Tesla Model 3 Murni Andalkan Layar Sentuh untuk Mengendalikan Beragam Fungsinya

Tesla Model 3 bisa jadi merupakan mobil elektrik paling minimalis yang pernah dibuat Elon Musk dkk. Bukan karena harganya lebih murah dan fitur-fiturnya lebih terbatas dibanding Model S, tapi karena hampir semua fungsinya dikendalikan secara digital.

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, dashboard Model 3 benar-benar cuma dihuni oleh layar sentuh 15 inci. Model S dan Model X memang juga dilengkapi layar sentuh besar, tapi setidaknya kedua mobil itu masih punya panel instrumen di balik setir.

Tombol dan tuas merupakan pemandangan langka di kabin Model 3. Bahkan untuk membuka laci dashboard-nya saja pengemudi harus melakukannya lewat layar sentuh tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk mengaktifkan wiper, sistem pendingin dan masih banyak lagi.

Tentunya Tesla harus menciptakan user interface yang intuitif untuk bisa menggantikan peran tombol dan tuas konvensional. Dalam video di bawah yang diambil di salah satu showroom Tesla, kita bisa melihat seperti apa cara kerja layar sentuh masif milik Model 3.

Tampilannya dibagi menjadi dua: sebelah kiri yang lebih kecil menampilkan indikator gigi, baterai, serta tombol untuk mengaktifkan wiper di bawah; sedangkan sebelah kanannya bersifat dinamis dan berubah-ubah mulai dari panduan navigasi, pemutar musik sampai menu pengaturan, sesuai dengan tab yang aktif di bagian bawah layar.

Karena berbasis software, ke depannya fungsionalitasnya dapat ditambah atau ditingkatkan dengan mudah melalui update. Di sisi lain, karena berbasis software, pengguna mungkin butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi – bahkan karyawan Tesla sendiri yang ada dalam video di atas mengaku butuh waktu untuk mempelajarinya.

Sumber: The Verge dan Jalopnik.

Jaguar Hidupkan Kembali Roadster Klasiknya dengan Mesin Listrik

Sudah bukan rahasia kalau pabrikan mobil sedang berlomba-lomba untuk mengejar ketertinggalannya dari Tesla dan meluncurkan mobil elektrik ke pasaran secepat mungkin. Tidak luput dari pergeseran tren ini adalah produsen mobil mewah asal Inggris, Jaguar.

Induk perusahaannya, Jaguar Land Rover, belum lama ini mengumumkan kalau semua mobil produksinya di tahun 2020 bakal hadir dalam varian elektrik, entah hybrid atau sepenuhnya bertenaga listrik. Mobil elektrik pertama Jaguar sendiri, I-PACE yang bertipe SUV, dijadwalkan mengaspal tahun depan.

Jaguar E-type Zero

Namun yang lebih menarik justru adalah mobil konsep terbaru Jaguar yang bernama E-type Zero. E-type, bagi yang tidak tahu, adalah roadster klasik Jaguar dari tahun 60-an yang sempat dipuji-puji oleh Enzo Ferrari sebagai mobil paling cantik di dunia. Kini Jaguar telah melahirkannya kembali sebagai mobil elektrik, dengan label “Zero” sebagai indikasi nol emisi karbon.

E-type Zero memiliki desain yang sama persis seperti versi klasiknya. Tak hanya itu, bahkan bobot dan dimensi baterai lithium-ion yang dimilikinya sengaja dibuat hampir identik dengan mesin XK enam silinder milik E-type orisinil, begitu juga dengan motor elektriknya yang diposisikan di tempat yang sama.

Jaguar E-type Zero

Semua ini ditujukan agar struktur mobil tidak berubah, demikian pula untuk kinerja suspensi dan remnya. Secara keseluruhan, E-type Zero yang memiliki bobot total 46 kg lebih ringan dari E-type orisinil diyakini mampu menyuguhkan pengalaman mengemudi yang sama seperti versi klasiknya tersebut, hanya saja ia kini tak lagi bergantung pada bahan bakar tradisional.

Kendati demikian, performanya jelas sudah berubah. Berbekal motor elektrik 220 kW, akselerasi 0 – 100 km/jam dapat ditempuh E-type Zero dalam waktu 5,5 detik, lebih cepat sekitar satu detik dari versi klasiknya. Baterai berkapasitas 40 kWh memungkinkan E-type Zero untuk menempuh jarak sejauh 270 km sebelum perlu di-charge kembali selama enam sampai tujuh jam.

Jaguar E-type Zero

Modernisasi diterapkan seminimal mungkin oleh Jaguar, dengan tujuan untuk mempertahankan karakter klasik dari E-type orisinil. Pembaruan lainnya mencakup dashboard yang kini penuh dengan elemen digital, serta pemakaian lampu LED guna meningkatkan efisiensi daya.

Jaguar E-type Zero memang baru berstatus mobil konsep, akan tetapi Jaguar punya angan-angan untuk membawanya ke tahap produksi kalau memang reaksi konsumen terbukti positif.

Sumber: Jaguar.

Ariel Hipercar Adalah Supercar Elektrik dengan 1.180 Tenaga Kuda

Faraday Future membuka tahun 2017 dengan sebuah SUV bertenaga listrik yang mampu berakselerasi lebih cepat ketimbang supercar terbaru Bugatti. Prototipe mobil bernama FF91 itu turut membuktikan kalau mobil elektrik juga bisa menghasilkan output daya di atas 1.000 tenaga kuda, dan fakta ini pun membuka peluang bagi lebih banyak supercar bertenaga listrik.

Adalah pabrikan otomotif asal Inggris, Ariel, yang baru-baru ini mencuri sorotan publik dengan mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan supercar elektrik. Untuk sementara dijuluki Hipercar – yang disebut-sebut merupakan singkatan dari “High Performance Carbon Reduction – mobil berpenampilan garang ini menjanjikan daya sebesar 1.180 tenaga kuda.

Ariel Hipercar

Power sebesar itu datang dari empat motor elektrik, yang masing-masing bertugas menjadi penggerak tiap roda. 0 – 100 km/jam ia lalui dalam waktu 2,4 detik saja, sayang kecepatan maksimumnya dibatasi secara elektronik di angka 257 km/jam – saya yakin daya sebesar itu bisa melesat jauh lebih kencang lagi.

Kalau 1.180 hp terkesan terlalu mengerikan, Ariel juga bakal menawarkan varian berpenggerak dua roda yang hanya dilengkapi dua motor elektrik, yang otomatis memangkas output daya beserta torsinya hingga separuh. Baterainya datang dalam dua varian kapasitas, 42 kWh atau 56 kWh, namun Ariel ternyata juga akan melengkapinya dengan mesin micro-turbine 35 kW guna membuat jarak tempuhnya jadi lebih jauh lagi.

Ariel Hipercar

Secara desain, Hipercar tidak seperti dua mobil besutan Ariel sebelumnya – Atom dan Nomad – yang berdesain serba terbuka. Jika melihat gambarnya, Hipercar sangatlah pantas menyandang titel supercar berkat penampilannya yang cukup radikal – plus tentu saja, sepasang pintu gullwing. Ariel bilang mayoritas sasisnya dibentuk dari bahan aluminium, sedangkan bobotnya dirumorkan berkisar 1.600 kg.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Ariel Hipercar bakal diluncurkan secara resmi pada tahun 2019, dan siap mengaspal mulai tahun depannya lagi. Harganya dipastikan tidak murah; bos Ariel bilang kalau mobil ini siap ditandingkan dengan supercar berharga di atas £1 juta, sehingga saya berasumsi banderolnya akan menyerempet angka itu.

Sumber: Autoblog dan Ariel Motor Company.

Tesla Sedang Siapkan Fitur Profil Pengemudi Berbasis Cloud

14 tahun berkiprah, Tesla belum mau berhenti membuat gebrakan di industri otomotif. Selagi sibuk memenuhi pesanan Model 3 yang menumpuk, Elon Musk dkk rupanya juga sudah menyiapkan rencana untuk memperkenalkan fitur profil pengemudi berbasis cloud.

Profil pengemudi sebenarnya sudah bisa dinikmati oleh pemilik Tesla saat ini, yang fungsinya adalah untuk menyimpan informasi seputar pengaturan yang dilakukan pengemudi; mulai dari posisi jok dan lingkar kemudi, sampai ke yang lebih mendetail seperti pengaturan peta digital dan sebagainya.

Elon Musk mengumumkan rencana ini lewat Twitter sebagai jawaban kepada seorang konsumen yang sebenarnya hanya meminta supaya informasi lokasi dapat disimpan ke dalam profil pengemudi. Penerapan profil berbasis cloud tentunya bisa mengatasi masalah ini, plus menawarkan sejumlah kemudahan lainnya.

Bayangkan jika nanti Anda menyewa sebuah Tesla selama kunjungan kerja ke luar kota. Anda bisa mengunduh profil pengemudi milik Anda sendiri, dan dalam sekejap semua opsi pengaturan di Tesla sewaan itu akan sama persis seperti yang Anda tinggal di garasi kediaman Anda.

Profil pengemudi berbasis cloud ini juga bisa diibaratkan seperti akun Google. Jadi ketika Anda membuka browser Chrome di laptop orang lain, semua bookmark dan extension yang Anda gunakan selama ini akan muncul sesaat setelah Anda login menggunakan akun Google.

Meski kedengarannya sepele, menurut saya fitur-fitur seperti ini sanggup mengubah cara pandang kita terhadap industri otomotif di masa yang akan datang. Kita sudah melihat bagaimana Model S bisa semakin ngebut berkat software update, dan ke depannya profil pengemudi pun bisa diperlakukan layaknya akun Google, menghadirkan informasi-informasi penting di mana pun Anda berada.

Sumber: TechCrunch.

Versi Modern dan Elektrik VW Kombi Dijadwalkan Mengaspal Tahun 2022

Volkswagen memeriahkan awal tahun 2017 ini dengan sebuah mobil konsep yang sangat mengundang perhatian. Mobil itu adalah VW I.D. Buzz, yang tidak lain dari reinkarnasi VW Kombi, van antik dariK tahun 60-an yang menjadi salah satu andalan kaum hipster.

Kekaguman kita sejenak terhenti setelah menyadari kalau mobil ini cuma sebatas konsep, dan sejarah menunjukkan jarang sekali suatu mobil konsep bisa terus direalisasikan sampai ke tahap produksi massal. Kalaupun ada, hanya sedikit yang bisa mempertahankan berbagai kelebihan yang dibawa oleh versi konsepnya, terutama soal desainnya.

VW I.D. Buzz

Semoga saja VW punya pandangan yang berbeda, sebab baru-baru ini mereka mengumumkan kalau konsep Kombi futuristis ini bakal melenggang ke showroom di tahun 2022. Mengingat desain merupakan daya tarik utamanya, kemungkinan besar versi produksi I.D. Buzz akan mempertahankan penampilan versi konsepnya semaksimal mungkin.

VW juga berencana menawarkan mobil ini dalam dua konfigurasi: untuk mengangkut penumpang atau barang. Pabrikan asal Jerman itu cukup percaya diri kalau I.D. Buzz bisa mengemas interior selapang SUV meskipun dimensi keseluruhannya lebih ringkas.

VW I.D. Buzz

Terkait spesifikasi, ada kemungkinan beberapa bagian bakal diubah dari apa yang ada di versi konsepnya ini. Saya pribadi berharap bagian itu bukanlah baterai, sebab saat diumumkan kemarin I.D. Buzz diklaim mengusung baterai 111 kWh yang mampu membawa mobil menempuh jarak 430 km sebelum perlu diisi ulang.

Satu hal yang hampir pasti absen dari versi produksinya nanti adalah setir yang dapat ditarik masuk ke dashboard ketika sistem kemudi otomatisnya diaktifkan. Tahun 2022 dunia sepertinya masih belum bisa sepenuhnya menerima kehadiran mobil tanpa sopir, meski tentu saja elemen kemudi otomatis bakal tetap ada dan bakal cukup komprehensif kalau menurut VW sendiri.

Sumber: Digital Trends dan Volkswagen.

Tesla Model S Berhasil Tempuh Jarak 1.000 Kilometer dalam Satu Kali Charge

Selain tidak berpengaruh buruk terhadap lingkungan, kelebihan lain mobil elektrik dibanding mobil tradisional adalah efisiensi dan biaya jangka panjang yang lebih irit. Hal ini terbukti dari pencapaian yang belum lama ini dibukukan oleh komunitas Tesla Owners Club Italia.

Menggunakan Tesla Model S 100D, mereka berhasil menempuh jarak sejauh 1.078 kilometer sebelum sedan itu akhirnya perlu di-charge kembali. Ini merupakan rekor tertinggi setelah sebelumnya ada yang mencatatkan angka 900 km lebih sedikit.

Di situs resmi Tesla, Model S P100D tercatat sanggup menempuh jarak 565 kilometer dalam satu kali charge. Lalu bagaimana komunitas pemilik Tesla di Itali ini bisa mencatatkan angka hampir dua kali lipatnya? Well, mereka memang menetapkan sejumlah batasan dalam menjalankan eksperimennya.

1.078 km, tapi cuma mengonsumsi 98,4 kW/h listrik / Tesla Owners Club Italia
1.078 km, tapi cuma mengonsumsi 98,4 kW/h listrik / Tesla Owners Club Italia

Yang pertama, sepanjang perjalanan di pinggiran kota Salerno di bagian selatan Itali, mobil cuma melaju dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Alhasil, total perjalanannya harus ditempuh selama 29 jam.

Namun yang lebih menarik untuk diperhatikan, ternyata sistem semi-autonomous yang ditawarkan Tesla berperan besar dalam membantu mobil melaju dalam kecepatan yang konstan. Singkat cerita, sistem kemudi otomatis tidak hanya dimaksudkan untuk memberi kenyamanan ekstra, tapi ternyata juga bisa membantu menghemat konsumsi energi.

Batasan yang kedua, sistem pendingin alias AC mobil benar-benar dimatikan selama perjalanan. Seperti yang kita tahu, AC pada mobil elektrik menyedot energi dari sumber yang sama seperti motor elektrik yang menyambung ke roda-rodanya.

Merujuk kembali pada gagasan di awal artikel, eksperimen yang telah diverifikasi oleh Elon Musk sendiri ini berhasil membuktikan bahwa mobil elektrik memang lebih sustainable ketimbang mobil bensin. Untuk menempuh jarak 1.078 km tersebut, mobil yang dipakai ternyata hanya mengonsumsi energi listrik sebesar 98,4 kW/h, atau kurang lebih setara dengan 8 liter bensin.

Sumber: Digital Trends.

Porsche Singkap Charger Mobil Elektrik Super-cepatnya

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, kita bakal melihat mobil elektrik perdana Porsche, Mission E, di jalanan pada tahun 2019 nanti. Mission E patut disorot bukan hanya karena ia mengusung logo Porsche saja, tetapi karena ia juga menjanjikan sistem charging yang lebih superior ketimbang yang Tesla tawarkan sekarang.

Teknologi rancangan Porsche ini diyakini sanggup mengisi ulang baterai Mission E hingga mencapai 80 persen kapasitas maksimumnya dalam waktu 15 menit saja. Semuanya berkat infrastruktur charger yang beroperasi pada tegangan 800 volt dan sanggup meneruskan daya sebesar 350 kW.

Pabrikan asal Jerman itu tidak sekadar membual. Belum lama ini, mereka membuka kantor baru di Berlin, dan di sana publik bisa melihat sepasang charger 350 kW yang telah dijanjikan ini berdiri untuk pertama kalinya. Wujudnya memang tidak sekeren gambar konsep yang dirilis sebelumnya, tapi yang lebih penting adalah kinerjanya.

Charger 350 kW (kanan) bersebelahan dengan charger standar Porsche (kiri) / kfz-betrieb
Charger 350 kW (kanan) bersebelahan dengan charger standar Porsche (kiri) / kfz-betrieb

Sayangnya untuk sekarang kita masih belum bisa membuktikan klaim Porsche. Kedua charger itu baru bisa mengisi ulang dengan daya sebesar 50 – 150 kW. Kesalahannya bukan pada charger-nya, melainkan karena belum ada mobil elektrik yang mampu menerima daya listrik sebesar dan secepat itu.

Andai kendala itu sudah teratasi, bahkan pemilik mobil merek lain pun juga bisa menikmati charging super-cepat ini, tidak terkecuali Tesla dengan bantuan adapter. Di luar Jerman, Porsche sedang membangun charging station kedua di markasnya di Atlanta, Amerika Serikat.

Porsche EV 350 kw charger

Penantian panjang Mission E sampai dua tahun lagi sebenarnya bertujuan supaya Porsche bisa mengebut pembangunan dan penyebaran infrastruktur charging ini di berbagai kawasan. Jaringan charging station ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Tesla masih berstatus rajanya mobil elektrik hingga kini.

Sumber: Elektrek.

Tesla Model 3 Mulai Diproduksi, Begini Penampilan Finalnya

Sudah setahun lebih semenjak Tesla mengumumkan Model 3. Dibanding Model S atau Model X, Model 3 jauh lebih menarik bagi sebagian besar konsumen karena harganya yang sangat terjangkau – terutama untuk kategori mobil elektrik – yakni $35.000 untuk konfigurasi paling mendasarnya yang sudah bisa menempuh jarak 346 kilometer dalam satu kali charge.

Model 3 dijadwalkan bakal masuk tahap produksi mulai tahun ini, dan Tesla rupanya sudah mulai mengerjakan 30 unit pertamanya sampai selesai. Foto di atas adalah Model 3 versi final pertama yang keluar dari pabrik. Mobil tersebut beserta 29 lainnya akan tiba di tangan konsumen pada tanggal 28 Juli mendatang.

Tesla Model 3 / Elon Musk

30 hanyalah awal, karena jumlahnya akan terus naik secara eksponensial: 100 unit di bulan Agustus, di atas 1.500 unit di bulan September, dan pada bulan Desember Tesla menargetkan bisa memproduksi sebanyak 20.000 Model 3 per bulannya.

Masuk tahun 2018, Tesla berharap bisa memproduksi 10.000 unit Model 3 setiap minggu. Ini penting karena jumlah konsumen yang memesan Model diperkirakan sudah mencapai hitungan ratusan ribu.

Dari kedua foto Model 3 yang diunggah Musk ke Twitter, bisa kita lihat kalau versi produksinya memang tidak jauh berbeda dari yang mereka pamerkan di panggung tahun lalu. Secara keseluruhan, Tesla Model 3 tampak elegan dengan sedikit sentuhan sporty. Performanya pun sekelas mobil sport, dengan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 5,6 detik – meski masih kalah jauh dari Model S.

Sumber: Engadget dan Elon Musk (Twitter).

Audi Kembali Pamerkan Konsep Mobil Elektriknya, Kali Ini Berjenis Crossover

Tahun depan, Audi akan mulai memasarkan mobil elektrik pertamanya, e-tron Quattro. Tahun depannya lagi, SUV tersebut akan disusul oleh sepupunya yang sama-sama elektrik, tapi bertipe crossover bernama e-tron Sportback, yang baru saja dipamerkan konsepnya di event Shanghai Auto Show pekan lalu.

Secara mendasar ada banyak kemiripan antara e-tron Sportback dan e-tron Quattro, utamanya dalam hal performa. Audi telah membenamkan total tiga motor elektrik pada mobil ini (satu di depan, dua di belakang), yang sanggup menghasilkan daya sebesar 320 kW (430 hp), atau 370 kW (500 hp) dalam Boost Mode.

Suplai energinya berasal dari baterai lithium dengan kapasitas total 95 kWh. Dalam satu kali charge, e-tron Sportback diyakini sanggup menempuh jarak hingga sejauh 500 kilometer.

Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi
Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi

Audi sejatinya juga memperlakukan e-tron Sportback sebagai panggung demonstrasi teknologi LED mereka. Ratusan LED telah Audi sematkan pada mobil ini, dan teknologi rancangan mereka memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi.

Moncong depan dan belakangnya bahkan juga dilengkapi proyektor digital berukuran sangat kecil sebagai salah satu cara mobil berkomunikasi dengan sekitarnya. Contoh yang paling gampang, di jalanan akan tampak sinyal pencahayaan dari mobil saat lampu sein diaktifkan.

Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi
Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi

Di dalam, Anda bakal disambut oleh deretan layar sentuh. Tidak hanya di panel kontrol di tengah saja, tapi juga di sekitar pintu sehingga semua penumpang dapat berinteraksi dengan sistem infotainment bawaannya.

Seperti yang saya katakan, mobil ini baru akan mengaspal secara resmi mulai tahun 2019. Versi produksinya mungkin akan sedikit berbeda, tapi saya kira desain secara keseluruhannya bakal tetap sama mengingat pengumumannya ini hanya terpaut sekitar dua tahun dari jadwal produksinya.

Sumber: Audi.

Airbus Pop.Up Adalah Konsep Mobil Terbang Bersifat Modular

Berkat pengaruh film-film Hollywood, kita dapat mengimajinasikan kota utopia di masa depan yang lalu lintasnya diisi oleh mobil terbang. Khayalan kita ini tidak cuma didasari oleh faktor keren saja, tetapi mobil terbang pada prinsipnya juga bisa menjadi salah satu solusi kemacetan.

Berangkat dari pola pemikiran semacam itu, produsen pesawat Airbus mengungkap konsep mobil terbang hasil kolaborasinya dengan Italdesign. Dijuluki Pop.Up, ia merupakan kendaraan bermotor elektrik yang modular, alias bisa digunakan di darat maupun di udara.

Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign
Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign

Komponen dasar Pop.Up sendiri adalah bodi monocoque berbentuk seperti kapsul yang terbuat dari bahan serat karbon. Dengan panjang 2,6 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1,4 meter, Pop.Up dapat mengakomodasi dua penumpang dewasa tanpa kesulitan. Dari situ penumpangnya tinggal memilih ingin menggunakan modul darat atau udara.

Modul daratnya pada dasarnya merupakan sasis beroda empat yang ditenagai oleh baterai. Modul udaranya di sisi lain terlihat seperti drone raksasa, dengan total 8 baling-baling yang diposisikan sepasang demi sepasang di keempat lengannya.

Tidak hanya itu, aspek modular Pop.Up juga membuka potensi penggunaan yang lain, misalnya dengan modul kereta di atas rel. Italdesign bahkan telah merancang Pop.Up supaya bisa diintegrasikan dengan sistem Hyperloop.

Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign
Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign

Sebagai kendaraan masa depan, tentu saja sistem kemudi otomatis berbasis AI menjadi salah satu senjata andalan. Tidak cuma memahami beragam rute beserta alternatifnya, platform AI ini juga mampu mengenali penumpang beserta keinginannya masing-masing, dengan interaksi yang mengandalkan dialog dalam lingkungan virtual.

Tentu saja Anda tidak boleh berharap Airbus Pop.Up bisa jadi kenyataan dalam waktu dekat. Ini semua baru sebatas konsep, namun sekali lagi setidaknya bisa menjadi gambaran akan masa depan dunia otomotif.

Sumber: TechCrunch dan Italdesign.