Cara Gabung Jadi Mitra Startup Kuliner Hangry

Hangry adalah startup kuliner di Indonesia, yang memiliki konsep restoran berbasis komputasi awan atau cloud kitchen dan multi-brand. Startup kuliner satu ini fokus melayani konsumen melalui pesan antar (delivery).

Lain dengan restoran konvensional pada umumnya, konsep cloud kitchen sendiri tidak melayani makan langsung di tempat. Hangry mengembangkan aplikasinya sendiri, agar pelanggan dapat memesan makanan secara online.

Hingga kini, Hangry sudah memiliki 73 outlet di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Pihak perusahaan mengaku akan terus melakukan perluasan wilayahnya demi memaksimalkan bisnis.

Syarat dan Cara Kerja Kemitraan Hangry

Salah satu cara utama Hangry membedakan dirinya dengan perusahaan cloud kitchen dan multi-brand lainnya, yakni dengan fokus pada brand kuliner yang diusungnya sendiri, alih-alih menyediakan fasilitas dan layanan dapur untuk restoran dan klien pihak ketiga lainnya.

Meski begitu, startup kuliner ini tak menutup kesempatan bagi siapa saja yang ingin menjadi mitra, melalui program kemitraannya. Cara kerja program ini yakni secara auto-pilot atau usaha sepenuhnya dijalankan oleh manajemen.

Manajemen akan menjalankan bisnis secara menyeluruh. Mulai dari pemilihan lokasi, konstruksi, supply chain, hingga kegiatan operasional seperti menjaga kualitas bahan makanan, pengawasan staf di lapangan hingga mengutamakan kebersihan dan keamanan outlet.

Mitra hanya pelu menyetorkan modal awal dan menunggu hasil penjualan dari modal yang disetorkan. Melansir Bisnis.com, biaya kemitraan Hangry dimulai dari kisaran Rp 900 juta. Dengan membayar biaya tersebut, mitra akan mendapatkan akses ke semua brand di bawah naungan startup kuliner itu.

Langkah Bergabung Jadi Mitra

Setelah memahami syarat dan cara kerja kemitraan pada perusahaan kuliner rintisan tersebut, begini cara mendaftar menjadi mitranya:

  • Selanjutnya, scroll menuju paling bawah pada laman Kemitraan.
  • Kemudian, isi kolom pedaftaran di bawah tulisan “Tertarik? Daftarkan diri anda sekarang”.
  • Calon mitra akan diminta mengisi nama pendaftar, alamat email, nomor telepon.

  • Berikutnya, pilih lokasi outlet.

  • Setelah itu, klik Daftar Sekarang.
  • Setelah form pendaftaran terkirim, silakan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak Hangry untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Keuntungan Bergabung Kemitraan

Ada pun keuntungan menjadi mitra Hangry, antara lain:

  • Mendapatkan beberapa brand ternama di beberapa outlet sekaligus.
  • Pengelolaan operasional secara menyeluruh dari Hangry.
  • Tak perlu repot memikirkan menu atau inovasi baru bagi bisnis.
  • Pembagian manfaat dan akses yang transparan.
  • Potensi keuntungan lebih dari dua kali lipat.

Demikian serangkaian tips dan cara bergabung kemitraan startup kuliner Hangry. Semoga bermanfaat!

Hangry, Startup Kuliner yang Bantu Brand Lokal Rambah Pasar Global

Hangry adalah startup kuliner di Indonesia, yang memiliki konsep restoran berbasis komputasi awan atau cloud kitchen dan multi-brand. Melalui layanannya, startup ini berkomitmen ingin menjadi perusahaan kuliner F&B yang sukses tak hanya di pasar lokal, tetapi juga global.

Startup kuliner satu ini hadir pada 2019, yang didirikan oleh Abraham Viktor, Robin Tan dan Andreas Resha. Hangry lahir di tengah bisnis kuliner yang menggeliat kencang, ditambah dengan tren layanan on-demand yang kian diminati masyarakat.

Dengan mengusung konsep cloud kitchen, startup ini  fokus melayani konsumen melalui layanan pesan antar (delivery). Lain dengan restoran konvensional pada umumnya, konsep cloud kitchen sendiri tidak melayani makan langsung di tempat.

Hangry juga berkomitmen menjadi one-stop-solution bagi konsumen bisnis kuliner. Salah satunya dengan memiliki aplikasi Hangry App, yang memungkinkan pelanggan memesan produk kuliner dari brand-brand di bawah naungannya secara online, dalam satu kali pesanan.

app

Miliki Ragam Kuliner dari Berbagai Brand

Perusahaan rintisan ini, memiliki beberapa brand kuliner dengan menu yang beragam. Di antaranya, yakni Moon Chicken dengan menu ayam goreng ala Korea, San Gyu dengan masakan otentik Jepang, Ayam Koplo dengan ayam geprek dan berbagai hidangan ayam, serta Dari Pada dengan kopi dan menu minuman lainnya.

Ada pun harga yang dipatok pada setiap menunya mulai dari kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 70 ribu per porsi. Selain tersedia di aplikasi rintisannya sendiri, produk kuliner tersebut juga tersedia di berbagai layanan food delivery lain, seperti Gofood, Grabfood, ShopeeFood dan Traveloka Eats.

Hingga kini, startup ini sudah memiliki 73 outlet di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Pihak Hangry mengaku akan terus melakukan perluasan wilayahnya demi memaksimalkan bisnis.

Tawarkan Kemitraan 

Salah satu cara utama Hangry membedakan dirinya dengan perusahaan cloud kitchen dan multi-brand lainnya, yakni dengan fokus pada brand kuliner yang diusungnya sendiri, alih-alih menyediakan fasilitas dan layanan dapur untuk restoran dan klien pihak ketiga lainnya.

Meski begitu, perysahaan ini tak menutup kemungkinan bagi siapa saja untuk bergabung menjadi mitra, melalui program kemitraannya. Keuntungan menjadi mitranya, antara lain:

  • Mendapatkan beberapa brand ternama di beberapa outlet sekaligus.
  • Pengelolaan operasional.
  • Pembangian manfaat dan akses yang transparan.
  • Potensi keuntungan lebih dari dua kali lipat.

Misi: Bawa Brand Kuliner Lokal Naik Kelas

Hangry memiliki komitmen menjadi brand yang tumbuh bersama konsumen. Startup ini juga memiliki misi menjadi perusahaan makanan dan minuman terbesar di Indonesia pada 2025. Kemudian menyasar pasar global pada 2030.

Dengan sejumlah pendanaan investor, Hangry juga bertekad untuk menambah jumlah gerai Hangry di Indonesia, termasuk meluncurkan restoran dine-in, sebelum melakukan ekspansi ke negara lain.

Hangry Dikabarkan Galang Pendanaan Lanjutan 205 Miliar Rupiah

Startup kuliner multi-brand sekaligus brand aggregator Hangry dikabarkan tengah merampungkan putaran pendanaan terbarunya. Dari data yang telah diinputkan ke regulator, saat ini nilai putaran ekuitas yang telah terkumpul mencapai $14,25 juta atau sekitar 205 miliar Rupiah.

Digabungkan dengan putaran pendanaan awal dan seri A yang didapat tahun lalu, saat ini diperkirakan valuasi perusahaan mendekati $150 juta, mengokohkan pada status “centaur”.

Sejumlah pemodal ventura dan angel investor berpartisipasi dalam investasi tersebut, termasuk Alpha JWC Ventures dan Orzon Ventures. Kami sudah mencoba meminta pernyataan ke eksekutif perusahaan. Namun sampai berita ini diterbitkan belum ada respons yang diberikan.

Perluas model bisnis dan ekspansi

Sejak didirikan tahun 2019, kini Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang terbesar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Hingga 2021, disampaikan juga mereka telah menjual 10 juta porsi makanan dan minuman.

Perluasan yang cukup kencang tersebut didukung model bisnis ala cloud kitchen yang diadopsi. Hal ini dilandasi model operasional Hangry mengutamakan pesanan via aplikasi food delivery — kendati beberapa waktu terakhir mereka juga mulai menyediakan opsi dine-in.

Selain mengembangkan brand makanan sendiri, tahun ini Hangry juga memulai strategi brand aggregator. Mereka akan mengakuisisi penuh brand kuliner yang dianggap potensial masuk ke ekosistem produknya. Pekan lalu, Hangry mengumumkan akuisisinya atas Accha, sebuah brand makanan khas India yang beroperasi di Jakarta.

Masuknya Accha akan melengkapi varian produk yang telah dimiliki Hangry, seperti Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo. Kendati demikian, Co-Founder & CEO Abraham Viktor memastikan bahwa pembuatan brand baru secara mandiri akan terus dilakukan, seiring dengan strategi akuisisi yang akan mulai digencarkan.

Selain itu turut dikatakan, strategi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.

Application Information Will Show Up Here

Ramaikan Industri Cloud Kitchen, Foodstory Usung Konsep “Multi-Brand F&B”

Foodstory meramaikan industri cloud kitchen di Indonesia yang masih memiliki ruang tumbuh besar. Startup ini mulai beroperasi pada Januari 2021, didirikan oleh Dennish Tjandra, eks pendiri startup kecantikan HelloBeauty dan memiliki pengalaman di Rocket Internet; bersama Charles Kwok, seorang serial entrepreneur.

Foodstory mengusung konsep multi-brand F&B group yang membuat, membangun, dan mengoperasikan beberapa brand in-house dalam satu dapur. Ada tiga brand pada saat ini, yakni Chicken Pao, Bowlgogi, dan Lahab Kitchen. Outlet Foodstory melayani take-away, delivery, serta beberapa lokasi dine-in untuk meningkatkan engagement ke konsumen. Hangry menjadi startup terdekat yang memiliki konsep serupa dengan Foodstory.

Kepada DailySocial, Co-Founder Foodstory Dennish Tjandra menceritakan bahwa startup barunya didirikan karena dirinya dan Charles memiliki kesamaan hobi, yakni menyukai makanan. Mereka berdua sama-sama pernah menekuni usaha F&B sebelum akhirnya bertemu pada akhir kuartal tiga tahun lalu, untuk membicarakan kondisi masing-masing yang terdampak dari pandemi.

“Lalu kami sama-sama melihat adanya peluang di industri makanan mengingat perubahan perilaku konsumen terhadap pemesanan makanan online setelah adanya pandemi. Lalu tercetuslah ide mengenai Foodstory ini,” terangnya, Selasa (7/7).

Meski konsepnya bukan barang baru, sambungnya, namun Foodstory tidak memiliki food production house sendiri. Perusahaan bekerja sama dengan mitra yang bertugas untuk mengirimkan pre-cooked meals ke outlet Foodstory. Dengan cara ini, setiap outlet tidak perlu memiliki chef karena hanya perlu memasak untuk assembly dan finishing saja sesuai pesanan.

“Jadi seperti ‘doorship’ makanan, sehingga secara operasional dan biaya kami bisa lebih efektif dan efisien, serta yang paling penting, lebih konsisten.”

Sumber: Foodstory

Untuk pengembangan menu dan brand F&B lainnya, Foodstory bekerja sama dengan mitra food production house tersebut. Pemilik dari food production house ini termasuk salah satu pemegang saham di Foodstory. “Untuk brand dan menu-menunya kita combine antara makanan-makanan yang long last dengan tren. Contoh, fried chicken atau crispy chicken ‘kan dari zaman dulu sudah ada, cuma kita padukan dengan tren sekarang.”

Saat ini Foodstory sedang menuju delapan outlet yang tersebar di sekitar Jakarta dan Tangerang, di antaranya Sawah Besar, Pluit, Puri, Kramat Pulo, Cengkareng, Cipete, Gading Seerpong, dan Alam Sutera. Perusahaan menargetkan pada tahun ini dapat menambah kehadiran di 50 lokasi baru, mulai masuk ke Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan kota-kota potensial lainnya.

Perusahaan memanfaatkan kehadiran pemain online food delivery, seperti GoFood, GrabFood, Traveloka Eats, dan ShopeeFood untuk memasarkan produknya.

Sumber: Foodstory

Persiapan penggalangan dana tahap awal

Dennish menyebut pada Mei kemarin, perusahaan telah mengantongi pendanaan pre-Seed senilai $200 ribu (sekitar 2,8 miliar Rupiah) dari PT Gamma Persada Solusindo, perusahaan distribusi produk IT. Dana tersebut digunakan untuk membenahi fundamental operasional dan sistem, merekrut tim, membangun tiga brand, dan membuka cabang awal untuk menguji kesiapan sistem untuk scaling ke depannya.

Penggalangan ini membuka kesempatan perusahaan untuk masuk ke tahap lanjutan agar dapat tumbuh lebih ekspansif. Ia mengatakan saat ini Foodstory sedang proses penggalangan tahap awal, yang mana 90% dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan marketing, branding, dan ekspansi ke 50 lokasi baru.

“Target jangka panjang kami tidak hanya ingin menjadi bagian dari cerita makanan Indonesia, namun kami juga punya target untuk bisa jadi bagian dari cerita makanan masyarakat global. Layaknya brand-brand F&B global yang kita kenal selama ini. Seperti nama grup kami, Foodstory ingin jadi bagian dari cerita makanan semua orang, dimulai dari perjalanan kecil saat ini,” tutupnya.

Hangry Announces 188 Billion Rupiah Series A Funding Led by Alpha JWC Ventures

The multi-brand culinary startup Hangry today (03/5) announced the Series A funding worth of $13 million equivalent to 188 billion Rupiah. This round was led by Alpha JWC Ventures with the participation of Atlas Pacific Capital, SALT Ventures, and Heyokha Brothers. Hangry will use the fresh fund for national expansion in 2021-2022.

Previously, Hangry secured $3 million seed funding from Alpha JWC Ventures and Sequoia Capital for its involvement in the Surge accelerator program last year.

This year, the company aims to build more than 120 outlets and 20+ dine-in restaurants in various cities throughout Indonesia. In a media gathering earlier, Hangry’s team said that they will immediately execute the omnichannel strategy, integrate online-offline distribution channels this year.

Was founded in early September 2019 by Abraham Viktor, Andreas Resha, and Robin Tan, Hangry currently operates 40 branches in the Greater Jakarta and Bandung. They manage in-house brands, from Moon Chicken, San Gyu, Ayam Koplo and Dari Pada.

The cloud kitchen concept applied in every outlet, to produce quality products at affordable prices. Food/beverages from Hangry can be ordered via GoFood, GrabFood, ShopeeFood, and the Hangry application.

“There are not many global food and beverage brands with really high-quality offerings, even those from Indonesia. This is our goal. We started from a small shophouse and will continue to expand to big cities in Indonesia and then to Southeast Asian countries. In the long term, Hangry wants to be a brand that grows with consumers, be there for their every moment and makes it count,” Hangry’s Co-Founder & CEO, Abraham Viktor said.

Abraham added, “The Hangry business is multi-brand and multi-channel concept to offer options with various channels for consumers. Therefore, opening a restaurant to dine-in has been in our roadmap, we just postponed it due to the pandemic. Last year, we decided to focus on the cloud kitchen concept and this has been the key to Hangry’s success. Now, people are ready to return to their normal activities, including eating out, and this is the right time to introduce Hangry restaurant.”

Meanwhile, for Alpha JWC Ventures, the new retail sector does have its own place in its investment hypothesis. Apart from Hangry, there are several other culinary startups have received support from them, including Goola, Kopi Kenangan, and Mangkoku.

“As its seed investor, Hangry’s curent achievement has proved our trustin the beginning. With a customer focus and effective execution, Hangry always prioritizes excellence in terms of product taste and service experience. Within 1.5 years, Hangry has successfully launched various brands with various flavors and categories, and almost all of them are the best products with top rankings on various platforms – this is a clear example of innovation based on product market fit,” Alpha JWC Ventures’ Partner, Eko Kurniadi said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Hangry Umumkan Pendanaan Seri A 188 Miliar Rupiah, Dipimpin Alpha JWC Ventures

Startup kuliner multi-brand Hangry hari ini (03/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $13 juta atau setara 188 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Alpha JWC Ventures diikuti Atlas Pacific Capital, SALT Ventures, dan Heyokha Brothers. Dengan dana segar yang didapatkan, Hangry memasang target untuk melakukan ekspansi nasional pada tahun 2021-2022.

Sebelumnya, tahun lalu Hangry mendapatkan pendanaan awal senilai $3 juta dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia Capital atas keterlibatannya di program akselerator Surge.

Tahun ini perusahaan menargetkan bisa membangun lebih dari 120 outlet dan 20+ restoran dine-in di berbagai kota di Indonesia. Sebelumnya dalam sebuah acara temu media, tim Hangry juga mengatakan bahwa tahun ini mereka akan segera mengeksekusi strategi omnichannel, integrasikan saluran distribusi online-offline.

Sejak didirikan awal September 2019 oleh Abraham Viktor, Andreas Resha, dan Robin Tan, Hangry saat ini sudah mengoperasikan 40 cabang di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Mereka mengelola brand in-house, mulai dari Moon Chicken, San Gyu, Ayam Koplo dan Dari Pada.

Konsep cloud kitchen turut diterapkan di setiap gerai yang dimiliki, untuk menghasilkan produk berkualitas namun dengan harga terjangkau. Makanan/minuman dari Hangry bisa dipesan lewat GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan aplikasi Hangry.

“Tidak banyak brand makanan dan minuman global yang memiliki sajian yang benar-benar berkualitas, pun yang berasal dari Indonesia. Ini yang menjadi cita-cita kami. Kami mulai dari sebuah ruko kecil dan akan terus berkembang ke kota-kota besar di Indonesia lalu ke negara-negara Asia Tenggara. Dalam jangka panjang, Hangry ingin menjadi brand yang tumbuh bersama konsumen, hadir pada tiap momen mereka dan membuat momen tersebut menyenangkan,” ujar Co-Founder & CEO Hangry Abraham Viktor.

Abraham menambahkan, “Konsep bisnis Hangry adalah multi-brand dan multi-channel untuk membawa banyak pilihan dengan berbagai jalan bagi konsumen. Karena itu, membuka restoran untuk makan di tempat memang sudah ada di dalam perencanaan kami selama ini, hanya saja kami tunda karena pandemi. Tahun lalu kami memutuskan untuk fokus dengan konsep cloud kitchen dan hal ini telah menjadi kunci kesuksesan Hangry. Kini, masyarakat sudah mulai siap untuk kembali beraktivitas normal, termasuk untuk makan ke luar, dan ini adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan restoran Hangry.”

Sementara itu bagi Alpha JWC Ventures, sektor new retail memang memiliki tempat tersendiri dalam hipotesis investasinya. Terbukti selain Hangry saat ini sudah ada beberapa startup kuliner lain yang mendapatkan dukungan dari mereka, di antaranya Goola, Kopi Kenangan, dan Mangkoku.

“Sebagai investor awal mereka, apa yang telah dicapai Hangry sejauh ini membuktikan kepercayaan kami pada mereka sejak awal. Dengan fokus pada pelanggan dan eksekusi yang efektif, Hangry selalu mengutamakan kesempurnaan dari segi rasa produk dan pengalaman layanan. Dalam kurun waktu 1,5 tahun, Hangry berhasil meluncurkan berbagai brand dengan ragam rasa dan kategori, dan hampir semuanya menjadi produk terbaik dengan peringkat teratas di berbagai platform – ini adalah contoh nyata dari inovasi berbasis product market fit,” kata Partner di Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Application Information Will Show Up Here

Gencarkan Strategi Omnichannel, Hangry Targetkan Miliki 150 Gerai Tahun Ini

Hangry, startup multi-brand virtual restaurant, mengambil langkah agresif untuk dapat membuka 150 gerai offline hingga akhir 2021 (posisi saat ini 41 gerai). Diharapkan ekspansi ini dapat mendongkrak brand awarenss dari lima brand restoran milik Hangry, sekaligus kinerja perusahaan.

Co-Founder & CEO Hangry Abraham Viktor menjelaskan, meski bisnisnya baru berumur setahun, namun pandemi berhasil memberikan banyak pelajaran. Pada awal pandemi, perusahaan sebenarnya ikut terdampak hingga penurunan penjualan hingga 30%. Akan tetapi, angka tersebut belum seberapa dibandingkan pemain F&B lainnya yang bermain di layanan dine-in.

Seiring berjalannya waktu, salah satunya didorong percepatan konsumsi aplikasi digital yang masif, berdampak pada kinerja perusahaan yang dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan sebelumnya dari sebelum PSBB tahap pertama.

Momentum tersebut dimanfaatkan dengan terus ekspansi meluncurkan brand-brand F&B baru di bawahnya, hingga akhirnya memutuskan untuk buka gerai khusus dine-in, dari sebelumnya hanya berkonsep cloud kitchen untuk pesan antar memanfaatkan jasa GoFood dan GrabFood.

“Tahun ini kita mau lebih banyak effort ke branding supaya lebih banyak orang kenal Hangry. Makanya kita pakai strategi omnichannel buka gerai dine-in dan delivery, tapi rencananya kita mau lebih banyak dine-in biar semakin engage dengan konsumen,” terang Viktor dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2).

Saat ini Hangry memiliki 40 gerai yang tersebar di Jabodetabek dan 1 gerai di Bandung. Adapun pada awal tahun ini, perusahaan meresmikan satu gerai dine-in dinamai Hangry the Alley berlokasi di Puri Pesanggrahan, Jakarta Barat. Gerai ini akan menjadi flagship dari seluruh brand Hangry agar semakin dikenal masyarakat luas.

Viktor sendiri merencanakan, dalam target 150 gerai pada akhir tahun ini. Setidaknya di tiap kota besar akan hadir satu gerai flagship tersebut untuk memperkenalkan brand Hangry. Lalu sisanya akan difokuskan untuk perbanyak gerai stand alone buat Moon Chicken dan San Gyu. Keduanya merupakan brand dengan penjualan tertinggi dan memiliki banyak konsumen.

Adapun Hangry kini memiliki tiga brand F&B lainnya, yakni Dari Pada, Nasi Ayam Bude Sari, dan Ayam Koplo. Masing-masing brand jadi cari perusahaan untuk menangkap semua masyarakat yang memiliki favorit makanan yang berbeda-beda.

Mengenai kinerja perusahaan terjadi tren kenaikan hingga 2000% yang ditunjukkan lewat penjualan produk di bawah naungan Hangry mencapai 22 kali lipat dari Januari 2020 ke Desember 2020.

Pada tiap kuartal sepanjang 2020, perusahaan mampu menjual mulai dari 135 ribu porsi dalam sebulan, tembus ke angka 525 ribu porsi sebulan di kuartal terakhir. Bahkan disebutkan pula pada Desember 2020, dalam sehari pernah tembus 17 ribu porsi.

“Oleh karena itu, kami melihat bahwa minat masyarakat terhadap produk Hangry cukup tinggi dan menjadi salah satu alasan kami untuk berinovasi melakukan ekspansi dengan membuat restoran dine-in,” tutupnya.

Ekspansi perusahaan yang agresif ini juga didukung oleh perolehan pendanaan tahap awal senilai $3 juta dari Sequoia dan Alpha JWC Ventures yang diumumkan pada Juni tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here