East Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Awal Startup Web3 “Playground”

East Ventures dan Mirana Ventures memimpin pendanaan pra-awal Playground, platform Web3 gaming dan NFT asal Singapura. Putaran ini juga diikuti Arc Capital (private crypto fund yang terafiliasi dengan Pintu), James Z (Founder Jambo), Adam Levinson Murali Abburi, Benjamin Zhu, serta sejumlah eksekutif senior dari perusahaan blockchain ternama.

Managing Partner di East Ventures Koh Wai Kit mengatakan, “Kami mendukung founder terbaik dalam membangun bisnis jangka panjang. Kami harap dapat bermitra dengan tim Playground untuk membangun platform game dan entertainment generasi berikutnya bagi pengguna Web3.”

Playground didirikan untuk mengatasi kesenjangan informasi di era Web3. Pesatnya pertumbuhan proyek entertainment berbasis blockchain sering kali diikuti oleh informasi yang terfragmentasi, seperti subjektif, ketinggalan zaman, atau tidak dapat diandalkan. Hal tersebut dinilai menghalangi adopsi massal Web3, terutama di sektor hiburan.

Terlepas dari pengalamannya di blockchain, Founder & CEO Playground Clinton Teh mengaku mengalami kesulitan dalam melakukan proses penemuan, baik mencari memverifikasi, dan mengumpulkan informasi tentang game Web3 dan NFT dengan konsep kepemilikan digital dan desentralisasi ini. Maka itu, Playground dibangun sebagai one-stop platform yang akan menjembatani kesenjangan informasi bagi semua pengguna Web3 dengan fokus pada pengalaman dan legitimasi.

“Kami meyakini semua pengguna harus dapat merasakan pengalaman seamless dalam mempelajari proyek-proyeknya, dari mulai menerima informasi faktual hingga merasakan langsung game tertentu. Playground diposisikan secara unik untuk mengatasi masalah ini dengan pemahaman mendalam tim terhadap konten Web3 yang beragam dan dinamis. Visi kami adalah menjadi platform terpercaya untuk semua penemuan hiburan Web3,” tambah Clinton.

Playground didukung oleh founding team yang memiliki pengalaman luas di dunia Web2 dan Web3, karier di berbagai perusahaan teknologi terkemuka termasuk Binance, Classpass, dan Tencent, serta melibatkan decentralized autonomous organizations (DAO). Adapun, Clinton Teh sebelumnya memimpin sejumlah inisiatif strategis di Web3 dan NFT.

Nantinya, pengguna dapat menemukan berbagai proyek Web3 yang terpercaya secara interaktif, serta dapat mengikuti pembaruan dan pencapaian untuk proyek baru dan existing. Selain itu, pengguna dapat berinteraksi dan berbagai ide dengan ekosistem dan komunitas  di platform tersebut.

Pasar Web3

Web3 menjadi salah satu tren teknologi yang tengah diminati di Indonesia. Adopsinya terbilang masih dalam tahap awal mengingat sejumlah pemangku kepentingan masih mengeksplorasi use case yang tepat, terutama yang dapat diadopsi secara masif. 

Beberapa yang sudah proven di Indonesia di antaranya adalah kripto, NFT, dan Web3 gaming. Sebagai gambaran, Emergen Research melaporkan nilai pasar Web3 di global sebesar $3,2 miliar di 2021 dan diproyeksi menembus $81,5 miliar di 2030. 

Sebelumnya, venture capitalist Eddi Danusaputro sempat berujar bahwa Web3 punya potensi besar untuk dikembangkan. Hanya saja, use case Web3 belum banyak dan belum dapat menyelesaikan masalah keseharian, misalnya smart contract atau invoice financing dengan Blockchain.

“Sebetulnya, use case seperti smart contract ini sudah ada dikembangkan di Indonesia, tetapi traction-nya belum besar. No disrespect to NFT atau game, ini akan menjadi produk yang nice to have saja, belum untuk sehari-hari. Saya firm believer, saya sangat suka Blockchain, sayangnya use case belum banyak,” ujarnya baru-baru ini.

Berbagi Sudut Pandang NFT dari Sisi Utilitas dan Komersial

Non-fungible Token (NFT) menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan di sepanjang tahun ini. Berkat foto selfie Ghozali Everyday atau koleksi NFT LeBron James, sebagian besar masyarakat internet mempersepsikan NFT sebagai produk digital art semata.

Dalam sesi bertajuk ‘NFT is not always about Arts’ di Nexticorn International Summit, Chief Marketing Officer Kompas Gramedia (KG Media) Dian Gemiano dan Program Director Katapel.id Robby Wahyudi berbagi pandangan tentang bagaimana memandang NFT dari sisi utilitas dan komersial.

Bekerja di perusahaan media, Gemiano melihat NFT sebagai cara baru dalam menawarkan konten berita agar tetap relevan dengan generasi masa kini. NFT juga membuka kesempatan untuk menciptakan model bisnis baru dan melestarikan collective memory.

Sebagai informasi, KG Media merilis NFT yang berisikan 57 peristiwa terkurasi pada Juni 2022. Ke-57 NFT ini menampilkan foto halaman depan koran Harian Kompas yang terbit antara tahun 1965-2022.

“Dari NFT, kami belajar bahwa yang terjadi saat ini sebetulnya lebih ke platform-problem, bukan kontennya. Kami pikir konten [berita] masih relevan bagi generasi sekarang. Orang membeli NFT ini karena ada emotional bonding, karena mereka bagian dari kejadian tersebut,” tuturnya.

Alih-alih memonetisasi NFT secara komersial, pria yang karib disapa Gemmy ini lebih mengedepankan utilitas. Menurutnya, produk NFT yang menawarkan utilitas lebih sustainable secara bisnis serta dapat membangun nilai sebuah brand dibandingkan untuk tujuan trading.

It is important for us to have meaningful asset that can be distributed and owned by people legally. Ini lebih ke masalah filosofis untuk shifting ke utilitas dan sekaligus membangun relationship antara media dan pembacanya,” ungkapnya.

Sementara itu, Robby Wahyudi menilai NFT memberikan manfaat bagi industri kreatif. Selain dapat mendistribusikan karya digital dalam bentuk apapun, NFT dapat mengurangi gap antara kreator dan konsumen. Di era Web3 ini, kreator bahkan dapat memonetisasi karyanya tanpa pihak ketiga.

Ketimbang melihatnya dari sudut pandang seni belaka, Robby berujar bahwa NFT dapat mendorong perlindungan intellectual property (IP) ke arah yang lebih baik, mulai dari hak cipta, paten desain, hingga hak merek dagang.

Art hanya menjadi topeng, justru yang perlu dilihat adalah beyond art itself. Ketika membeli sebuah karya, apakah karyanya bagus sehingga harganya mahal atau sebaliknya? Kita sudah bicara tentang smart contract, trading, atau ownership. Di era Web2, itu hanya one way saja, tetapi di Web3 bisa lebih interaktif. Lalu dibungkus dengan branding menarik,” ucap Robby.

Web3 bagi VC

Saat berbincang dengan Chairman Nexticorn Rudiantara beberapa waktu lalu, ia mengungkap banyak venture capitalist yang menaruh minat investasi pada Web3 di Indonesia.

Pada kesempatan sama, venture capitalist Eddi Danusaputro menilai investor belum punya pemahaman mendalam terhadap Web3. Lagipula, belum banyak use case Web3 yang dapat dieksplorasi. Sejauh ini, use case yang sudah proven diterima masyarakat masih seputar game, NFT, dan kripto.

Padahal, teknologi internet generasi ketiga ini punya potensi untuk dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, misalnya smart contract atau invoice financing dengan Blockchain.

“Sebetulnya, use case seperti smart contract ini sudah ada dikembangkan di Indonesia, tetapi traction-nya belum besar. No disrespect to NFT atau game, ini akan menjadi produk yang nice to have saja, belum untuk sehari-hari. Saya firm believer, saya sangat suka Blockchain, sayangnya use case belum banyak,” ungkapnya.

Di Indonesia, saat ini belum banyak VC yang menaruh fokus terhadap investasi Web3. Dalam catatan DailySocial.id, baru ada tiga inisiatif untuk mendirikan dana kelolaan khusus Web3, yakni Cydonia Fund, Luno Expeditions, dan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA).

Resmikan Marketplace NFT, OneAset Berambisi Ciptakan Ekosistem Investasi Terpadu

Layanan wealthtech besutan Akulaku Group, OneAset, resmi mengumumkan kehadiran marketplace NFT (non-fungible token) dengan fitur komunitas. Melalui fitur terbaru ini, perusahaan ingin membangun sebuah ekosistem terpadu yang mencakup produk investasi, edukasi literasi keuangan, manajemen keuangan, dan komunitas investasi.

Debut pada tanggal 7 Juli 2022, aplikasi ini telah menghasilkan puluhan ribu karya NFT di bulan pertamanya, mencakup ragam karya seni, fotografi hingga literatur. OneAset NFT memanfaatkan jaringan blockchain yang dikembangkan induknya, yakni Binance Smart Chain (BSC). Seperti diketahui, teknologi BSC menyediakan kemudahan dalam membuat smart contract dan aplikasi terdesentralisasi secara terstruktur.

Di Indonesia sendiri, NFT mulai viral setelah seorang mahasiswa yang dikenal sebagai Ghozali Everyday berhasil membuat foto selfie miliknya diperjualbelikan dalam bentuk NFT dengan harga yang melambung tinggi. Mulai dari kalangan artis, influencer, hingga tokoh penting di Indonesia juga diketahui mulai menjual karya melalui NFT, termasuk Syahrini, Anang Hermansyah, Luna Maya, Arnold Poernomo dan Ridwan Kamil.

Pada dasarnya, terminologi NFT dapat diartikan sebagai sertifikat digital yang menjamin sebuah keaslian barang digital yang tak tergantikan seperti foto, video, atau bentuk aset digital lainnya. NFT dicetak dan disimpan di blockchain, seperti aset kripto. NFT berharga karena unsur non-fungible-nya, sehingga tidak bisa digantikan dengan yang lain. Cara membuat karya NFT ini biasa disebut sebagai minting.

Proses minting ini juga yang memberikan pemilik NFT hak kepemilikan yang jelas dan eksklusif, karena setiap NFT hanya dimiliki oleh satu pemilik hingga saatnya dijual dan bertukar hak milik ke pembeli baru. Harga sebuah NFT pun beragam dan bisa berubah sesuai dengan angka yang ditetapkan penjual.  Layaknya barang koleksi lainnya, harga akan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti siapa kreatornya, kompleksitas sebuah karya, atau keunikan lainnya.

Mekanisme pembuatan NFT di OneAset

Untuk proses jual beli NFT di aplikasi OneAset, penjual bisa masuk ke menu NFT kemudian pilih ‘Buat NFT’ di pojok kanan atas lalu pilih gambar NFT yang mau di-listing baik itu foto, karya seni maupun literatur, tersedia kolom deskripsi unik yang bisa diisi untuk menarik perhatian para pengguna lainnya. Setelah pengguna mengajukan pembuatan NFT, akan ada tim khusus yang akan mengkurasi karya tersebut. Salah satu syarat penting untuk NFT yang boleh dijual adalah yang tidak mengandung SARA.

Selain itu, penjual juga bisa menentukan royalti kreator atau penghasilan tambahan yang akan diterima saat item NFT terjual, mulai dari 1-10% harga jual dan durasi jual. Kemudian, penjual bisa langsung melakukan pembayaran biaya listing dan gas fee atau biaya transaksi blockchain via rekanan bank  yang sudah bekerja sama dengan aplikasi OneAset.

Pengguna aplikasi marketplace NFT OneAset dapat melihat koleksi NFT unggulan para kreator dan NFT Ruci di bagian Koleksi Rekomendasi dalam kategori-kategori yang tersedia. Selain itu, pengguna bisa membagikan, memberi komen, menyukai dan menjadikan favorit koleksi NFT tertentu melalui fitur interaksi dari aplikasi OneAset.

Platform ini juga menawarkan berbagai promo menarik bagi para pengguna baru yang membuat akun dompet terdesentralisasi OneWallet dengan transaksi NFT pertama di aplikasi OneAset. Mulai dari mystery box berisi NFT Ruci limited edition secara gratis hingga tambahan aset koin hingga 100.000 yang berlaku hingga periode tertentu.

Bersamaan dengan peluncuran NFT karya para pengguna, OneAset juga merilis karya NFT spesial menggunakan maskot OneAset, Ruci. Ruci sendiri dihadirkan dengan tema-tema yang beragam dan tentunya mengikuti tren terkini, mulai dari Ruci The Master, Active dan Trendy Ruci, hingga Hidden Treasure in Art Gallery. Dalam waktu dekat, timnya mengklaim akan segera menghadirkan kolaborasi-kolaborasi dengan para kreator lainnya.

Marketplace NFT di Indonesia

OpenSea disebut sebagai salah satu marketplace NFT terbesar di dunia dengan lebih dari 80 juta pilihan NFT dan volume transaksi senilai $31,3 miliar terhitung hingga saat ini. Di bulan pertama peluncurannya, OneAset telah menghasilkan puluhan ribu karya NFT yang mencakup ragam karya seni, fotografi hingga literatur. Terdapat ratusan kreator lokal dan internasional yang sudah bergabung dalam platform ini.

Presiden Direktur OneAset, Breggy Anderson mengungkapkan bahwa, “NFT berpeluang untuk mendorong karya para kreator lokal di Indonesia baik secara nasional dan internasional dengan karya-karya mereka. Kehadiran marketplace NFT di aplikasi OneAset sendiri diharapkan untuk bisa menjadi wadah baru bagi kreator lokal Indonesia dari berbagai bidang untuk memamerkan karya serta menjangkau pasar yang lebih luas untuk keperluan transaksi melalui platform ini.”

Selain OneAset, sudah ada pemain lokal yang menginisiasi platform NFT berbasis marketplace. Beberapa di antaranya adalah Tokomall milik Tokocrypto, Kolektibel, Artpedia, dan Paras Digital. Disamping itu, ada juga marketplace NFT yang spesifik menyasar vertikal gaming seperti Fractal. Beberapa platform ini juga telah mengantongi pendanaan dari sejumlah investor.

Application Information Will Show Up Here

3 Hal yang Perlu Diketahui tentang NFT pada Sepak Bola

Pemanfaatan NFT pada sektor olahraga bukan lagi hal baru. Di Amerika Serikat, NFT telah dimanfaatkan klub NBA untuk meluncurkan produk kolektibel. Sementara di Indonesia, NFT mulai dipakai untuk meningkatkan engagement penggemar pada klub sepak bola.

Bagaimana pemanfaatan NFT pada sepak bola dan apa saja potensi adopsi teknologi bagi sektor olahraga? Selengkapnya, simak rangkuman sesi #SelasaStartup oleh Co-founder Bolafy Joseph Bima.

NFT dan sepak bola

Joseph menilai sepak bola menjadi entry point yang tepat untuk memperkenalkan NFT kepada masyarakat. Hal ini demikian karena sepak bola adalah olahraga paling populer di Indonesia dengan hampir 170 juta penggemar. Karena hal ini juga, potensi ekonominya sangat besar. Di skala Asia, nilai pasarnya berkisar sebesar $16 juta dengan 800 juta penggemar sepak bola.

Untuk memperkenalkan NFT, ia menyebut ada dua hal yang menjadi poin utama, yakni produk kolektibel dan utility. Artinya, NFT tidak hanya tercermin dalam bentuk koleksi digital saja, tetapi dapat memberikan benefit bagi si pemegang (holder). Contoh, holder mendapat akses untuk menonton pertandingan secara VVIP maupun bertemu dengan pemain.

“Ini menjadi cara baru bagi fans atau penggemar dalam memberikan dukungan kepada klub sepak bola, yakni melalui koleksi digital, reward, dan Metaverse. Kami berupaya memaksimalkan experience dan engagement dari dua sisi, baik fans dan klub sepak bola. Fans dapat mengumpulkan poin untuk memperoleh reward, tanda tangan atau tiket gratis,” jelasnya.

Memperkenalkan kolektibel

Secara umum, para fans di Indonesia dinilai belum sepenuhnya memahami NFT dan tak sedikit yang punya sentimen tertentu pada produk kolektibel. Bagi Joseph, komunitas atau pemimpin klub supporter menjadi jalan masuk untuk memperkenalkan NFT. Menariknya, word of mouth di kalangan pecinta sepak bola dinilai sangat powerful dalam membantu proses edukasi.

“Kami gencar edukasi untuk memperkenalkan kolektibel, nilai, dan benefit-nya, bahwa [produk kolektibel] juga eligible untuk mendapatkan reward. Kami [di Bolafy] menyebutnya sebagai koleksi digital atau aset digital karena NFT hanya jargon untuk technical people,” ucapnya.

Joseph berujar, pihaknya belajar dari berbagai model bisnis di Amerika Serikat yang selama ini sudah lebih lama memanfaatkan NFT di sektor olahraga, contohnya NBA. Pembelajaran ini menjadi benchmark yang membantunya mengeksplorasi use case untuk pasar Indonesia.

Teknologi dalam olahraga

Menurut Joseph, secara umum pemanfaatan teknologi pada sektor olahraga di Indonesia belum optimal, tetapi sudah jauh lebih berkembang dibandingkan 2-3 tahun lalu. Contoh sederhana, pembelian tiket olahraga kini dapat dilakukan secara online, tidak perlu lagi ke outlet fisik.

Pada teknologi yang tengah berkembang, ia memberikan contoh use case yang potensial. Misalnya, Metaverse dapat merevolusi cara orang menonton pertandingan sepak bola dengan perangkat. Pada pemanfaatan analitik misalnya, teknologi ini dinilai dapat mendorong perkembangan sektor olahraga secara signifikan. Sementara, teknologi blockchain juga dapat memunculkan berbagai inovasi yang mendisrupsi industri.

Memang perkembangan Blockhain di Indonesia masih early. Namun, ini menjadi momentum tepat untuk memanfaatkannya mengingat persepsi orang terhadap Blockchain masih bagus, terutama bagi kalangan investor atau venture builder.

“Jadi, sangat disayangkan apabila teknologi, seperti Web3, Metaverse, atau NFT, tidak dapat dimanfaatkan untuk meng-enhance sebuah industri. Kami sangat menantikan inovasi di sport tech, terutama dengan Web3.” Tutupnya.

Bolafy Hadirkan Platform NFT untuk Fans Sepak Bola di Indonesia

Perkembangan industri Web3 di Indonesia semakin terlihat dari banyaknya platform pendukung, menjadi realisasi tren yang disinyalir akan menjadi masa depan internet ini. Berbagai kegiatan dan komunitas juga dibentuk untuk mewadahi sosialisasi. Salah satu platform yang memiliki misi untuk mengintegrasi Web3 di sektor olahraga, khususnya sepak bola, adalah Bolafy.

Platform ini didirikan oleh Joseph Bima, seorang lulusan teknik dari Universitas of Massachusetts. Bima mengungkapkan bahwa ide awalnya muncul ketika ia masih mengampu pendidikan di negeri Paman Sam. Ketika itu, Web3 sudah berkembang cukup pesat di sana. Setelah melakukan riset dan menemukan model bisnis, ia menarik salah satu temannya yang masih berstatus mahasiswa ITB untuk mulai menjalankan bisnis ini.

Bima juga mengaku bahwa pengalamannya menyaksikan langsung perkembangan Web3 di AS membuatnya banyak belajar. “Di US, bubble-nya sudah lebih terlihat. Banyak firm Web3 yang akhirnya gagal. Dari situ juga saya analisis kesalahan seperti apa yang berpotensi terjadi jika diimplementasi di Indonesia,” lanjutnya.

Moflip adalah karya pertama Bima yang meluncur di publik, platform ini dibuat untuk mewadahi bisnis sport dan entertainment di ranah Web3. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa akan lebih baik jika memiliki platform yang berbeda untuk menaungi masing-masing industri. “Maka dari itu kita bikin Bolafy untuk sport, dan TiketNFT.com untuk entertainment,” jelas Bima.

Dari industri entertainment, melalui TiketNFT.com, pihaknya telah berhasil mengakomodasi tiket untuk konser ulang tahun ke-30 Dewa 19 di dua kota. Musisi kondang Indonesia ini meminta untuk semua tiket bisa dijadikan NFT, dengan begitu, semua yang hadir memiliki bukti konkret dan semuanya terintegrasi ke web3.

Proposisi nilai

Bolafy sendiri memosisikan diri sebagai “Digital Fans Engagement Platform” yang menawarkan koleksi digital resmi dari kolaborasinya dengan partner. Pihaknya menilai sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling berpotensi dengan basis penggemar yang besar dan cukup solid. Selain itu, masih ada peluang yang bisa dimanfaatkan dari turunannya, seperti sepak bola putri dan para legend.

Salah satu proposisi nilai yang juga ditawarkan oleh Bolafy adalah kemudahan dalam melakukan pembayaran. Selama ini, NFT dinilai terlalu eksklusif dan sulit diakses karena sistem pembayaran yang menggunakan kripto. Melalui Bolafy, para fans bola bisa menikmati eksklusifitas dan nilai NFT dengan membayar menggunakan Rupiah dan bisa melihat setiap karya yang mereka beli di OpenSea.

Selain itu, platform ini juga menawarkan program loyalty untuk setiap klub. Setiap pembelian NFT akan mendapat koin yang kemudian bisa ditukarkan dengan hadiah. Ada dua bentukan reward yang bisa ditukarkan, monetary (fisik) dan non-monetary (experience). Perusahaan menilai hal ini sebagai engagement yang dibutuhkan oleh fans.

Pihaknya mengaku bahwa banyak fans yang masih enggan untuk membeli NFT menggunakan kripto karena proses yang cukup panjang. Untuk bisa masuk ke pasar yang sangat besar ini, kita harus bisa menyesuaikan metode dengan permintaan. “Salah satu objektif awal kita adalah untuk memungkinkan penjualan NFT yang mudah dan meminimalisir entry barrier untuk masyarakat yang besar dan menyeluruh,” tambah Bima.

Ia juga mengungkapkan bahwa proses pembelian menggunakan rupiah tidak berbeda dengan menggunakan kripto. Pihaknya menggunakan polygon chain untuk memastikan mekanisme minting tetap terjangkau bagi pengguna. Biaya minting yang dibebankan ke pengguna untuk semua NFT dengan harga 15 ribu – 500 ribu Rupiah adalah sama, yaitu 2 ribu Rupiah. Ini adalah sebuah protokol yang sekaligus jadi nilai tambah platform.

Hingga saat ini, total pengguna Bolafy selama 3 bulan resmi beroperasi ada di angka 9.200 orang yang didominasi oleh fans sepak bola. Bolafy sendiri sudah berkolaborasi dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk memanfaatkan jaringan dari Liga 1 dan sudah merampungkan proyek untuk Piala Presiden.

Di bulan Juli lalu, perusahaan resmi berkolaborasi dengan Persija Jakarta untuk menghadirkan beragam koleksi digital yang special untuk The Jakmania (nama suporter Persija). Persija jadi klub bola pertama yang meluncurkan NFT yang bisa dibeli menggunakan Rupiah.

“Tujuan saya menyediakan layanan ini adalah agar para penggemar bisa mendapat benefit dan reward yang berkelanjutan. Sebagai penyelenggara lokal kita punya kelebihan. Kita tau permintaan klub dan fans bola tanah air. Ini akan jadi tahap pertama, bagaimana kita menawarkan konsep NFT yang terintegrasi web3 namun dengan metode yang relatif konvensional,” ungkap Bima.

Target ke depannya

Bima sendiri mengaku bahwa industri web3 di Indonesia masih di fase awal. Sebagai konsumen, masyarakat sudah difasilitasi berbagai kemudahan untuk masuk ke industri ini. Ketika ada satu terobosan yang bisa membuat orang merasakan dampak dan nilai nyata dari solusi Web3, maka itu akan membuka jalan bagi banyak bisnis lain, bukan hanya sekadar mengikuti tren.

Dari sisi monetisasi, Bolafy menerapkan sistem profit sharing dengan partner-nya. Di tahun ini, perusahaan menargetkan untuk bisa berkolaborasi dengan seluruh klub bola di Liga 1 dan membangun audiens yang sudah teredukasi dan mau berpartisipasi. Di lain sisi, ingin bersinergi dengan PSSI untuk solusi apa yang bisa ditawarkan bagi timnas.

“Sampai akhir tahun kita masih fokus di sepak bola. Setalah sudah tercapai semua turunannya, baru kita bisa memikirkan untuk ekspansi ke cabang olahraga lain yang punya audiens setara, seperti bulu tangkis, voli, atau esports,” jelas Bima.

Di bulan Maret lalu, perusahaan berhasil membukukan pendanaan pre-seed dari Starcamp, sebuah pemodal ventura yang juga mendukung startup dengan model serupa, Kolektibel. Bima mengungkapkan bahwa dana segar senilai SG$200 ribu tersebut telah digunakan untuk membangun platform, merekrut talenta, serta operasional. Saat ini Bolafy masih dalam proses rekrutmen untuk menambah tim yang saat ini berjumlah 12 orang.

Web3 Developer Bootcamp Tarik Minat Developer Indonesia untuk Terjun ke Ekosistem Web3

Jakarta, 4 Agustus 2022. Web3 diyakini bakal memegang kunci dalam evolusi internet. Dengan visi mewujudkan ekosistem internet yang lebih terbuka, terdesentralisasi, dan aman, banyak raksasa teknologi dunia yang kini menaruh perhatiannya terhadap perkembangan teknologi Web3. Namun, saat hype seputar Web3 kian menguat, ada kesenjangan yang cukup dalam antara kebutuhan bisnis dan ketersediaan talenta yang mumpuni dan berkualitas dalam bidang Web3.

Menurut analisis Venture Capital yang berfokus pada crypto, Electric Capital, komunitas pengembang Web3 masih sangat kecil, dengan hanya ada 18.000 pengembang aktif bekerja pada proyek open source Web3 dan crypto hari ini, dan tumbuh sekitar 75% sejak awal 2021. Data ini juga didukung oleh penelitian dari Hired, job marketplace khusus teknologi yang mengatakan bahwa kandidat Web3 telah meningkat sekitar 67% sejak awal 2021.

Potensi cerah yang diusung oleh teknologi Web3 di masa depan tentu bukan tanpa alasan. Untuk itulah DailySocial.id dan Hybrid.co.id berkomitmen untuk berkontribusi pada perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di bidang teknologi Web3 dengan menyelenggarakan Web3 Developer Bootcamp, sebuah bootcamp yang disiapkan secara khusus bagi profesional di bidang teknologi untuk mempelajari lebih jauh seputar ekosistem Web3 yang terdiri dari teknologi blockchain, crypto, DAO, NFT, serta DeFi.

Web3 Developer Bootcamp diadakan selama 3 hari penuh di Green Office Park 9, yang berada di bilangan BSD Tangerang Selatan. Sebanyak 70 developer Indonesia ikut bergabung dalam bootcamp dengan berbagai latar belakang. Mulai dari tech enthusiast, komunitas, hingga developer profesional, yang hadir dari luar Jakarta, seperti Karawang, Bandung, hingga Jogjakarta. Perhelatan ini diisi oleh materi-materi eksklusif dari para trainer dengan berbagai fokus, mulai dari “The Development Guide to Web3 Stack”, hingga “How to Build Utility Token” yang dipraktikkan langsung oleh para peserta bersama dengan trainer.

Dalam gelaran kali ini, beberapa sosok ahli di dunia Web3 turut berkontribusi dan menyampaikan insight-nya melalui sesi coaching dengan sederetan trainer yang sudah terjun langsung dalam pembangunan ekosistem Web3. Para trainer yang hadir antara lain Muqorrobin Marufi (Founder & CTO Ansvia), Tata Tricipta (Co Founder Exclusor), Muhammad Mustadi (Lead Dev, Reimagined Finance), Reza Anwar (CTO Inamart), Gilang Bhagaskara (CEO Blocksphere) dan Sofian Hadiwijaya (Co Founder Warung Pintar).

Empat keynote speaker juga terlibat dalam kegiatan ini yaitu  On Lee (CEO & CTO, GDP Labs), Antonny Liem (Investment Partner, GDP Ventures), Intan Wibisono (Founder, Art Pop Up & Indonesia NFT Festiverse), dan Yohanes Adhi (CTO DailySocial.id).

Peluang Web3 di Indonesia

Web3 Developer Bootcamp 2022
Web3 Developer Bootcamp 2022

“Kebutuhan akan SDM Web3 di dunia sangatlah tinggi namun sayangnya Developer yang memiliki kualifikasi itu masih sangat sedikit,” menurut CTO Dailysocial.id, Yohanes Adi (27/07/2022).

Yohanes juga menambahkan. “Dengan diselenggarakannya bootcamp Web3 ini diharapkan akan muncul talenta teknologi lokal yang semakin terbuka dengan Web3 dan bisa semakin berkontribusi bagi perkembangan Web3 di tanah air,” tambahnya.

Jeffrey Budiman, Chief Innovation Officer  dan Co-Founder WIR Group mengatakan “Edukasi tentang teknologi web3 adalah langkah strategis dan kebutuhan yang tak terelakkan guna memastikan pengembangan kapasitas sektor bisnis dan industri dalam menghadapi persaingan global. Teknologi web3 ini akan memberi kesempatan bagi penggunanya untuk mendapatkan pengalaman yang lebih immersive dengan penggunaan teknologi seperti AR, VR, dan AI yang terintegrasi dengan beragam teknologi lainnya sehingga bisa berdampak positif baik pada aspek komersial sebuah bisnis maupun loyalitas pelanggan. 

Platform Web3 adalah suatu keniscayaan, sebuah bentuk evolusi ekosistem teknologi yang akan mendorong terciptanya liveable digital world for everyone. Penggunaan teknologi yang tidak hanya canggih namun juga terintegrasi sungguh memungkinkan setiap pengguna untuk berkomunikasi, berinteraksi tanpa batas, dan personal, tutur Jeffrey.

Salah satu peserta Fahmil mengungkapkan antusiasmenya, Developer IT di Merah Cipta Media itu mengatakan, “buat saya yang masih berkutat di web2 jadi lebih mengerti fundamental awal dari web3, selain itu pengetahuan saya juga terbuka dengan manfaat web3 lain seperti storage datafile tidak hanya tentang crypto” ungkapnya. Fahmil yang merasakan manfaat dari event Web3 Developer Bootcamp juga berharap event ini berkelanjutan dengan pelatihan yang lebih jangka panjang. 

Dengan mengikuti event Web3 Developer Bootcamp, yang didukung oleh WIR Group dan Sinar Mas Land, peserta diharapkan semakin dapat meningkatkan skill serta pengetahun teknis para developer, tapi juga terbuka pada masa depan Web3 baik secara industri dan bisnis. 

Sejalan dengan itu VP of Ecosystem Acquisition & Partnership Sinar Mas Land, Yanto Suryawan mengungkapkan komitmennya, “Sinar Mas Land berupaya menjadi wadah bagi semua ekosistem teknologi dan kewirausahaan digital di Indonesia. Kami mendukung dan berharap acara ini bisa meningkatkan ekosistem Blockchain di Indonesia” tutupnya.

Mendalami Seluk Beluk Mata Uang Kripto untuk Pemula

Dimulai dengan Bitcoin, lalu diiringi dengan Ethereum dan Solana. Mata uang kripto mungkin bukan merupakan sesuatu yang mudah dicerna pada awal kemunculannya. Bagi seseorang yang awam dalam dunia blockchain dan crypto, mata uang ini akan semakin sulit dikenali karena keberadaannya yang hanya berbentuk virtual.

Apa saja mata uang kripto yang beredar pada masyarakat? Pada artikel ini, kita akan membahas di mana perbedaan dari mata uang kripto dan fiat serta mengenal Ethereum dan Solana sebagai inovator dalam decentralized finance.

Kripto vs Fiat

Ilustrasi mengenal mata uang kripto | Unsplash
Ilustrasi mengenal mata uang kripto | Unsplash

Bicara mengenai uang, rasanya tidak akan ada habisnya. Kita (hampir) selalu membutuhkan uang untuk mendapatkan hal yang kita inginkan. Oleh karena itu, uang menjadi salah satu solusi pertukaran nilai terbesar di dunia. Dewasa ini, inovasi teknologi terus menerus memudahkan seseorang dalam bertransaksi.

Dimulai dari uang kertas sebagai mata uang standar, sampai dengan aplikasi mobile banking yang tidak hanya memudahkan transaksi, akan tetapi juga aspek investasi masyarakat.  Salah satu inovasi radikal yang bisa kita temukan saat ini adalah mata uang yang bersirkulasi di dalam ekosistem blockchain yaitu cryptocurrency atau yang dapat kita sebut dengan “mata uang kripto”.

Fiat, mata uang yang diterbitkan oleh pemerintah (seperti Rupiah, Dolar, Yen, dan mata uang lainnya), memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan mata uang kripto. Salah satu perbedaan tersebut adalah mata uang kripto tidak dikelola oleh pemerintah atau terdesentralisasi (decentralized finance).

Lantas, apa saja contoh mata uang kripto yang tidak hanya menjadi pionir tetapi juga inovator di perkembangan blockchain ini? Berikut dua kategori dari koin kripto, Stablecoins dan Altcoins.

Stablecoins, Koin-koin Kripto Bernilai Stabil

Stablecoin adalah mata uang kripto yang nilainya sudah dipatok –atau diikat– dengan mata uang seperti Rupiah atau instrumen keuangan lain seperti emas. Mata uang kripto ini –Stablecoin– dapat dikatakan sebagai solusi bagi investor yang mencari alternatif dari mata uang kripto yang populer lain yakni Bitcoin.

Mata uang Bitcoin terkenal dengan volatilitasnya yang tinggi, hingga mungkin tidak cocok dijadikan instrumen investasi untuk investor yang kurang suka akan risiko. Beberapa Stablecoins yang populer antara lain adalah Tether (USDT), USD Coin (USDC), Binance USD (BUSD). Ada juga mata uang kripto dengan kearifan lokal berdenominasi Rupiah yang dihadirkan oleh StraitsX, yaitu XIDR.

Kombinasi dari stabilitas aset tradisional dengan fleksibilitas aset digital ini akhirnya terbukti menjadi ide yang sangat populer dan digandrungi banyak kalangan. Kita dapat melihat dari valuasi masing-masing Stablecoin populer. Miliaran dolar US telah mengalir ke Stablecoin seperti USD Coin (USDC). Hal ini menjadi bukti bahwa Stablecoin menjadi alternatif sehat untuk menyimpan nilai dolar US dan memperdagangkan nilainya di dalam ekosistem kripto.

Altcoins, koin-koin kripto yang gemar berinovasi

Alternative coins, disingkat Altcoins, secara sederhana adalah koin kripto yang beredar selain Bitcoin. Salah satu mata uang Altcoin yang paling populer adalah Ethereum. Selain Ethereum yang kaya fungsi dan utility, ada juga koin kripto yang sensasional yakni Dogecoin.

Mata uang kripto lainnya lagi adalah Solana. Saat ini, Solana –secara diam-diam menghanyutkan– dengan segala potensinya merebut mahkota Altcoin dengan valuasi yang lebih tinggi dari Ethereum.

Ethereum

Ilustrasi Ethereum | Unsplash
Ilustrasi Ethereum | Unsplash

Ada alasan khusus mengapa kita sering mendengar Ethereum, walaupun kamu mungkin tidak terus menerus catch-up dengan dunia cryptocurrency. Selain nilainya yang cukup stabil (di luar bear market) dan perkembangan yang konsisten dalam finansialnya, Ethereum berkembang dengan sangat cepat di sisi inovasinya. Jaringan Ethereum mempunyai koin dengan kode mata uang terdaftar ETH, atau sering dipanggil ‘ether’, singkatan dari Ethereum.

OpenSea sebagai marketplace NFT terbesar di dunia merupakan marketplace eksklusif yang memperdagangkan token menggunakan mata uang Ethereum. Mekanisme tersebut telah lama ada sebelum koin kripto Solana masuk menjadi pesaing di platform tersebut beberapa bulan silam.

Ethereum lahir pada tahun 2013 oleh programmer bernama Vitalik Buterin. Jaringan Ethereum ini kemudian melakukan penggalangan dana dan memulai pengembangannya sebelum akhirnya mulai beroperasi pada 30 Juli 2015. Ethereum terus menjadi pionir dalam pembuatan smart contract dan penentuan standar paling mutakhir dalam pembuatan dan perdagangan NFT. Salah satu standar yang paling populer, memperbolehkan pengguna Ethereum untuk memberikan dan membuat token voting, fitur staking atau mata uang virtual, adalah ERC-20.

Baru baru ini, Ethereum bahkan sempat menyetujui permintaan dari ERC-4907 menjadi EIP-4907. Token standar ini memperbolehkan pengguna untuk merentalkan aset digital mereka dalam waktu tertentu kepada pengguna lainnya. Final standard Ethereum ini sangat menjanjikan dalam bidang DeFi, Gaming, dan banyak ranah lainnya yang sangat membutuhkan inovasi pada aspek rental. Untuk ulasan lengkap token standard ini, kamu dapat membaca ulasan dari Artpedia di sini.

Solana

Seperti Ethereum, Solana adalah mata uang kripto dan platform yang fleksibel untuk menjalankan aplikasi terdesentralisasi (dapps) lain. Solana dapat digunakan untuk mulai dari perdagangan NFT hingga exchange Serum (DEX). Inovasi paripurna dari Solana, yang menjadi pembeda dengan Ethereum, misalnya adalah kecepatan transaksi yang mata uang ini tawarkan.

Solana menawarkan kecepatan transaksi melalui teknologi baru dan mutakhir yang disebut Proof of History (PoH). Solana mampu memproses kurang lebih 50.000 transaksi per detik, perbedaan kecepatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Ethereum yang membutuhkan 15 detik atau kurang. Ethereum Merge –jenis Ethereum yang akan datang– dilansir akan menambah kecepatan secara besar daripada sekarang.

Karena Solana sangat cepat, kemacetan pada transaksi dan gas fees dari mata uang ini ada pada angka yang cenderung rendah. Fitur kecepatan transaksi ini lah yang menjadi kunci kepercayaan para pengguna jaringan Solana dan koin SOL. Tidak heran Solana mampu menyalip ekosistem jaringan dan koin seperti Ethereum dalam segi porsi pasar.

Dalam perdagangan dan penukaran NFT, Solana banyak bermain di Magic Eden, marketplace NFT eksklusif pengguna ekosistem Solana; jaringan Solana dan koin SOL. Salah satu proyek NFT yang populer, telah diliput banyak media mainstream adalah Okay Bears.

Proyek NFT Okay Bears | okaybears com
Proyek NFT Okay Bears | okaybears com

Kemunculan dan popularitas dari proyek ini pun menjadi bahan gunjingan pengguna ekosistem Ethereum di marketplace OpenSea. Alih-alih memunculkan proyek sukses lagi seperti Cool Cats atau Azuki, beberapa programmer/pengembang Ethereum membuat jiplakan yang sangat mirip bernama Not Okay Bears yang dijual di OpenSea.

Pengembang Okay Bears pun tentunya tidak terima hingga drama dimulai. Kamu dapat membaca cerita lengkap dari polemik dua ekosistem NFT ini di sini. OpenSea akhir akhir ini telah membuka pintu untuk mengintegrasikan ekosistem Solana, termasuk berdagang NFT menggunakan mata uang SOL ke dalam platformnya. Dengan keputusan ini, akankah perkubuan antar kedua ekosistem Ethereum dan Solana berakhir? We’ll just have to wait and see.

Membahas terkait kripto, blockchain, NFT, serta istilah-istilah mutakhir lainnya mungkin adalah hal yang cukup rumit bagi kamu yang kurang familier dengan adopsi Web3. Web3 adalah suatu ekosistem internet yang terdesentralisasi dan akan sangat terhubung dengan konsep blockchain serta token-based economics.

Jika kamu tertarik dengan pembahasan seputar Web3, kripto, blockchain, metaverse dan topik terkait ekosistem digital terkini lainnya, kamu dapat mengikuti Web3 Developer Bootcamp yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Sinar Mas Land dan WIR nih!

Dengan mengusung tema “Building Builder of the Future”, Web3 Developer Bootcamp akan diisi oleh keynotes yang sudah ahli dalam bidangnya seperti Antonny Liem (GDP Venture), Intan Wibisono (ArtPop Up, Indo NFT Festiverse), On Lee (GDP Labs), Yohanes Adhi (DailySocial.id), dan para trainers serta expertise seperti Muqorrobin Marufi (Ansvia), Tata Tricipta (Exclusor), Reza Anwar (Inamart).

Selengkapya kamu dapat mendaftarkan diri pada Web3 Developer Bootcamp pada tautan ini. Selain itu, kamu juga dapat bergabung bersama Artpedia NFT Marketplace untuk berdiskusi seputar ekosistem teknologi Web2 serta Web3 melalui tautan berikut ini.

Penulis: Faisal Mujaddid dari Artpedia – L2 Ethereum NFT Marketplace 

Editor: Nandang Ary Pangesti

Blockchain Startup Ekta Receives 891 Billion Rupiah Funding from Global Emerging Markets

Blockchain technology development startup Ekta announced $60 million (over 891 billion Rupiah) funding from Global Emerging Markets, a New York-based alternative asset investment group. The fund is said to be used to prepare a series of blockchain-powered products such as NFT marketplaces, hybrid crypto exchange platforms, blockchain-based games, and real estate investments.

“The funds will be used for the development of the Ekta ecosystem, liquidity for the NFT marketplace and hybrid exchange, the development of the plant-to-earn MetaTrees game, marketing, and building a technology team,” Ekta’s CEO, Berwin Tanco said.

Was launched in August 2021, Ekta stands as one of the most focused decentralized protocols for aligning blockchain with the physical world. Headquartered in Bali, Indonesia, the company was founded by Berwin Tanco (CEO), Yog Shrusti (CSO), and Jason Zheng (CMO), and now has a total team of 75 people worldwide.

It was written in the blog that Ekta’s founders have the vision to empower blockchain utilities to provide opportunities for everyone to live a better life. Therefore, Ekta leverages the power of blockchain to create a new and transparent ecosystem, allowing everyone from all backgrounds to participate.

Ekta’s developed mainnet i, called EktaChain, tokenizes real-world assets, such as property, music, art and gold. Ekta token holders will be able to transact and interact with financial products to grow their wealth, earn money by playing games, buy and sell digital and tangible assets. All of these products will later be combined in one super-app.

“This app will be a Web2 practice using Web3 as a backbone, therefore, people will easily get involved and no need to know whether there is a crypto or blockchain behind it,” Ekta’s CIO, Sven Milder added.

Ekta’s products

Source: Ekta

Lately, the crypto market is bearish, affecting most Web3 companies. However, Tanco remains optimistic since the company has a unique proposition that will ultimately provide good benefits once the market recovers. “We are in a very good position during this decline period as we believe the next trend is blockchain bridging to the physical world and Ekta has been doing so since 2021.”

Ekta will create a cross-chain NFT platform for trading, staking, and exchanging physical assets with digital asset representation. The Ekta NFT marketplace will serve as a bridge through which NFT developers and physical asset owners interact with other brands and individuals through their virtual collections.

Compared to similar players, Ekta is closely tied to real-world use cases, has value and utility, and is asset-backed. The NFT marketplace, for example, will sell tokens that link real-world assets and values ​​with projects offered on its platform.

MetaTrees is a blockchain-based game that allows players to earn crypto while playing an active role in conserving real-world natural resources. Meanwhile, Ekta Island, a 16-hectare land located near Bali and owned by time Ekta, will be a blockchain-fueled physical space and will offer token fractional investment and access to ordinary people.

One of Ekta’s flagship products is the Ekta Portal, the company said that this is the world’s first endpoint node to reward operators with cryptocurrencies. By activating the device via the Ekta NFT Portal, operators can start earning a daily reward of 10 thousand Ekta tokens which will be divided by the number of active operators. Having NFT Portal Ekta automatically whitelists holders for all Ekta offerings, such as Ekta Island and MetaTrees.

By bringing blockchain solutions to traditional industries, businesses, and physical assets, the company aims to attract more people to the crypto world. “While 10% of people on the internet hold crypto, we are targeting the next 10% by building true utility and value for them,” Tanco said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Blockchain “Ekta” Terima Pendanaan 891 Miliar Rupiah dari Global Emerging Markets

Startup pengembang teknologi blockchain Ekta mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $60 juta (lebih dari 891 miliar Rupiah) dari Global Emerging Markets, grup investasi aset alternatif berbasis di New York. Suntikan dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mempersiapkan rangkaian produk bertenaga blockchain seperti marketplace NFT, platform pertukaran crypto hybrid, game berbasis blockchain, dan investasi real estat.

“Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan ekosistem Ekta, likuiditas untuk NFT marketplace dan hybrid exchage, pengembangan game plant-to-earn MetaTrees, pemasaran, dan bangun tim teknologi,” kata Tanco.

Diluncurkan pada Agustus 2021, Ekta berdiri sebagai salah satu protokol terdesentralisasi yang paling fokus untuk menyelaraskan blockchain dengan dunia fisik. Berkantor pusat di Bali, Indonesia, perusahaan ini didirikan oleh Berwin Tanco (CEO), Yog Shrusti (CSO), dan Jason Zheng (CMO), dan kini memiliki total tim 75 orang di seluruh dunia.

Dalam blognya disampaikan, para pendiri Ekta memiliki visi untuk memberdayakan blockchain dalam memberi setiap orang kesempatan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, Ekta memanfaatkan kekuatan blockchain untuk menciptakan ekosistem baru dan transparan, memungkinkan semua orang dari berbagai latar belakang dapat berpartisipasi.

Mainnet yang dikembangkan Ekta dinamakan EktaChain, mentokenisasi aset dunia nyata, seperti properti, musik, seni, dan emas. Pemegang token Ekta akan dapat bertransaksi dan berinteraksi dengan produk keuangan untuk menumbuhkan kekayaan mereka, mendapatkan uang dengan bermain game, jual-beli aset digital dan berwujud. Seluruh produk tersebut nantinya akan digabungkan dalam satu super-app.

“Aplikasi ini akan menjadi pengamalan Web2 dengan tulang punggung Web3, sehingga orang akan dengan mudah terlibat dan tidak perlu tahu bahwa ada kripto atau blockchain di belakangnya,” tambah CIO Ekta Sven Milder.

Produk Ekta

Sumber: Ekta

Seperti diketahui belakangan ini pasar kripto sedang bearish, memberikan dampak kepada perusahaan Web3 kebanyakan. Akan tetapi Tanco tetap optimistis, karena perusahaan memiliki proposisi unik yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang baik setelah pasar pulih. “Kami berada dalam posisi yang sangat baik selama periode penurunan ini karena kami percaya tren berikutnya adalah blockchain yang menjembatani ke dunia fisik dan Ekta telah melakukannya sejak 2021.”

Ekta akan menciptakan platform NFT lintas rantai untuk perdagangan, staking, dan pertukaran aset fisik dengan representasi aset digital. Pasar Ekta NFT akan berfungsi sebagai jembatan di mana pengembang NFT dan pemilik aset fisik berinteraksi dengan merek dan individu lain melalui koleksi virtual mereka.

Dibandingkan pemain sejenis, Ekta memiliki kaitan erat dengan kasus penggunaan di dunia nyata, memiliki nilai dan utilitas, dan didukung aset. NFT marketplace misalnya, akan menjual token yang menghubungkan aset dan nilai dunia nyata dengan proyek yang ditawarkan di platformnya.

MetaTrees, game berbasis blockchain yang memungkinkan pemain memperoleh kripto sambil memainkan peran aktif dalam melestarikan sumber alam dunia nyata. Sementara itu, Ekta Island, tanah seluas 16 hektar yang terletak di dekat Bali dan dimiliki oleh time Ekta, akan menjadi ruang fisik berbahan bakar blockchain dan akan menawarkan investasi fraksional token dan akses ke orang biasa.

Salah satu produk unggulan Ekta adalah Ekta Portal, menurut perusahaan ini adalah node titik akhir pertama di dunia yang memberi penghargaan kepada operator dengan kripto. Dengan mengaktifkan perangkat melalui NFT Portal Ekta, operator dapat mulai menghasilkan hadiah harian 10 ribu token Ekta yang akan dibagi dengan jumlah operator aktif. Memiliki NFT Portal Ekta secara otomatis memasukkan pemegang daftar putih untuk semua penawaran Ekta, seperti Ekta Island dan MetaTrees.

Dengan membawa solusi blockchain ke industri tradisional, bisnis, dan aset fisik, perusahaan berharap dapat menarik lebih banyak orang ke dunia kripto. “Sementara 10% orang di internet memegang kripto, kami menargetkan 10% berikutnya dengan membangun utilitas dan nilai sejati bagi mereka,” kata Tanco.

Kantongi Pendanaan Pra-Awal, Marketplace NFT Lokal “Artpedia” Segera Meluncur

Bertujuan untuk memberikan opsi lebih kepada masyarakat Indonesia yang ingin menjual karya seni mereka dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token), platform Artpedia akan segera meluncur dalam versi beta pada bulan Juli mendatang.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Artpedia Arjuna Sky Kok mengungkapkan, meskipun saat ini di Indonesia pasar NFT masih terbilang niche, namun melalui Artpedia harapannya kreator secara global juga bisa memanfaatkan platform mereka untuk bertransaksi.

Dipilihnya Ethereum L2s sebagai settlement mereka, diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk menjual karya seni mereka melalui Artpedia. Arjuna mengklaim, Etherium merupakan teknologi yang paling banyak yang digunakan oleh pengguna NFT secara global.

“Sekilas konsep Artpedia serupa dengan OpenSea, namun Artpedia memiliki value proposition yang berbeda dengan OpenSea. Selain Indonesia, Artpedia juga bisa digunakan oleh pasar global,” kata Arjuna.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Artpedia telah mengantongi pendanaan tahapan pra-awal dari sejumlah angel investor dengan nilai investasi senilai $100 ribu atu setara 1,5 mliar Rupiah. Beberapa investor yang terlibat di antaranya Windy Natriavi, (Co-founder AwanTunai), Jim Geovedi (CTO Koinworks), Dendi Suhubdy (CEO Bitwyre), dan Indira Widjonarko (Founder Sebangsa).

Dana segar tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan teknologi. Nantinya jika platform sudah diluncurkan, mereka memiliki rencana untuk menggalang dana tahapan seed — direncanakan tahun ini.

“Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi dan merekrut talenta baru hingga membangun on-ramp company yang nantinya bisa mengelola opsi pembayaran memanfaatkan e-wallet dan lainnya. Dengan dana segar dari putaran seed tersebut diharapkan rencana bisa kami lancarkan,” kata Arjuna.

Selain Artpedia, yang menawarkan layanan serupa dan menyasar NFT adalah TokoMall dari Tokocrypto. TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Bagi kreator yang ingin memanfaatkan layanan Artpedia, bisa menggunakan wallet yang telah dimiliki. Bagi yang belum memiliki wallet, platform menawarkan pilihan kustodian. Semua proses unggahan hingga pembayaran dikelola oleh Artpedia. Kreator cukup memberikan nomor telepon dan rekening bank, untuk mendapatkan royalty setiap bulan, bagi mereka yang ingin menjual karya seni melalui Artpedia.

“Untuk strategi monetisasi yang dikenakan adalah market fee, kepada kreator. Untuk opsi kustodian ini, Artpedia tidak mengenakan biaya tambahan kepada kreator. Pilihan kustodian ini merupakan solusi sementara yang kami tawarkan, untuk para kreator yang belum memiliki wallet,” kata Arjuna.

Meskipun untuk fase awal masih fokus kepada karya seni dalam bentuk gambar, ke depannya mereka juga ingin menjadikan Artpedia sebagai ‘token gate’ untuk berbagai komunitas. Apakah itu komunitas yoga, diving, dan lainnya. NFT berupa sertifikat nantinya bisa menjadi opsi bagi komunitas untuk memulai.

“Kami melihat nilainya lebih kepada kolektibel. Namun ke depannya kita ingin Artpedia lebih dari sekedar kolektibel. Untuk bisa menyasar dunia metaverse, kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada designer merancang busana yang kemudian mereka bisa jual kepada pengguna di dunia metaverse,” kata Arjuna.

Dengan relasi yang cukup solid dengan beberapa komunitas, diharapkan saat platform meluncur bulan depan bisa didapatkan kreator NFT secara langsung.

“Secara khusus kami menargetkan kalangan milenial, karena kami melihat kalangan tersebut yang sangat terbuka dengan NFT. Berbeda halnya dengan Gen Z, yang kami lihat tidak terlalu tertarik untuk bermain NFT,” kata Arjuna.