Semua yang Perlu Diketahui dari Steam Deck, Handheld PC Besutan Valve

Tidak bisa dipungkiri, Nintendo Switch berhasil membuat tren handheld console jadi populer kembali. Satu demi satu handheld console yang banyak terinspirasi Switch terus bermunculan — GPD Win 3, Aya Neo, One Xplayer — dan puncaknya adalah ketika perangkat dengan konsep serupa datang dari perusahaan sekelas Valve.

Bagi yang ketinggalan berita, Valve baru saja menyingkap Steam Deck, sebuah perangkat portabel yang diproyeksikan sebagai sebuah handheld gaming PC. Anggap saja ini Switch, tapi yang controller-nya tidak bisa dilepas-pasang, dan yang siap menjalankan segudang game PC.

Steam Deck pada dasarnya merupakan opsi yang masuk akal buat para gamer PC. Kalau Anda punya 100+ game di library Steam Anda sekarang, maka semua itu juga bisa Anda mainkan di Steam Deck tanpa perlu membayar apa-apa lagi.

Valve bahkan berbaik hati dan tidak ingin mengunci pengguna Steam Deck dalam ekosistem mereka. Kalau mau, Anda bahkan bisa meng-install Epic Games Store maupun deretan game launcher lainnya di Steam Deck. Anda bahkan bisa menghapus sistem operasi bawaannya dan meng-install Windows jika memang perlu.

Valve memang merancang Steam Deck sebagai sebuah PC tulen. Perangkat menjalankan versi terbaru SteamOS, sistem operasi berbasis Linux yang dapat berfungsi layaknya sebuah sistem operasi komputer tradisional. Dengan begitu, Steam Deck pun bisa dipakai untuk keperluan-keperluan umum seperti browsing atau streaming video.

Valve memastikan bahwa semua game yang tersedia di katalog Steam dapat berjalan secara optimal di Steam Deck. Untuk mewujudkannya, Valve membekalinya dengan custom AMD APU (4-core/8-thread) yang ditenagai arsitektur CPU Zen 2 dan GPU RDNA 2, plus RAM berkapasitas 16 GB.

Di atas kertas, performanya jelas jauh melampaui Nintendo Switch, tapi masih terkesan cupu untuk ukuran gaming PC. Namun itu bukan masalah besar mengingat layarnya cuma memiliki resolusi 1280 x 800; cukup tajam untuk ukuran 7 inci, dan di saat yang sama tidak terlalu menuntut performa GPU. Berdasarkan pengalaman hands-on IGN, Steam Deck cukup kapabel untuk menjalankan sejumlah game berat macam Star Wars: Jedi Fallen Order maupun Death Stranding.

Untuk storage-nya, Steam Deck bakal hadir dalam tiga varian: 64 GB, 256 GB, dan 512 GB. Khusus untuk varian 64 GB, jenis storage yang digunakan adalah eMMC, sedangkan varian 256 GB dan 512 GB mengandalkan SSD NVMe yang punya kecepatan baca dan tulis jauh lebih kencang. Masing-masing varian juga dilengkapi slot kartu microSD untuk keperluan ekspansi storage.

Controller yang lengkap dan mode docked

Posisi stik analog yang sejajar dengan tombol D-Pad dan tombol action mungkin terkesan tidak umum bagi konsumen yang sudah terbiasa dengan layout controller milik PlayStation maupun Xbox, namun ini sengaja dilakukan supaya Steam Deck punya cukup ruang untuk sepasang trackpad. Ingat, Steam Deck dirancang untuk memainkan game PC, dan sejumlah judul memang bakal lebih nyaman dimainkan menggunakan mouse atau trackpad.

Alternatifnya, layar LCD milik Steam Deck merupakan sebuah touchscreen, dan ini bakal sangat cocok untuk judul-judul game kasual maupun yang memanfaatkan sistem point-and-click. Di sisi atas, kita bisa menemukan empat tombol trigger, dan di punggungnya pun masih ada empat tombol trigger ekstra yang configurable. Namun kalau memang tidak bisa lepas dari mouse dan keyboard (ataupun periferal-periferal lainnya), Anda bisa menyambungkan semua itu via Bluetooth, atau via USB dengan bantuan USB hub atau dock.

Dock? Ya, seperti halnya Nintendo Switch, Steam Deck juga dapat dihubungkan ke monitor atau TV via sebuah unit dock. Yang berbeda, unit dock-nya ini harus dibeli secara terpisah. Dalam posisi docked, resolusi display-nya rupanya tidak terbatasi di 720p saja, akan tetapi performanya jelas bakal terdampak kalau pengguna mencoba menaikkan resolusinya.

Harga dan ketersediaan

Rencananya, Valve bakal menjual Steam Deck mulai Desember 2021. Di Amerika Serikat, Valve mematok harga $399 untuk varian 64 GB, $529 untuk varian 256 GB, dan $649 untuk varian 512 GB.

Banderol $399 tentu terdengar sangat menarik karena hanya terpaut $50 dari Nintendo Switch OLED yang diluncurkan baru-baru ini. Berdasarkan pernyataan Gabe Newell sendiri selaku bos Valve, Valve sepertinya memang tidak mengambil untung terlalu banyak (atau malah merugi?) dengan menetapkan harga yang sangat agresif untuk Steam Deck. Kemungkinan yang mereka kejar adalah keuntungan dari penjualan game di Steam, kurang lebih sama seperti strategi yang Microsoft terapkan untuk Xbox.

Kepada IGN, perwakilan Valve menjelaskan bahwa seandainya Steam Deck terbukti berhasil menuai respon positif dan laris terjual, mereka pun siap untuk meluncurkan iterasi-iterasi berikutnya. Tidak menutup kemungkinan juga bakal ada produsen hardware lain yang meluncurkan perangkat handheld serupa, terutama mengingat SteamOS memang dapat digunakan secara cuma-cuma.

Hal ini semakin memperkuat asumsi bahwa Valve memang tidak mencari untung dari penjualan hardware Steam Deck itu sendiri. Semakin banyak perangkat serupa yang tersedia di pasaran, berarti semakin banyak pula konsumen yang terekspos oleh dagangan Steam, dan pada akhirnya yang diuntungkan juga Valve sendiri.

Sumber: IGN.

10 Aksesoris Nintendo Switch Terbaik yang Wajib Dimiliki

Kehadiran Nintendo Switch ke dalam pasar gaming memang membawa banyak perubahan. Pasalnya, ia bisa berfungsi sebagai konsol genggam (handheld) ataupun dimainkan di TV atau monitor layaknya konsol pada umumnya.

Konsol milik Nintendo ini kini tengah berumur 3 tahun, sehingga pilihan aksesoris untuk konsol ini telah banyak di pasaran. Bila Anda adalah salah satu pengguna ataupun berminat membeli Switch, kami telah merangkum beberapa aksesoris dari Nintendo Switch yang wajib dimiliki.

1. Anti gores / tempered Glass

Harga: Rp50.000 – Rp150.000

Meskipun Nintendo Switch mayoritas dimainkan menggunakan kontroler namun konsol ini mengusung layar sentuh kapasitif yang tidak terlindungi.

Sehingga, ada baiknya pelindung layar menjadi salah satu prioritas untuk dibeli agar layar Switch Anda tidak lecet atau bahkan pecah — khususnya bagi Anda yang memiliki kebiasaan meletakkan barang sembarangan.

2. Memory SDXC 128GB

Harga: Rp300.000-Rp500.000

Keterbatasan ruang penyimpanan tentu menjadi masalah di semua perangkat gaming. Switch juga menghadapi masalah yang sama terutama karena kapasitas penyimpanan internalnya hanya 32 GB.

Dengan semakin banyaknya game-game bagus yang dirilis di Switch, maka ada baiknya Anda segera membeli Micro SDXC agar ruang penyimpanan konsolnya semakin lega. Apalagi bila Anda langsung membeli 128 GB, kapasitas tersebut cukup lega untuk beberapa tahun ke depan.

3. Protective Case

Harga: Rp50.000-Rp300.000

Melanjutkan poin pertama, bila Anda merasa membutuhkan perlindungan lebih untuk konsol Switch Anda maka tidak ada salahnya untuk membeli protective case untuk memberikan perlindungan bukan hanya pada layar, namun seluruh bagian dari konsol Switch dari resiko saat terjatuh.

Layaknya smartphone, pilihan case untuk Switch sangat beragam mulai dari soft case hingga hard case dengan tampilan yang tentunya dapat disesuaikan dengan selera Anda. Pastikan saja case yang Anda beli sesuai dengan versi Switch yang Anda miliki.

4. Nintendo Switch Pro Controller

Harga:Rp850.000-Rp1.200.000

Karena selama pandemi ini kemungkinan besar Anda menghabiskan waktu bermain Switch di rumah, tidak ada salahnya untuk membeli Pro Controller untuk menambah kenyamanan saat bermain.

Apalagi kontroler bawaan Switch memang terasa terlalu kecil dan kurang nyaman saat digunakan dalam waktu yang lama. Bila Anda memang memiliki anggaran, Switch Pro Controller adalah pilihan yang tepat.

5. Switch Grips

Harga: Rp150.000-Rp500.000

Bagi yang lebih menyukai untuk menggenggam langsung konsol Switch saat memainkannya, setidaknya grips ini mampu membuat posisi menggenggam lebih nyaman.

Tambahan tumpuan diagonal di sisi kanan dan kiri Switch membuat posisi telapak tangan lebih natural dan tidak cepat lelah. Fitur tadi memang terlihat remeh, namun efeknya akan terasa untuk pemakaian dalam jangka waktu lama.

6. Ring Con – Leg Strap

Rp1.100.000-Rp1.300.000

Bagi yang ingin berolahraga di rumah dengan game, Anda bisa juga mempertimbangkan untuk membeli Ring Con dan Leg strap untuk memainkan (atau berolahraga) dengan Ring Fit Adventure.

Meskipun harganya cukup lumayan, aksesoris ini memiliki manfaat lebih karena bisa tetap membuat Anda bugar selama berada di rumah dan tetap menyenangkan karena Anda berolahraga dengan game.

7. Joy-Con Controller Set

Rp1.000.000-Rp1.300.000

Kami paham bahwa Switch sudah dilengkapi dengan sepasang Joy-con namun tidak ada salahnya untuk membeli satu set tambahan sebagai cadangan. Apalagi kasus “drifting” yang dialami oleh analog Joy-con masih ada. Sehingga, memiliki joy-con cadangan terasa masuk akal daripada harus kebingungan ketika tiba-tiba hal tersebut terjadi.

Selain itu, ekstra Joy-Con tersebut bisa berguna saat Anda ingin bermain lebih dari dua orang di saat bersamaan. Terutama bila Anda di rumah bersama keluarga dan ingin menghabiskan waktu bersama-sama bermain game.

8. Joy-Con Charging Dock

Rp100.000-Rp475.000

Bila Anda telah membeli Joy-Con tambahan, maka ada baiknya untuk membeli charging dock-nya juga sehingga Anda tidak perlu bingung dan khawatir untuk mengisi daya dari Joy-Con baru tadi.

Selain untuk mengisi daya, dock ini juga bisa menjadi tempat Anda menyimpan Joy-Con sehingga tidak tergeletak sembarangan. Sehingga, selain mengisi daya, kontroler Anda juga akan tertata rapi dan juga enak dilihat ketika tidak digunakan.

9. Compact Play Stand

Rp100.000-Rp300.000

Nintendo Switch memang telah dilengkapi dengan stand untuk membuatnya bisa berdiri, namun stand-nya sangat ringkih, tidak dapat diatur kemiringannya, dan juga membuat lubang port charger-nya tertutup.

Solusinya adalah membeli stand terpisah yang bisa membuat konsol Switch berdiri tegak dan dapat diatur sudut kemiringannya. Plus letaknya yang lebih tinggi memungkinkan untuk menggunakan Nintendo Switch tersebut sembari diisi daya.

10. Pouch Travel case

Rp100.000-Rp350.000

Produk yang satu ini sebenarnya sangat berguna bagi Anda yang sering membawa Nintendo Switch beraktivitas di luar rumah. Namun karena adanya pandemi tentu tidak disarankan untuk keluar rumah hanya untuk bermain Switch.

Meski begitu, tidak ada salahnya untuk membeli tas pelindung ini yang biasanya juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan cartridge game. Ada banyak model dan warna yang bisa Anda pilih sehingga bisa disesuaikan dengan selera.

Penutup

Itu tadi 10 aksesoris Nintendo Switch yang sekiranya wajib dimiliki. Kami yakin masih banyak aksesoris lain dengan beragam fungsi yang belum masuk ke dalam daftar ini.

Namun setidaknya 10 aksesoris di atas bisa menjadi rekomendasi untuk Anda yang tengah mencari barang untuk menambah pengalaman kenyamanan bermain Switch. Apalagi dengan kondisi pandemi seperti saat ini, memang lebih baik untuk tetap berada di rumah kecuali untuk keperluan penting.

Nintendo Switch OLED Resmi Dirilis, Usung Layar yang Lebih Besar Sekaligus Lebih Superior

Kabar mengenai Nintendo Switch baru santer dibicarakan dalam beberapa bulan terakhir, dan rumor tersebut rupanya tidak meleset. Nintendo baru saja mengumumkan Switch OLED, penerus langsung Switch orisinal yang membawa sejumlah peningkatan.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari namanya, peningkatan yang paling utama terdapat pada layar sentuhnya. Switch OLED mengemas panel OLED 7 inci dengan resolusi 720p. Resolusinya memang sama persis, akan tetapi kekayaan warna, kontras, maupun tingkat kecerahannya sudah pasti lebih superior daripada Switch lama yang masih menggunakan panel LCD.

Ukuran layarnya juga agak membesar dari 6,2 inci menjadi 7 inci. Namun berkat bezel layar yang menipis secara drastis, panjang bodinya pun tidak berbeda terlalu jauh dibanding Switch orisinal. Tanpa Joy-Con, bobotnya berada di kisaran 322 gram, sedikit lebih berat daripada Switch lama yang memiliki bobot sekitar 299 gram.

Bicara soal Joy-Con, Nintendo rupanya sama sekali tidak mengubah controller yang bisa dilepas-pasang ini. Joy-Con milik Switch OLED sama persis seperti milik Switch lama. Yang berbeda hanyalah pilihan warnanya saja.

Satu perubahan yang terkesan sepele namun sangat besar dampaknya adalah desain adjustable kickstand yang terpasang di sisi belakang console. Kalau di Switch lama bentuknya cuma berupa plastik kecil yang terkesan ringkih, di Switch OLED bentuknya memanjang dari ujung kiri sampai ke kanan dan terkesan jauh lebih kokoh. Nintendo juga bilang bahwa Switch OLED menawarkan kualitas audio yang lebih baik dari sebelumnya.

Terkait performa, Switch OLED rupanya tidak menjanjikan peningkatan sama sekali. Kepada The Verge, Nintendo mengonfirmasi bahwa prosesor maupun memory yang tertanam di Switch OLED identik dengan milik Switch lama. Satu-satunya perbedaan adalah kapasitas penyimpanan internal Switch OLED yang dua kali lebih lega, yakni 64 GB.

Ketika dipasangkan pada dock-nya, display output yang dihasilkan Switch OLED juga tetap 1080p, bukan 4K seperti yang banyak dirumorkan selama ini. Dock yang disertakan dengan Switch OLED mempunyai desain yang agak berbeda. Selain kelihatan lebih sleek, dock baru ini juga lebih fungsional berkat kehadiran port LAN yang terintegrasi. Sebelum ini, pengguna Switch lama harus membeli adaptor LAN terpisah untuk dock-nya.

Selebihnya, Switch OLED terkesan sangat mirip dengan Switch lama. Dalam sekali pengisian, Switch OLED dapat dipakai bermain selama 4,5 sampai 9 jam nonstop, sama seperti versi revisi Switch orisinal yang mulai dijual di tahun 2019.

Di Amerika Serikat, Nintendo Switch OLED rencananya bakal dipasarkan mulai tanggal 8 Oktober dengan banderol $350. Switch lama yang dihargai $300 masih akan tetap dijual, tapi tidak ada yang tahu sampai kapan. Kalau ingin menghemat lebih banyak lagi, tentu saja masih ada Switch Lite.

Sumber: The Verge dan Business Wire.

Toge Production Buat Program Pendanaan untuk Developer ASEAN, Data Internal CD Projekt Red yang Dicuri Tersebar Online

Toge Productions mengumumkan program baru mereka untuk mendukung developer asal Asia Tenggara. Sementara itu, Retrogade Arena buatan developer Indonesia diluncurkan untuk Nintendo Switch. Dan dua mantan developer Call of Duty membuat studio game baru yang akan mengembangkan game eksklusif untuk PlayStation.

Toge Production Luncurkan Program Pendanaan untuk Developer Asia Tenggara

Minggu lalu, Toge Productions memperkenalkan Toge Game Fund Initiative. Program tersebut ditujukan untuk membantu developer asal Asia Tenggara. Melalui program ini, developer bisa mengajukan proposal untuk membuat sebuah game pada Toge. Jika game itu dianggap menarik, maka Toge akan memberikan dana hingga US$10 ribu untuk pengembangan game tersebut. Tak hanya uang, Toge juga akan memberikan akses pada mentor, konsultasi, dan manajemen proyek pada sang developer.

Toge adakan program pendanaan untuk developer Asia Tenggara. | Sumber: Toge Productions

Menariknya, hak atas Intellectual Property (IP) dari game yang dibuat tetap dipegang oleh developer sepenuhnya. Sebagai ganti dari semua yang Toge berikan, mereka hanya meminta Right of First Refusal. Jadi, Toge mendapatkan hak untuk menjadi pihak pertama yang menawarkan diri untuk menjadi publisher dari game yang developer sudah buat, menurut laporan GamesIndustry.

Mantan Developer Call of Duty Buat Studio Game, Deviation Games

Dua mantan developer Call of Duty, Dave Anthony dan Jason Blundell, membuat studio baru, bernama Deviation Games. Studio tersebut diperkenalkan dalam Summer Game Fest Kickoff. Dalam proyek pertama mereka, Deviation Games akan bekerja sama dengan Sony. Walau Deviation tidak memberikan informasi detail tentang game yang akan mereka buat, kemungkinan besar, game pertama mereka akan diluncurkan secara eksklusif untuk PlayStation. Bermarkas di Los Angeles, Amerika Serikat, Deviation memiliki tim yang berisi lebih dari 100 orang, lapor GamesRadar.

Retrograde Arena Buatan Studio Indonesia Diluncurkan untuk Nintendo Switch

Retrogade Arena kini bisa dimainkan di Nintendo Switch secara gratis. Game top-down twin-stick shooter tersebut dibuat oleh developer Indonesia, Freemergency dan dirilis oleh Neon Doctrine. Pada awalnya, game itu diluncurkan di Steam pada tahun lalu, menurut laporan IGN. Dalam game ini, Anda bisa menggunakan berbagai senjata — mulai dari sniper sampai machine gun — untuk mendorong musuh ke tembok dan membunuhnya. Retrogade Arena bisa dimainkan oleh hingga enam orang. Di Twitter, CEO Neon Doctrine, Iain Garner mengatakan bahwa game ini telah diunduh sebanyak 32 ribu kali pada hari peluncuran.

 

CD Projekt Red Akui Data Internal Mereka Telah Disebar Online

CD Projekt Red menjadi korban dari serangan ransomware pada Februari 2021. Minggu lalu, mereka mengaku bahwa data internal mereka yang tercuri telah diunggah ke internet. Mereka percaya, informasi internal yang bocor mencakup data akan pekerja dan mantan karyawan mereka. Selain itu, para hackers juga berhasil mendapatkan source code dari beberapa game CD Projekt Red, termasuk Cyberpunk 2077 dan versi The Witcher 3 yang tidak pernah dirilis. Para hackers juga mengancam, mereka akan membocorkan data CD Projekt Red terkait HR, investor, keuangan, dan lain sebagainya, lapor Engadget.

Selain mengakui bahwa data internal mereka telah bocor, CD Projekt Red juga menjelaskan langkah yang mereka ambil untuk meningkatkan keamanan perusahaan. Mereka menyebutkan, mereka telah mendesain ulang infrastruktur IT mereka dan menggunakan firewall baru yang dilengkapi dengan fitur anti-malware. Mereka juga menggunakan solusi remote-access baru dan membatasi jumlah akun yang bisa mengakses data perusahaan. Mereka menambahkan, mereka kini bekerja sama dengan perusahaan keamanan siber dan badan penegak hukum, termasuk kepolisian Polandia dan badan regulasi data nasional.

Developer Singapura, Cyomo, Kembangkan Game 2D Action RPG

Studio game asal Singapura, Cyomo, tengah mengembangkan game 2D Action RPG berjudul StoryArcana. Dalam game ini, pemain akan menjadi Clay Quilt, remaja yang masuk ke sekolah sihir berkat program pertukaran pelajar. Pada Senin sampai Jumat, Quilt akan fokus untuk belajar magic spell baru dari para pengajar di Azufelt, Academy of the Arcane. Dan pada akhir pekan, dia akan bisa mengunjungi Noxrose City untuk bertemu dengan orang-orang yang tinggal di sana. Di kota tersebut, para pemain bisa menyelesaikan berbagai quest yang ada untuk mendapatkan komponen sihir dan tongkat serta uang untuk membeli magic item baru, seperti sapu terbang.

Proses pembuatan StoryArcana dimulai pada awal 2019. Ketika itu, Rory Mitchell merupakan satu-satunya developer. Dalam waktu satu tahun, dia berhasil mengumpulkan tim kecil untuk mengembangkan game tersebut. Mereka berhasil membuat demo gratis yang akan diluncurkan pada Steam Next Fest yang digelar pada 16 Juni 2021, seperti yang disebutkan oleh IGN.

PlayStation 5 Kalahkan Xbox Series X, Switch Dominasi Penjualan 2021

Pertarungan konsol next-gen sudah dimulai sejak keduanya dirilis pada akhir tahun kemarin. Memasuki tahun 2021, ternyata PlayStation 5 jauh mengungguli XboX Series X/S hingga dua kali lipat. Namun penjualan keduanya ternyata masih kalah jauh bila dibandingkan dengan Nintendo Switch.

Laporan tersebut dikeluarkan oleh Ampere Analysis yang menampilkan bahwa, pada kuartal awal 2021 ini, sudah sebanyak 2,83 juta PS5 berhasil terjual. Lebih dari dua kali lipat dari jumlah konsol Series X yang terjual sebanyak 1,31 juta unit di kurun waktu yang sama.

Meskipun secara angka tertinggal jauh dari Sony, namun Microsoft sendiri melaporkan bahwa keuntungan hardware mereka sendiri naik hingga 232% dari tahun kemarin. Apalagi Microsoft juga tidak hanya bergantung pada penjualan konsolnya saja, namun juga pada layanan Xbox Game Pass mereka.

Baik Sony dan Microsoft sendiri masih diterpa dengan permasalahan produksi dan kesulitan untuk memenuhi permintaan di seluruh dunia. Kondisi ini sendiri diprediksi akan terus berlanjut selama 2021 ini. Sehingga para gamer pun kelihatannya masih akan kesulitan untuk menemukan konsol next-gen dengan harga sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Sony maupun Microsoft.

Di sisi lain, kombinasi angka penjualan duna konsol next-gen ini ternyata masih jauh tertinggal oleh konsol hybrid Nintendo Switch. Yang pada kuartal pertama 2021 ini saja berhasil menjual hingga 5,86 juta unit. Angka tersebut sendiri membuat Switch telah total terjual 84 juta unit sejak dirilis pada 2017 lalu. Dan Nintendo sendiri masih memiliki rencana untuk meningkatkan produksi Nintendo Switch hingga 30 juta unit.

Image credit: Nintendo

Nintendo Switch sendiri mendapat peningkatan pamor yang sangat signifikan sejak pandemi terjadi dan banyak orang yang mencari hiburan untuk di rumah. Ditambah dengan meledaknya peluncuran Animal Crossing: New Horizon pada Maret tahun lalu yang membuat harga dari konsol ini sempat melonjak hingga dua kali lipat.

Baik Sony maupun Nintendo juga dikabarkan tengah bersiap-siap untuk merilis pembaruan untuk konsol mereka. Nintendo Switch akan mendapat penyegaran hardware setelah 4 tahun demi performa yang tentunya lebih baik, sedangkan Sony dirumorkan akan menggunakan arsitektur baru AMD 6nm pada PS5 2022 mendatang.

One Xplayer Ibarat Nintendo Switch dengan Jeroan ala Laptop

Rumor seputar Nintendo Switch generasi baru terus bertambah kuat seiring berjalannya waktu. Di saat yang sama, tren handheld gaming PC juga terus bertambah populer dengan hadirnya perangkat-perangkat seperti GPD Win 3 maupun Aya Neo. Alternatifnya, kita bisa melirik One Xplayer.

Sama seperti GPD Win 3 maupun Aya Neo, One Xplayer turut diperkenalkan melalui metode crowdfunding. Konsep yang ditawarkan pun kurang lebih sama: jeroan ala laptop dalam kemasan ala Nintendo Switch, lengkap dengan controller di sisi kiri dan kanan (tidak bisa dilepas-pasang). Yang sedikit berbeda, One Xplayer lebih ambisius lagi perihal spesifikasi.

Yang paling utama, layar milik One Xplayer lebih besar sekaligus lebih tajam: IPS 8,4 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel. Lalu pada konfigurasi termahalnya, perangkat mengusung prosesor Intel Core i7-1185G7 dengan GPU Iris XE 96 EU, RAM 16 GB, dan SSD NVMe 2 TB. Kapasitas baterainya pun cukup besar di angka 15.300 mAh, dan perangkat bisa di-charge menggunakan power bank USB-PD.

Untuk controller-nya, One Xplayer menggunakan layout yang semestinya sudah sangat familier: sepasang stik analog di kiri-kanan, D-Pad di kiri, dan tombol XYAB di kanan. Sepasang tombol bumper dan sepasang tombol trigger melengkapi perannya sebagai sebuah handheld console. Semua itu dikemas dalam rangka yang terbuat dari perpaduan bahan polycarbonate dan ABS, dengan bobot sekitar 820 gram.

Tanpa perlu terkejut, One Xplayer menjalankan sistem operasi Windows 10. Ia dilengkapi sepasang port USB 4.0, sehingga dapat disambungkan ke perangkat eGPU dan monitor eksternal sekaligus ketika dibutuhkan. Tersedia pula aksesori opsional berupa keyboard dan trackpad yang dapat menyambung secara magnetis.

Buat yang penasaran perangkat ini datang dari mana, pengembangnya adalah One Netbook, sebuah perusahaan asal Tiongkok yang memang berfokus mengembangkan laptop berukuran mini. Kampanye Indiegogo-nya sejauh ini sudah jauh melebihi target dan masih menyisakan waktu sekitar satu bulan.

Soal harga, One Xplayer jauh dari kata murah, bahkan untuk harga early bird-nya sekalipun. Varian termahalnya tadi dijual seharga $1.499 (± 21,3 jutaan rupiah), dan ini sudah sold out. Di bawahnya, ada varian dengan prosesor Core i7-1165G7 dan SSD 1 TB seharga $959 (± 13,6 jutaan rupiah), diikuti oleh varian Core i5-1135G7 dan SSD 512 GB seharga $819 (± 11,6 jutaan rupiah).

Via: TechRadar.

Nintendo Habiskan Rp12,4 Triliun untuk R&D, Square Enix dan Bandai Bakal Meriahkan E3 2021

Nintendo merilis laporan keuangan terbarunya pada minggu lalu. Dari sana, diketahui bahwa mereka telah mengeluarkan US$880 juta (sekitar Rp12,4 triliun) untuk divisi riset dan pengembangan. Selain itu, mereka juga menyebutkan bahwa total angka penjualan Switch mencapai 84,59 juta unit. Sementara itu, penyelenggara E3 mengumumkan nama dari perusahaan-perusahaan game yang telah mengonfirmasi kehadiran mereka, termasuk Square Enix dan Bandai Namco.

Nintendo Alokasikan Rp12,4 Triliun untuk R&D

Dalam laporan keuangan terbaru Nintendo, diketahui bahwa perusahaan Jepang itu mengalokasikan US$880 juta (sekitar Rp12,4 triliun) untuk divisi riset dan pengembangan (R&D) untuk periode satu tahun yang dimulai pada April 2020 sampai 31 Maret 2021. Juru bicara Nintendo mengungkap, alasan mengapa mereka rela mengucurkan banyak uang untuk divisi R&D adalah karena Switch telah memasuki paruh dari lifecycle-nya. Artinya, biaya untuk membuat game dan mengembangkan fitur online serta fitur-fitur lain untuk Switch naik.

Selain itu, dana R&D dari Nintendo juga digunakan untuk mengembangkan “platform berikutnya, yang akan terus mengintegrasikan software dan hardware”. Komentar itu bisa berarti bahwa Nintendo tengah mengembangkan versi baru dari Switch, yang dikabarkan akan dirilis pada tahun ini. Namun, bisa jadi, Nintendo juga sedang mengembangkan konsol yang sama sekali baru  untuk diluncurkan setelah lifecycle Switch habis, seperti yang disebutkan oleh Dot Esports.

Total Penjualan Switch Tembus 84,59 Juta Unit

Dalam laporan keuangan terbarunya, Nintendo juga mengungkap total penjualan Switch dalam periode satu tahun fiskal, yang dimulai pada April 2020 dan berakhir pada 31 Maret 2021. Secara keseluruhan, total penjualan Switch telah menembus 84,59 juta konsol. Sementara total game Switch yang terjual mencapai 587,12 juta unit. Sebagai perbandingan, total penjualan Nintendo 3DS adalah 75,94 juta konsol dengan angka penjualan game mencapai 386,48 juta unit. Nintendo memperkirakan, dalam 1 tahun ke depan, hingga 31 Maret 2022, mereka akan bisa menjual 26,5 juta Switch, menurut laporan VentureBeat.

Square Enix, Sega, dan Bandai Namco Konfirmasi Kehadiran di E3 2021

Penyelenggara E3 baru saja mengumumkan sejumlah perusahaan game yang akan ikut serta dalam E3 2021, yaitu Square Enix, Sega, Bandai Namco, Xseed Games, dan Gearbox Entertainment. Sebelum ini, ada beberapa perusahaan game yang juga telah mengonfirmasi kehadiran mereka di E3, seperti Nintendo, Xbox, Capcom, Ubisoft, Take-Two Interactive, Warner Bros. Games, dan Koch Media.

Bandai Namco dan Square Enix telah mengonfirmasi kehadiran mereka di E3 2021.

Salah satu perusahaan yang tidak akan hadir di E3 walau mereka sempat mengonfirmasi kehadiran mereka adalah Konami, lapor Polygon. Mereka menyebutkan, alasan mereka untuk tidak hadir di E3 adalah karena waktu yang kurang tepat. Namun, mereka meyakinkan para fans bahwa mereka kini tengah mengembangkan sejumlah proyek penting. E3 2021 akan digelar pada 12-15 Juni 2021 mendatang.

Tiongkok Perketat Regulasi Terkait Durasi Bermain Game

Tiongkok mengesahkan regulasi baru bernama Online Game Anti-Addiction Real-name Authentication System pada Februari 2021. Melalui regulasi itu, pemerintah mencoba untuk membatasi lama waktu bermain dan jumlah uang yang bisa dihabiskan oleh anak-anak dan remaja di game. Misalnya, semua anak di bawah 18 tahun tidak boleh bermain game pada pukul 10 malam sampai 8 pagi. Tak hanya itu, mereka juga hanya bisa bermain selama 90 menit pada hari sekolah. Sekarang, pemerintah memperketat regulasi itu.

Dalam regulasi versi terbaru, semua perusahaan game harus memvalidasi identitas pemain melalui jaringan yang disediakan pemerintah. Sebelum ini, mereka bisa melakukan validasi dengan bantuan pihak ketiga. Tak hanya itu, sekarang, durasi bermain semua pemain harus dicatat, tidak peduli umur dari para gamers, lapor Pocket Gamer.

Metacore Dapat Rp2,5 Triliun dari Supercell untuk Kembangkan Game Kasual

Studio mobile game Metacore telah mendapatkan dana US$179,9 juta (sekitar Rp2,5 triliun) dari Supercell. Dana ini akan mereka gunakan untuk terus mengembangkan game kasual mereka, Merge Mansion. Sejak meluncurkan Merge Mansion pada akhir 2020, pemasukan tahunan Metacore telah mencapai US$54 juta (sekitar Rp764,6 miliar). Dengan begitu, Metacore berpotensi untuk menjadi salah satu studio game dengan pertumbuhan paling cepat di Eropa.

Merge Mansion buatan Metacore.

Merge Mansion adalah game puzzle dengan jumlah pemain harian mencapai lebih dari 800 ribu orang. Kucuran dana segar ini akan membantu Metacore untuk memperkuat operasi global mereka dan memungkinkan mereka untuk menambah tim utama mereka, lapor VentureBeat.

Nintendo akan Produksi 30 Juta Unit Switch untuk Penuhi Permintaan

Menjadi konsol yang paling ideal untuk menghadapi masa-masa di rumah saja selama pandemi ini memang membuat permintaan terhadap Nintendo Switch tetap tinggi. Kehadiran konsol next-gen Playstation 5 dan Xbox Series X pun tidak membuat posisi Nintendo menjadi terancam.

Menghadirkan game-game yang ringan dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, plus kemampuannya untuk berubah dari konsol rumahan menjadi konsol genggam masih menjadi nilai jual tinggi dari Switch. Bahkan, konsol ini beserta game-nya sempat mengalami lonjakan harga karena keterbatasan stok di awal-awal pandemi.

Sumber gambar: Depositphotos.com

Karena masih tingginya permintaan, menurut laporan terbaru dari Nikkei Asia, Nintendo siap untuk produksi Switch-nya hingga 30 juta unit untuk memenuhi permintaan dari seluruh dunia.

Nintendo dikabarkan sudah mendekati beberapa suplier part untuk dapat mempercepat proses produksinya. Dan, apabila Nintendo nantinya berhasil memenuhi atau bahkan melebihi target penjualan 30 juta unit, mereka akan memecahkan rekor penjualan total dari konsol mereka sebelumnya – Nintendo Wii.

Nikkei Asia sendiri juga menyinggung bahwa Nintendo tengah mempersiapkan model baru Switch yang mampu mendukung kualitas grafis yang lebih baik. Meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut tentang model yang digadang-gadang akan bernama Nintendo Switch Pro ini.

2 tahun ke belakang memang merupakan tahun terbaik bagi Nintendo, karena mereka berhasil memecahkan rekor keuntungan tertinggi pada tahun 2020 lalu. Selain dari penjualan konsol, keuntungan Nintendo berasal dari layanan berlangganan berbayar Nintendo Switch Online yang mencapai dua kali lipat pada tahun lalu.

Kehadiran konsol next-gen serta naiknya popularitas mobile game dan juga cloud gaming memang memberikan tantangan bagi konsol Switch. Namun Nintendo masih berhasil membuatnya tetap kompetitif dan bahkan meningkat di tahun ke-5 dari Switch ini.

Analisa Tren Industri Game PC dan Konsol Sepanjang 2020 di Australia, AS, Jepang, Inggris, dan Eropa

Tahun 2020 adalah tahun yang unik bagi industri game, khususnya industri game PC dan konsol. Di tengah krisis ekonomi global, industri game justru tumbuh. Tak hanya itu, pandemi juga mengubah kebiasaan para gamer dalam membeli game. Selama ini, para gamer memang sudah mulai terbiasa membeli game di toko digital, seperti Steam, PlayStation Store, Nintnedo Eshop, dan lain sebagainya. Tren membeli game digital semakin populer karena ketetapan lockdown yang diputuskan oleh berbagai pemerintah di dunia.

GamesIndustry membuat laporan tentang tren di industri game PC dan konsol di Australia, Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris selama 2020. Berikut ulasannya.

 

Australia

Pada 2020, total penjualan game di Australia naik 35% menjadi 15,8 juta unit. Data itu dikumupulkan oleh Games Sales Data (GSD), yang melacak penjualan digital dan fisik dari game-game yang dirilis sepanjang 2020. Sayangnya, ada beberapa publisher yang enggan untuk memberikan data penjualan mereka pada GSD, seperti Nintendo dan Bethesda.

Jika dibandingkan dengan pasar game di Eropa atau Amerika Serikat, pasar game di Australia unik karena di sana, game fisik masih lebih digemari. Pada tahun lalu, angka penjualan game fisik mencapai 8,5 juta unit, naik 15% jika dibandingkan dengan pada 2019. Meskipun begitu, pertumbuhan penjualan game digital tetap lebih pesat, mencapai 68%. Sepanjang 2020, sebanyak 7,3 juta unit game digital terjual melalui PSN, Xbox Live, Steam, dan Nintendo Eshop.

Di Australia, game favorit para gamers adalah Animal Crossing: New Horizons. Hal ini menarik karena Nintendo tidak menjual New Horizons secara digital di sana. Jadi, semua penjualan New Horizons di Australia dilakukan secara offline. Sementara itu, game terpopuler kedua adalah Grand Theft Auto V. Angka penjualan game dari itu naik 23% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Peringkat lima diduduki oleh Mario Kart 8: Deluxe. Total penjualan game itu selama 2020 naik 88% dari tahun 2019. GTA V diluncurkan pada 2013, sementara Mario Kart 8: Deluxe dirilis pada 2014. Meningkatnya penjualan dari dua game ini menunjukkan, para gamers di Australia kembali tertarik untuk membeli game-game lama selama pandemi COVID-19.

Daftar 10 game terpopuler di Australia.
Daftar 10 game terpopuler di Australia.

Meningkatnya penjualan game di Australia tak lepas dari meningkatnya penjualan konsol. Pada 2020, sebanyak 1,2 juta konsol terjual. Jika dibandingkan dengan 2019, penjualan konsol pada 2020 naik 49%. Salah satu hal yang mendorong penjualan konsol adalah popularitas Nintendo Switch, yang menjadi konsol paling populer di Australia pada 2020. Total penjualan Switch pada 2020 naik 88% dari 2019. Sementara PlayStation 4 harus puas dengan posisi konsol terpopuler kedua. PlayStation 5 ada di posisi ketiga, diikuti oleh Xbox One pada peringkat empat.

 

Eropa

Untuk menganalisa tren penjualan game dan konsol di Eropa, GamesIndustry juga menggunakan data dari GSD. Kawasan Eropa mencakup Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Jerman, Swiss, Austria, Spanyol, Portugis, Denmark, Norwegia, Swedia, Finlandia, Islandia, dan Polandia. Berdasarkan data dari GSD, pada 2020, ada 123,7 juta unit game yang terjual di Eropa. Jika dibandingkan dengan penjualan game pada 2019, angka penjualan game pada 2020 naik 19%. Dari total penjualan game tersebut, sebanyak 58,7 juta unit terjual secara online.

Untuk menganalisa penjualan game digital di Eropa, GamesIndustry tidak menyertakan negara-negara yang tidak menghitung penjualan game secara fisik dan digital. Selain itu, mereka juga tidak menghitung penjualan dari game-game buatan Nintendo, Bethesda, dan CD Projekt. Pasalnya, ketiga perusahaan itu tidak memberikan data penjualan game digital mereka. Dengan memperhitungkan dua faktor ini, total game digital yang terjual di Eropa pada 2020 mencapai 59% dari penjualan game secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, pada 2019, angka penjualan game digital kurang dari 48%. Namun, populernya game digital pada 2020 bukan berarti orang-orang berhenti membeli game secara offline. Buktinya, sekitar 65 juta unit game terjual secara offline di Eropa pada 2020.

Tren industri gaming PC dan konsol di Eropa.
Tren industri gaming PC dan konsol di Eropa.

PlayStation 4 jadi platform paling populer untuk pembelian game digital. Sekitar 52% dari total penjualan game digital dilakukan di PS4. Pembelian game digital juga populer di PC, yang menyumbangkan 27% dari total penjualan game digital pada 2020. Sementara itu, PS4 juga mendominasi penjualan game secara offline. Sekitar 43% dari total penjualan game secara offline merupakan game untuk PS4. Selain game PS4, game untuk Nintendo Switch juga sering dibeli secara offline. Dari keseluruhan penjualan game secara offline di Eropa, sekitar 41% merupakan game untuk Switch.

Di Eropa, game paling populer adalah FIFA 21. Mengingat masyarakat Eropa memang merupakan penggemar sepak bola, hal ini tidak aneh. Sementara game terpopuler kedua adalah Grand Theft Auto V. Game buatan Rockstar itu bukan satu-satunya game yang tidak dirilis pada 2020 yang berhasil dalam daftar 10 game terpopuler di Eropa. Beberapa game lama lain yang juga populer di kalangan gamer Eropa sepanjang tahun lalu antara lain FIFA 2020, Red Dead Redemption 2, Mario Kart 8 Deluxe, dan Call of Duty: Modern Warfare.

 

Jepang

Di Jepang, total penjualan konsol sepanjang 2020 mencapai 6,85 juta unit, menurut data dari Famitsu. Nintendo Switch memberikan kontribusi 87% — sekitar 6 juta unit — dari total penjualan tersebut. Versi standar dari Switch terjual sebanyak 3,9 juta unit, sementara versi Lite lebih dari 2 juta unit. Setelah Switch, PlayStation 4 menjadi konsol kedua dengan penjualan terbanyak. Hanya saja, total penjualan dari konsol Sony itu jauh lebih sedikit dari Switch. Total penjualan PS4 hanya mencapai 543 ribu unit. Sementara penjualan konsol PlayStation 5 hanya mencapai 255 ribu unit.

Pada 2020, pemasukan industri game di Jepang tumbuh 12,5% dari 2019, menjadi US$3,5 miliar. Segmen yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah penjualan hardware konsol, yang tumbuh sebesar 16,4%, menjadi US$1,8 miliar. Selain itu, segmen penjualan game offline juga naik 9% dari 2019, menjadi US$1,75 miliar. Famitsu menyebutkan, tahun 2020 merupakan kali pertama penjualan konsol dan game offline naik secara bersamaan sejak 2017.

Daftar 10 game PC dan konsol terpopuler di Jepang.
Daftar 10 game PC dan konsol terpopuler di Jepang.

Di Jepang, Animal Crossing: New Horizons menjadi game dengan penjualan fisik terbanyak. Diluncurkan pada Maret 2020, game itu terjual sebanyak 6,4 juta unit. Posisi kedua diisi oleh Ring Fit Adventure, yang terjual sebanyak 1,6 juta unit. Sebenarnya, game itu diluncurkan pada 2019. Dan pada tahun peluncurannya, game tersebut hanya terjual sebanyak 500 ribu unit. Game terpopuler ketiga di Jepang adalah Momotaro Dentetsu: Showa Heisei Reiwa mo Teiban! dengan total penjualan 1,23 juta unit.

 

Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, total belanja para gamers mencapai US$56,9 miliar pada 2020, naik 27% dari 2019. Software memberikan kontribusi sebesar 86% dari total belanja tersebut. Sementara itu, total penjualan konsol naik 35%, dari US$3,9 miliar pada 2019, menjadi US$5,3 miliar pada 2020. Sama seperti di Jepang, Nintendo Switch menjadi konsol paling populer. Dari segi nilai penjualan, PlayStation 5 ada di posisi kedua. Namun, dari segi total unit yang terjual, PlayStation 4 yang lebih unggul.

Menariknya, penjualan hardware dan aksesori gaming PC di AS pada 2020 juga naik. Total belanja untuk hardware dan aksesori gaming PC mencapai US$4,5 miliar, naik 62% jika dibandingkan dengan pada 2019. Tak hanya itu, total penjualan game digital PC juga naik 19%, menjadi US$7,5 miliar. Stephen Baker, Technology Industry Advisor, NPD, mengungkap bahwa tahun 2020 adalah tahun yang bersejarah bagi industri gaming PC. Pasalnya, baik penjualan hardware PC maupun aksesori gaming PC mengalami kenaikan. Total pertumbuhan penjualan hardware PC mencapai 57%, sementara pertumbuhan penjualan aksesori mencapai 81%.

Tahun 2020 menjadi tahun penting bagi industri gaming PC di AS.
Tahun 2020 menjadi tahun penting bagi industri gaming PC di AS.

Pada 2021, Baker memperkirakan, penjualan hardware dan aksesori gaming PC akan naik 3%. “Lockdown selama pandemi COVID-19 punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan industri gaming PC. Alasannya, banyak orang yang berusaha untuk mencari hiburan selama mereka tidak boleh keluar dari rumah,” kata Baker.

 

Inggris

Mengikuti tren global, industri game di Inggris juga berkembang pada 2020. Sepanjang 2020, ada 42,7 juta unit game yang terjual, naik 34% dari 2019. Sebagian besar — sekitar 24,5 juta unit — terjual secara digital. Hal itu berarti, penjualan game digital di Inggris naik 74% pada 2020 dari 2019. FIFA 21 menjadi game yang paling laku. Game sepak bola itu terjual sebanyak 2,2 juta unit pada 2020. Sementara posisi kedua diduduki oleh Call of Duty: Black Ops Cold War, yang terjual sebanyak 1,42 juta unit.

Pada 2020, perilaku gamers di Inggris juga mulai berubah. Sekarang, mereka lebih sering membeli game via toko digital. Faktanya, sekitar 67% dari keseluruhan game yang terjual pada 2020 dibeli melalui PSN, Xbox Live, Nintendo Eshop, dan Steam. Sebagai perbandingan, pada 2019, hanya 52% game yang dibeli secara digital. Sebelum pandemi, perubahan perilaku gamers di Inggris ini memang sudah terlihat. Namun, pandemi COVID-19 membuat semakin banyak gamers membeli game via toko digital. Walau penjualan game digital terus naik, masih banyak orang yang membeli game secara offline. Buktinya, sebanyak 18,2 juta unit game terjual secara offline pada 2020, naik 2% dari 2019.

Tak hanya penjualan game, penjualan konsol di Inggris juga naik. Sepanjang 2020, total penjualan konsol di Inggris mencapai 3,16 juta unit, naik 29,4% dari tahun 2019. Nintendo Switch menjadi konsol paling populer di Inggris selama 11 bulan. Angka penjualan Switch naik 52,2% jika dibandingkan dengan penjualan pada 2019. Sementara penjualan konsol lain justru turun. Misalnya, penjualan PlayStation 4 turun 35,3% dan Xbox One turun 42,3%. Setelah Nintendo Switch, konsol paling populer kedua di Inggris adalah PlayStation 5. Padahal, konsol itu baru dirilis pada pertengahan November 2020 dan Sony kesulitan untuk memenuhi tingginya permintaan dari konsol tersebut.

Rumor Seputar Nintendo Switch Pro dan Signifikansinya

Microsoft dan Sony meluncurkan konsol baru mereka pada November 2020. Menurut rumor yang beredar, Nintendo juga akan meluncurkan Switch baru pada tahun ini. Pada awalnya, sempat beredar kabar bahwa versi terbaru dari Switch ini akan diluncurkan di awal 2021. Meskipun begiu, hingga sekarang, Nintendo belum memberikan konfirmasi apapun.

Menurut laporan Economic Daily News, Nintendo masih berencana untuk merilis versi terbaru Switch pada 2021. Perusahaan Jepang itu dikabarkan telah mengunjungi perusahaan-perusahaan di Taiwan demi mendapatkan layar yang sesuai untuk konsol Switch baru mereka. Berikut kumpulan rumor terkait Switch terbaru dan juga penjelasan tentang bagaimana keberadaan Switch baru akan memengaruhi developer dan gamers.

 

Dugaan Spesifikasi dan Harga dari Switch Baru

Ada banyak rumor yang beredar tentang Switch yang baru. Menurut laporan Bloomberg, Nintendo akan menggunakan layar OLED 720p sebesar 7 inci untuk Switch terbaru. Baik Switch dan Switch Lite juga memiliki layar dengan resolusi 720p. Hanya saja, keduanya masih menggunakan layar LCD. Selain itu, ukuran layar Switch dan Switch Lite juga lebih kecil, hanya 6,2 inci untuk Switch dan 5,5 inci untuk Switch Lite. Dikabarkan, Nintendo akan menggunakan layar OLED buatan Samsung pada Switch terbaru mereka. Kabar tentang penggunaan layar OLED pada Switch Pro atau Switch 2 memang sudah muncul sejak tahun lalu. Hanya saja, saat itu, Nintendo tidak disebutkan akan menunjuk Samsung sebagai manufaktur layar untuk konsol mereka, lapor CNET.

Selain penggunaan layar OLED, Switch terbaru ini dikabarkan akan menggunakan chip NVIDIA yang lebih baru dan sudah mendukung teknologi Deep Learning Super Sampling (DLSS). Pada dasarnya, DLSS merupakan teknologi yang memanfaatkan artificial intelligence untuk menampilkan grafik yang lebih tajam dengan lebih efisien. Hal itu berarti, Switch baru akan dapat menampilkan game pada resolusi 4K ketika terhubung ke TV, berdasarkan laporan Bloomberg.

DLSS menggunakan teknologi AI untuk tampilkan resolusi 4K.
DLSS bisa bantu Switch baru untuk untuk tampilkan resolusi 4K.

“Keputusan Nintendo ini akan mendorong semakin banyak orang di luar para developer untuk mendukung Switch, yang akan meningkatkan penjualan hardware dan software,” kata analis Morningstar Research, Kazunori Ito pada Bloomberg. “Nintendo tampaknya belajar dari kesalahan mereka di masa lalu, ketika Wii kehilangan momentum karena konsol itu tidak mendukung grafik dengan resolusi tinggi.”

Dengan spesifikasi yang lebih tinggi, jangan heran jika Switch yang baru punya harga yang lebih mahal dari Switch yang ada sekarang. Menurut Matthew Kanterman dari Bloomberg Intelligence, harga Switch yang baru bisa naik hingga US$100 (Rp1,4 juta). Saat ini, Switch dihargai US$299 atau sekitar Rp4,5 juta di Indonesia. Jadi, Switch yang baru kemungkinan akan dijual dengan harga sekitar Rp5,9 juta.

 

Kenapa Nintendo Tertarik untuk Rilis Switch Baru?

Nintendo meluncurkan Switch pada Maret 2017. Pada Agustus 2019, mereka merilis Switch dengan baterai yang lebih baik. Satu bulan kemudian, mereka meluncurkan Switch Lite. Di Switch, Nintendo menggunakan system-on-chip (SOC) NVIDIA Tegra X1, yang dirilis pada 2014. Keputusan Nintendo untuk menggunakan SOC yang sudah berumur tiga tahun saat peluncuran Switch sebenarnya tidak aneh. Sejak lama, menggunakan komponen terbaru dengan performa terbaik memang bukan prioritas Nintendo. Meskipun begitu, jika mereka meluncurkan Switch baru pada tahun ini, kemungkinan besar, mereka akan menggunakan SOC baru yang lebih powerful.

Memang, menggunakan komponen lama bisa menghemat biaya produksi. Meskipun begitu, Nintendo tidak bisa terus-terusan menggantungkan diri pada Tegra X1. Ke depan, mereka harus mengganti prosesor yang mereka gunakan. Membuat pabrik untuk memproduksi chip baru memang akan membutuhkan biaya besar. Meskipun begitu, Nintendo bisa menekan biaya ini dengan bekerja sama dengan Samsung atau Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang sudah bisa membuat SOC dengan proses fabrikasi 8nm dan 7nm. Jadi, jika Nintendo bisa menemukan rekan untuk memproduksi komponen yang lebih baru sekarang, hal ini akan membantu mereka untuk menekan biaya produksi konsol di masa depan.

Nintendo Switch baru
Switch masih menggunakan NVIDIA Tegra X1. | Sumber: Tweak Town

Lalu, apa dampaknya bagi konsumen?

Jika Nintendo meluncurkan Switch baru dengan spesifikasi yang lebih baik — layar OLED yang lebih besar dan SOC yang lebih baru — maka keuntungan yang pasti akan didapatkan oleh konsumen adalah performa yang lebih baik. Pada Switch, Nintendo tidak hanya menggunakan SOC yang sudah cukup lama, tapi mereka juga menurunkan performa dari chip itu untuk mencegah panas berlebih dan membuat baterai bisa bertahan lebih lama. Jika Nintendo memang memasang chip dari NVIDIA yang lebih baru pada Switch, maka performa konsol itu akan jauh lebih baik dari Switch yang ada sekarang.

Menurut perkiraan VentureBeat, tanpa DLSS, performa Switch baru mungkin menyamai performa PlayStation 4 Slim atau Xbox One S. Namun, dengan DLSS, Switch terbaru akan bisa punya performa yang sama seperti PlayStation 4 Pro. Hal ini tidak hanya akan menguntungkan konsumen, tapi juga para developer. Dengan konsol yang lebih mumpuni, developer akan bisa merilis game mereka ke Switch tanpa harus menurunkan kualitas grafik dari game mereka.

Tak hanya itu, jika Switch bisa memberikan performa yang lebih baik, tidak tertutup kemungkinan, developer akan memboyong lebih banyak game dari PC dan PlayStation ke Switch. Hal ini akan membantu developer-developer besar untuk menjangkau para pengguna Switch. Keuntungan terakhir bagi developer adalah jumlah pengguna Switch yang akan bertambah. Jika performa Switch yang baru jauh lebih baik dari konsol yang ada sekarang, kemungkinan, para gamer hardcore akan membeli konsol baru tersebut dan menjual Switch lama mereka. Konsol Switch second-hand itu mungkin akan dibeli oleh gamer kasual yang belum pernah menggunakan Switch sama sekali.