Narenda Wicaksono akan Sampaikan Seputar Ilmu Komputer dan Pemrograman di Echelon Indonesia 2016

Kurang dari satu Minggu lagi salah satu ajang konferensi teknologi terbesar di Asia Tenggara, Echelon Indonesia 2016, akan digelar di Jakarta. Salah satu materi yang menarik untuk disimak adalah yang akan dibawakan oleh Co-Founder dan CEO Dicoding Narenda Wicaksono.

Dicoding adalah platform showcase pengembang aplikasi ini memiliki tujuan utama untuk menjembatani pengembang digital dengan kebutuhan dan permintaan pasar yang kompetitif dengan berlandaskan tiga pilar, di antaranya yaitu developer, challenge dan academy.

Narenda mengatakan, “Saya akan membawakan topik “From Grassroots To Glory Through Code & Computer Science”. [Peserta] Akan melihat beberapa case study dari developer Dicoding, bahwa lokasi, remote dan latar belakang tidak menjadi penghalang untuk sukses.”

Narenda juga yakin ajang Echelon dapat menjadi benchmark, baik itu untuk para pelaku maupun calon pelaku, mengenai kondisi industri digital di Indonesia. Selain itu, bisa menjadi tempat untuk membuka ide-ide baru dan menggali potensi untuk berkolaborasi. Dicoding sendiri adalah salah satu partner dalam Echelon Indonesia 2016.

“Kami melihat bahwa Echelon adalah acara yang cukup strategi dan kami berharap keterlibatan Dicoding dapat memberi manfaat bagi 15.000 developer yang menjadi member kami saat ini,” ujar Narenda.

Echelon Indonesia 2016 sendiri telah mendapat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf). Dukungan tersebut menunjukkan komitmen Bekraf dalam mendorong tumbuhnya ekonomi digital di Indonesia.

Langkah Bekraf tersebut menurut Narenda sangat relevan karena dalam acara seperti Echelon para pelaku industri kreatif, khususnya yang bergerak di bidang teknologi, akan berkumpul.

Ajang Echelon Indonesia yang akan digelar pada tanggal 5-6 April 2016 di Balai Kartini, Jakarta akan menjadi platform yang menkonversikan teknologi, bisnis dan gaya hidup digital dalam satu wadah untuk membawa bisnis digital ke level selanjutnya. Selain sesi materi dan seminar, Echelon Indonesia 2016 juga akan menampilkan eksebisi, workshop serta sesi networking dengan berbagai elemen ekosistem teknologi di Indonesia.

Untuk daftar acara lengkap dapat dilihat melalui tautan berikut. Jangan sampai ketinggalan untuk membeli tiket dan hadir dalam acara Echelon Indonesia 2016 yang akan mengambil lokasi di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta.

Hal-hal yang Harus Disiapkan Mahasiswa IT Saat Masuk ke Dunia Industri

Di universitas, jurusan IT dan ilmu yang serumpun seperti ilmu komputer, teknik informatika, dan sistem informasi tergolong menjadi jurusan favorit. Hal yang cukup wajar mengingat industri digital yang kian maju di Indonesia. Tapi dengan banyaknya lulusan IT di Indonesia diikuti dengan kabar mengenai kualitas lulusannya yang mengecewakan. Lalu bagaimana seharusnya mahasiswa atau lulusan IT agar memiliki kualitas yang industri inginkan?

Banyak yang beranggapan bahwa perbedaan kualitas pendidikan IT di Indonesia dan industri IT yang ada disebabkan oleh lingkungan belajar mereka. CEO Dicoding Narenda Wicaksono menilai beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah sumber daya pendidik yang tidak up to date, tidak terhubungnya dunia pendidikan dengan industri, dan terlalu banyaknya informasi yang diterima sehingga pemahaman mahasiswa tidak terlalu dalam.

Beberapa orang menganggap hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius, beberapa lainnya tidak. Direktur Samsung R&D Indonesia Risman Adnan adalah salah satu orang yang memandang jurang kualitas dunia pendidikan dan industri adalah sebuah kesempatan. Kesempatan bagi perusahaan yang bisa membimbing dan menginspirasi mereka menjadi orang-orang berkualitas dan berkompetensi di dunia IT.

Menurut Risman, permasalahan ketersediaan informasi dan bahan belajar sudah terpecahkan. Berkat teknologi yang ada, cara belajar mereka berubah. Tak hanya sebatas di ruang kelas, mereka bisa memanfaatkan kurus daring, dan buku-buku digital sebagai sumber ilmu atau informasi.

Permasalahannya adalah belajar membutuhkan rasa ingin tahu. Risman memaparkan bahwa isu utama di Indonesia adalah kekurangan orang-orang pemikir cerdas yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa. Di sinilah perusahaan bisa mengambil keuntungan. Menginspirasi mereka dengan menumbuhkan rasa ingin tahu untuk belajar.

Kemampuan utama yang harus dimiliki mahasiswa IT

Bagi kalian lulusan IT tentu sudah akrab dengan lowongan pekerjaan yang mencantumkan penguasaan teknologi atau bahasa pemrograman tertentu. Sesuatu yang beragam. Pernahkah terlintas pertanyaan sebenarnya kemampuan apakah yang wajib dikuasai? Kedua narasumber sepakat bahwa algoritma menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki.

Seperti disebutkan di atas akses informasi kini semakin tidak terbatas. Permasalahan-permasalahan teknis dapat dengan mudah teratasi jika mahasiswa menguasai kemampuan dasar seperti algoritma dan kemampuan memahami dan memecahkan sebuah masalah.

Narenda secara spesifik menyebutkan struktur data dan pengetahuan pemrograman berbasis obyek sebagai pendamping kemampuan algoritma. Sedangkan Risman menekankan pada kemampuan dan keterampilan untuk mempelajari hal-hal kompleks sebagai hal yang wajib dimiliki seorang lulusan IT.

“Ambil contoh kemampuan membaca. Ada berapa banyak engineer yang masih membanyak buku konseptual? Atau (ambil contoh) pemecahan masalah, ada berapa dari mereka (engineer) yang masih mengembangkan kompetensi inti mereka pada algoritma? Ini adalah keterampilan dasar yang hilang dan menjadi akar pemasalahan sumber daya di Indonesia.” ujar Risman.

Tips bagi mahasiswa IT untuk menguasai keterampilan IT

Ada banyak cara untuk belajar menguasai keterampilan di dunia IT. Narenda menyebutkan beberapa cara yang bisa dicoba adalah dengan bergabung dengan komunitas. Bergabung dengan komunitas bisa memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi terkini. Selain komunitas, Narenda juga menganjurkan untuk terlibat dalam pengembangan proyek, membuat proyek sendiri, atau mengikuti kompetisi agar memiliki deadline dan terbiasa dengan jadwal yang tertata rapi.

Sementara itu Risman menyarankan agar para mahasiswa mematangkan konsep matematika dan algoritma. Ini bisa sangat membantu mahasiswa dalam berpikir sistematis dan memudahkan dalam mengadopsi teknologi terbaru.

“Saran saya bagi mahasiswa adalah benar-benar menempatkan perhatian pada keterampilan dasar di perkuliahan. (Hal ini bisa) Memudahkan untuk mengejar ketertinggalan teknologi kemudian, tapi tidak sebaliknya,” ungkap Risman.

Educa Studio Kembangkan Aplikasi Koleksi Lagu Anak (KOLAK)

Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang kekurangan stok lagu anak. Banyak anak-anak di bawah umur dipaksa mengkonsumsi lagu-lagu yang bukan untuk seumuran mereka sehingga mereka terkesan dewasa sebelum waktunya. Menanggapi fenomena ini, pengembang aplikasi asal Salatiga, Educa Studio secara khusus meluncurkan aplikasi Koleksi Lagu Anak (KOLAK).

Educa Studio dalam pengembangan aplikasi ini berkolaborasi dengan pencipta lagu Z.P. Heru Budhianto atau yang lebih akrab disapa Kak Zepe pencipta lagu-lagu yang sudah cukup akrab untuk anak-anak, seperti Kebun Binatang, Kaki Hewan, Binatang Nocturnal, Sifat Air, Akulah Matahari, dan Sebanyak Bintang di Langit.

Aplikasi KOLAK Educa Studio 2

“Harapan saya, lagu-lagu ini dapat mengajak anak Indonesia untuk bernyanyi dan belajar mengenal keanekaragaman satwa dan keindahan alam yang perlu kita lestarikan bersama,” ujar Kak Zepe.

Melalui lagu yang mendidik dan menggembirakan, anak-anak belajar mengenal kekayaan alam, huruf, angka, dan juga budi pekerti yang baik dengan cara yang selaras dengan perkembangan kognitif dan psikologis anak.

CEO Educa studio Andi Taru dalam keterangan persnya juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak yang lebih mahir menyanyikan lagu orang-orang dewasa (percintaan, kecemburuan dan perselingkuhan) dibanding dengan lagu-lagu yang pantas untuk seusia mereka.

“Keprihatinan inilah yang mendorong kami untuk membuat KOLAK. Kami ingin mengimbangi konten musik yang ada dengan lagu-lagu anak nusantara yang baru, ceria, dan bermanfaat,” jelas Andi.

Dalam aplikasi KOLAK nantinya akan terdapat kumpulan lagu-lagu anak yang didesain dengan tampilan yang menarik dilengkapi dengan audio visual dan gambar animasi yang bisa membuat kegiatan menyanyi bersama anak-anak lebih menyenangkan.

Semua fitur yang ada di dalam aplikasi KOLAK dapat dimanfaatkan secara gratis hanya dengan mengunduh aplikasi KOLAK di Google Play.

Aplikasi KOLAK Educa Studio

“Kami berharap KOLAK dapat dimanfaatkan oleh orangtua, sekolah, dan guru sebagai sarana untuk mengakrabkan anak-anak dengan lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan usia mereka,” lanjut Andi.

Ke depan untuk memberikan yang terbaik bagi penggunanya, Educa Studio berencana untuk menambah koleksi lagu terbaru KOLAK dengan mengangkat lebih banyak tema menarik dan meningkatkan standar rekaman sehingga kualitas suara bisa lebih baik.

Aplikasi KOLAK saat ini dikembangkan menggunakan Intel NDK dan juga mendapat dukungan dari platform Dicoding. Seperti yang diutarakan CEO Dicoding Narenda Wicaksono, pihaknya senaniasa menjembatani kebutuhan masyarakat dengan berbagai macam solusi teknologi hasil karya pengembang aplikasi lokal.

“Dicoding berkomitmen untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dengan solusi teknologi tepat guna hasil karya developer lokal. Kami ingin agar karya-karya unggul developer lokal dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk Indonesia,” ungkap Narenda.

Satu Tahun Dicoding Rangkul Lebih Dari Sembilan Ribu Pengembang

Tepat tanggal 5 Januari tahun lalu, platform pengembang aplikasi Dicoding resmi meluncur. Setahun beroperasi, Dicoding mengklaim telah berhasil memikat lebih dari 9.300 pengembang dari 95 kota di Indonesia. Selain itu, Dicoding juga menyebutkan bahwa dalam satu tahun ini telah berhasil melahirkan lebih dari 1.350 aplikasi dari program tantangan, dan mendistribusikan sekitar 600 ribu poin.

Platform showcase pengembang aplikasi ini memiliki tujuan utama untuk menjembatani pengembang digital dengan kebutuhan dan permintaan pasar yang kompetitif dengan berlandaskan tiga pilar. Ketiga pilar tersebut adalah developer, challenge, dan academy.

Co-founder dan CEO Dicoding Narenda Wicaksono melalui keterangan yang kami terima mengatakan:

“Kami hadir untuk memotivasi, mendukung dan meningkatkan kemampuan para developer Indonesia [dalam] menciptakan produk teknologi unggul yang mampu menjadi karya-karya terbaik.”

Melalui program challenge [tantangan], Dicoding berhasil melahirkan aplikasi yang meliputi aplikasi mobile, web, dan IoT (Internet of Things) dengan total unduhan sebanyak 36 juta kali. Melalui program tantangan tersebut, pengembang digital dapat mengumpulkan poin yang nantinya dapat ditukarkan dengan beragam hadiah menarik. Dicoding menyebutkan bahwa dalam satu tahun ini telah berhasil mendistribusikan hingga 600 ribu poin.

Dicoding juga mencatat sekitar 3,100 pengembang aplikasi lintas platform yang mengikuti berbagai kegiatan offline Dicoding.

Sementara itu, melalui program Dicoding Academy yang diluncurkan pada Agustus 2015, tercatat sudah ada lebih dari 300 pengembang yang mengikuti beragam kelas di dalamnya. Tercatat sudah ada lebih dari 900 submisi kode pemrograman yang diselesaikan di Dicoding Academy. Ketika pengembang berhasil menyelesaikan satu kelas di Dicoding Academy, pengembang digital juga akan mendapat penghargaan berupa bonus poin.

Hadirnya Dicoding di tengah masyarakat adalah buah dari keprihatinan terhadap banyaknya lulusan program studi ilmu komputer dan informatika yang memilih untuk tidak meneruskan karir sebagai pengembang perangkat lunak. Melalui ketiga pilar utamanya, Dicoding juga ingin turut membantu dalam mewujudkan ekosistem IT yang lebih baik di Indonesia.


Disclosure: DailySocial berinvestasi di Dicoding

Solusi Peringatan Dini Banjir dan Robot Pengendali Listrik Juarai Dicoding IoT Challenge

Salah satu perkembangan yang kini dirasakan dari peradaban internet adalah konektivitas berbagai perangkat elektronik. Tidak hanya sebatas ponsel pintar dan komputer, sekarang mobil, televisi, mesin industri, dan berbagai alat sensor lainnya dapat terhubung satu sama lain. Konsep tersebut yang disebut dengan Internet of Things (IoT). Guna menggalakkan solusi berbasis IoT di Indonesia, Dicoding bekerja sama dengan Intel Indonesia dan Geeknesia beberapa waktu lalu menyelenggarakan Internet of Things Innovation Challenge.

Dalam IoT Innovation Challenge tersebut, pemenang diraih oleh Gookkis Studio dengan prototipe sistem deteksi dini “Waspada Banjir” dan Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan robot pengendali stop kontak listrik “NitBotIoT”. Kedua solusi tersebut dikembangkan dari masalah keseharian dan/atau musiman yang sering dialami masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi yang disampaikan Co-Founder Dicoding Narenda Wicaksono bahwa inovasi IoT yang dikembangkan diharapkan membantu kehidupan masyarakat.

NitBitIoT berikan efektivitas pemakaian listrik dan mencegah korsleting

Salah satu masalah sederhana yang sering dihadapi masyarakat adalah lupa memutus sambungan listrik perangkat elektronik. Efek yang ditimbulkan dari kelalalaian ini tidak hanya sekadar pemborosan konsumsi listrik, tetapi juga berisiko menyebabkan bencana kebakaran jika terjadi hubungan arus pendek (korsleting). Melihat masalah ini Niam Tamami dari Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika PENS mengembangkan solusi melalui pengendali stop kontak listrik berbasis teknologi Internet of Things, yaitu NitBotIoT.

Purwarupa pengendali stop kontak ini menggunakan perangkat sensor Development Board Intel Galileo Gen 2, sensor suhu kelembaban DHT11, dan Board Relay sebagai pengendali arus listrik. Prinsip kerja Relay yang digunakan adalah relay berbasis magnet. Jika relay mendapatkan arus (kecil) maka kumparan akan membentuk medan magnet dan akhirnya bisa mengarahkan posisi saklar on ke off.

Gookkis Studio ingin otomatisasikan sistem peringatan dini banjir

Masalah lain yang menjadi langganan tiap tahun, terutama di Ibukota Jakarta adalah banjit. Mengangkat pentingnya sistem deteksi dini (early warning system) untuk masalah banjir, Gookkis Studio membuat solusi yang dinamakan “Waspada Banjir”. Sistem ini unik karena memanfaatkan sensor untuk mendeteksi ketinggian air pada sebuah bendungan dan menyebarkan informasi peringatan secara broadcast kepada masyarakat melalui aplikasi mobile. Perangkat keras yang digunakan untuk mengembangkan purwarupa “Waspada Banjir” terdiri dari hardware development board Intel Galileo Gen 1, sensor air, LCD 16×2, LED warna, dan router.

Cara kerja sistem ini adalah dengan membaca tiga buah sensor air. Masing-masing sensor tersebut akan bekerja mengindikasikan tingkat ketinggian air yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data yang diperoleh dari sensor-sensor tersebut akan ditampilkan dalam LCD dan sekaligus juga dikirimkan ke server Geeknesia dan Parse.com untuk kemudian menampilkan peringatan melalui push notification pada aplikasi Android “Waspada Banjir”.

Solusi ini baru dikembangkan pada tahap awal. Namun Heri Kiswanto sekalu CEO Gookkis Studio meyakini bahwa inovasinya dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan secara masif untuk sistem deteksi dini terjadinya banjir.

Tema yang diperlombakan dalam IoT Innovation Challenge kali ini adalah “smart building, smart home, smart transportation”. Adapun kriteria utama pemenang dilihat dari keunikan solusi yang dibuat dan manfaatnya bagi masyarakat. Para pemenang tantangan ini berhak mendapat 20.000 XP dari Dicoding. XP merupakan experience points Dicoding yang menggunakan gamification model. XP yang dapat ditukarkan dengan berbagai rewards menarik, seperti smartphone, laptop, review aplikasi, dan hadiah-hadiah lainnya.


Disclosure: DailySocial berinvestasi di Dicoding

Penting Menentukan Metrik Keberhasilan Aplikasi untuk Meningkatkan “User Engagement”

Tujuan merancang dan menentukan metrik dalam membangun bisnis adalah untuk memudahkan dalam menganalisis kondisi dan kebutuhan bisnis. Dalam sesi diskusi ajang Mobile Scale-Up Jakarta 2015, Qasim Zaidi (Tokopedia), Anton Soeharyo (Touchten), Hanindia Narendrata (Telunjuk), Narenda Wicaksono (Dicoding), dan Tang Cai Lin (Baidu) memaparkan metrik-metrik yang digunakan untuk meningkatkan engagement pengguna dalam aplikasi terkait dengan upaya monetisasi.

Ajang Mobile Scale-Up Conference Jakarta 2015 telah berakhir. Bekerja sama dengan DailySocial, ajang yang digelar Baidu tersebut bertujuan untuk mendistribusikan pengetahuan bagaimana menjalankan sebuah bisnis mobile yang efektif.

Secara garis besar, dalam ajang ini para pembicara saling berbagi wawasan dengan peserta yang hadir terkait dengan industri mobile. Mulai dari Mobile Frugal Marketing yang dibawakan oleh CEO Touchten Anton Soeharyo, Mobile Landscape yang dibawakan CEO Dicoding Narenda Wicaksono, Build Scalable Infrastucture for Mobile yang dibawakan VP of Engineering Tokopedia Qasim Saidi, hingga Art of Advertising on Mobile Application oleh CMO Telunjuk Hanindia Narendrata.

Di panel diskusi terakhir, ada hal menarik yang disampaikan oleh para pembicara. Ini berkaitan dengan metrik yang mereka gunakan untuk jadi acuan dalam membantu meningkatkan engagement pengguna terkait dengan upaya monetisasi. Menurut Anton, dari sisi game developer, ada tiga metrik yang dapat dilihat.

“Pertama yaitu session, […] kami lihat lamanya pengguna memainkan permaian yang kami buat. Kedua adalah retention rate, […] kami lihat seberapa besar persantase dari retensi pengguna. Ketiga dari Daily Active User [DAU], dari sana kami lihat conversion rate dari in app purchase. […] Keempat adalah Average Revenue per Daily Active User.”

(Baca juga: Sembilan Metrik yang Bisa Membantu Bisnis Anda Bertumbuh)

Hal yang tak jauh berbeda juga disampaikan oleh Qasim. Sementara itu, Hanindia lebih menekankan pada conversion rate pengunjung Telunjuk. Ditambahkan Narenda, peran Big Data Analytics juga dapat membantu meningkatkan user engagement.

Dari sisi Baidu, disampaikan oleh Director of Baidu International Tang Cai Lin, ada tiga metrik lain yang bisa dilihat.

“Pertama, Organic Install. […] Kedua, orang yang memasang kembali aplikasi setelah di-uninstall. […] Ketiga, rating dan comment user. […] Penting juga untuk menjaga perkembangan dan kesehatan app kita sendiri.”

Di waktu yang bersamaan, Baidu Indonesia juga meluncurkan platform periklanan yang diperuntukan untuk para pengembang lokal bernama DU Ad Platform [DAP]. Baidu berharap DAP dapat menjadi salah satu solusi efektif bagi para pengembang aplikasi lokal yang ingin meningkatkan pendapatan melalui iklan.

Dicoding dan Intel Umumkan Pemenang Tantangan “Create Any Education Apps or Games”

Dicoding dan Intel Sediakan 90.000 XP untuk para pemenang / Shutterstock

Dicoding yang merupakan platform penghubung pengembang aplikasi dan kebutuhan baru saja mengadakan tantangan bertajuk “Create Any Education Apps or Games” untuk tingkat TK, SD, dan SMP. Tantangan yang terselenggara berkat kerja sama Dicoding dan Intel Indonesia ini berhasil mengumpulkan setidaknya 48 pengembang aplikasi dari 27 kota di Indonesia dengan 50 karya yang dikumpulkan. Continue reading Dicoding dan Intel Umumkan Pemenang Tantangan “Create Any Education Apps or Games”

Aplikasi Startup Indonesia MyQuran Dapatkan Sertifikasi Tashih Dari Kementerian Agama Republik Indonesia

/ Shutterstock

Aplikasi Al Quran digital “MyQuran” besutan startup Indonesia The WALi Studio mengumumkan telah mendapatkan sertifikat tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al’Quran Kementerian Agama Republik Indonesia. Artinya Al Quran yang tersaji dalam aplikasi MyQuran untuk platform Blackberry 10, Android, iOS, dan Windows Phone 8 telah terjamin legalitas dan kebenarannya. The WALi Studio sendiri merupakan pengembang digital yang tergabung dalam platform showcase untuk pengembang Dicoding.

Continue reading Aplikasi Startup Indonesia MyQuran Dapatkan Sertifikasi Tashih Dari Kementerian Agama Republik Indonesia

Narenda Wicaksono: Stepping Backward to Go Forward

Last year I was being put between two most difficult choices in my whole career: to go regional and be a Southeast Asian developer relations or get out of reputable MNC without any certainty of income nor career. People will definitely go for the first, as only a mad would buy the second option. Continue reading Narenda Wicaksono: Stepping Backward to Go Forward

Narenda Wicaksono: Melangkah Mundur untuk Maju Bersama

Ilustrasi Melangkah Ke Depan / Shutterstock

Di penghujung tahun 2014 saya dihadapkan pada pilihan tersulit sepanjang perjalanan karir saya: menapak maju ke jenjang regional untuk menjadi developer relations Asia Tenggara atau keluar dari perusahaan multinasional ternama tanpa kepastian penghasilan maupun karier. Sekilas nampaknya hanya orang “gila” yang akan memilih opsi kedua.

Continue reading Narenda Wicaksono: Melangkah Mundur untuk Maju Bersama