Jakarta Named on the List of Cities with Most Competitive Startup Ecosystem

Indonesia’s Communication and Creative Industry People (MIKTI) with Indonesia’s Creative Economy Agency (Bekraf) stated a total of 1,019 startups made in Indonesia by 2018. Both institutions said Jakarta named into the list of cities with the competitive startup ecosystem in global.

Based on Genome’s Global Startup Ecosystem Report 2019, Jakarta-based startups labeled as “Late-Globalization Phase”, along with 8 other top-tier cities, such as Sydney, Paris, San Diego, and Sao Paulo. This category is only a row under the top startup ecosystem mostly placed in cities as Silicon Valley, New York, Beijing, Singapore, and London.

There are reasons why Genome put Jakarta on the list. One is for the government’s regulation of creating specific acceleration board for stock exchange for startup by Indonesia’s Stock Exchange (IDX) and the rise of incubator and accelerator program in Jakarta.

Head of MIKTI, Joddy Hernady said that this is Indonesia’s first time to include in improving global startup ecosystem. It should brief them of Indonesia’s position on the global map of the digital startup.

“That is why MIKTI provides our data to Genome and meet the current position,” he said.

MIKTI data shows the 529 startups based in Jabodetabek. It makes 52% of the whole country.

Several factors would create a better startup ecosystem in Jakarta. As Joddy speaks one of it is to enter the global market. His observation eyes very lack Indonesian-based startups to make it into the global market besides Gojek.

“We aim for more. The overseas exit is good, IPO cross-country is fine. That is the thing, for our startups to spread,” he added.

Talents are centralized in Jakarta

Bekraf’s Deputy of Infrastructure, Hari Santosa Sungkari explained the rich ecosystem of digital startups in Jakarta can’t be separated from universities in Jabodetabek.

The high concentration of universities around Jakarta has taken the wheel of the startup ecosystem.

“There are 389 universities and some incubators in Jabodetabek. Specifically placed from Jakarta to the west through BSD, there are some in Depok, but mostly in West Jakarta,” he said.

From the current situation, plans have made to build-up the digital startup ecosystem in Bandung, Yogyakarta, and Makassar. Joddy said those cities are as potential as Jakarta for many high-quality universities to drive the ecosystem.

MIKTI’s data says Yogyakarta and Bandung are two cities with most startup population after Jakarta. Such finest technology universities are everywhere as each benchmark.

In order for the ecosystem to not only grow in those three areas, MIKTI is to open online training for an easy way to monitor startup development throughout Indonesia.

“We are making the curriculum, there will be special courses for talent development and the business startup. The incubation will be online and we’re on development,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Jakarta Masuk Daftar Kota dengan Ekosistem Startup Paling Potensial

Masyarakat Industri Kreatif dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) mengemukakan jumlah startup di Indonesia mencapai 1.019 buah pada 2018. Kedua instansi itu mengumumkan bahwa Jakarta masuk ke dalam jajaran kota dengan ekosistem startup yang bersaing secara global.

Berdasarkan Global Startup Ecosystem Report 2019 dari Startup Genome, ekosistem startup di Jakarta dilabeli ‘Late-Globalization Phase’, bersanding dengan 8 kota besar lain seperti Sydney, Paris, San Diego, Sao Paulo. Kategori yang disematkan kepada Jakarta itu hanya satu strip di bawah kategori ekosistem terbaik yang dihuni kota-kota seperti Silicon Valley, New York, Beijing, Singapura, dan London.

Ada beberapa alasan Genome memasukkan nama Jakarta ke dalam daftar tersebut. Contohnya adalah relaksasi peraturan dari pemerintah seperti pembentukan papan akselerasi tempat jual beli saham khusus startup oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan keberadaan inkubator serta akselerator yang sudah cukup mapan di Jakarta.

Ketua Umum MIKTI Joddy Hernady mengatakan ini pertama kalinya Indonesia ikut serta dalam pemeringkatan ekosistem startup global. Pemeringkatan ini membantu mereka memahami posisi Indonesia dalam peta startup digital global.

“Makanya MIKTI memberikan data-data kita ke Genome dan ketemulah posisi ini yang sekarang,” ujar Joddy.

Data MIKTI menunjukkan 529 startup bermukim di Jabodetabek. Ini berarti hampir 52 persen dari totak startup seantero negeri.

Ada sejumlah faktor agar ekosistem startup di Jakarta bisa lebih baik. Joddy menyebut salah satunya adalah akses ke pasar global. Menurutnya masih sangat sedikit startup digital asal Indonesia yang sanggup menembus pasar luar negeri selain Gojek.

“Kita berharap yang seperti itu lebih banyak. Exit-nya bisa di luar, IPO bisa di luar. Itu yang disebut paling top, startup kita bisa ke mana saja,” sambung Joddy.

Talenta Masih Terpusat di Jakarta

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari menjelaskan suburnya ekosistem startup digital di Jakarta salah satunya tak lepas dari banyaknya perguruan tinggi di Jabodetabek.

Konsentrasi perguruan tinggi yang padat di sekitar Jakarta dinilai menggerakkan roda ekosistem startup.

“Ada 389 universitas di Jabodetabek dan beberapa inkubator ada di sana. Kalau mau spesifik Jakarta ke barat lalu BSD itu yang paling banyak walaupun ada juga di Depok, tapi yang paling banyak di Jakarta Barat,” tutur Hari.

Berkaca dari keadaan tersebut, ada rencana memperkuat ekosistem startup digital di Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Joddy menyebut ketiga kota itu punya potensi seperti Jakarta karena memiliki perguruan tinggi berkualitas yang dapat memotori ekosistem.

Dari data MIKTI, Yogyakarta dan Bandung merupakan dua kota yang memiliki jumlah startup terbesar setelah Jakarta. Keberadaan kampus-kampus teknik ternama bisa jadi tolok ukur potensi kedua kota itu.

Agar ekosistem tak berkembang hanya di tiga kota besar tadi, MIKTI berniat membuka pelatihan online untuk memudahkan geliat startup di seluruh kota di Indonesia.

“Kita lagi bikin kurikulumnya, akan ada course untuk pengembangan bakat dan startup itu sendiri. Jadi inkubasinya lewat online dan kita lagi bikin platform itu,” pungkas Joddy.

Produksi Talenta Startup Berkualitas Lebih Cepat Dimulai dari Sekolah

Menarik benang merah peluncuran Database Startup Indonesia, kehadirannya diharapkan tak hanya berperan bagi penentu kebijakan di masa depan, tetapi juga dalam merancang program dan kaitannya menciptakan talenta sesuai dengan kebutuhan industri startup.

Minimnya jumlah talenta telah menjadi isu bagi industri startup di Indonesia beberapa tahun belakangan. Geliat industri startup yang semakin berkembang rupanya tak diimbangi dengan jumlah dan kualitas talenta yang ada.

Menurut Founder dan CEO HAHO Anthonius Andy Permana, ada potensi monopoli talenta dari startup-startup berstatus unicorn. Ia menilai talenta yang bekerja di sini adalah talenta yang memiliki kualitas dan sesuai kebutuhan startup.

“Mau bajak atau hire [talenta], apa harus dari Tokopedia atau Go-Jek?” tanyanya saat sesi tanya-jawab di peluncuran Database Startup Indonesia di Nusa Dua, Bali.

Menjawab hal ini, Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) Joddy Hernady mengakui Indonesia saat ini masih sangat kekurangan talenta. Kalaupun ada, talenta ini dirasa belum mampu memenuhi startup yang kebutuhannya semakin kompleks.

“Riset yang kami lakukan di 2013 mengungkap seperti apa kebutuhan startup. Bukan pendanaan yang ada di urutan pertama, tetapi talenta, terutama di bidang software developer, untuk backend, frontend,” ungkap Jorry ditemui usai peluncuran Database Startup Indonesia di Nusa Dua, Bali.

Menurutnya ada kasus di mana talenta di Indonesia belum dapat menyelesaikan masalah ketika startup melakukan scale up.

“Buat software untuk 100 ribu pengguna dengan jutaan pengguna itu berbeda. Ketika scale up, mereka belum mampu mengatasi masalah itu,” tambahnya.

Sekjen MIKTI Andy Zaki juga menilai bahwa penciptaan talenta berkualitas akan lebih cepat apabila dimulai dari kebutuhan akademis di sekolah maupun perguruan tinggi.

“Suplai dan demand tidak sebanding. Harus banyak. Kualitas talenta juga harus ditingkatkan. Maka itu caranya adalah menambah talenta startup adalah lewat program belajar di sekolah, universitas, ada juga inisiasi dari pemerintah dan stakeholder terkait,” kata Andy.

MIKTI sejak beberapa tahun lalu mulai berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam menciptakan talenta, misalnya program D3 yang output-nya dinilai akan lebih unggul dibandingkan S1 untuk keahlian teknis.

“Database Startup Indonesia” Diresmikan, Siap Jadi Acuan Pengembangan Industri Digital

Indonesia saat ini tengah menikmati pertumbuhan industri digital yang ditandai dari menggeliatnya industri startup. Kini Indonesia tercatat telah memiliki empat startup berstatus unicorn, terbanyak kedua setelah Singapura di kawasan Asia Tenggara.

Sesuai visi Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia, tak cukup hanya mengandalkan sejumlah inisiatif dari para pemangku kepentingan (stakeholder). Ada hal lain yang dapat mendukung hal tersebut, yakni melalui kehadiran database startup yang komprehensif.

Untuk itu, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) didukung Badan Ekonomi Kreatif RI (BEKRAF) meluncurkan Database Startup Indonesia 2018 yang akan menjadi acuan pengembangan industri digital Tanah Air. Peluncuran ini sekaligus dalam rangka perhelatan World Conference on Creative Economy di Nusa Dua, Bali.

Deputi BEKRAF Hari S Sungkari menyebutkan, Database Startup Indonesia 2018 akan memetakan ragam informasi berkaitan dengan kondisi startup. Dalam hal ini, Database Startup Indonesia dapat membantu berbagai pihak, termasuk pemerintah, dalam menentukan kebijakan dan program agar lebih optimal.

Sementara Ketua Umum MIKTI Joddy Hernady menyebutkan, pengumpulan informasi dan proses verifikasi dilakukan seluruhnya oleh tim MIKTI. Verifikasi ini dilakukan untuk memastikan data tersebut valid. Setidaknya hingga saat ini, menurut Joddy, sudah ada 960 startup yang datanya telah dikumpulkan dan diverifikasi.

“Saat ini belum ada acuan [data startup] yang kredibel. Kalaupun ada, itu tidak valid. Nah yang kami lakukan adalah verifikasi seperti mengecek website dan menelepon [pemiliknya], apa masih ada atau tidak. Dengan begini, data menjadi lebih akurat,” tutur Joddy ditemui DailySocial di Nusa Dua, Bali.

Menurut Joddy, Database Startup Indonesia nantinya dapat diakses oleh publik. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan platform sebagai akses yang diperkirakan meluncur pada 10 Desember mendatang.

Perumusan kebijakan dan program lebih optimal

Database Startup Indonesia akan menampilkan ragam informasi kredibel dan valid mengenai startup, mulai dari profil perusahaan, hingga pendanaan yang diterima. Joddy menyebut data tersebut akan sangat berguna bagi para stakeholder dalam merumuskan kebijakan dan program.

“Misalnya, saat ini startup paling banyak di sektor e-commerce. Nah, kami justru bisa dorong ke sektor lain yang lebih prospek, berapa pendanaan yang diperlukan. Kan e-commerce sudah banyak,” tuturnya.

Dari data terverifikasi MIKTI yang diterima DailySocial, hingga saat ini sektor e-commerce mendominasi jumlah startup di Indonesia sebanyak 353 (36,84%), diikuti 53 startup fintech (5,52%), 21 startup game (2,19%), dan 535 startup di bidang lain (55,67%).

Data lainnya mencatat sudah ada 530 startup (55,15%) yang menjadi PT, namun ada 66 startup (6,87%) masih berbadan usaha CV, 92 startup (9,57%) belum berbadan usaha, dan sisanya 272 startup (28,41%) belum diketahui badan usahanya.

Selain itu, lanjut Joddy, data ini dapat menarik lebih banyak investor untuk menyuntik modalnya di sini. Pihaknya juga berencana untuk menampilkan data penjualan startup yang selama ini masih bersifat tertutup untuk publik.

“Data penjualan kan penting sekali ya, tapi startup memang belum mau publikasi itu. Kami akan coba encourage mereka secara bertahap agar mau [menampilkan data penjualannya].”

Indigo Fellowship 2012 Officially Launched

Located at Bandung Digital Valley, last Friday, Telkom Group, along with MIKTI, officially launched Indigo Fellowship 2012 program which enter its fifth year of implementation.

Bringing the theme “For Brighter Digital Creativepreneur”, this year’s Indigo Fellowshop will focus on growing entrepreneurs. As described by Hari S. Sungkari – chairman of the judges, this is what distinguishes the event from last year’s event. The theme will also affect the assessment process to determine the winner.

12 winners will be selected for the Indigo 2012, with 3 winners for each 4 different categories. Contested categories are Application & Content for Tourism, Health, Education; Comic, Animation, Social Games; Short Movie & Video Clip and Digital Radio. With a special note: the latter category is a special award given by Telkom Group to Suararadio.com.

As written in a press release, the assessment will be focused on the 4Ps, namely Products – originality and quality of item, including its readiness to enter the market, Profitability – clarity of business model, readiness of marketing strategy, business development and financial planning, then Personality & Team – character of individual and team skills, things needed to be a tough digitalpreneur, and the last is Prospect to Collaborate – the prospect for collaboration with Telkom Group, adjusted to Telkom Group’s overall strategy.

Continue reading Indigo Fellowship 2012 Officially Launched

Indigo Fellowship 2012 Resmi Diluncurkan

Bertempat di Bandung Digital Valley, hari Jumat kemarin, Telkom Group bersama dengan MIKTI secara resmi meluncurkan program Indigo Fellowship 2012, yang tahun ini memasuki tahun penyelenggaraannya yang kelima.

Dengan tema “For Brighter Digital Creativepreneur” Indigo Fellowship tahun ini akan berfokus pada menumbuhkan para wirausahawan. Seperti yang dijelaskan oleh Hari S. Sungkari – ketua dewan juri, hal inilah yang membedakannya dengan Indigo tahun lalu. Tema ini juga akan mempengaruhi proses penilaian untuk menentukan pemenang.

Ada 12 pemenang yang akan dipilih untuk Indigo tahun 2012 ini dengan masing-masing 3 pemenang untuk 4 kategori berbeda. Kategori yang dilombakan antara lain Application & Content for Tourism, Health, Education; Comic, Animation, Social Game; Short Movie & Video Clip dan Digital Radio. Dengan catatan, khusus kategori yang terakhir merupakan penghargan khusus yang diberikan Telkom Group kepada Suararadio.com.

Continue reading Indigo Fellowship 2012 Resmi Diluncurkan

Winners of MIKTI and Square-Enix Game Ideas Competition

MIKTI announced winners of game ideas competition for mobile phones (Android) in collaboration with Square-Enix. MIKTI-Square Enix Game Idea Competition 2011 was held at the end of last year and its selection made since September 2011. DailySocial had attended the promotional event of this competiton at ITB in August last year.

After the selection period, judging and announcement of 10 finalists, finally 3 winners were selected and officially announced. In a press release on MIKTI’s official site, the announcement actually had been done in March but apparently the press release was not made available on MIKTI’s official website until April.

The three winners are Whizzy Wazzy (Manticore Studio) as the champion, Beat The Flooder! (Hendri Kusuma Firdaus) as runner up and Buzway Bhablass! (Manticore Studio) as second runner up. The winners will receive prizes totaling US$3,000.

Continue reading Winners of MIKTI and Square-Enix Game Ideas Competition

Pemenang Kompetisi Ide Game dari MIKTI dan Square-Enix

MIKTI mengumumkan pemenang utama kompetisi ide game untuk ponsel (Android) yang bekerja sama dengan Square-Enix. MIKTI-Square Enix Game Idea Competition 2011 ini diselenggarakan akhir tahun lalu, seleksinya dilakukan sejak September 2011. DailySocial juga sempat hadir di acara promosi kompetisi ini di ITB bulan Agustus tahun lalu.

Setelah masa seleksi, penjurian dan pengumuman 10 finalis akhirnya dipilihlah 3 pemenang utama dan resmi diumumkan. Dari rilis yang tercantum di situs resmi MIKTI, sebenarnya pengumuman ini telah dilakukan sejak akhir Maret lalu, namun sepertinya pemuatan rilis pers di situs resmi MIKTI baru dilakukan bulan April. Ketiga pemenang utama tersebut adalah Whizzy Wazzy (Manticore Studio) sebagai juara pertama, Beat The Flooder! (Hendri Kusuma Firdaus) sebagai juara ke dua, dan Busway Bhablass! (Manticore Studio) sebagai juara ke tiga. Para pemenang ini akan mendapatkan hadiah total US$ 3000.

Continue reading Pemenang Kompetisi Ide Game dari MIKTI dan Square-Enix

Event Report : Gamelan Meetup Presented Square Enix

Some months ago, Gamelan – Yogyakarta Startup GameDev Community held their first meetup. This event was very rousing. Last Friday, on August 12th 2011, they held their second meetup at Humaniora Room, University Club UGM.

Participant were very enthusiastic. The impressive thing is that most of them came from other cities, far from Yogyakarta such as Salatiga and Surabaya.

Why did they come to this event? They didn’t only want to attend to this event but also wanted to meet some people from Square Enix – the Final Fantasy game maker. The Square Enix staff members coming to this event were Takashi Tokita – Producer, Mobie Division Senior Manager, Sachiko Takahashi – Bussiness Corporate Planning Division, and Hayato Sawada – Project Investment Manager Division.

Continue reading Event Report : Gamelan Meetup Presented Square Enix

Event Report: GameLan Meetup Mendatangkan Beberapa Orang Dari Square Enix

Beberapa bulan yang lalu GameLan – Komunitas Startup GameDev Yogyakarta mengadakan meetup pertama mereka yang cukup meriah, kini mereka masuk ke meetup kedua yang telah diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 12 Agustus 2011 kemarin, bertempat di Ruang Humaniora – University Club UGM.

Antusiasme peserta yang datang cukup meriah, dan yang membuat salut adalah hampir kebanyakan peserta berasal dari luar Yogyakarta yang jaraknya cukup jauh, mereka berasal dari Salatiga dan Surabaya.

Mengapa mereka rela jauh untuk datang ke GameLan meetup kali ini? Ya, tentunya selain present di acara ini mereka ingin bertemu dengan beberapa orang dari perusahaan pembuat game Final Fantasy yaitu Square Enix. Beberapa orang Square Enix yang datang adalah Takashi Tokita – Producer, Senior Manager Mobile Division, Sachiko Takahashi – Bussiness Corporate Planning Division dan Hayato Sawada – Project Investment Manager Division.

Continue reading Event Report: GameLan Meetup Mendatangkan Beberapa Orang Dari Square Enix