Mouse Logitech G Pro Didesain dan Ditujukan untuk Jagoan eSport

Produsen peripheral seperti Logitech memang sudah sangat memahami aspek-aspek terpenting dalam merancang mouse secara umum. Pun demikian, tidak ada yang lebih paham soal kriteria mouse gaming terbaik ketimbang seorang atlet esport. Itulah mengapa Logitech mengajak jagoan esport dalam merancang mouse gaming terbarunya, Logitech G Pro.

G Pro pada dasarnya merupakan perpaduan dari dua mouse gaming terpopuler Logitech, yakni G100s dan G303. Desainnya cukup mirip dengan G100s; ambidextrous, ringan dan tidak neko-neko. Di saat yang sama, G Pro turut mengemas kecepatan, akurasi dan responsivitas yang ditunjukkan oleh G303 selama ini.

Di dalamnya bernaung sensor optik PMW3366 yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu yang paling presisi. Rentang DPI-nya berkisar antara 200 – 12.000, dan responsivitasnya di tiap pengaturan kecepatan dipastikan akan terus konsisten.

Pada kenyataannya, mouse ini telah menjadi favorit salah satu pemain CS:GO ternama, Tyler “Skadoodle” Latham. Tidak mengejutkan, mengingat ia merupakan salah satu atlet esport yang ditunjuk Logitech sebagai mitra kolaborasi, dimana ia telah menguji G Pro secara intensif selama masa pengembangan.

Logitech G Pro dilengkapi sepasang tombol makro yang bisa dikustomisasi dan tombol pengaturan DPI / Logitech
Logitech G Pro dilengkapi sepasang tombol makro yang bisa dikustomisasi dan tombol pengaturan DPI / Logitech

G Pro turut dibekali memory untuk menyimpan pengaturan DPI, pencahayaan maupun konfigurasi tombol makronya langsung di dalam perangkat, memastikan pengaturannya tidak berubah meski tersambung ke laptop atau PC apa saja.

Soal ketahanan, Logitech meyakini tombol kiri dan kanan G Pro sanggup berfungsi hingga lebih dari 20 juta klik. Kalau dihitung-hitung, jumlah klik sebanyak ini setara dengan sesi latihan gamer profesional selama 10 jam setiap hari, selama dua tahun berturut-turut.

Soal harga, Logitech G Pro akan meluncur ke AS dan Eropa seharga $70 mulai bulan Agustus ini. Sayang sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di kawasan Asia.

Sumber: Business Wire.

Ditawarkan di Harga Terjangkau, Mouse Gaming Razer Abyssus V2 Tak Kompromi Soal Performa

Abyssus diperkenalkan perdana di tahun 2009 buat memperkuat deretan mouse Razer di kelas entry-level. Penyajiannya sederhana sehingga ia bisa dimanfaatkan dalam bermacam-macam genre permainan, juga bersahabat bagi para gamer kidal. Kurang lebih tujuh tahun setelahnya, Razer akhirnya memutuskan buat menyingkap sang penerus.

Perusahaan Amerika spesialis periferal gaming pimpinan Min-Liang Tan itu mengumumkan ‘senjata’ baru untuk gamer di kelas budget: Abyssus V2. Mouse ini mewarisi prinsip sang pendahulu, di mana rancangan minimalisnya sanggup memberikan keunggulan. Meski ditawarkan di harga terjangkau, Razer memampatkan segala macam fitur kelas turnamen profesional di dalam, sehingga Abyssus V2 dapat dipakai baik oleh kalangan casual hingga hardcore.

Razer Abyssus V2 1

Penampilan Abyssus V2 hampir mirip varian sebelumnya dan mengusung desain ambidextrous, memiliki lampu LED tiga warna di area punggung dan scroll wheel, menyajikan tiga tombol Hyperesponse plus tombol DPI, dengan side grip berlapis karet. Mouse tersebut berukuran 117x64x38-milimeter, kompatibel ke hampir semua ukuran tangan serta mendukung berbagai teknik menggenggam (termasuk claw, palm, dan fingertip grip), dan berbobot hanya 80-gram.

Mengingat Abyssus bukanlah produk mewah dan difokuskan pada fungsi serta kinerja, pencahayaan LED di scroll wheel dan logo tidak didukug Razer Chroma, hanya memiliki tiga warna saja: hijau, biru dan biru muda. Anda bisa memilih dua mode, yaitu statis dan breathing.

Razer Abyssus V2 2

Di sisi performa, Razer telah mendongkrak kemampuan sensor optik Abyssus dari 3.500DPI menjadi 5.000DPI, memastikannya lebih responsif dan sensitif. Lalu untuk menyempurnakannya, Abyssus V2 juga menggunakan teknologi Ultrapolling 1.000Hz, sehingga waktu komunikasi antara PC dan mouse berlangsung singkat, serta mampu melacak kecepatan gerak hingga 100-inci per detik (IPS). Selain itu, Anda dapat mengatur lima tingkat DPI secara langsung.

Tiga tombol utama Abyssus V2 bisa Anda kustomisasi melalui software Razer Synapse, dapat diunduh gratis. Kemudian produsen turut membenamkan switch membran Hyperesponse andalan, menjanjikan daya tahan tinggi, mampu beroperasi normal hingga 20 juta kali klik.

Razer Abyssus V2 4

Razer Abyssus V2 terhubung ke PC lewat kabel USB, juga memerlukan sistem dengan sistem operasi yang cukup baru – di antaranya Windows 7, 8, 8.1, dan Windows 10, serta Mac OS X 10.8 sampai 10.11.

Razer memang belum menyampaikan kapan tepatnya Abyssus V2 akan dirilis, namun mouse ini sudah bisa dipesan di Razer Zone, ditawarkan di harga US$ 50.

Sumber: Razer Zone.

Mouse Swiftpoint Z Bantu Anda Dominasi Game Berbekal Tingkat Presisi Super-Tinggi

Dukungan mouse (dan juga keyboard) adalah salah satu alasan mengapa banyak gamer enggan berpaling dari PC sebagai platform untuk menikmati permainan video. Karena berkali-kali terbukti handal, desain dasar mouse hingga kini tidak banyak berubah, dan para produsen umumnya hanya menyempurnakan fungsi serta menambahkan fitur-fitur high-end.

Tapi kira-kira sejauh apa kapabilitas mouse di masa depan, selain dari semakin meningkatnya DPI dan hadirnya konsep modular? Di tahun 2014, desainer bernama Grant Odgers mengungkap Swiftpoint GT, sebuah mouse yang mengadopsi teknik gesture touch, membuat penggunaannya jadi sangat intuitif. Teknologi tersebut Odgers hadirkan di kreasi terbarunya, kali ini ditujukan untuk para gamer dan desainer: The Z.

Swiftpoint Z merupakan mouse pertama di dunia yang mampu mendeteksi putaran, kemiringan, dan ketinggian; serta menyajikan cara baru menekan tombol. Melalui periferal ini, Anda bisa memasukan bermacam-macam input tanpa mengangkat jari. Z juga dapat membaca seberapa keras tekanan pada tombol (termasuk ketika Anda menekannya dalam-dalam), dan merespons dengan kecepatan berbeda.

Swiftpoint Z
Z mengusung rancangan ergonomis, memiliki layar OLED dan lampu LED.

Developer tak hanya fokus pada desain dan sensor saja. Swiftpoint Z menyimpan accelerometer, gyroscope, force sensor serta sistem tactile feedback sehingga keakuratannya sulit ditandingi, bahkan oleh produsen mouse ternama. Lalu Z bisa mengetahui 50 jenis klik berbeda, dari mulai menekan seperti biasa, men-tap zona tertentu, atau bahkan sekedar meluruskan jari.

Seperti apa saja keunggulan Z? Bayangkan, dengan memiringkan mouse ke kanan atau kiri, Anda bisa memerintahkan karakter di game untuk memiringkan kepala. Kemudian menggeser kamera secara pelan dan lurus dapat dilakukan dengan memutar mouse ke arah yang Anda maksud. Terakhir: Anda bisa memerintahkan helikopter di permainan buat terbang cukup dengan mengangkat mouse.

Z mengusung rancangan ergonomis dan tombolnya telah teruji tetap bekerja normal hingga 20 juta kali klik. Melengkapi fiturnya, tim Swiftpoint turut menambahkan layar OLED di sisi kiri mouse. Sewaktu Anda mengangkatnya, Z secara otomatis mengaktifkan mode konfigurasi, dan Anda tinggal menekan tombol di atas display buat mengubah level DPI. Demi memastikan tidak adanya kendala terkait baterai dan latency, developer memutuskan untuk tetap menggunakan kabel.

Saat ini Swiftpoint Z dijajakan oleh tim Odgers di Kickstarter seharga mulai dari US$ 150 khusus bagi para backer. Proses pengiriman dijadwalkan dilakukan pada bulan Desember 2016.

Mouse Razer Naga Hex V2 Dioptimalkan untuk Game Ber-genre MOBA

Skill dan teamwork adalah dua atribut terpenting kalau Anda ingin menjadi jawara dalam permainan MOBA, entah itu Dota 2, League of Legends, Heroes of the Storm maupun yang lainnya. Akan tetapi dalam banyak kasus, peripheral yang tepat – keyboard dan mouse – bisa menopang dua atribut tersebut lebih maksimal lagi.

Bagi Anda yang gemar bermain genre MOBA, Razer punya mouse anyar yang dirancang khusus buat Anda. Bernama Naga Hex V2, Razer tak segan menyebutnya sebagai mouse OP alias overpowered, sebuah istilah untuk menggambarkan skill tingkat dewa di kalangan para gamer.

Jantung Naga Hex V2 adalah sensor laser 5G 16.000 DPI yang memastikan pergerakan kursor Anda lincah sekaligus akurat, tidak peduli ukuran layarnya sebesar apa – mau multi-monitor atau layar 4K sekalipun. Desainnya pun dirancang seergonomis mungkin untuk dipakai dengan tangan kanan.

Razer Naga Hex V2 datang bersama tujuh tombol macro beserta grip bertekstur di tengahnya / Razer
Razer Naga Hex V2 datang bersama tujuh tombol macro beserta grip bertekstur di tengahnya / Razer

Namun yang menjadi sorotan utama justru adalah tujuh tombol ekstra berdesain memutar di sisi kiri mouse. Tombol-tombol ini bisa diprogram sesuai kebutuhan, dan tepat di tengahnya adalah sebuah grip karet bertekstur agar ibu jari pengguna selalu siap dengan aksi berikutnya.

Menurut pengakuan salah satu pemain LoL terbaik sejagat, Lee “Faker” Sang-hyeok, penempatan tombol ekstra pada Naga Hex V2 memungkinkan pemain untuk bereaksi dengan cepat dan akurat tanpa ada resiko salah klik. Hal ini penting mengingat salah klik bisa berakibat fatal dalam sebuah permainan MOBA.

Sebagai pemanis, Razer turut menyematkan teknologi pencahayaan Chroma yang bisa diprogram dalam 16,8 juta pilihan warna dan efek yang beragam lewat software Razer Synapse. Melalui software yang sama ini pula pengguna juga bisa mengunduh profil khusus yang telah dioptimalkan untuk game MOBA, utamanya LoL dan Dota 2.

Razer Naga Hex V2 saat ini sudah dipasarkan seharga $80. MOBA mania yang tengah mengincar mouse baru sepertinya bisa melirik penawaran Razer yang satu ini.

Sumber: Razer.

Mouse Modular ‘Pintar’ Pertama di Dunia, SteelSeries Rival 700, Akan Segera Tersedia

Begitu sengitnya persaingan, para produsen menyadari bahwa produk mereka harus lebih cerdas agar bisa mengungguli rival-rivalnya, dan kita telah menyaksikan sendiri bangkitnya konsep ‘pintar’ di beragam ranah teknologi, termasuk gaming. Dan di CES 2016 kemarin, SteelSeries menyingkap sebuah periferal yang mereka klaim sebagai mouse pintar pertama di dunia, Rival 700.

Kepintaran Rival 700 terwujud dalam berbagai fitur di sana: komponennya bisa digonta-ganti, dan Anda dapat mengkustomisasi layar OLED onboard serta sistem alert-nya. Lewat kapabilitas terakhir itu, gamer memperoleh informasi dan notifikasi real-time terkait permainan yang sedang mereka nikmati. Dan melalui website mereka, SteelSeries membuka sejenak gerbang pemesanan, menandai semakin dekatnya perilisan Rival 700 di Asia dan Eropa.

SteelSeries Rival 700 3
Layar OLED Rival 700 bisa menunjukkan level health.

Elemen paling distingtif Rival 700 bisa Anda langsung temukan pada bagian luarnya. Gaming mouse ini memberikan kebebasan bagi gamer buat mengonfigurasi layar OLED, misalnya memperlihatkan data statistik (rasio kill dan death) atau memamerkan logo tim eSport, serta mengetahui langsung setting CPI (counts per inch). Rival 700 menyuguhkan desain ergonomis dengan tujuh buah tombol, dirancang untuk pemakaian tangan kanan.

Fitur tidak biasa lainnya di Rival 700 adalah alert tactile. Ia akan memberi tahu Anda begitu cooldown salah satu skill selesai melalui getaran, tanpa memengaruhi keakuratan. Berkatnya, Anda bisa lebih fokus ke pertandingan. User dipersilakan men-setting segala aspek alert, dari mulai countdown kemampuan karakter game serta tingkat health (saat kritis) melalui software SteelSeries Engine.

SteelSeries Rival 700 2
Rival 700 memiliki bagian-bagian modular.

Buat memastikan mouse tahan lama, SteelSeries menggunakan material plastik khusus di kedua tombol utama serta menambahkan pelindung ekstra di area punggung.

Produsen aksesori gaming asal Denmark itu juga tidak melupakan aspek performa, memutuskan untuk membekali Rival 700 dengan sensor kelas eSport. Sensor diramu agar mampu menyuguhkan akurasi satu banding satu, lalu gamer dapat mengonfigurasi resolusi dari 16.000 CPI sampai satu milidetik. Mouse sanggup melacak kecepatan maksimal 300-inci per detik di percepatan 50g. Satu lagi: modul sensor Rival 700 bisa dilepas, memungkinkan Anda meng-upgrade-nya dengan tipe yang lebih canggih (jika tersedia nanti).

SteelSeries Rival 700 4
Sisi samping SteelSeries Rival 700.

Via GameSense dan berkat Prism RGB, user dapat memilih jutaan warna, lalu cover bisa ditukar dengan desain atau permukaan berbeda. Rival dibundel bersama kabel karet sepanjang 90cm dan kabel braided 180cm.

Kemampuan unik SteelSeries Rival 700 tidak menuntut biaya terlalu tinggi. Ia ditawarkan seharga US$ 100 saja.

 

Serius Dukung Pro Gamer, BenQ Akan Hadirkan Zowie Gear di Indonesia

Dibanding nama-nama populer seperti SteelSeries dan Razer, saat disebutkan, Zowie mungkin membuat Anda mengerutkan dahi. Diperkenalkan di akhir 2008, Zowie adalah produsen gaming gear khusus ranah kompetitif. Lalu di tahun 2015, ia diakuisisi oleh BenQ, dan Zowie turut memperoleh upgrade di sisi branding. Kabarnya, BenQ bermaksud membawanya masuk ke Indonesia.

Perombakan desain sebetulnya sudah diungkap pada bulan Desember 2015 silam, namun baru di akhir minggu ini BenQ memperkenalkan Zowie untuk konsumen tanah air. Berdasarkan penjelasan di press release, semua produk Zowie akan diluncurkan dengan logo merah berlatar belakang hitam – warna khas yang merepresentasikan identitas gamer; juga agar selaras dengan monitor gaming BenQ.

Zowie Gear 2
Zowie EC-A.

Secara tertulis, country general manager BenQ Indonesia Eko Handoko Wijaya menuturkan bahwa kehadiran Zowie Gear membuktikan keseriusan BenQ terhadap kebutuhkan para atlet esport, “Kami berharap agar pembaruan pada rangkaian produk Zowie, baik logo maupun kemasannya, akan meningkatkan minat dan rasa penasaran para gamer profesional. Tersedianya Zowie di Indonesia juga diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan industri esport.”

Tentu saja upgrade bukan cuma diterapkan pada sisi penampilan semata. Saat ini Zowie memiliki lima kategori produk, yaitu mouse, mousepad, aksesori, monitor dan mousefeet Skatez. Untuk mouse sendiri, seri Zowie ZA, FX dan EC kini dibekali switch Omron 20-milimeter sehingga klik terasa lebih ringan. Kemudian produsen turut meng-update scroll wheel, sekarang dengan scroll 16-step.

Zowie Gear 3
Zowie Camade.

Perubahan pada desain juga berlaku pada mousepad SR dan TF-X, versi barunya mempunyai wujud hitam dan jahitan di sudut; serta diimplementasikan di aksesori cable management Camade (kecuali mungkin Skatez karena ia ditempatkan di sisi yang jarang terekspos). Produk-produk anyar Zowie Gear rencananya akan mulai tersedia di seluruh mitra kerja BenQ pada bulan Juni 2016. Info terkini mengenai Zowie dapat Anda peroleh di Facebook resmi BenQ Indonesia.

Masih berkaitan dengan esport, beberapa hari lalu Zowie mengumumkan kolaborasi bersama tim papan atas Natus Vincere. Dari pengakuan pemain CS:GO Na’Vi Denis ‘seized’ Kostin, ia beserta timnya memilih Zowie karena gaming gear tersebut karena perangkat dibuat oleh orang-orang yang juga memahami esport dan mengerti keinginan para gamer profesional. Kostin turut mengapresiasi kenyamanan, reliabilitas dan tingkat kestabilan mousepad Zowie – ia pribadi memilih seri SR.

Zowie Gear 4
Zowie TF-X.

Mirip Kacamata, GlassOuse Sebetulnya Ialah Mouse Untuk Penyandang Cacat

Ada jutaan orang di dunia yang tidak bisa menggunakan satu atau kedua tangan mereka. Tangan merupakan organ tubuh terpenting buat berinteraksi, meskipun telah ada teknologi hands-free, ia tetap diperlukan untuk mengoperasikan berbagai device. Tapi berkat GlassOuse, penyandang disabilitas kini bisa lebih leluasa bercengkrama dengan perangkat bergerak.

GlassOuse dibuat oleh seorang inventor muda bernama Mehmet Nemo, terinspirasi setelah seorang teman mengalami cedera tulang punggung, menyebabkannya tidak bisa menggerakan tangan dan kaki. Kejadian tersebut menantang Nemo untuk menciptakan perangkat yang dapat mempermudah hidup sang kawan serta para penderita keterbatasan fisik lain. Singkatnya, GlassOuse ialah controller unik yang memanfaatkan gerakan kepala dan mulut.

Device tersebut mempunyai wujud seperti kacamata, tanpa lensa plus frame tebal di bagian atas. GlassOuse mengubah gerakan kepala menjadi input kendali buat berinteraksi ke layar. Dengan kepala di posisi normal, cursor akan berada di tengah; dan pengguna tinggal mengarahkan kepala untuk mengendalikan cursor.

GlassOuse 1
Mouth piece-nya mirip mic di headset.

GlassOuse memiliki komponen mouth piece, bentuknya mirip mic di headphone, berperan sebagai tombol. Untuk menentukan pilihan, user dapat menggigit atau menekan mouth piece. Bagian ini tersambung ke GlassOuse melalui kabel fleksibel, bisa disesuaikan agar letaknya pas di mulut. Tombol tersebut sudah diuji coba dan lulus tes klik sebanyak 50 ribu kali di bawah tekanan tiga ton, jadi Anda tak perlu mengkhawatirkan kualitasnya.

Perangkat dirancang agar ringan (hanya 49-gram) dan nyaman dikenakan. Ia mempunyai sensitivitas tinggi terhadap gerakan, mampu membaca gerakan di sembilan poros. Buat mentenagai GlassOuse, developer membubuhkan baterai Li-Po 330mAh, mampu bekerja selama 15 jam non-stop, atau tujuh sampai sepuluh hari dalam pemakaian normal. Dan jangan cemas juga soal kebersihan, mouth piece dibekali bahan anti-bakteri, telah lulus serfikasi ROHS.

GlassOuse 3
Meski tampak tebal, bobot GlassOuse hanya 49-gram.

GlassOuse dapat terkoneksi ke bermacam-macam perangkat melalui Bluetooth: PC, TV, smartphone dan tablet; baik platform Windows, Android, Linux serta OS Apple. Proses setup-nya dibuat agar sederhana, Anda tinggal menekan tombol Connect dan menyambungkannya ke ‘CEBA GlassOuse’. Untuk menyesuaikan level sensitivitas, Anda bisa menggunakan menu setting di PC atau handset, atau langsung via GlassOuse.

Di periode crowdfunding melalui Indie Gogo, GlassOuse ditawarkan separuh harga retail, yaitu US$ 150. Dan Anda yang tidak membutuhkannya bisa membantu developer mengumpulkan dana dengan memilih perk non-profit.

Razer Turret Adalah Peripheral Unik untuk Kebutuhan Gaming di Ruang Tamu

Setelah diumumkan pada event CES 2015, peripheral unik Razer Turret akhirnya siap dipasarkan secara luas. Perangkat ini pada dasarnya dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan PC gaming pengguna di ruang tamu.

Razer Turret terdiri dari tiga bagian: keyboard bergaya chiclet, mousepad berlapis magnet dan mouse berjenis ambidextrous dengan sensor 3.500 DPI. Ketiganya dimaksudkan untuk dipakai secara bersamaan di atas pangkuan pengguna yang sedang duduk santai di atas sofa menghadap ke TV.

Razer Turret terdiri dari keyboard, mousepad dan mouse / Razer
Razer Turret terdiri dari keyboard, mousepad dan mouse / Razer

Meski mouse-nya ideal untuk dipakai dengan tangan kiri atau kanan, mousepad-nya hanya bisa menancap di sisi kanan keyboard karena ia tersambung oleh sebuah engsel yang bisa dilipat. Terlepas dari itu, lapisan magnet yang ada pada mousepad berfungsi untuk mencegah mouse tergelincir jatuh, bahkan saat Anda sedang begitu intensnya bermain.

Turret menyambung ke PC secara nirkabel via adapter USB, namun ia turut dibekali koneksi Bluetooth untuk dihubungkan ke perangkat Android. Bahkan di keyboard-nya tertanam tombol Back dan Home yang secara khusus dirancang untuk digunakan dengan perangkat Android – utamanya adalah Razer Forge TV yang memang berjalan pada platform Android.

Wujud Razer Turret ketika diberdirikan di atas docking charger-nya / Razer
Wujud Razer Turret ketika diberdirikan di atas docking charger-nya / Razer

Nama Turret sendiri datang dari wujudnya ketika dipasang di atas docking charger. Keyboard-nya diklaim sanggup beroperasi hingga 4 bulan sebelum perlu di-charge kembali, sedangkan mouse-nya punya daya tahan 40 jam nonstop.

Kalau Anda gemar bermain game PC selagi bersantai di depan TV, Razer Turret bisa Anda dapatkan seharga $160.

Sumber: Razer.

Mouse Asus ROG Spatha Diramu Untuk Bantu Anda Taklukkan Game MMO

Di CES 2016 bulan Januari lalu, Asus melengkapi deretan gaming gear mereka dengan memperkenalkan sejumlah periferal baru. Mereka meliputi keyboard Republic of Gamers Claymore, mouse ROG Spatha, serta headphone ROG 7.1. Saat itu detail mengenai produk tersebut masih terbilang minim, dan memang belum lama Asus menyingkap informasinya lebih lengkap.

Di artikel ini, kita akan mengulik ROG Spatha, mouse gaming yang Asus sengaja ramu untuk menjadi periferal spesialis permainan massively multiplayer online, biasa disingkat MMO. Ia merupakan salah satu gear high-end produsen asal Taiwan itu. Asus tak menganggapnya sebagai mouse biasa, melainkan ‘simbol status bahwa Anda serius’, dirancang agar segala fungsi game berada di genggaman Anda.

ROG Spatha 2
Tampilan atas ROG Spatha.

Asus ROG Spatha mengusung arahan desain ergonomis, bukan ambidextrous, sehingga ia kurang cocok digunakan gamer kidal – terutama bagi mereka yang memakai mouse di tangan kiri. Namun bagi mayoritas, Spatha berpeluang besar untuk jadi periferal favorit. Chassis-mya terbuat dari logam magnesium, sisi-sisinya dipisahkan garis tebal, dan ada tiga zona lampu LED terpisah.

Desain tersebut bukan sekedar pemanis penampilan. Tombol sebelah kanan lebih panjang karena umumnya ukuran jari tengah kita lebih panjang dari telunjuk, lalu pola ‘kuil suku Maya’ di sisi samping dibubuhkan di sana demi menjaga cengkeraman tetap mantap meski Anda memiliki telapak tangan yang besar. Spatha juga cocok untuk dua tipe pemakaian mouse, yaitu palm atau claw grip.

Switch Omron di dalam memastikan ROG Spatha tetap berfungsi normal hingga 20 juta kali klik. Ia menyuguhkan total 12 tombol yang bisa dikustomisasi, termasuk enam thumb button. Soket switch-nya upgradable sehingga Anda dimudahkan mengkustomisasi ‘feel‘ dari mouse tersebut. Spatha dapat dipakai sebagai mouse wired ataupun wireless, menyuguhkan sensor laser 8.200dpi, mampu mendeteksi kecepatan 150-inci per detik dan akselerasi 30g.

ROG Spatha
Bundel pembelian ROG Spatha.

Ada sedikit perbedaan polling rate antara mode kabel (via iUSB 2.0) dan wireless, masing di 2.000Hz dan 1.000Hz. Asus ROG Spatha mengusung koneksi berkecepatan 2,4GHz untuk berkomunikasi dengan PC, sehingga level latency-nya minimal. Mouse dibundel bersama dua tipe kabel – kabel karet 1-meter serta braided sepanjang 2-meter. Warna dan pola lampu LED, serta fungsi tombol dapat Anda konfigurasi melalui software ROG Armory, tersedia berupa download.

Menarik bukan? Sayangnya meskipun Asus telah memublikasikan press release di awal minggu ini, mereka belum memberi tahu harga serta kapan ROG Spatha tersedia di Indonesia.

Sumber: Asus.com.

Tiga Periferal Baru Asus ROG Ini Sempurnakan Kegiatan Gaming Anda

Republic of Gamers Asus ciptakan setelah sang produsen dari Taiwan itu menyadari signifikansi ranah gaming pada perkembangan teknologi hardware. Meski ROG segera mengingatkan kita pada produk notebook dan komponen high-end, Asus juga tidak melupakan aspek esensial penopang gaming seperti menyediakan beragam aksesori serta periferal.

Ketika kompetitor umumnya menggaet tim spesialis buat menyuguhkan periferal pendukung, Asus memutuskan untuk meramunya sendiri. Dan di CES 2016 silam, Asus mengungkap tiga aksesori gaming baru. Mereka adalah keyboard ROG Claymore, mouse ROG Spatha, dan headset ROG 7.1. Dari penjelasan Asus, periferal dirancang sedemikian rupa agar serasi dengan produk hardware, contohnya motherboard 970 Pro Gaming/Aura.

ROG Claymore

Merupakan keyboard mekanik dengan switch Cherry MX RGB, disuguhkan dalam opsi hitam, coklat, biru dan merah. Bagian keypad dapat dilepas, memberikan gamer keleluasaan buat menentukan sendiri posisinya. Numpad tak lupa dibekali fitur macro. Papan ketik memanfaatkan frame aluminium plus detail ala kuil suku Maya.

Claymore menyajikan LED backlight RGB 16,8-juta warna, masing-masing tuts dapat dikustomisasi. Ada teknologi N-key Rollover, di mana tiap tombol dibaca secara terpisah oleh keyboard, sehingga tiap tekanan terdeteksi akurat meski tombol lain sedang ditekan. LED dapat disinkronisasi ke motherboard. Kemudian via hotkey, Anda bisa langsung mengakses fungsi overclock, BIOS sampai setting kecepatan kipas.

ROG Spatha

Spatha ialah laser gaming mouse dengan 8200dpi, dispesialisasikan untuk permainan MMO. Periferal menggunakan jenis chassis berbahan logam magnesium, menawarkan 12 tombol programmable – enam di antaranya ditempatkan di sisi jempol. Rancangan soket tombol kiri dan kanan memungkinkannya untuk di-upgrade dan dikonfigurasi. Berbekal switch Omron, Asus mengklaim mouse tetap bekerja otimal sampai 20 juta kali klik.

Uniknya lagi, Anda dibebaskan untuk memakainya secara wireless atau tersambung via kabel. Di mode wired, polling rate (tinggi rendahnya informasi yang dapat terkirim dari mouse ke komputer) mencapai 2.000Hz. Dan hampir sama seperti Claymore, kita bisa mengkustomisasi lighting LED RGB di tiga zona mouse.

ROG 7.1

New Asus ROG Peripherals 01

Asus memberikan nama sederhana bagi sang penerus Strix 7.1 ini: ROG 7.1. Produsen bilang, berbagai penyempurnaan telah diimplementasikan agar efek surround sound terdengar lebih baik lagi, serta menjanjikan ‘atmosfer suara 3D sesungguhnya’.

Headset ditenagai driver discrete bermagnet neodymium kelas audiophile, ditambah audio station plug-and-play USB khusus. Unit tersebut menyimpan soundcard, juga menyediakan akses langsung ke setting suara in-game. Teknologi noise-cancellation di sana kabarnya sanggup mengurangi 90 persen bunyi-bunyian eksternal yang tak diinginkan.

Sumber: Asus.com.