Volvo Siap Luncurkan Mobil Elektrik Perdananya Tahun Depan

Di luar Tesla, Volvo merupakan salah satu produsen mobil konvensional yang cukup agresif dalam menerapkan teknologi baru. Oleh karena itu, tidak terlalu mengejutkan apabila pabrikan asal Swedia yang kini merupakan anak perusahaan Geely itu berniat meluncurkan mobil elektrik perdananya sesegera tahun depan.

Berdasarkan informasi yang didapat Autocar, mobil ini merupakan kelanjutan dari Volvo Concept 40.2 yang diperkenalkan dua tahun silam. Kendati demikian, bentuknya akan lebih menjurus ke hatchback ketimbang sedan murni seperti konsepnya.

Volvo Concept 40.2

Desainnya bakal mengikuti gaya yang diadopsi Volvo Concept 40.1, yang pada akhirnya diteruskan menjadi Volvo XC40. Secara garis besar, arsitektur modular nan ringkas yang Volvo perkenalkan bersama konsepnya bakal menjadi rujukan utama dalam pengembangan mobil elektrik ini.

Petinggi divisi riset dan pengembangan Volvo, Henrik Green, mengatakan bahwa mobil ini nantinya bakal memiliki jarak tempuh sejauh 500 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini setara dengan yang ditawarkan mobil elektrik perdana VW, yang rencananya bakal menjalani debut pada tahun 2020.

Volvo Concept 40.2

Yang cukup menarik adalah rencana Volvo untuk menerapkan semacam sistem modular guna memenuhi permintaan konsumen dari berbagai kalangan. Modular maksudnya dalam artian konfigurasi motor elektrik dan baterai yang bervariasi, sehingga diharapkan tidak ada kalangan konsumen yang merasa terlupakan.

Kapan pastinya di tahun 2019 mobil elektrik perdana Volvo ini akan meluncur masih tanda tanya. Di sisi lain, Volvo juga sudah punya rencana untuk merilis XC40 versi elektrik, yang bakal menjadi mobil elektrik kedua mereka nantinya.

Sumber: Autocar.

Rinspeed Snap Adalah Mobil Konsep Modular dari Masa Depan

Rinspeed bukanlah nama asing dalam bidang pengembangan mobil konsep. Dari tahun ke tahun, pakar modifikasi asal Swiss itu dikenal berani menggagaskan berbagai imajinasi liarnya, mulai dari mobil berjiwa kapal selam sampai mobil hybrid berteknologi autopilot yang dilengkapi drone sebagai asistennya.

Konsep terbarunya tidak kalah ‘gila’. Dijuluki Rinspeed Snap, mobil ini sejatinya ingin menunjukkan kira-kira seperti apa mobilitas urban di generasi mendatang, tepatnya ketika teknologi kemudi otomatis sudah benar-benar matang dan mobil tak lagi membutuhkan setir maupun pedal rem dan gas.

Rinspeed Snap

Secara mendasar, Snap merupakan mobil modular yang terbagi menjadi dua komponen, yang bisa dilepas-pasang demi menyesuaikan kebutuhan penumpang. Kabin milik Snap sejatinya duduk di atas skateboard elektrik raksasa yang mengemas sistem kemudi otomatis.

Ketika skateboard-nya ini sudah mulai berumur, konsumen tinggal membeli yang baru dan memasangnya kembali. Jadi teorinya, konsumen bisa memperpanjang siklus hidup Snap tanpa harus membeli satu unit baru secara utuh.

Di saat yang sama, bagian kabinnya juga bisa diganti sesuai keperluan, entah untuk mengangkut penumpang atau barang, atau ketika konsumen sekadar bosan dengan desain interiornya yang sudah mulai termakan usia – meski untuk sekarang penampakan kabinnya serasa berasal dari film-film sci-fi.

Rinspeed Snap

Rinspeed juga membayangkan skenario di mana konsumen hanya perlu memiliki bagian kabinnya. Lalu saat hendak pergi, mereka tinggal memesan bagian skateboard-nya melalui layanan macam Uber. Sekali lagi secara teori dapat menghemat pengeluaran konsumen karena tidak diharuskan membeli unit mobil secara utuh.

Semua ini memang terkesan sangat jauh dari kemungkinan untuk merealisasikannya dalam waktu dekat. Namun setidaknya Rinspeed berencana memamerkan Snap pada ajang CES 2018 bulan depan, dan untuk sekarang mereka sudah punya video yang menjelaskan ide gilanya yang satu ini.

Sumber: Engadget dan Rinspeed.

SUV Elektrik NIO ES8 Dari Tiongkok Siap Tandingi Tesla Model X

Didirikan tiga tahun lalu oleh William Li, NIO (dahulu dikenal sebagai NextEV) memulai bisnisnya di ranah otomotif dengan berpartisipasi dalam kejuaraan Formula E serta pengembangan EP9, supercar dua kursi bermesin elektrik yang menyimpan 1.341-tenaga kuda. Tentu saja, NIO juga punya niatan untuk menghadirkan teknologi tersebut ke kendaraan kelas konsumen.

Setelah memamerkan konsepnya di Shanghai Motor Show 2017 bulan April lalu, perusahaan otomotif asal Tiongkok itu akhirnya resmi meluncurkan SUV elektrik pertama mereka, NIO ES8. Melihat dari penyajiannya, kendaraan ini tampaknya disiapkan untuk menghalau manuver Tesla Model X di China – berbekal desain yang atraktif, performa menjanjikan, serta harga yang lebih terjangkau.

NIO ES8 1

Sekilas, penampilan NIO ES8 terlihat seperti Nissan Murano, namun Anda akan segera melihat perbedaan pada lekukan di tubuhnya. Wujudnya cukup atraktif: garis dan grille di area depan, lubang lampunya yang tipis, lalu lampu rem melengkung di belakang betul-betul menonjolkan kesan futuristis. Tubuh dan chassis-nya terbuat dari aluminium, lalu Anda disuguhkan tujuh kursi, sistem all-wheel drive, serta sistem infotainment lengkap dengan dua LCD dan layar sentuh raksasa di tengah.

NIO ES8 4

ES8 juga dibekali sistem NIO Pilot, diotaki oleh chip Mobileye EyeQ4. Chip in tersambung ke lima kamera, 12 sensor ultrasonic dan lima radar; memungkinkan kendaraan memperoleh fitur adaptive cruise control, rem darurat otomatis, fitur peringatan saat keluar lajur, hingga mampu mendeteksi area-area di titik buta. Selain itu, NIO punya rencana untuk membubuhkan AI bernama NOMI – kecerdasan buatan ini memanfaatkan sistem cloud computing agar pengemudi dapat mengakses fitur ES8 secara interaktif.

NIO ES8 2

Kendaraan ini ditenagai oleh sepasang motor elektrik, ditempatkan di dua rodanya. Jika dijumlahkan, kedua mesin tersebut mampu menghasilkan tenaga sebesar 480kW atau kurang lebih 644-tenaga kuda. Berbekal motor ini, NIO ES8 mampu melaju dari nol ke 100-kilometer per jam dalam 4,4 detik. Baterai bersistem swap-nya memberikan ES8 kesanggupan untuk menempuh jarak 355-kilometer, dan kabarnya, pak baterai bisa diisi penuh selama tiga menit saja. Lalu via metode home charging, mobil dijanjikan dapat melintas sejauh 100km cukup dengan men-charge selama 10 menit.

NIO ES8 3

NIO punya agenda buat memulai produksi ES8 tahun depan, akan dijajakan di harga 448 ribu yuan atau sekitar US$ 68 ribu. Angka ini hanya separuh dari harga Tesla Model X di Tiongkok. Berdasarkan informasi dari The Verge, ES8 juga akan memperoleh subsidi, membuat harganya merosot lagi sekitar US$ 6 ribu.

Via Tech Crunch.

VW Bakal Pasarkan SUV Elektrik Pertamanya di Tahun 2020

Agustus lalu, VW mengumumkan bahwa reinkarnasi modern Kombi yang bermesin elektrik bakal melenggang ke showroom mulai tahun 2022. Namun sebelum van ikonik itu terlahir kembali, akan ada SUV elektrik yang mengaspal lebih dulu di tahun 2020.

Sepintas mobil bernama VW I.D. Crozz ini terdengar seperti rival potensial Tesla Model X, namun bukan itu sebenarnya tujuan yang hendak dicapai VW. Sesuai dengan makna nama Volkswagen sendiri, pabrikan asal Jerman tersebut ingin mobil elektrik bisa merakyat ke depannya.

VW I.D. Crozz

Performa mobil berpenggerak empat roda (4WD) ini tidaklah sefenomenal Model X, dengan dua motor elektrik yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 302 hp. Kendati demikian, efisiensinya cukup mengagumkan, sanggup menempuh jarak hingga 480 kilometer sebelum baterai berkapasitas 83 kWh-nya perlu diisi ulang.

Baterainya yang disebar di bagian dasar mobil guna menyeimbangkan distribusi berat ini juga bisa dicas dengan cepat. VW bilang bahwa kalau menggunakan charger berkapasitas 150 kWh, baterainya bisa terisi sampai 80 persen kapasitasnya dalam waktu 30 menit saja.

VW I.D. Crozz

Sebagai SUV yang dimensinya cukup mirip dengan VW Tiguan, kabin I.D. Crozz terbilang cukup luas. Hal ini semakin menonjol berkat pintu depan yang dapat terbuka hingga 90 derajat, serta pintu tengah bertipe geser.

Kabinnya sendiri mengawinkan filosofi minimalis dan futuristis. VW tidak lupa menyematkan sistem kemudi otomatis I.D. Pilot, yang diperkirakan bakal beroperasi mulai tahun 2025. Saat aktif, lingkar kemudi mobil akan ditarik masuk ke dashboard dengan sendirinya, lalu pencahayaan di kabin akan berganti warna sebagai indikator.

VW I.D. Crozz

VW bilang bahwa I.D. Pilot dapat diaktifkan menggunakan perintah suara, dan sistem ini mengandalkan perpaduan empat pemindai laser yang akan muncul di bagian atap, sejumlah sensor ultrasonik, radar, serta beberapa kamera di bagian samping dan depan.

Sejauh ini VW belum mengungkapkan banderol untuk I.D. Crozz, namun mereka cukup yakin bisa menekan harganya berkat kemampuannya memproduksi dalam skala besar. Sekali lagi seperti yang saya bilang, sesuai dengan makna harfiah Volkswagen yang berarti “mobil rakyat”.

Sumber: Volkswagen dan Green Car Reports.

Tesla Roadster Generasi Kedua Adalah Mobil Produksi Tercepat di Dunia

Selain memperkenalkan truk elektrik bernama Semi, Tesla dalam kesempatan yang sama juga mengungkap suksesor dari mobil pertamanya, Roadster. Pengumuman ini terbilang mengejutkan mengingat Roadster orisinil yang diluncurkan pertama kali di tahun 2008 dimaksudkan sebagai pembuktian oleh Tesla bahwa mobil elektrik tidak selamanya jelek dan lamban – Tesla sudah tidak perlu membuktikannya lagi.

Setelah berhenti memproduksi Roadster di tahun 2012, Tesla mulai mengalihkan fokusnya ke Model S, yang bisa dibilang merupakan produk yang berhasil mengangkat nama Tesla ke titik ini. Dari situ rupanya tidak sedikit konsumen yang berharap Tesla bakal mengembangkan suksesor Roadster, dan harapan mereka pun akhirnya terkabul.

Tesla Roadster 2

Tesla Roadster generasi kedua mengadopsi desain yang lebih futuristis. Masih berwujud convertible dengan atap kaca yang dapat dibuka-tutup, Roadster pantas menyandang gelar supercar meski dilihat dari sudut manapun. Dan sebagai supercar, ia tentunya harus memiliki performa di atas rata-rata.

Pada kenyataannya, Roadster generasi baru ini diklaim sebagai mobil produksi tercepat yang pernah ada. 0 – 100 km/jam ia lahap dalam waktu 1,9 detik saja, menjadikannya lebih cepat dari kebanyakan mobil Formula 1 sekaligus mobil produksi pertama yang mampu menembus angka di bawah 2 detik perihal akselerasi.

Tesla Roadster 2

Sebagai perspektif, Tesla Model S saja sebenarnya sudah bisa mengalahkan berbagai model Ferrari dan Lamborghini untuk urusan akselerasi. Jadi bisa Anda bayangkan sendiri segila apa tarikan Roadster baru ini.

Kecepatan maksimumnya melebihi angka 400 km/jam, hampir menyamai Bugatti Chiron. Semua ini berkat tiga motor elektrik (satu di depan dan dua di belakang) yang sanggup menghasilkan torsi sebesar 10.000 Nm.

Tesla Roadster 2

Performanya gila, efisiensi dayanya lebih gila lagi. Tesla membenamkan baterai berkapasitas 200 kWh pada mobil berpenggerak empat roda ini. Alhasil, dalam satu kali charge ia mampu menempuh jarak 1.000 kilometer. CEO Tesla, Elon Musk, bilang bahwa ini pertama kalinya mobil produksi bisa menempuh jarak sejauh itu.

Yang cukup unik, Roadster yang berpintu dua ini rupanya mengemas dua jok ekstra berukuran kecil di belakang. Lalu mengingat tidak ada mesin yang menghuni salah satu kapnya, Roadster unggul dalam hal akomodasi kargo dibanding supercar lainnya.

Tesla rencananya bakal mulai memproduksi Roadster generasi kedua ini mulai tahun 2020. Harganya dipatok $200.000, dan konsumen yang tertarik memesan harus membayar $50.000 di muka. Buat yang sudah benar-benar tidak sabar dan ingin menjadi salah satu dari seribu pemilik pertama Roadster baru, mereka bisa mengeluarkan biaya sebesar $250.000 sekaligus membayarnya di muka.

Sumber: Wired dan Tesla.

Tesla Resmi Perkenalkan Truk Bermesin Elektriknya, Semi

Sempat mundur dari jadwal peluncuran aslinya, truk bermesin elektrik perdana Tesla akhirnya resmi diperkenalkan. Daimler boleh mencuri start dengan E-Fuso Vision One, akan tetapi truk bernama Tesla Semi ini masih menyimpan sejumlah kejutan untuk menciptakan daya tarik tersendiri.

Yang pertama tentu saja adalah desainnya. Eksterior Tesla Semi tampak seperti truk yang ada di film-film sci-fi. Serat karbon menjadi material yang mendominasi, dan Tesla mengklaim bahwa aerodinamika Semi bahkan lebih baik ketimbang sejumlah mobil sport. Ini penting demi memaksimalkan efisiensi energi.

Tesla Semi

Memasuki kabinnya, Anda bakal disambut oleh pemandangan yang tidak biasa. Joknya diposisikan di tengah, persis seperti supercar McLaren F1. Sepasang layar sentuh 15 inci mengapit lingkar kemudi, dan dari sinilah pengemudi bisa mengendalikan beragam fungsinya – sama kasusnya seperti di Tesla Model 3 – mulai dari mengakses panduan navigasi sampai urusan pendataan.

Berkat moncong depan yang vertikal, pengemudi Tesla Semi bisa langsung melihat jalanan dari atas jok tanpa kesulitan. Di belakang jok utamanya terdapat satu jok ekstra yang bisa dilipat ketika sedang tidak digunakan. Penumpang lain pun juga bisa berdiri di dalam kabin mengingat tinggi Semi mencapai 2 meter.

Tesla Semi

Mengingat ini Tesla yang kita bicarakan, performa dan efisiensi energi adalah aspek lain yang patut mendapat sorotan. Berbekal empat motor elektrik yang diestimasikan sanggup menyemburkan daya sebesar 1.000 hp, Semi mencatatkan waktu 5 detik saja untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari posisi berhenti.

Lalu ketika sedang menggotong kargo seberat 36 ton, Semi masih bisa mencatatkan waktu 20 detik untuk 0 – 100 km/jam. Sebagai perbandingan, Daimler sama sekali tidak mengungkapkan akselerasi ataupun metrik performa lain saat memperkenalkan truk elektriknya.

Tesla Semi

Soal baterai, Tesla tidak merincikan berapa besar kapasitasnya, namun yang pasti modul baterai ini mengambil ruang setinggi hampir satu meter dari roda depan sampai roda belakangnya. Dalam satu kali charge, Semi diestimasikan bisa menempuh jarak sejauh 800 kilometer.

Lebih istimewa lagi, charging selama 30 menit bisa menyuplai daya yang cukup untuk menempuh jarak 640 km. Tesla menyebut teknologi ini dengan istilah Megacharger, mengindikasikan superioritasnya dibandingkan Supercharger yang diadopsi Model S dan Model X.

Tesla Semi

Tesla tidak lupa menyematkan sistem Enhanced Autopilot sebagai opsi standar pada setiap unit Semi. Dengan memanfaatkan radar, kamera dan sederet sensor lainnya, Semi siap mengemudikan dirinya sendiri selagi melintasi jalan tol – belum sepenuhnya otomatis, tapi pasti sangat membantu mengingat rute truk kelas berat umumnya banyak melibatkan jalan bebas hambatan.

Kapan truk ini bakal mengaspal? Tesla berjanji akan memulai tahap produksi massalnya pada tahun 2019. Banderol harganya masih belum diketahui, tapi konsumen yang tertarik bisa membayar biaya reservasi sebesar $5.000 mulai sekarang.

Sumber: Wired dan Tesla.

Truk Sudah, Daimler Kini Pamerkan Bus Sekolah Elektrik

Bulan lalu, Daimler mencuri start dari Tesla dengan mengungkap prototipe truk bermesin elektrik perdananya, E-Fuso Vision One. Namun korporasi asal Jerman itu tampaknya belum puas memangkas emisi karbon hanya dengan satu kendaraan besar saja. Truk sudah, kini giliran bus yang dielektrifikasi.

Yang unik adalah, bus ini bukan sembarang bus, melainkan bus sekolah yang diproduksi oleh anak perusahaan Daimler, Thomas Built Buses. Dinamai Jouley, penampilannya tidak jauh berbeda dari bus sekolah pada umumnya, tapi ketika Anda buka kap mesinnya, Anda hanya akan menemukan kekosongan.

Berbekal baterai berkapasitas 100 – 160 kWh, Jouley sanggup menempuh jarak sejauh 160 km selagi menggotong 81 murid sekolah dalam satu kali charge. Andai diperlukan, pihak operator bisa meningkatkan jarak tempuhnya dengan menambahkan baterai ekstra.

Thomas Built Buses Jouley

Lebih istimewa lagi, Thomas Built Buses membayangkan ke depannya bus ini bisa berperan sebagai generator listrik dadakan ketika jaringan listrik di sekolah mengalami kendala. Untuk sekarang, setidaknya semua murid yang menumpang di dalamnya bisa mengisi ulang ponsel ataupun laptop-nya lewat deretan port USB yang tersedia.

Elektrifikasi merupakan topik penting dalam perkembangan terkini industri otomotif. Bus sekolah merupakan kandidat yang sangat ideal untuk menjalani proses elektrifikasi, mengingat kendaraan tersebut umumnya hanya menempuh rute yang pendek dan punya waktu berhenti yang cukup lama untuk diisi ulang baterainya.

Selain Thomas Built Buses dengan bus sekolahnya, anak perusahaan lain Daimler baru-baru ini juga mengumumkan bahwa mereka bakal segera memulai tahap produksi bus elektriknya. Siapa lagi kalau bukan Mercedes-Benz dengan salah satu model bus terlarisnya, Citaro?

Sumber: Engadget dan Thomas Built Buses.

Bermesin Elektrik, Navya Autonom Cab Adalah Taksi Tanpa Sopir dengan Layanan Mirip Uber

Ada sebuah minivan unik yang lalu-lalang di jalanan kota Paris pada tanggal 7 November kemarin. Unik karena minivan tersebut hanya diisi oleh penumpang saja. Jangankan sopir, kokpit berisikan lingkar kemudi serta pedal gas dan rem pun sama sekali tidak kelihatan di minivan tersebut.

Minivan yang dimaksud adalah Autonom Cab hasil karya spesialis teknologi kemudi otomatis asal Perancis bernama Navya. Mereka melihat kendaraan bermesin elektrik murni ini sebagai solusi atas berbagai tantangan yang muncul terkait mobilitas urban di era modern.

Navya Autonom Cab

Kabinnya sanggup mengakomodasi hingga enam penumpang yang duduk saling berhadapan, dan seperti yang saya bilang, Navya tidak menyisakan ruang di depan untuk ditempati oleh pengemudi. Deretan sensor – 10 Lidar, 6 kamera, 4 radar, 2 antena GNSS dan 1 inertial measurement unit (IMU) – memungkinkan Autonom Cab untuk bernavigasi di kawasan urban dengan sendirinya.

Navya memutuskan untuk mengembangkan sistem pemetaannya sendiri yang komprehensif sekaligus presisi untuk digunakan pada Autonom Cab. Kecepatan maksimumnya diklaim mampu mencapai angka nyaris 90 km/jam, namun kecepatan rata-ratanya hanya berkisar 50 km/jam ketika berada di kawasan padat penduduk.

Navya Autonom Cab

Label “Cab” pada namanya sendiri mengindikasikan penggunaannya sebagai transportasi umum, atau lebih tepatnya taksi. Di sini Navya memilih cara kerja yang serupa dengan Uber maupun transportasi online lainnya: pengguna tinggal membuka aplikasi dan memesan Autonom Cab, hanya saja di sini tidak akan ada seorang sopir yang menyambut pengguna layanan.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Navya Autonom Cab beserta layanan on-demand-nya bakal mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2018. Tentu saja keberadaannya juga sangat bergantung pada lampu hijau regulasi setempat.

Sumber: Business Wire.

Honda Ungkap Konsep Mobil Elektrik Berwajah Klasik

Dalam event otomotif yang dihelat di kampung halamannya, Honda memperkenalkan sebuah mobil konsep bermesin elektrik yang sangat menarik. Dijuluki Sports EV Concept, desainnya banyak menggabungkan elemen retro dan modern, dan sepintas layak disebut sebagai reinkarnasi futuristis dari Honda 1300 Coupe.

Ini sebenarnya bukan pertama kali Honda mengungkap konsep mobil elektrik berwajah klasik. Baru bulan September kemarin, tepatnya di ajang Frankfurt Motor Show, mereka memperkenalkan Urban EV Concept, yang sepintas tampak senada dengan Sports EV ini, hanya saja dengan model hatchback ketimbang coupe.

Honda Sports EV Concept

Meski mungkin belum sekelas Tesla untuk urusan mobil elektrik, Honda sebenarnya sudah cukup familier dengan teknologi ini, terbukti dari mobil sport NSX versi hybrid yang sempat dirilis tahun lalu. Namun tentu saja, hingga detik ini sang pabrikan masih belum mempunyai mobil bermesin elektrik murni.

Honda sendiri sejauh ini masih bungkam soal spesifikasi dari Urban EV maupun Sports EV. Sejumlah rumor yang berhembus menyebutkan bahwa Urban EV yang dimaksudkan untuk jalanan dalam kota mampu menempuh jarak 240 km dalam satu kali charge.

Hal ini membuat kita berasumsi kalau Sports EV menawarkan jarak tempuh yang lebih jauh, apalagi kalau melihat video promosinya di bawah yang menunjukkan sang mobil sedang melaju di jalur lintas kota. Label “Sports” sendiri menurut saya juga bisa menjadi indikasi bahwa akselerasinya lebih superior ketimbang Urban EV.

Honda Sports EV Concept

Selain mengandalkan motor elektrik, kedua mobil konsep ini juga bakal mengunggulkan sistem asisten virtual berbasis kecerdasan buatan yang akan “menciptakan komunikasi yang menyatukan pengemudi dan mobil”. Sayang Honda masih enggan menjelaskannya lebih lanjut secara merinci.

Honda juga belum menyinggung soal realisasi Sports EV menjadi mobil produksi ke depannya. Kendati demikian, mereka telah mengonfirmasi bahwa Urban EV akan dilanjutkan sampai ke tahap produksi mulai tahun 2019 mendatang, sekaligus menjadi anggota pertama dari keluarga mobil elektrik besutan Honda.

Sumber: Wired dan Honda.

Daimler Pamerkan Prototipe Truk Bermesin Elektrik, E-Fuso Vision One

November mendatang, Tesla dikabarkan bakal mengungkap prototipe truk elektrik bernama Semi berdasarkan janji Elon Musk sendiri. Namun sebelum itu terjadi, Daimler selaku pemegang saham terbesar brand truk Mitsubishi Fuso tampaknya sudah gatal untuk mencuri start.

Di ajang Tokyo Motor Show, korporasi asal Jerman itu pun memperkenalkan E-Fuso Vision One, sebuah prototipe truk kelas berat bermesin elektrik. E-Fuso diklaim sanggup menempuh jarak sejauh 350 kilometer selagi mengangkut kargo seberat 11 ton sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Menurut Daimler, selisih kapasitas angkut E-Fuso hanya terpaut 2 ton saja dibanding model yang setara yang bermesin diesel. Hal ini dikarenakan E-Fuso juga harus menggotong modul baterai berkapasitas 300 kWh dengan bobot yang pastinya tidak ringan. Sebagai perspektif, baterai 85 kWh yang tertanam pada Tesla Model S memiliki bobot sekitar 540 kg.

E-Fuso Vision One

Selain mendahului Tesla, Daimler pada dasarnya juga ingin membuktikan bahwa pabrikan lain pun sanggup menciptakan truk elektrik dengan efisiensi dan jarak tempuh yang tak kalah dari Tesla Semi. Truk elektrik garapan Tesla itu sendiri diklaim mampu menempuh jarak sekitar 320 sampai 480 km, tergantung jumlah kargo yang dibawanya.

Tentu saja kita masih harus menunggu pengumuman resmi dari Tesla untuk bisa membandingkan keduanya. Perlu dicatat juga, Tesla dilaporkan berniat menyisipkan kapabilitas kemudi otomatis pada truk elektriknya nanti. Elemen ini cukup krusial mengingat jalur yang ditempuh truk kelas berat biasanya banyak melibatkan jalan bebas hambatan.

Daimler sejauh ini belum mengumumkan estimasi harga untuk E-Fuso. Namun demikian, baik Daimler dan Tesla sama-sama masih membutuhkan beberapa tahun untuk bisa mengaspalkan truk elektriknya masing-masing selagi menunggu lampu hijau regulasi dan kesiapan infrastruktur.

Sumber: Bloomberg dan Daimler.