Mercedes-Benz Sambut Era Baru Berkendara Lewat Pematangan Konsep Mobil Elektrik dan AI

Fenomena menarik yang terjadi di segmen otomotif adalah, satu terobosan besar malah dicetus oleh sejumlah raksasa teknologi dan bukan pemain tradisional di ranah itu. Anda mungkin ingat, konsep mobil tanpa pengemudi telah dieksplorasi Google sejak tahun 2010 dan terdengar lebih lantang di tahun 2013 sesudah kabar soal partisipasi IBM di sana. Tak lama berselang, Google memamerkan penampakan kendaraan tersebut.

Tentu saja para perusahaan otomotif tidak tinggal diam melihat cepatnya gagasan driverless car melesat. Di tahun 2015, Mercedes-Benz mengeksekusi sejumlah langkah strategis buat menghadapi persaingan yang tak terduga itu. Mereka mengakusisi layanan peta digital HERE Maps, memerintahkan divisi R&D untuk menyeriusi pengembangan kecerdasan buatan, bahkan meluncurkan layanan car-sharing Car2go lewat perusahaan induk Daimler AG.

MB 1

Sebagai implementasi ekspansi teknologi di produk konsumen, Mercedes sudah lama mengintegrasikan sistem perintah suara buat mengakses fitur serta fungsi kendaraan. Lalu dalam merespons naik daunnya mobil hybrid dan listrik, sang produsen membuka enam pabrik baterai di tiga benua lalu meluncurkan brand EQ yang dispesialisasikan pada penyediaan mobil elektrik tulen. EQC SUV jadi model pertama seri itu dan kabarnya mulai diproduksi tahun ini.

 

Bukan sekadar elektrik

Terinspirasi dari gagasan ‘kecerdasan dan emosi’, EQ punya arti ‘electric intelligence‘ dan merupakan brand teknologi sekaligus lini mobil listrik Mercedes-Benz. Konsep EQ mencakup seluruh aspek elektrik/kelistrikan, melampaui produk otomotif dan nantinya akan diintegrasikan ke semua sub-brand Mercedes, dari mulai Benz, AMG sampai Maybach. EQ juga diusung sebagai ujung tombak transisi varian-varian hybrid yang sudah produsen miliki selama ini.

MB 14

Setelah diperkenalkan, Mercedes-Benz membagi EQ ke dalam empat tier. Tipe paling ‘dasar’ ialah EQ Boost, yaitu mobil-mobil yang menyimpan unit power supply on-board 48V dan Integrated Starter-Generator. Naik satu level ada mobil-mobil hybrid plug-in (PHEV) EQ Power, lalu di atasnya adalah EQ Power+, yaitu model-model Mercedes-AMG dan kelas sport. Satu kategori lagi ialah EQ, yakni jenis kendaraan bertenaga baterai sejati.

MB 12

Namun pengembangan ke arah elektrik hanyalah satu dari empat visi yang ingin direalisasikan oleh Mercedes. Mereka punya harapan agar kendaraan-kendaraan itu nanti dapat saling terkoneksi, didukung sistem otomatis, serta bisa dipakai beramai-ramai dan menjadi dasar dari layanan transportasi publik. Mercedes menyebutnya sebagai CASE, kependekatan dari connected, autonomous, shared & services dan electric.

MB 8

 

Kendaraan terkoneksi

Butuh beberapa tahun (atau dekade) lagi hingga mobil tanpa pengemudi bisa hadir di tengah-tengah kita. Dan untuk sampai di sana, produsen terlebih dulu perlu memikirkan aspek koneksi dari kendaraan tersebut. Alat transportasi perlu diorientasikan pada konsumen, dapat diakses langsung, kemudian mampu berkomunikasi dengan perangkat bergerak, sesama kendaraan serta infrastruktur internet of things pendukung. Dan kita tidak boleh melupakan faktor keselamatan.

MB 17

Buat menuju ke sana, Mercedes menggodok Me Connect, yaitu layanan online yang dirancang untuk menyambungkan kendaraan ke perangkat bergerak sehingga mobil bisa menjadi ekstensi fitur-fitur pintar yang selama ini kita nikmati via smartphone. Dengannya, Anda dipersilakan membuka berita dan memanfaatkan deretan layanan, serta mengakses fitur-fitur khusus kendaraan: mengirim navigasi ke layar mobil, mengecek bahan bakar, mengunci pintu, memudahkan kita mencarinya di parkiran, serta memerintahkannya parkir secara otomatis.

MB 7

Perlu diketahui bahwa Mercedes Me Connect saat ini masih belum tersedia di Indonesia. Namun jantung dari kapabilitas tersebut telah ditanamkan dalam sejumlah varian Mercedes-Benz anyar yang diedarkan di tanah air, misalnya A-Class, B-Class, CLS dan GLE (jika saya tidak salah dengar). Perusahaan menamainya MBUX, atau Mercedes Benz User Experience.

MB 16

 

MBUX

Ada beberapa faktor yang dihidangkan oleh MBUX. Pertama-tama, sistem ini menyimpan kecerdasan buatan sebagai basis kapabilitas untuk mempelajari kebiasaan pengendara. Lalu jika mobil dipakai oleh lebih dari satu individu, masing-masing orang dipersilakan menyimpan profil beserta personalisasi yang ia lakukan – seperti mode berkendara (eco, comfort, sport), ambient light, jenis lagu atau stasiun radio favorit, sampai posisi kursi dan tema dashboard.

MB 9

MBUX juga menyederhanakan proses diagnosis mobil: suhu oli, voltase aki, tekanan ban, output tenaga sampai torsi mesin. Dan tak kalah penting, Mercedes-Benz User Experience menyuguhkan UI intuitif melalui layar lebar seluas 10,25-inci 1920x720p yang menyimpan chip grafis Nvidia Reilly Parker 128. Untuk berinteraksi dengan fitur dan konten, Anda bisa langsung menyentuhkan jari di panel, lewat trackpad ala BlackBerry di setir, atau via touchpad haptic yang berada di antara dua jok depan.

MB 6

Pengendara diperkenankan untuk mengutak-atik sejumlah aspek pada panel sentuh Nvidia di Mercedes-Benz, mesti kustomisasinya tidak selengkap smartphone. Satu contohnya adalah mengubah tampilan speedometer dari standar jadi sporty atau mode ‘understated‘ jika Anda sedang menginginkan pengalaman berkendara yang bebas gangguan.

MB 10

Alternatifnya, sejumlah fungsi di mobil bisa diatur lewat perintah suara. Cukup dengan mengucapkan “Hi Mercedes!“, Anda dapat meminta mobil untuk menunjukkan arah ke lokasi tertentu atau menaik-turunkan suhu AC. Berbekal Mercedes Me Connect, sebetulnya pengguna dipersilakan menggunakan bahasa percakapan/kasual, misalnya “It’s too cold in here.” Kemudian sistem segera menaikkan suhu AC. Namun karena MMC belum hadir di Indonesia, permintaan kita harus lebih spesifik, seperti “Set temperature to 20 degree Celcius.” atau sejenisnya.

MB 5

 

MBUX dan perannya membangun masa depan berkendara

Mercedes-Benz User Experience juga membuka jalan bagi teknologi-teknologi yang dahulu cuma ada di kisah-kisah sci-fi. Salah satunya adalah integrasi antara augmented reality dan solusi navigasi. Dengan memanfaatkan rangkaian kamera dan mapping, MBUX dapat menampilkan panduan arah di tampilan live via layar, mirip seperti ketika Anda bermain Need for Speed. Sistem akan memperlihatkan pedoman berupa anak panah, nama jalan sampai nomor rumah. Lalu saat mengantre lampu merah, kamera secara otomatis diarahkan ke lampu dan zoom-in agar kita bisa jelas melihatnya.

MB 15

Pada akhirnya, Mercedes memang punya ambisi untuk mematangkan ide alat transportasi otonom. Menurut perusahaan, sistem mobil tanpa pengemudi terbagi menjadi beberapa tahapan. Saat ini kita telah melewati tingkatan adaptive cruise control dan steering assist, dan sedang memasuki level ‘automasi bersyarat’. Contohnya saat menghadapi kemacetan, beberapa model kendaraan anyar dapat pindah sendiri ke jalur yang lebih lancar.

MB 11

Namun seberapa pun canggihnya teknologi yang membuat pengalaman berkendara jadi lebih simpel dan menyenangkan, satu hal tetap menjadi prioritas Mercedes – ditegaskan oleh PR manager Dennis Kadaruskan pada saya di sela-sela acara BIOS 2019 di kampus Universitas Multimedia Nusantara: perusahaan tidak akan berkompromi dan mengambil jalan pintas jika sudah berkaitan dengan keselamatan.

MB 18

Implementasi kendaraan otonom secara umum sudah terlihat di cakrawala, namun untuk dapat sampai di sana, dibutuhkan kolaborasi menyeluruh antara para pemain besar di ranah otomotif, penyedia teknologi dan infrastruktur, serta pembuat kebijakan.

MB 19

Konsep Volvo 360c Gambarkan Kondisi Transportasi Pribadi di Masa Depan

Anggap Anda hendak menuju Bandung dari Jakarta, Anda pilih naik mobil atau pesawat? Naik pesawat memang jelas lebih cepat, tapi jika ditotal waktu yang dihabiskan sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda; yang mencakup perjalanan ke bandara, waktu menunggu boarding, dan perjalanan dari bandara Husein Sastranegara ke lokasi yang dituju di kota Bandung.

Poin yang ingin saya angkat adalah, naik mobil dari Jakarta ke Bandung memang lebih lama dan lebih melelahkan, tapi jauh lebih praktis. Setidaknya satu kekurangannya itu (melelahkan) dapat diatasi oleh perkembangan mobil kemudi otomatis. Kira-kira demikian pemikiran di balik pengembangan mobil konsep terbaru Volvo, 360c.

Volvo 360c Concept

Volvo 360c dideskripsikan sebagai mobil elektrik yang fully autonomous alias sama sekali tidak memerlukan kehadiran seorang sopir. Tidak ada ruang untuk pengemudi di dalam kabinnya, yang ada hanyalah interior modular yang bisa diatur sesuai kebutuhan; apakah Anda perlu tidur selama perjalanan, perlu bekerja, perlu bertatap muka bersama kolega, atau mungkin sebatas perlu menghabiskan satu season serial favorit di Netflix.

Karena ini adalah Volvo yang kita bicarakan, faktor keselamatan selalu menjadi prioritas sejak mereka pertama kali menciptakan sabuk pengaman tiga titik di tahun 1959, dan 360c pun tidak luput dari filosofi tersebut. Salah satu contohnya, selimut yang ada di dalam kabin juga dilengkapi sistem pengaman serupa, sehingga penumpang dapat tidur nyenyak sepanjang perjalanan selagi masih dijaga keselamatannya.

Pendekatan yang diambil Volvo ini tergolong cukup unik karena selama ini jarang sekali ada konsep-konsep mobil tanpa sopir yang menekankan fitur keselamatan, seakan-akan pengembangnya berasumsi mobil-mobil tersebut tidak akan pernah mengalami kecelakaan.

Masih seputar keselamatan, 360c juga dirancang agar dapat menyampaikan intensinya kepada pengguna jalan lain lewat perpaduan indikator suara dan lampu. Volvo berharap sistem komunikasi satu arah semacam ini dapat menjadi standar dalam pengembangan mobil kemudi otomatis ke depannya.

Volvo 360c Concept

Balik lagi ke cerita perjalanan Jakarta-Bandung tadi, Volvo 360c pada dasarnya bisa memberikan kepraktisan yang sama seperti naik mobil sendiri (tidak perlu ke bandara dan sebagainya) sekaligus kenyamanan seperti naik pesawat (cukup pejamkan mata saja sepanjang perjalanan). Namun selama mobil seperti 360c masih berstatus konsep, semua ini hanyalah angan-angan semata.

Juga penting untuk dicatat adalah, seandainya Volvo memproduksi mobil serupa di masa yang akan datang, kemungkinan Anda tidak akan bisa membelinya. Volvo bakal menawarkannya dalam bentuk layanan berlangganan (car sharing) ketimbang menjualnya ke konsumen secara langsung – ya setidaknya debat mengenai “bikin garasi dulu sebelum beli mobil” jadi bisa diselesaikan.

Sumber: CNET dan Volvo.

Berganti Nama Jadi Cyngn, Cyanogen Kini Garap Teknologi Mobil Otonom

Cyanogen berubah dari sebuah pengembang “biasa” menjadi sebuah startup yang menjanjikan berkat inovasi yang dihadirkan lewat CyanogenMod. OnePlus jadi yang pertama yang secara eksklusif mengadopsi custom ROM tersebut lewat smartphone seri perdananya. Kemudian disusul oleh MicroMax yang memegang kawasan India. Sayang ketiganya kemudian terlibat perseteruan yang berujung pada hengkangnya OnePlus dari daftar rekanan Cyanogen.  Lalu puncaknya, pasca mendeklarasikan keinginannya untuk “mencuri” Android dari Google, Cyanogen Inc kesulitan memperoleh traksi yang diinginkan dan secara mengejutkan menyatakan tutup sebelum berhasil melahirkan perangkat baru.

Tapi rupanya Cynaogen Inc tak sepenuhnya mati. Dilansir oleh AndroidPolice, bahwa Cyanogen Inc tengah mempersiapkan diri untuk kembali ke kancah bisnis teknologi. Hanya saja kali ini dengan rencana bisnis yang berbeda. Cyanogen memutuskan pivot dan berganti nama menjadi Cyngn dan kini fokus menggarap teknologi sistem kemudi otonom (tanpa pengemudi).

Keputusan perusahaan untuk pivot dan mengusung misi baru dilatar-belakangi oleh keyakinan bahwa teknologi kendaraan otonomo bakal menjadi tren dalam lima tahun ke depan. Untuk membantu memuluskan rencananya, Cyngn telah merekrut 30 staff termasuk ahli di bidang teknologi otonom dari Mercedes Benz dan Udacity. Lior Tal yang dulunya pernah menjabat sebagai CCO di Cyanogen juga berada dalam daftar staff Cyngn, sebagai CEO. Perburuan Cygn akan tangan dan otak jenius tampaknya masih berlanjut sampai saat ini. Terlihat dari lowongan pekerjaan yang mereka publikasikan di internet, mencakup parah ahli di bidang radaer, kamera, ultrasonic dan sensor lidar. Sejumlah investor pun berhasil diyakinkan untuk menopang pijakan pertama.

Dikutip dari Recode, Cyngn menerima izin untuk menguji kendaraan otonom di California bulan lalu, dan cakupan industri yang digarap oleh mereka tidak hanya untuk kendaraan komersil tapi juga untuk alat-alat industri seperti excavator, loader otomatis dan kendraan lain yang berkaitan dengan kontruksi. Untuk itu, Cyngn disebut sedang mencari suntikan dana sebesar $200 juta dalam pendanaan Series D.

Menarik untuk melihat bagaimana kiprah Cyanogen Inc di bawah bendera dan fokus baru. Satu hal yang menggelitik benak saya, mungkinkan kita akan melihat Kirt McMaster kembali duduk di jajaran petinggi Cygn, menurut Anda?

Sumber berita AndroidPolice.