yaitu Windows 11. Windows 11 nantinya dioptimalkan untuk bekerja, belajar, dan bermain. Tentu saja, Microsoft sendiri menambahkan beberapa fitur ke dalam Windows 11.

“Delapan belas bulan terakhir membawa perubahan luar biasa dalam cara kita menggunakan PC, dari sesuatu yang praktis dan fungsional, menjadi sesuatu yang pribadi dan emosional. Inilah yang menginspirasi kami saat membangun Windows generasi berikutnya, platform yang diandalkan oleh lebih dari satu miliar orang. Dengan Windows 11, kami ingin membangun tempat yang familiar di mana setiap orang dapat berkreasi, belajar, bermain, dan yang terpenting – terhubung dengan cara yang lebih baik,” ujar Panos Panay, Chief Product Officer, Microsoft.

Hal yang paling terlihat dari peluncuran Windows 11 adalah antarmuka yang baru dengan tombol Start dan Taskbar yang didesain di tengah. Dan yang terlihat hilang adalah Live Tiles yang selama ini menjadi bagian dari Start Menu pada Windows 10. Selain itu, Windows 11 juga memiliki fitur Widget yang berisikan kalender, cuaca, dan berita-berita terbaru.

Selanjutnya, Windows 11 juga mengintegrasikan aplikasi penukar pesan teks, video, dan suara yang selama ini sering digunakan dalam bekerja di rumah. Nantinya, semua pengguna Windows 11 akan bisa langsung terhubung satu dengan lainnya menggunakan Microsoft Teams. Jadi, tidak perlu lagi melakukan instalasi saat ingin melakukan panggilan video ke semua platform yang sudah terinstalasikan Teams.

Untuk para gamers, Windows 11 juga menanamkan beberapa fitur baru agar pengguna bisa bermain dengan lebih cepat. Salah satunya adalah hadirnya DirectX 12 Ultimate yang sudah langsung terintegrasi pada Windows 11. DirectX 12 Ultimate sendiri memiliki segudang fitur seperti DirectX Raytracing, Variable Rate Shading, Mesh Shaders, dan Sampler Feedback. Semua ini diklaim akan meningkatkan pengalaman bermain, termasuk framerate-nya.

Windows 11 juga membawa fitur Direct Storage yang selama ini ada pada konsol Xbox. Direct Storage akan membuat loading game lebih cepat serta meningkatkan tingkat detail dari game. Selain itu, Windows 11 juga akan membuat semua penggunanya memiliki fitur High Dynamic Range dengan Auto HDR. Dan terakhir, Windows 11 juga bakal memiliki akses Xbox Game Pass.

Satu lagi yang sangat menggembirakan adalah toko aplikasi pada Windows 11. Windows Store terbaru saat ini telah dibuat ulang oleh Microsoft sehingga memiliki katalog yang lebih bervariasi. Microsoft juga mengklaim bahwa toko terbarunya ini lebih aman dibandingkan yang ada pada Windows 10.

Selain Windows Store, Microsoft juga bekerja sama dengan Amazon untuk menghadirkan Amazon App Store. Amazon App Store berisikan aplikasi-aplikasi Android yang nantinya bisa langsung dijalankan pada Windows 11. Teknologi ini sendiri dibangun dengan kerjasamanya bersama Intel, yaitu dengan teknologi Intel Bridge. Jadi, nantinya semua prosesor termasuk Intel, AMD, dan juga Qualcomm bisa menjalankan aplikasi Android pada Windows 11.

Pada saat peluncuran Windows 11, Microsoft mendemonstarasikan menjalankan aplikasi Android yang saat ini sangat banyak diminati, yaitu Tiktok. Microsoft juga menunjukkan beberapa aplikasi Android pada Windows Store. Namun belum tahu pasti apakah aplikasi yang membutuhkan Google Mobile Service akan berjalan dengan lancar atau tidak. Dan belum diketahui pula apakah kita bisa langsung melakukan instalasi file APK di Windows 11 atau tidak.

Sistem operasi yang satu ini memang membutuhkan spesifikasi komputer yang lebih tinggi dibandingkan dengan Windows 10. Microsoft meminta sebuah komputer yang bakal diinstalasikan Windows 11 memiliki prosesor dengan instruksi 64 bit dan RAM minimal 4 GB. Jadi, nantinya sistem operasi yang bakal ditawarkan oleh Microsoft hanya 64 bit saja. Hal ini tentu membuat beberapa komputer lama yang hanya memiliki RAM 2 GB tidak bisa meneruskan upgrade ke Windows 11.

Lalu bagaimana untuk mengetahui apakah komputer yang kita miliki dapat di-upgrade ke Windows 11 atau tidak? Microsoft juga mengeluarkan sebuah aplikasi yang bisa mendeteksi apakah spesifikasi komputer kita termasuk kategori yang dapat diinstal Windows 11 atau tidak. Jika ingin melakukan pemindaian, nyalakan fitur TPM 2.0 pada BIOS terlebih dahulu.

Sistem operasi yang satu ini nantinya bakal gratis untuk mereka yang menggunakan sistem operasi Windows 10. Namun bagi para OEM, mereka tentu saja masih harus membayar untuk lisensi Windows 11. Harganya sendiri masih belum diinformasikan oleh Microsoft.

Windows 11 nantinya bakal bisa dirasakan pertama kali oleh mereka yang terdaftar pada Windows Insider. Tepatnya tanggal 28 Juni 2021, Windows 11 akan dapat diakses oleh sebagian kecil pengguna ini. Microsoft sendiri mengatakan bahwa Windows 11 akan tersedia pada musim gugur tahun 2021. Musim gugur di Amerika sendiri akan terjadi pada bulan September hingga Desember nanti.