Framework Hadirkan Laptop Modular dengan Komponen yang Dapat Ditingkatkan

Sebuah startup yang berbasis di San Francisco bernama Framework telah mengumumkan produk pertama, yakni laptop modular. Sesuai namanya, komponen-komponen laptop Framework ini bersifat modular yang dapat dengan mudah diganti dan ditingkatkan sehingga pengguna bisa terus menggunakan mesin ini dalam jangka waktu yang lama.

Kerangka mesin laptopnya terbuat dari aluminium dengan ketebalan 15,8 mm dan bobot 1,3 kg. Berlayar 13,5 inci dengan tingkat kecerahan 400 nit dan ditopang resolusi 2256×1504 piksel dalam aspek rasio kekinian 3:2 yang dapat menampilkan lebih banyak konten dibanding rasio standar 16:9.

Framework-8

Selain itu, laptop Framework dilengkapi webcam 1080p 60fps , kapasitas baterainya 55Wh, dan mengemas keyboard dengan key travel 1,5mm. Dapur pacunya sudah mengandalkan prosesor Intel Core generasi ke-11 Tiger Lake dengan opsi i5-1135G7, i7-1165G7, atau i7-1185G7 dan tentunya integrated grafis Intel Iris Xe.

Tentu saja, bagian yang paling menariknya ialah mainboard laptop ini memungkinkan untuk meningkatkan prosesor. Berarti di masa depan pengguna dapat mengganti dengan prosesor yang lebih baru sehingga performanya bisa terus memenuhi kebutuhan penggunanya.

Laptop Framework juga memiliki sistem Expansion Card yang memungkinkan pengguna menukar port yang berada di sisi laptop. Pengguna bisa memilih dari USB-A, USB-C, HDMI, DisplayPort, microSD, kartu ekspansi 250GB/1TB, headphone amp, dan sebagainya.

Selain itu, pengguna juga bisa menyesuaikan komponen laptop termasuk keyboard, layar, bezel yang terpasang secara magnetis, baterai, penyimpanan internal, memori, dan WiFi card. Framework akan menjual komponen-komponen tersebut di pasar online terpusat dan bisa mencarinya di website Framework, tetapi juga terbuka untuk penjual dan reseller pihak ketiga.

Bila kebutuhan Anda ternyata lebih kompleks dari orang lain, konsumen juga dapat membeli kit DIY dari bagian yang dipilih dan merakit laptopnya sendiri. Edisi kit DIY ini juga memberikan fleksibilitas memilih sistem operasi, dari Windows 10 Home, Windows 10 Pro, atau Linux.

Apakah inovasi laptop dengan desain modular bisa melawan arus dengan kondisi yang terjadi di industri saat ini, di mana produsen perangkat keras justru ingin menjual produk sebanyak-banyaknya untuk keuntungan. Bila Framework berhasil membangun ekosistem modularnya dengan kuat, laptop Framework berarti dapat digunakan dengan jangka waktu yang lama dan dalam jangka panjang berdampak baik bagi lingkungan.

Sumber: GSMArena

Modular Kembangkan Platform Acara Online Menggunakan Augmented Reality

Pandemi Covid-19 memaksa hampir semua konser musik ditunda, dibatalkan, atau dialihkan ke panggung virtual. Belum lama ini, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan anjuran tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum, namun pengalaman yang ditawarkan sangatlah terbatas. Untuk mengisi keterbatasan ini, Modular dikembangkan sebagai inovasi online event berbasis augmented reality (AR).

Ide pembuatan Modular muncul dari CEO Modular Hendra Araji yang mendapat inspirasi setelah melihat beberapa referensi penggunaan teknologi AR di luar negeri.

“Kami melihat ini peluang di mana sudah banyak ide-ide kreatif implementasi AR di industri hiburan di luar negeri. Kami ingin mengajak user untuk bisa menikmati pengalaman berinteraksi dengan musisi atau karya dengan cara yang baru, di mana pun.” tambahnya.

Penerapan augmented reality

Modular menggunakan teknologi AR untuk memungkinkan pengguna menambahkan objek virtual ke dunia nyata. Pemanfaatan teknologi AR sendiri masih terhitung jarang di Indonesia. Pihaknya mengaku, aplikasi ini diciptakan sebagai bentuk adaptasi akan perubahan kondisi dunia saat ini dan sebagai gerbang pemasukan baru bagi industri musik.

Dalam prosesnya, untuk setiap musisi atau seniman lain yang melakukan pertunjukkan di Modular, sebelumnya mereka akan melakukan shooting untuk kemudian ditambahkan ke 3D stage yang sudah didesain. Nantinya artis dan 3D stage itu bisa muncul dan dilihat dengan cara user mengarahkan gawai mereka sampai muncul marker penanda di dalam aplikasi Modular.

Dari sisi pengguna, setelah mengunduh dan menginstal aplikasi Modular, mereka bisa memilih menonton konser musisi yang diinginkan beserta lagunya. Setelah itu, akan muncul tampilan menggunakan kamera belakang dan akan diminta untuk menempatkan 3D Stage yang sudah dibuat. Lalu, akan terlihat musisi beserta 3D stage-nya. Fitur ini juga dilengkapi dengan kapabilitas untuk merekam layar dan langsung berbagi ke media sosial.

Aplikasi Modular sendiri sudah diluncurkan sejak bulan Maret 2020. Namun, saat ini pengguna aplikasi Modular masih terbatas untuk perangkat flagship di platform iOS dan Android.

Erdy Suryadarma selaku Creative Product Manager Modular turut menyampaikan, “Terkait hal ini, kami terus melakukan edukasi kepada user kami terkait keterbatasan perangkat yang ada agar tidak terjadi miskomunikasi di kalangan user.”

Model bisnis dan rencana ke depan

Dalam hal model bisnis, Modular sendiri memiliki beberapa skema. Selain ticket management fee untuk konser berbayar, pihaknya juga menawarkan skema sponsorship untuk rekanan yang mau melakukan brand placement pada acara yang digelar dalam platform Modular.

Dalam beberapa bulan ke depan, Modular berinisiatif untuk menyelenggarakan konser sendiri termasuk manajemen tiket, juga manajemen konten. Terkait bentuk online event, pihaknya mengakui mulai terbuka dengan opsi lain, tidak hanya konser musik saja.

Mengenai pendanaan, Erdy mengungkapkan, “Saat ini kami masih bootstraping, tapi sedang membuka kesempatan untuk seed funding.”

Application Information Will Show Up Here

Jagokan Kamera yang Lebih Canggih dan Fleksibilitas Mod, Motorola Moto Z2 Play Tiba di Asia Tenggara

Sejak Google menghentikan pengembangan Project Ara, smartphone berkonsep modular sejati masih belum sampai di tangan kita. Namun lewat Moto Z dan Moto Z Play, Motorola menawarkan satu titik tengah antara penyajian handset tradisional yang andal dan simpel dengan kemudahan bongkar pasang aksesori – sang produsen menamainya Moto Mod.

Gagasan unik tersebut tampaknya diterima konsumen dengan antusias. Apalagi, Motorola juga sempat berjanji untuk memastikan Moto Mods dan smartphone tetap kompatibel hingga tiga tahun ke depan. Hal itu turut mengindikasikan peluncuran produk generasi keduanya tak terelakkan. Dan di bulan lalu, mungkin Anda sudah mendengar kabar yang menyatakan Moto Z2 Play akan dilepas pada awal Juli ini.

Moto Z2 Play 25

Tanpa membuang-buang banyak waktu, Motorola resmi membawa Moto Z2 Play ke Asia Tenggara lewat konferensi pers yang diadakan di kota Bangkok. Moto Z2 Play diklaim sebagai realisasi dari komitmen sang produsen dalam menyajikan inovasi, sekaligus menyajikan berbagai perbaikan dari varian sebelumnya. Peluncuran smartphone turut dimeriahkan oleh pengenalan beberapa Moto Mods anyar – sebagian merupakan upgrade, tapi ada juga tipe baru.

Moto Z2 Play 16

Melihat dari sisi penampilan, Moto Z2 Play memang tersaji lebih elok dibanding kakaknya, Moto Z Play. Pertama, level kerampingan Z2 Play kian mendekati Moto Z, hanya setebal 6-milimeter. Kemudian, bobotnya pun menyusut jadi hanya 145-gram.

Arahan desainya sendiri masih sama seperti varian awal. Sisi atas dan bawahnya sedikit membundar tanpa ada area bersudut; lalu Moto Z2 Play kembali mengusung layar Super AMOLED 5,5-inci 1080p – tapi rasio display ke body-nya jadi lebih besar, yakni 70,1 persen.

Moto Z2 Play 2

Menariknya lagi, Motorola merombak sistem tiga tombol navigasi kapasitif standar, menyederhanakannya jadi satu tombol saja. Hasilnya? Semua fungsi tersebut dimampatkan ke tombol utama (kali ini wujudnya persegi panjang) yang turut menyimpan sensor pemindai sidik jari. Anda tinggal men-swipe ke kiri untuk menggunakan fungsi back, ke kanan buat mengakses recent app, tap di tombol tengah untuk kembali ke home, lalu tekan lebih lama untuk mengunci smartphone.

Moto Z2 Play 15

Bermaksud memastikan smartphone lebih tahan terhadap elemen eksternal yang berpotensi merusak, produsen menerapkan teknologi nano-coating pada permukaan Moto Z2 Play. Selain memberikan pertahanan dari percikan air, coating tersebut juga membuat teksturnya lembut di tangan. Tentu saja perlu kita ingat, device tidak dirancang buat tercemplung ke dalam air.

Moto Z2 Play 21

Moto Z2 Play 13

Seperti Moto Z dan Moto Z Play, smartphone anyar ini memanfaatkan connector di bagian bawah punggung untuk tersambung ke Moto Mods. Modul lensa kameranya menonjol keluar, bisa Anda ‘amankan’ dengan memasangkan modul-modul aksesori, misanya SoundBoost atau BatteryMod.

Moto Z2 Play 19

Moto Z2 Play 22

Dalam presentasinya, senior director Danny Adamopoulos memamerkan bundel fitur yang Motorola namai ‘Moto Experience’ – disiapkan untuk menyederhakan proses pemakaian handset. Misalnya, dengan Moto Display, Anda bisa mengecek dan merespons notifikasi tanpa perlu meng-unlock device. Lalu Moto Voice disiapkan sebagai asisten personal build-in, dapat membantu Anda membalas pesan teks tanpa mengetik. Selanjutnya, ada Moto Actions yang memungkinkan kita mengaktifkan fungsi di smartphone lewat gesture – misalnya menyalakan flashlight dengan mengguncangkannya dua kali.

Moto Z2 Play 20

Moto Z2 Play 23

Ranah fotografi juga merupakan elemen yang memperoleh banyak pembaruan. Hilang sudah sensor 16-megapixel f/2.0 ‘standar’. Smartphone kini menghidangkan setup kamera Dual Pixel 12-megapixel dengan aperture f/1,7. Dibantu fitur phase detection dan laser autofocus, kabarnya hasil foto akan jadi lebih cerah dan tajam walaupun penjepretan dilakukan di kondisi kurang cahaya. Autofocus di ruang temaram mampu menjangkau jarak hingga 5-meter, tiga kali lebih jauh dari kapabilitas kamera di smartphone lain.

Moto Z2 Play 12

Moto Z2 Play 24

Untuk selfie, Motorola mengandalkan kamera depan 5-megapixel f/2.0 yang dibantu dua flash. Ketika kamera belakangnya mampu merekam video HD di 120fps hingga 4K di 30fps, kamera depannya hanya dapat mengabadikan video full-HD.

Moto Z2 Play 9

Moto Z2 Play dipersenjatai varian baru system-on-chip kelas high-end Qualcomm, Snapdragon 626. Spesifikasinya hampir sama seperti Snapdragon 625, namun prosesor octa-core Cortex-A53 di sana mencapai kecepatan 2,2GHz. Ada dua konfigurasi memori – yakni RAM 3GB/ROM 32GB atau RAM 4GB/ROM 64GB. Semoga saja, tipe yang masuk ke Indonesia nanti adalah versi dengan penyimpanan paling besar.

Moto Z2 Play 14

Moto Z2 Play 11

Motorola memang memangkas ‘kapasitas’ baterai di Z2 Playjadi 3.000mAh (dari 3.150mAh). Tetapi jangan cemas waktu penggunaannya jadi berkurang. Tim Motorola bilang, baterai non-removable tersebut dapat menjaga handset tetap menyala hingga 30 jam dalam pemakaian normal. Lalu berkat teknologi TurboPower, Anda bisa memperoleh battery life berdurasi delapan jam cuma dengan men-charge selama 15 menit.

Moto Z2 Play 18

Uniknya lagi, Moto Z2 Play punya sistem yang memungkinkannya mengonsumsi baterai pada Moto Mods terlebih dulu sebelum menggunakan baterai di handset. Jadi sewaktu Moto Mods dilepas karena dayanya mulai menipis, baterai smartphone Anda tidak terpengaruh.

Moto Z2 Play 5

Berbicara soal Moto Mods, Motorola memperkenalkan sejumlah varian baru dari modul sebelumnya. Ada JBL SoundBoost 2 (menyimpan baterai build-in 10 jam dan dibekali coating tahan cipratan air), Moto Turbopower Pack (mendongkrak kecepatan charge dan menambah kapasitas baterai), serta deretan Moto Style Shell anyar (dari bahan kayu ebony, nilon, sampai pola-pola bunga).

Moto Z2 Play 1

Moto Z2 Play 10

Moto Mods yang betul-betul baru ialah Moto Gamepad. Fungsinya sama seperti aksesori controller untuk smartphone lain, namun ia terkoneksi langsung secara fisik ke Moto Z2 Play, bukan Bluetooth. Itu artinya, latency-nya sangat kecil dibanding wireless. Dan menariknya lagi, Moto Gamepad itu mengusung branding Lenovo Legion, dengan logo ala visor pasukan Romawi menyala merah di bagian belakangnya.

Moto Z2 Play 3

Moto Z2 Play 4

Ada indikasi cukup kuat, Moto Z2 Play akan tiba di Indonesia dalam waktu dekat. Lalu tim Motorola juga mengabarkan bahwa mereka punya rencana untuk menghadirkan semua Moto Mods tersebut ke tanah air. Moto Z2 Play telah mulai meluncur dibanderol di harga US$ 408, semoga saja harganya di Indonesia tidak terlalu jauh dari angka itu.

Moto Z2 Play 6

Moto Z2 Play 7

MAX Ialah Exoskeleton Modular Untuk Para Pekerja

Meskipun istilah exoskeleton seolah-olah mempresentasikan teknologi masa depan, perangkat ini telah berhasil diciptakan sejak tahun 60-an. Penjelmaannya memang berbeda-beda, tapi fungsi mereka hampir sama: memberikan user kemampuan melakukan tugas-tugas berat. Namun umumnya, kendala produk exoskeleton terletak pada kepraktisan dan ongkos produksi yang tinggi.

SuitX punya solusi menarik buat mengatasi masalah itu. Bukannya menciptakan eksoskeleton ‘all-in-one’ yang kurang fleksibel, mereka memutuskan untuk memanfaatkan struktur modular dan memperkenalkan MAX – kependekat dari Modular Agile eXoskeleton. MAX didesain buat mempermudah Anda menyelesaikan berbagai pekerjaan, dan berkat rancangan inovatif serta harganya yang ekonomis, exoskeleton ini meraih dua penghargaan Saint Gobain Nova Innovation Awards.

MAX terdiri atas tiga komponen, yakni backX, shoulderX dan legX. Sesuai namanya, mereka diposisikan di punggung, bahu dan kaki. Uniknya, tiap modul bisa bekerja secara independen dalam kombinasi apapun tergantung dari kebutuhan Anda. Baik backX, shoulderX dan legX mampu merespons secara pintar dan tidak menghambat gerakan, misalnya saat naik tangga, mengemudi bahkan sewaktu bersepeda.

MAX 1

Dalam proses pengembangannya, developer telah menguji pemanfaatan MAX di berbagai ranah industri: konstruksi, perakitan kapal, di pabrik logam, logistik dan pergudangan, hingga pengangkutan bagasi di airport. Dalan evaluasi di laboratorium University of California, MAX mengurangi penggunaan otot sampai 60 persen. Walaupun masing-masing bagian dapat bekerja mandiri, performa MAX baru jadi maksimal jika semua komponennya terpasang.

backX dirancang untuk meminimalisir tekanan pada tulang punggung, pas di hampir semua ukuran tubuh, dan dapat dikenakan dalam waktu 30 detik. Strukturnya tangguh, anti-air, dan tidak memerlukan perhatian istimewa. Wujudnya juga low profile sehingga ia muat dipakai di ruangan sempit, bahkan bisa dikenakan bersama sabuk keselamatan ataupun jaket kerja. Ada dua tipe backX, yaitu Model S (berbobot 2kg) dan Model AC (3,2kg).

shoulderX sendiri memiliki fungsi utama untuk mengurangi tingkat kelelahan serta mengurai tekanan yang diterima tangan dan mendistribusikannya ke pinggul, tanpa menggunakan komputer ataupun actuator. Lalu, fokus legX adalah pada reduksi beban dipersendian dan otot kaki. Masing-masing modul mempunyai berat 5,6kg (saat kedua lengan shoulderX dipasang) dan 4,1kg.

Di situs mereka, SuitX belum menginformasikan kapan MAX dirilis dan berapa harga dari masing-masing komponen. Di awal tahun ini, developer telah mulai memasarkan exoskeleton PhoeniX, dibanderol di harga US$ 40 ribu.

Case Megaverse Beri Kemampuan ala Spider-Man Pada Smartphone Anda

Hal apa saja yang sudah Anda lakukan demi mendapatkan hasil selfie terbaik di smartphone? Tak heran jika ada banyak orang menimbun monopod, tripod, sampai remote Bluetooth; tapi tidak sedikit yang tetap merasa tak puas pada kualitas jepretan sendiri. Kabar baiknya, Mega Tiny Corp punya teknik alternatif pendukung self-portrait secara optimal dalam produk baru mereka.

Lewat Indie Gogo, tim asal Los Angeles itu memperkenalkan Megaverse, sebuah case modular ‘anti-gravitasi’, mampu memberikan kemampuan ala Spider-Man pada smartphone Anda. Dengan memasangkan aksesori ini, kita bisa menempelkan handset di hampir semua permukaan, misalnya kayu, kaca, whiteboard, pintu kulkas, layar komputer, sampai lantai keramik. Dan pastinya, kapabilitas ini sama sekali tidak melibatkan laba-laba.

Megaverse 2

Layaknya aksesori case sejenis, Megaverse mengusung struktur keras, dibuat untuk melindungi sisi samping dan belakang handset kesayangan Anda dari benturan – menyisakan bagian depan dan mengekspos kamera. Dari sisi penampilan, Megaverse terlihat normal, tidak menyebabkan smartphone jadi tebal, bahkan tidak lengket di tangan. Keistimewaannya baru terlihat ketika Anda menyematkan case di tembok atau jendela.

Rahasia Megaverse terletak pada struktur nano-suction di punggung case, metodenya mirip suction cup, namun berukuran sangat kecil. Dengan bahan unik ini, Anda tinggal menempelkan handset di permukaan yang datar dan halus tanpa memerlukan tambahan perakat. Tentu saja debu dan lemak akan mengotori nano-suction seiring pemakaian, tapi Megaverse dapat mudah dibersihkan menggunakan air.

Megaverse 3

Kemampuan Megaverse buat merekat di segala objek juga memungkinkan developer membekalinya dengan fitur esensial lain. Megaverse turut dilengkapi MegaBack, yaitu komponen backplate modular, menyuguhkan fungsi dan warna berbeda (hitam, abu-abu, emas, dan rose gold). Pelat MegaBack berperan sebagai penutup struktur nano-suction, hadir berupa cermin, pembuka botol, serta dompet.

Sayang sekali, Megaverse saat ini hanya kompatibel dengan handset iPhone 6, 7, 6 Plus dan 7 Plus. Dukungan buat perangkat Android belum dikonfirmasi, namun Mega Tiny Corp tak lupa menawarkan alternatif, yakni Anti-Gravity Space. Metodenya mirip Megaverse, sama-sama mengusung nano-suction, tapi Space tersaji berupa bantalan (pad). Ia mempunyai ukuran 3,81×7,62-sentimeter dan bisa Anda bubuhkan di case smartphone Android.

Di periode crowdfunding via Indie Gogo ini, Megaverse ditawarkan seharga mulai dari US$ 24 (belum termasuk MegaBack), dan Space sendiri dibanderol US$ 12. Kemampuan Megaverse terdengar cukup familier? Itu karena tahun lalu, Mega Tiny Corp pernah meluncurkan produk sejenis buat iPhone 6.

Teknologi Razer Ini Bisa Bantu Sony dan Microsoft Mengamankan Masa Depan Console

Revolusi besar tengah terjadi di industri game. Terobosan para raksasa di ranah hardware dan grafis memungkinkan terhidangnya virtual reality untuk konsumen biasa serta membuka gerbang ke era 4K gaming. Alhasil, console  current-gen menua lebih cepat, ‘memaksa’ produsen seperti Sony dan Microsoft me-refresh perangkat mereka dengan versi baru.

Keadaan seperti ini sendiri hampir tidak pernah menjadi masalah di PC karena penggunanya bisa mudah meng-upgrade hardware ketika diperlukan. Hal tersebut berperan sebagai kelebihan sekaligus kekurangan: PC kurang bersahabat buat user awam yang menginginkan produk ringkas, dan itulah keunggulan home console. Dan buat skenario yang kini menghadang PlayStation dan Xbox, penciptanya dapat mencari solusi dari sebuah produk milik Razer.

Diperkenalkan bersamaan dengan penyingkapan Razer Blade Stealth, Razer Core ialah solusi pintar atas terbatasnya hardware sebuah device. Penyajiannya sangat simpel, ia hadir berupa docking berisi kartu grafis discrete. Jika ingin menikmati konten VR atau permainan di resolusi tinggi, gamer cukup menyambungkan Core ke laptop via kabel Thunderbolt 3. Melalui cara ini, Razer dapat menjaga penampilan Blade Stealth tetap ringan serta ramping.

Pendekatan tersebut sebetulnya bukanlah sesuatu yang istimewa dan bisa segera diadopsi console maker, sehingga mereka tidak perlu mengganti seluruh sistem. Kabar baiknya lagi, Sony dan Microsoft bahkan tidak perlu repot-repot membuat modul ala Core, tinggal tambahkan saja kompatibilitas ke Razer Core karena teknologi pendukungnya tidaklah eksklusif – Core tercipta berkat bantuan dari Intel (Thunderbolt), Microsoft, Nvidia serta AMD.

“Menurut saya konsep modular sebuah PC – menyuguhkannya dalam wujud tipis serta ringan ditambah performa desktop – dapat jadi jalan keluar,” kata Systems Product Market Manager Razer Travis Furst pada Digital Trends. Ia juga menyampaikan, gagasan modular sudah banyak diimplementasikan ke berbagai hal, contohnya seperti saat kita mengganti knalpot mobil.

Tentu saja ide console modular menyimpan banyak rintangan, seperti yang dijelaskan analis dari Wedbush Securities, Michael Pachter. Seandainya modul cuma dibeli oleh sebagian orang, maka akan tercipta standar grafis berbeda dan itu menimbulkan masalah baru; misalnya membingungkan konsumen, membatasi pasar, dan membuatnya tidak populer di kalangan developer.

Sekarang saja, banyak gamer merasa kesal dengan kedatangan New PS4, Xbox One S, dan PS4 Pro serta Scorpio; sebab akan memicu kebingungan dan menyebabkan console generasi pertama jadi ketinggalan zaman.

Tak hanya user, developer juga tidak begitu gembira ketika tahu harus mengembangkan game untuk dua spesifikasi hardware berbeda. Tapi suka atau tidak, ide upgradable atau modular merupakan satu dari sedikit cara menjaga console agar tidak lekang oleh waktu.

 

InFocus Kangaroo Notebook Ialah Laptop Berisi ‘Dua PC’

Sebagai spesialis proyektor, InFocus turut memperluas dominasinya di ranah pendukung produktivitas kerja dengan menyediakan Mondopad. Tapi perusahaan Amerika ini baru betul-betul mencuri perhatian melalui penyingkapan PC portable bernama Kangaroo di bulan Oktober tahun lalu. Produk tersebut tampaknya cukup sukses karena inkarnasi Kangaroo selanjutnya telah diungkap.

Varian baru Kangaroo itu tidak lagi diramu sebagai mini PC ataupun desktop layaknya versi Pro, namun dikemas dalam wujud laptop. Menariknya, perangkat bernama Kangaroo Notebook itu bukanlah notebook biasa karena ia mengusung konsep modular, dan pada dasarnya menyimpan dua komputer personal berbeda dalam satu device – memungkinkan Anda menggunakan dua sistem operasi berbeda, dan memakainya untuk bekerja ataupun bermain.

Kangaroo Notebook 1

Penyajian ala laptop tentu saja membuat perangkat jauh lebih praktis dan fleksibel. Kangaroo Notebook Notebook tidak memerlukan monitor, mouse ataupun keyboard tambahan. Layaknya laptop, ia sudah dilengkapi rangkaian port, speaker, webcam, microphone, serta Synaptics Clickpad; menyuguhkan layar HD seluas 11,6-inci di tubuh berdimensi 288,9x196x19,9mm dengan bobot hanya 1,2-kilogram.

Kangaroo Notebook dibekali CPU Intel Atom x5-Z8350 1,44GHz, kartu grafis integrated HD Graphics, RAM LPDDR3 2GB, penyimpanan eMMC 32GB yang bisa diekspansi hingga 256GB dengan kartu microSD, mengambil tenaga dari baterai 37Whr/5.000mAh, dan berjalan di platform Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Kangaroo Notebook 2

Hal yang paling membuat Kangaroo Notebook berbeda dari produk laptop biasa adalah ia memungkinkan user men-swap sistem cukup dengan mengganti modul yang tersabung ke chassis. Berkat kemampuan ini, orang lain tidak dapat mengutak-atik profile Anda, kemudian privasi dan keamanan tetap terjaga karena data-data, gambar serta dokumen lain tidak bisa diakses siapapun kecuali sang pemilik.

Menurut InFocus, Kangaroo Notebook akan memberi banyak manfaat dalam pemakaian di rumah. Contohnya: orang tua kini tidak perlu khawatir menyimpan data-data keungan penting di PC keluarga yang biasa dipakai anak-anak buat menonton video atau menikmati game web. Ben Chu dari tim sales Kangaroo menuturkan, “Lewat Kangaraoo Notebook, kami memberikan kendali atas privasi langsung ke tangan konsumen. Desain modular perangkat ini menyajikan fleksibilitas tinggi bagi pengguna.”

Kangaroo Notebook rencananya akan mulai didistribusikan di pertengahan bulan Oktober, dan segera tersedia di ‘musim liburan’ tahun 2016. Perangkat dijajakan di harga US$ 300, dijual secara eksklusif di situs Newegg.

Via Venture Beat. Sumber: Kangaroo.

Mirip Mac Mini, HP Elite Slice Tawarkan Konsep Modular dengan Cara Tumpuk-Menumpuk

Modular adalah kata kunci yang membuat PC jadi menarik. Kendati demikian, tidak semua orang bersedia direpotkan oleh PC rakitan. Bagi mereka, lebih baik membeli PC jadian dari sebuah brand ternama ketimbang harus pusing memasang optical drive sendiri di PC-nya.

Branded PC memang terbukti praktis, sayang modularitasnya jadi berkurang. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi HP Elite Slice. Dipamerkan di ajang IFA 2016, PC dengan wujud ala Mac Mini ini menawarkan konsep modular yang sangat unik, dimana perangkat tinggal ditumpuk satu sama lain untuk menambah fungsionalitas, mirip seperti yang ditawarkan Acer Revo Build.

Tiap-tiap modul yang tersambung ini memanfaatkan konektivitas USB-C. Semisal Anda tidak puas dengan kualitas audionya, tinggal tambahkan modul audio rancangan Bang & Olufsen di bawah Elite Slice, dan seketika juga Anda akan mendapatkan suara 360 derajat plus teknologi noise cancelling.

HP Elite Slice dengan semua modul tambahan yang tersambung / HP
HP Elite Slice dengan semua modul tambahan yang tersambung / HP

Hal yang sama juga berlaku untuk optical drive, dimana modul bisa ditumpuk di bawah modul audio tadi, atau bisa juga sebaliknya. Semuanya tidak melibatkan kabel sama sekali mengingat pada masing-masing modul sudah terdapat konektor USB-C di atas dan port USB-C di bawah.

Elite Slice sendiri dibekali spesifikasi yang cukup beringas untuk ukurannya. Konfigurasi tertingginya mencakup prosesor Intel Core i7, RAM 8 GB DDR4 dan SSD sebesar 256 GB. Semua konektivitasnya tersimpan dengan rapi di belakang; meliputi HDMI, Ethernet, USB, USB-C maupun DIsplayPort.

Cover atas berupa panel kapasitif navigasi video call untuk HP Elite Slice / HP
Cover atas berupa panel kapasitif navigasi video call untuk HP Elite Slice / HP

Hal menarik lain dari Elite Slice adalah panel atas yang bisa dikustomisasi dengan komponen yang lebih fungsional semisal panel sentuh kapasitif untuk memudahkan navigasi selama proses video call. Penawaran lain berupa Wireless Charging Cover, dimana pengguna tinggal meletakkan smartphone di atas Elite Slice untuk mengisi ulang baterainya.

Rencananya HP Elite Slice akan dipasarkan mulai bulan September ini juga dengan harga $699 untuk konfigurasi terendahnya. Perlu diingat, kustomisasi panel penutup atasnya hanya bisa dilakukan selagi konsumen memesan barang.

Sumber: Pocket-lint dan Windows Blog.

Mouse Modular ‘Pintar’ Pertama di Dunia, SteelSeries Rival 700, Akan Segera Tersedia

Begitu sengitnya persaingan, para produsen menyadari bahwa produk mereka harus lebih cerdas agar bisa mengungguli rival-rivalnya, dan kita telah menyaksikan sendiri bangkitnya konsep ‘pintar’ di beragam ranah teknologi, termasuk gaming. Dan di CES 2016 kemarin, SteelSeries menyingkap sebuah periferal yang mereka klaim sebagai mouse pintar pertama di dunia, Rival 700.

Kepintaran Rival 700 terwujud dalam berbagai fitur di sana: komponennya bisa digonta-ganti, dan Anda dapat mengkustomisasi layar OLED onboard serta sistem alert-nya. Lewat kapabilitas terakhir itu, gamer memperoleh informasi dan notifikasi real-time terkait permainan yang sedang mereka nikmati. Dan melalui website mereka, SteelSeries membuka sejenak gerbang pemesanan, menandai semakin dekatnya perilisan Rival 700 di Asia dan Eropa.

SteelSeries Rival 700 3
Layar OLED Rival 700 bisa menunjukkan level health.

Elemen paling distingtif Rival 700 bisa Anda langsung temukan pada bagian luarnya. Gaming mouse ini memberikan kebebasan bagi gamer buat mengonfigurasi layar OLED, misalnya memperlihatkan data statistik (rasio kill dan death) atau memamerkan logo tim eSport, serta mengetahui langsung setting CPI (counts per inch). Rival 700 menyuguhkan desain ergonomis dengan tujuh buah tombol, dirancang untuk pemakaian tangan kanan.

Fitur tidak biasa lainnya di Rival 700 adalah alert tactile. Ia akan memberi tahu Anda begitu cooldown salah satu skill selesai melalui getaran, tanpa memengaruhi keakuratan. Berkatnya, Anda bisa lebih fokus ke pertandingan. User dipersilakan men-setting segala aspek alert, dari mulai countdown kemampuan karakter game serta tingkat health (saat kritis) melalui software SteelSeries Engine.

SteelSeries Rival 700 2
Rival 700 memiliki bagian-bagian modular.

Buat memastikan mouse tahan lama, SteelSeries menggunakan material plastik khusus di kedua tombol utama serta menambahkan pelindung ekstra di area punggung.

Produsen aksesori gaming asal Denmark itu juga tidak melupakan aspek performa, memutuskan untuk membekali Rival 700 dengan sensor kelas eSport. Sensor diramu agar mampu menyuguhkan akurasi satu banding satu, lalu gamer dapat mengonfigurasi resolusi dari 16.000 CPI sampai satu milidetik. Mouse sanggup melacak kecepatan maksimal 300-inci per detik di percepatan 50g. Satu lagi: modul sensor Rival 700 bisa dilepas, memungkinkan Anda meng-upgrade-nya dengan tipe yang lebih canggih (jika tersedia nanti).

SteelSeries Rival 700 4
Sisi samping SteelSeries Rival 700.

Via GameSense dan berkat Prism RGB, user dapat memilih jutaan warna, lalu cover bisa ditukar dengan desain atau permukaan berbeda. Rival dibundel bersama kabel karet sepanjang 90cm dan kabel braided 180cm.

Kemampuan unik SteelSeries Rival 700 tidak menuntut biaya terlalu tinggi. Ia ditawarkan seharga US$ 100 saja.

 

Lift-Bit Ialah Sofa yang Bisa Berubah Bentuk, Dikendalikan Lewat Gesture atau Smartphone

Meningkatnya populasi manusia di Bumi mendorong kita untuk hidup lebih hemat. Hal ini turut mendorong naiknya kepopularitasan tempat tinggal minimalis serta furnitur multi-fungsi, misalnya sofa santai yang dapat Anda ubah jadi tempat tidur. Dan menariknya lagi, konsep Internet of Things ternyata membuka potensi baru dalam penyajian produk furnitur.

Buat membuktikan gagasan tersebut, firma desain Carlo Ratti Associati berkolaborasi bersama perusahaan furnitur asal Swiss bernama Vitra untuk mengerjakan Lift-Bit. Ia adalah sistem furnitur modular, dikendalikan melalui smartphone, memungkinkannya berubah-ubah bentuk menjadi sofa, kursi malas, tempat tidur, ruangan tempat santai, serta konfigurasi-konfigurasi lainnya.

Lift-Bit

Lift-Bit terdiri dari modul-modul terpisah, berupa bangku heksagonal berlapis busa. Tiap bagiannya memiliki motor, sehingga ia bisa dinaik-turunkan dalam beberapa detik saja, dengan ketinggian antara 480-780-milimeter. Furnitur tersebut dapat dioperasikan menggunakan gesture – cukup menggerakkan tangan Anda di atasnya, atau via aplikasi. Carlo Ratti Associati telah menyiapkan sejumlah pre-set, namun Anda tentu dipersilakan buat menyusun kombinasi sendiri.

Uniknya lagi, Lift-Bit dapat merasa ‘bosan’ jika Anda tidak berinteraksi dengannya dalam waktu lama. Andai hal itu terjadi, ia akan berubah wujud secara otomatis buat bermain-main bersama user. Di acara Milan XXI Triennale International Exhibition, Carlo Ratti Associati menunjukkan dinamisnya kapabilitas Lift-Bit. Di sana, mengaktifkan sebuah modul akan memicu efek yang menyebabkan seluruh rangkaiannya menghasilkan kombinasi berbeda.

Lift-Bit 02

Contohnya: dua elemen Lift-Bit dapat membentuk bangku, empat buat jadi kursi malas, sembilan modul untuk menyusun sofa berukuran besar, dan sebagainya. Tapi tak cuma tempat duduk, Lift-Bit bisa dikonfigurasi ke bentuk lain, misalnya gunung berapi serta Grand Canyon. Tim penciptanya bilang, kombinasinya hampir tidak terbatas.

Profesor Carlo Ratti selaku founder Carlo Ratti Associati sekaligus direktur Senseable City Lab Massachusetts Institute of Technology menjelaskan bahwa Lift-Bit memperlihatkan salah satu manfaat Internet of Things dalam mentransformasi penampilan interior tempat tinggal. Ia mengatakan, “Di masa depan, kita dapat membayangkan bagaimana arsitektur bisa berubah menyesuaikan kebutuhan manusia, bukan sebaliknya – sebuah ruang hidup yang mampu beradaptasi dengan karakteristik dan keinginan penghuni rumah.”

Lift-Bit 03

Lift-Bit dipamerkan di Milans XXI Triennale, di ekshibisi ‘Rooms. Novel Living Concepts’, dibuka mulai tanggal 12 April sampai 12 September 2016.

Sumber: Lift-Bit.com.